Anda di halaman 1dari 12

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG

RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

PERATURAN TENTANG MANAJEMEN


FASILITAS RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT TK III BALADHIKA HUSADA


2015
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG

RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT

1. Landasan

Perundang-undangan

Tentang

Bahan

Berbahaya

dan

Beracun.
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pasal 22 ayat 1: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
2) Pasal 34 ayat 1: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKLUPL.
3) Pasal 59 ayat 1: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
4) Pasal 59 ayat 4: Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari
Menteri,

gubernur,

atau

bupati/walikota

sesuai

dengan

kewenangannya.
5) Pasal 69 butir f: Setiap orang dilarangmembuang B3 dan limbah B3
ke media lingkungan hidup.
b. PP No 18 1999 Tentang pengeloaan limbah B3
1) Pasal 9 sd 26:
Pelaku pengelolaan limbah B3 (Penghasil, Pengumpul, Pengangkut,
pemanfaat, Pengolah dan atau penimbun limbah B3) wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Pasal 40 ayat 1 point a dan b: Setiap badan usaha yang melakukan
kegiatan:
a) penyimpanan,

pengumpulan,

pemanfaatan,

pengolahan

dan/atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari


Kepala instansi yang bertanggung jawab.
b) pengangkut limbah B3 wajib memi1iki izin pengangkutan dari
Menteri

Perhubungan

setelah

mendapat

rekomendasi

dari

Kepa1a instansi yang bertanggung jawab.


c) pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki
izin pemanfaatan dari instansi yang berwenang memberikan izin

pemanfaatan

setelah

mendapat

rekomendasi

dari

Kepala

instansi yang bertanggung jawab


3) pasal 43 ayat 1: Untuk kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagai kegiatan
utama wajib dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4) Pasal 43 ayat 2: Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
hidup

diajukan

bersama

dengan

permohonan

izin

operasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4) kepada instansi


yang bertanggung jawab.
5) Pasal 45 ayat 1: Kegiatan baru yang menghasilkan limbah B3 yang
melakukan
lokasinya

pengolahan
sama

dan

dengan

pemanfaatan

kegiatan

limbah

utamanya,

B3

maka

yang

analisis

mengenai dampak lingkungan hidup untuk kegiatan pengolahan


limbah B3 dibuat secara terintegrasi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup untuk kegiatan utamanya.
6) Pasal 45 Ayat 2: Apabila pengolahan limbah B3 dilakukan oleh
penghasil dan pemanfaat limbah B3 di lokasi kegiatan utamanya,
maka hanya rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup yang telah disetujui yang diajukan
kepada

instansi

yang

bertanggung

jawab

bersama

dengan

permohonan izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasa140.


c. Keputusan Kepala Bapedal No. 2 tahun 1995 tentang Dokumen
limbah bahan berbahaya dan beracun
1) Pasal 2
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Dokumen limbah B3 merupakan dokumen yang senantiasa dibawa
daritempat

asal

pengangkutan

tujuan.Dokumendiberikan

pada

limbah
waktu

B3

ke

tempat

penyerahan

limbah

B3.Dokumen limbah B3tersebut meliputi juga dokumen muatan.


Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila
pengangkutanhanya satu kali dan apabila pengangkutan lebih dari
satu kali (antarmuda), maka dokumen terdiri dari 11 (sebelas)
rangkap dengan perinciansebagai berikut:

a) lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3


setelah

ditandatangani

oleh

penghasil,

pengumpul,

dan

pengolah limbah B3 (warna putih);


b) lembar kedua yang sudah ditandatangani pengangkut limbah
B3, oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul dikirim kepada
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (warna kuning);
c) lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut
limbah B3 disimpan oleh penghasil atau pengumpul limbah B3
yang menyerahkan limbah B3 untuk diangkut oleh pengangkut
limbah B3 (warna hijau);
d) lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau
pengolah

limbah

B3

oleh

pengangkut

diserahkan

kepada

pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang menerima


limbah B3 dari pengangkut limbah B3 (warna merah muda);
e) lembar kelima dikirim kepada Badan Penngendalian Dampak
Lingkungan setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3
atau pengolah limbah B3 (warna biru);
f) lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur
Kepala

