I. KLARIFIKASI ISTILAH
a. Pesimis
Sikap dimana manusia banyak didominasi oleh pikiran yang menganggap
segala sesuatu yang ada adalah jahat. (Dorland, 2011)
b. Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan serta kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
(Depdiknas, 2005).
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa sudah satu minggu pasien menolak untuk makan ?
2. Apa efek dari keluhan pasien yang sulit makan ?
3. Apakah penyebab pasien menjadi sulit tidur, diam, mengurung diri dan
tidak mau keluar kamar serta putus asa dan pesimis dalam menyelesaikan
studinya ?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya suara-suara yang mengejek dan
menyalahkan pasien hingga pasien sedih ?
5. Bagaimana penegakkan diagnosis kasus tersebut) ?
6. Apa saja diagnosis banding dan diagnosis kerja dari skenario ?
III.ANALISIS MASALAH
1. Mengapa sudah satu minggu pasien menolak untuk makan ?
a. Pasien menolak untuk makan penurunan nafsu makan
b. Nafsu makan: keinginan untuk mendapatkan jenis makanan tertentu
yang berguna.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan:
a) Lingkungan
b) Budaya
c) Pengaturan fisiologi di otak hipothalamus
i. Nucleus lateral hipothalamus pusat nafsu makan
ii. Nucleus ventromedial hypothalamus pusat kenyang
yang
menyebabkan
pasien
kurang
nafsu
makan,
Intake berkurang
muncul gejala-gejala (lemah, lunglai, hilangnya masa otot, daya tahan tubuh, dan
lain-lain)
Nafsu makan menurun intake makanan berkurang termasuk intake glukosa
yang berkurang hipoglikemia kebutuhan jaringan tidak terpenuhi
sistem saraf sangat sensitive terhadap penurunan glukosa dalam serum
gangguan pada sistem saraf pusat (Hotma Rumahorbo. 1999).
3. Apakah penyebab pasien menjadi sulit tidur, diam, mengurung diri
dan tidak mau keluar kamar serta putus asa dan pesimis dalam
menyelesaikan studinya ?
Sebelum membahas hal tersebut kita perlu mengetahui fisiologis
dari pola pikir manusia, ketika seseorang dapat stimulus dari luar misalnya
mendapat suatu pengalaman dari eksternal maupun internal yang nantinya
secara otomatis otak akan mempresepsikannya ketika ada rangsangan
berulang. Proses piker tejadi yang pertama pada sensori data yang
diumpan ke thalamus, selanjutnya data dikirm ke amygdala dan juga ke
cortex.
sehingga
orang
tersebut
merasa
tidak
ada
yang
objek.
Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan
bermusuhan terhadapnya.
Tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan kegagalan
(Elvira, 2014).
adanya
10
Gejala
Gejala
Fungsi
Keterangan
Depresi
Ringan
Sedang
Utama
2
2
lain
2
3-4
Baik
Terganggu
Nampak
Sangat
distress
Sangat
Berat
>4
Terganggu
distress
Tabel 3.1. Interpretasi Penegakan Diagnosis Depresi (Muslim, 2013).
11
ii Psikosis akut
iii Scizoafektif tipe depresi
iv Scizofrenia
v
b. Diagnosis kerja
Multiaxial :
i
Aksis I
: Dependent
Aksis V
: 50 - 41 GAF
12
13
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, faktor pencetus, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis tentang depresi berat
disertai dengan gejala psikotik.
2. Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, faktor pencetus, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis tentang psikosis akut.
3. Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, faktor pencetus, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis tentang scizoafektif tipe
depresi.
4. Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, faktor pencetus, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis tentang scizofrenia.
5. Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, faktor pencetus, manifestasi
klinis, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan, pencegahan, prognosis
tentang gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik.
VI. BELAJAR MANDIRI
VII.
INFORMASI TAMBAHAN
1. Depresi Berat Disertai Dengan Gejala Psikotik
a. Definisi
Depresi berat dengan gejala psikotik adalah Depresi
berat dengan gejala psikotik adalah perasaan sedih, rasa lelah
14
(I.M,
mempunyai
onset
antara
20
dan
50
tahun.
pada
amin
biogenik
(norepineprin
dan
serotonin).
2. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat
pertama
dari
penderita
gangguan
depresi
berat
15
usia
11
tahun.
Stressor
lingkungan
yang
paling
16
minggu
dan
menunjukan
perubahan
fungsi
obat
dan
teknik
psikoterapi
telah
17
membuatnya
Identifikasi
faktor
prihatin
dan
melontarkannya.
pencetus
dan
bantulah
untuk
pengalaman-pengalaman
sukses.
