Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat serta
hidayah-Nya yang telah di limpahkan. Sehingga kami dapat menyelesaikan
Asuhan keperawatan yang berjudul Skabies sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi Muhammad
saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam terang menderang
Dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini,
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kami dalam penyusunan Makalah
selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan Makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha yang kita lakukan. Amin.
Gorontalo, November 2016
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI
.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan
........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medik.............................................................................................
1. Definisi ........................................................................................... 3
2. Klasifikasi.......................................................................................... 3
3. Etiologi ........................................................................................... 5
4. Patofisiologi....................................................................................... 6
5. Manifestasi Klinik............................................................................. 8
6. Komplikasi........................................................................................ 9
7. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................. 10
8. Penatalaksaan................................................................................... 11
9. Pencegahan...................................................................................... 13
2.2 Konsep Keperawatan
1. Pengkajian....................................................................................... 14
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan....................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 28
3.2 Saran
......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang
bernama Sarcoptes Scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok.
Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang
padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk.
Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak
langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang
akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.(Kenneth,
F,1995)
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.
Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704
kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun
1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %
1.2 Rumusan Masakah
1) Apa pengertian dari skabies?
2) Apa saja klasifikasi dari skabies?
3) Apa etiologi dari skabies?
4) Bagaimana patofisiologi terjadinya skabies?
5) Bagaimana manifestasi klinis dari skabies?
6) Apa saja komplikasi dari skabies?
7) Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk skabies?
8) Bagaimana penatalaksanaan dariskabies?
9) Bagaimana Pencegahan dariskabies?
10) Apa saja pengkajian dari skabies?
11) Bagaimana rencana keperawatan dari1 skabies?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei.Skabies tidak membahayakan bagi manusia.Adanya rasa
gatal pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu
aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1)
lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)
lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi
pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar,
2005).
2. Klasifikasi
a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Scabies inconigto
Scabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membalik tetapi,
tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi penularan. Scabies icnigto
sering-sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, lesi
,yang luas dan mirip penyakit lain
c. Scabies Nodular
Pada scabies nodular terdapat lesi di bagian nodus kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat dibagian tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun sudah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Scabies yang ditularkan melalui hewan
Seperti di Amerika, sumber utama kejadian scabies biasanya
ditularkan oleh hewan yaitu anjing. Kelainan ini berbeda dengan
3
Morfologi
Sarcoptes
Scabiei
Secara
morfologik
Gangguan
Erosi,
ekskorisi
Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi
larva atau krusta
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam Terbangun pa
terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi
luka
nimfa yang mempunyai 2 Terbentuknya
bentuk, jantan dan
betina dengan 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki
Port
Dekedua
Entrepada betina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
Resiko Infeksi
4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika
dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder (Djuanda, 2010).
Gangguan
5. Manifestasi Klinis
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini
:
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. (Djuanda, 2010)
6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil
yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15%
dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
9
terutama di sekitar genetalia pria. Gamma
benzena heksaklorida sudah
diletakan diatas gelas objek (enam bulan dari bulan yang sama pada
satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.
h. Biopso Plong : Dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi
dan dikerjakan dengan potongan serial. Kemudian diperiksa dengan
teliti untuk menemukan tungau atau produknya dalam stratum
korneum.
8. Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan
air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko
tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan:
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
2) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar
matahari selama beberapa jam.11
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti
skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
12
13
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis ( personal
hiygine yang buruk )
c. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi
hubungan dengan masyarakat kurang baik karena klien merasa malu
akibat penyakit yang diderita.
d. Data biologis
1) Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.
2) Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
3) Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
4) Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
5) Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: Keadaan umum klien lemah
2) Kesadaran: Composmetis
3) Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di
ujungnya ada papul dan vesikel pada daerah-daerah
tertentu.Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit
14
15
3. Intervensi Keperawatan
4.
5.
Diagnosa
6.