Daerah

Tingkat

yang

bersangkutan,

setelah

ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah


B3 (warna krem);
g) lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil
limbah B3 oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3,
setelah

ditandatangani

oleh

pengumpul

limbah

B3

atau

pengolah limbah B3 (warna ungu);


h) lembar kedelapan s/d lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut
kepada penghasil atau pengumpul setelah ditandatangani oleh
pengangkut

terdahulu

dan

diserahkan

kepada

pengangkut

berikutnya
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 18 tahun 2009 Tentang Cara
perizinan pengelolaan Limbah B3
1) Pasal 6 ayat 1: usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk
dan/atau produk antara yang dihasilkan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan pemanfaatan limbah B3 tidak di wajibkan memiliki izin
2) Produk dan/atau produk antara sebagaimana dimaksud diatas harus
telah memenhi standar nasional atau standar lain yang telah di akui
oleh nasiona maupun internasional.
3

Keterangan :
Usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk dan/atau
produk antara yang dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan
pemanfaatan limbah B3 tetap diwajibkan memiliki izin apabila
produk antara tersebut belum atau tidak memenuhi standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang diakui oleh nasional
maupun internasional.
e.

Prosedur perizinan pengelolaan limbah B3


Persyaratan pengajuan izin pengelolaan limbah B3 adalah sebagai
berikut
1) Pemohon untuk mengajukan izin pengumpulan limbah B3 skala
nasional

pengangkutan,

pemanfaatan,

pengolahan

dan

penimbunan limbah B3 mengajukan permohonan dengan


mengisi formulir sesuai dengan lampiran Peraturan Mentei
Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun 2009 tentang Tata cara
perizinan pengelolaan limbah B3.
2) Pemohon untuk mengajukan izin penyimpanan sementara
limbah B3, izin pengumpulan limbah B3 skala provinsi dan
kabupaten/kota, dan rekomendasi pengumpullan skala nasional
mengisi formulir sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang tata
laksana

perizinan

dan

pengawasan

limbah

B3

serta

pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah


2.

Peraturan Perundang-Undangan tentang Kesiapan menghadapi

Bencana.
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
1) Pasal 1 Ayat 1: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alamdan/atau faktor
nonalam

maupun

faktor

manusia

sehingga

mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian


harta benda, dan dampak psikologis

2) pasal 1 ayat 2: Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan


oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
3) Pasal 1 ayat 3: Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
4) Pasal 1 ayat 4: Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.
5) Pasal 1 Ayat 5: Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian
pembangunan

upaya
yang

yang
berisiko

meliputi

penetapan

timbulnya

bencana,

kebijakan
kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.


6) Pasal 1 ayat 10: Tanggap darurat bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera

dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi


korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana
dan sarana.
7) Pasal 4
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a) memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana;
b) menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c) menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
d) menghargai budaya lokal;
e) membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f) mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

8) Pasal 35

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak


terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a
meliputi:
a) perencanaan penanggulangan bencana;
b) pengurangan risiko bencana;
c) pencegahan;
d) pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e) persyaratan analisis risiko bencana;
f) penegakan rencana tata ruang;
g) pendidikan dan pelatihan; dan
h) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
9) pasal 48 Pasal 48
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b meliputi:
a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
b)
c)
d)
e)
f)

dan sumber daya;


penentuan status keadaan darurat bencana;
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
pemenuhan kebutuhan dasar;
perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
1) Pasal 5 ayat 1: Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a meliputi:
a) perencanaan penanggulangan bencana;
b) pengurangan risiko bencana;
c) pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
d) persyaratan analisis risiko bencana;
e) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
f) pendidikan dan pelatihan; dan
g) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
2) Pasal 7 ayat 1: Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b merupakan kegiatan untuk mengurangi
ancaman

dan

kerentanan

serta

meningkatkan

kemampuan

masyarakat dalam menghadapi bencana.