Dari
pikiran-pikiran
negatif
dan
harapan-
(RIMA,
Reversibel
18
v. Golongan
SSRI
(Selective
Serotonin
Re-Uptake
berlangsung
kira-kira
bulan.
Menghentikan
oleh
adanya
penyerta
gangguan
distimik,
2. Psikosis Akut
a. Definisi
19
20
21
dan
berubah
cepat,
atau
akan
berlangsung.
b) Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi
kriteria episode manik (F30.-) atau episode depresif
(F32.-), walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
c) Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis,
delirium, atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi
akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
f. Penatalaksanaan
a) Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
i. Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari.
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk
22
untuk
mengendalikan
agitasi
akut
ii.
Kegelisahan
motorik
berat
(Akatisia),
bisa
g. Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan
psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun
demikian,
perkembangan
gangguan
psikiatrik
bermakna
23
24
gangguan
insomnia
efektif
dengan
trisiklik
(amitriptilin).
25
3) Terapi psikososial
i. Kombinasi dengan terapi keluarga
ii. Latihan keterampilan sosial
iii. Rehab kognitif
e. Prognosis
Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh
menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan
afektifnya.
Semakin
menonjol
dan
persisten
gejala
4. Skizofrenia
a. Definsi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat
kronis dan selalu mengalami kekambuhan. Ditandai dengan
adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku
seseorang (Fadli, 2013).
b. Epidemiologi
Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara
kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai
hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia
remaja akhir atau awal masa dewasa. Laki-laki biasanya
gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun
sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35
tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan.
Rata-rata frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia
adalah 1,49 kali dengan standar deviasi 1,182 kali, frekuensi
kekambuhan penderita skizofrenia tertinggi dalam dua tahun
adalah empat kali. Faktor yang berhubungan signifikan dengan
26
kekambuhan
penderita
skizofrenia
adalah
pengetahuan
timbulnya
27
adanya
hubungan
orang
tua-anak
yang
melibatkan
sistem
aktivitas
neurotransmitter
dopaminergik.
hiperaktivitas
sistem
dopaminergik
ii. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbic hal ini
berkaitan dengan gejala positif
iii. Hipodopaminergia sistem meso kortis dan nigrostriatal
bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala
ekstrapiramidal.
Alur dopaminergik saraf :
i. Jalur nigrostriatal : dari substansia nigra ke basal ganglia
(fungsi gerakan, EPS)
28
fungsi
sosial,
komunikasi,
respons
terhadap stress).
iv. Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar
pituitary (pelepasan prolactin).
v. Terdiri dari 3 fase :
- Premorbid : semua fungsi masih normal
- Prodomal : simptom psikotik mulai nyata (isolasi
sosial, ansietas, gangguan tidur, curiga). Fase ini,
individu mengalami kemunduran dalam fungsi - fungsi
mendasar ( pekerjaan dan rekreasi) dan muncul
symptom nonspesifik seperti gangguan tidur, ansietas,
konsentrasi berkurang, dan defisit perilaku. Simptom
positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase
prodromal dan berarti sudah mendekati menjadi fase
-
psikosis.
Psikosis :
Fase Akut
misalnya waham,
halusinasi, gangguan
proses
: 6 18 bulan
: terlihat residual, berlangsung 2- 6
terjadi di dalam
realitas.
29
ii. Waham
membicarakan
satu
yang
salah
bahwa
yang
tampak
kontradiktif
tentang
30
sehingga
orang
lain
atau
umum
mengetahuinya.
b) Waham
1) delusion of control = waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
2) delusion of passivity = waham tentang dirinya
tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar
3) delusion of influence = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
4) delusion perception = pengalaman inderawi yang
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
31
c) halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
d) waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, mislanya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja,
apabila disertai baik oleh waham yang mengembang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor
c. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
d. Gejala gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan response emosional yang menumpul
atau
tidak
wajar,
biasanya
yang
mengakibatkan
32
bermanifestasi sebagai
(humming),
atau
bunyi
tawa
(laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh.
Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham
dikendalikan
(delusion
of
control),
33
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejarkejar beraneka ragam, adalah yang paling khas
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
nyata/ tidak menonjol.
2. Skizofrenia Hebefrenik (F 20.1)
Pedoman Diagnostik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset
biasanya mulai 15-25 tahun).
c. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu
dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus
demikian untuk menentukan diagnosis.
d. Untuk
diagnosis
hebefrenia
yang
menyakinkan
diramalkan,
serta
mannerisme;
ada
mannerisme,
gurau,
keluhan
mengibuli
hipokondrial,
secara
dan
34
3) Proses
pikir
mengalami
disorganisasi
dan
atau
pergerakkan
ke
arah
berlawanan)
35
dicetuskan
oleh
penyakit
otak,
gangguan
36
lagi
menunjukkan
gejala
sikap
pasif
dan
ketiadaan
inisiatif,
karena
tergantung
pada
pemantapan
37
psikotiknya
chlorpromazine,
pimozine,
sulpiride,
fluphenazine,
perphenazine,
droperidol,
flupenthixol,
38
dan
sehingga agar
39
dosis
efektif
penderita
terendah
antipsikotik.
Apabila
yang
antipsikotik
dari obat
menggunakan
dyskinesia,
juga sering
terjadi pada
latihan
ketrampilan
sosial
untuk meningkatkan
frekuensi
perilaku
maladaptif
atau
seperti
berbicara
lantang, berbicara
40
karena
pasien
terkena
skizofrenia
untuk melakukan
aktivitas
berasal
skizofrenia dan
dari
ketidaktahuan
tentang
penyakitnya. Ahli
tanpa menjadi
sifat
pada
rencana,
masalah,
terlalu
biasanya
dan hubungan
41
d) Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda
dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien
non-
psikotik.
sulit
Menegakkan
hubungan
seringkali
dilakukan;
pasien
menolak
kemungkinan
sikap curiga,
cemas, bermusuhan,
atau
jauh
dan
rahasia,
perintah
sederhana,
dan
penggunaan
tujuan
diagnostik,
menstabilkan medikasi,
prilaku
yang
dan
42
mengikat pasien
dengan
fasilitas
jelas,
riwayat
sosial
buruk,
autistik,
tidak
43
a. Definisi
i. Gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan
yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan proses
berfikir yang didominasi adanya fluktuasi periodik dua
kutub, yakni kondisi manik dan depresi
ii. Episode berulang (sekurangnya 2) berupa peninggian mood
di satu waktu dan penurunan mood di waktu yang lain. Dan
ada penyembuhan sempurna antar episode (David, A.
Tomb. 2003).
b. Epidemiologi
i. Gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi.
ii. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk
terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah
sekitar 1-2%
iii. Puncaknya sering terjadi pada usia 20-25 tahun
iv. Prevalensi (wanita: pria = 1:1) (Israr, Yayan A. 2009).
c. Etiologi
a) Genetik
b) Neurotransmiter (dopamine, serotonin, dan noradrenalin)
c) Gen yang berhubungan dengan neurotansmiter :
- monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase,
catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin
transporter (5HTT)
d) Kelainan organic Di tes dengan :magnetic resonance
imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET)
e) Oligodendrosit-myelin << komunikasi antar sel
terganggu (Israr, Yayan A. 2009).
d. Faktor Risiko (Predisposisi)
1. Faktor biologis
a) Genetik
b) Perubahan neurotransmiter/ neuroendokrin
c) Perubahan struktural otak
d) Vascular risk factors
e) Penyakit/kelemahan fisik (Kondisi Medik Kronik &
Kondisi Terminal)
2. Faktor Pikologik
44
45
h. Penegakkan Diagnosis
Pada skenario didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Anamnesis
i. Keluhan utama : tidak mau makan
ii. Onset : I minggu yang lalu
iii. Gejala penyerta :
- 1 bulan lalu terjadi perubahan perilaku,
- Mengurung diri di kamar
- Sulit tidur
- Merasa pesimis dan putus asa
- Waham berdosa/bersalah
- Halusinasi auditori
iv. Riwayat penyakit sekarang : Depresi Berat
v. Riwayat penyakit dahulu :
- Pernah dirawat oleh psikiater 1 tahun lalu
- Irritable
- Waktu tidur sedikit
- Logorrhea
- Hiperaktif
- Euphoria
- Boros
- Dependent
vi. Riwayat penyakit keluarga : Tante scizofrenia
Adik percobaan bunuh diri
b) Pemeriksaan psikiatri
i. Kesan umum : perawatan diri kurang
ii. Kesadaran : komposmentis
iii. Sikap : menunduk/membungkuk/diam
iv. Tingkah laku : hipoaktif
v. Bentuk pikir : non-realistik
46
dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
tindih
dengan
skizofrenia,
gangguan
47
i. Penatalaksanaan
a) Farmakologi
Gambar 1. Terapi obat pada gangguan bipolar (Price, Amy L. 2012)
48
i. Obat antidepressant
49
No.