3) Pasal 7 ayat 2: Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui
kegiatan:
a) pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
6

b) perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;


c) pengembangan budaya sadar bencana;
d) peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana; dan
e) penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana
4) Pasal 14 ayat 1: Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf g ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana.
5) Pasal 14 Ayat 2: Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang berupa pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi.
6) Pasal 21 ayat 1 : Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat meliputi: pengkajian secara cepat dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya;
a) penentuan status keadaan darurat bencana;
b) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
c) pemenuhan kebutuhan dasar;
d) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
e) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor per.05/men/1996 Tentang sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
1) Pasal 1 ayat 1
Sistem

Manajemen

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

yang

selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem


manajemen secara keseluruhan yangmeliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif;
7

2) Pasal 2
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
3) Pasal 3
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3.
Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja
sebagai satu kesatuan

3. Peraturan Perundang-Undangan tentang Penanggulangan


kebakaran
a. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan umum

Nomor: 10/KPTS/2000

tentang Ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran Pada


bangunan gedung dan lingkungan
1) Pasal 1 ayat 1
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan

adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan

persyaratan

teknis

yang

diperlukan

dalam

mengatur

dan

mengendalikan penyelenggaraan pembangunan

bangunan gedung,

termasuk

pelaksanaan

dalam

rangka

proses

perizinan,

dan

pemanfaatan/pemeliharaan bangunan gedung, serta pemeriksaan


kelaikan

dan

keandalan

bangunan

kebakaran.
2) Pasal 2 ayat 1
8

gedung

terhadap

bahaya

Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan


gedung

dan

lingkungan

dimaksudkan

penyelenggaraan bangunan gedung

untuk

yang aman terhadap bahaya

kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan


sampai

pada

tahap

pemanfaatan

mewujudkan

sehingga

pembangunan

bangunan

gedung

senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya


3) Pasal 3 ayat 1
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan
meliputi: Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
a)
b)
c)
d)

Sarana penyelamatan,
Sistem proteksi pasif,
Sistem proteksi aktif,
Pengawasan dan pengendalian

b. Keputusan

Menteri

Negara

Pekerjaan

Umum

Nomor

11/Kpts/2000

TentangKetentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran

di

Perkotaan
1) Pasal 1 Ayat 1:Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
adalah segala upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel,
sarana dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah,
mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di bangunan,
lingkungan dan kota.
2) Pasal 1 ayat 2: Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan
atau diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya
pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara tetap yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya.
3) Pasal 2 ayat 1: Pengaturan manajemen penanggulangan kebakaran di
perkotaan

dimaksudkan

untuk

mewujudkan

bangunan

gedung,

lingkungan, dan kota yang aman terhadap bahaya kebakaran melalui


penerapan manajemen penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif
dan efisien.
4) Pasal 2 Ayat 2: Pengaturan manajemen penanggulangan kebakaran di
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
terwujudnya kesiapan, kesigapan dan
9

keberdayaan masyarakat,

pengelola

bangunan,

serta

dinas

terkait

dalam

mencegah

dan

menanggulangi bahaya kebakaran


c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.kep.186/men/1999 tentang Unit
penanggulangan kebakaran Ditempat kerja
1) Pasal 1 ayat 3
Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap
perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana
penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran
2) Pasal 2 ayat 2
Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Pengendalian setiap bentuk energi;
b) penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi;
c) pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d) pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e) penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala;
f) memilki buku

rencana

penanggulangan

keadaan

darurat

kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50


(lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi
bahaya kebakaran sedang dan berat.
3) Pasal 4
a) Klasifikasi tingkat potensi bahaya

kebakaran

sebagaimana

dimaksud dalam pasal 3 terdiri


(a) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;
(b)klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
(c) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
(d)klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
(e) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.
b) Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum
dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
c) Jenis tempat kerja yang belum termasuk dalam klasifikasi tingkat
resiko bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan sendiri oleh Menteri atau pejabat yang di tunjuk
10

4) Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
3 terdiri dari:
a) Petugas peran kebakaran;
b) Regu penanggulangan kebakaran;
c) Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung
jawab teknis.

Jember,
Januari 2015
Ketua Tim MFK,

Mengetahui
Karumkit Tk. III Baladhika Husada,

dr. A. Rusli Budiansyah, Sp. B. MARS


Letnan Kolonel Ckm NRP 1920047940367

11

Winarso
Letnan Satu Ckm NRP
21950226580473

Anda mungkin juga menyukai