1.
Golongan
Trisiklik
Obat
Sediaan
Dosis Anjuran
Amitriptilin
Tablet 25 mg
75-150 mg/hari
Imipramin
Tablet 25 mg
75-150 mg/hari
Sentralin
Tablet 50 mg
50-150 mg/hari
Fluvoxamin
Tablet 50 mg
50-100 mg/hari
Fluoxetin
Kapsul 20 mg,
20-40 mg/hari
(TCA)
2.
SSRI
Kaplet 20 mg
3.
MAOI
Paroxetin
Tablet 20 mg
20-40 mg/hari
Moclobemide
Tab 150 mg
300-600
mg/
hari
4.
Atypical
Mianserin
Tablet 10, 30 mg
30-60 mg/hari
Trazodon
75-150 mg/hari
dosis terbagi
Maprotilin
75-150 mg/hari
dosis terbagi
a) Mekanisme kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan
serotonin yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade
50
Inhibitor)
Langkah 2
Langkah 3
51
Gastric lavage
Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi
Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat
Nama Generik
Litium karbonat
Sediaan
Dosis anjuran
250-500 mg
Haloperidol
Tab 0,5 mg
Tab 2 mg
Tab 5 mg
4,5 15 mg
Karbamazepin
Tab 200 mg
400-600 mg/hari
2-3x/hari
52
b) Mekanisme kerja
Efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya
mengurangi
dopaminereseptor
supersensitivity
meningkatkan
53
sebanyak 10 ml
Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang
faktor predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan
diuresis banyak harus diimbangi dengan minum lebih banyak,
54
penyakit
yang
mereka
derita
beserta
dengan
55
KESIMPULAN
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat seumur hidup.
Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang
sama dengan gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan
bipolar episode campuran terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi
yang berganti-ganti secara cepat pada suatu periode waktu yang berlangsung
sekurangnya satu minggu. Tampilan klinis, seorang yang menderita gangguan bipolar
episode campuran biasanya mengalami kondisi mood yang sangat tidak stabil. Secara
umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu,
ditemukan sekurangnya satu episode manik. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe
dua ditemukan sekurang-kurangnya satu episode hipomanik,
Sampai saat ini, penatalaksanaan untuk gangguan bipolar masih difokuskan
dalam pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan
56
(seperti Lithium dan Valproate) baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi
maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan. Farmakoterapi biasanya
dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.
SARAN
1.
2.
3.
Frekuensi
Kekambuhan
Penderita
Skizofrenia.
Pekanbaru:
Hangtuah
Guyton A.C. 2009. Physiology of The Human Body. 5th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company
57
Hendro Djoko Tjahjono. 2011. Tesis Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nafsu
Makan pada Pasien PPOK. Jakarta: FK UI
Hotma Rumahorbo. 1999. Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:
EGC
I.M, Ingram, et al. 1993. Catatan Kuliah Psikiatri. Jakarta: EGC
Israr, Yayan A. 2009. Gangguan Afektif Bipolar. Pekanbaru: FK UNRI
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA. 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara
Mansjoer Arief, et al. (editor). 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapis.
Maramis WF. 2006. Catatan Kuliah Kedokteran Jiwa. Cetalan ketujuh. Surabaya:
Penerbit Airlangga University Press.
Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya.
Airlangga University Press.
Marks Dawn B, Marks Allan D, Smith Colleen M. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Edisi 1. Jakarta: EGC
Muslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-IV. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Arma
Jaya
58
Mutiara Indah Sari. 2007. Regulasi Sistem Saraf Pada Nafsu Makan. Sumatra
Utara: FK Sumatra Utara
Price, Amy L, et al. 2012. Bipolar Disoreder: A Review. Virginia: University of
Virginia School of Medicine. Vol 85[5];page 483-493
Sherwood, Lauralee. 2007. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson
Corporation
Smith MJ., Wang L., Cronenwett W., Mamah D., Barch DM., Csernansky JG.
2011. Thalamic Morphology in Schizophrenia and Schizoaffective
Disorder. J Psychiatr Res. 45(3): 378385.
Townsend, C, Mary. 2002. Psychiatric Mental Health Nursing Consepts of
Care,ed.4. Philadelphia: Davis Company
Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. WileyBlackwell.
Wiraminaradja dan Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung:
Refika Aditama
59