Keperawatan
O
9.
10. Kerusakan
19. NOC
7.
NIC
22. Obsevasi
8.
Rasional
28. Observasi
Integritas Kulit
(00046)
and Mucous
Membranes
Hemodyalis akses
adanya kemerahan.
2. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
3. Monitor status nutrisi
11. Domain 11 :
Keamanan/Perlindun
gan
tindakan keperawatan
fisik
13.
14. Definisi : Perubahan
epidermis dan
dermis.
klien terpenuhi.
23. Mandiri
29. Mandiri
diharapkan pasien
karakteristik :
pasien.
selama.x 24 jam
dapat:
15. Batasan
NOC
menggunakan pakaian
yang longgar.
6. Memandikan pasien
(sensasi,elastisitas,tempe
30.
ratur,hidrasi,pigmentasi)
Tidak ada luka atau lesi
hangat.
24.
31.
32.
kulit (dermis)
Kerusakan pada
permukaan
pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan
kulit(epidermis)
Invasi struktur tubuh
pemahaman dalam
berhubungan :
Kelembpan
Radiasi
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Defisit imunologis
17.
cedera.
Mampu melidungi kulit
dan mempertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami
36.
37.
( 00004 )
38.
Resiko infeksi
Domain 11 :
Keamanan / perlindungan
39.
Kelas 1 : infeksi
Immune status
Knowledge : infection
7. Menjaga kebersihan
kulit dan badan klien
26. Kolaborasi
35. Kolaborasi
8. Untuk memenuhi
implementasi pemberian
potensi penyembuhan
luka.
control
Risk control
Pengendalian resiko
17
dokter tentang
18.
33.
49. Observasi
1. Mengetahui perkembangan
kesehatan pasien
2. Mencegah terjadinya
kerusakan kulit yang lebih
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
multiplikasi
setelah x 24 jam
adanya iritasi
3. Kaji sisi pen fdan kulit,
organisme patogenik
didapatkan :
yang dapat
kontaminasi pathogen
Terbebas dari tanda dan
gejala infeksi.
Memperlihatkan
menganggu
kesehatan.
41. Faktor resiko :
Kurang pengetahuan
untuk menghindari
pajanan pathogen
Kulit rusak
Jaringan mengalami
perhatikan adanya
keluhan peningkatan
nyeri
4. Observasi keadaan luka
terhadap pembentukan
bulla, krepitasi dan bau
trauma
42.
perhatikan adanya
peningkatan nyeri
45.
Mandiri
8. Lindungi pasien
terhadap kontaminasi
18
luas
3. Untuk mengidentifikasi
adanya infeksi local
4. Mengetahui tanda tanda
infeksi gas gangrene
5. Kekakuan otot, spasme
tonus otot rahang
menunjukantanda tetanus
6. Mencegah terjadinya
kerusakan kulit yang lebih
luas
7. Merupakan tanda
terjadinya osteomyelitis
50.
51.
52.
53.
54.
55. Mandiri
8. Untuk menghindari
terjadinya infeksi
bakteri
9. Bersihkan lingkungan
sekitar pasien
10. Pertahankan teknik
isolasi bila diperlukan
46.
HE
9. Untuk menghindari
kontaminasi bakteri
10. Untuk menghinda
terjadinya infeksi
56.
57. HE
11. Agar klien terhindar dari
infeksi
58.
59.
60.
61.
62. Kolaborasi
12. Program pengobatan untuk
mencegah infeksi , untuk
menjamin keseibangan
nitrogen positif dan
meningkatkan proses
19
penyembuhan
64.
3
Domain 12 :
Kenyamanan
67.
Kelas 1:
Kenyamanan Fisik
68.
69. Definisi :
Pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang actual atau
Tingkat kenyamanan
Pengendalian nyeri
Tingkat nyeri
76.
vasi :
1. Kaji penyebab nyeri
2. Kaji dimana tempat
nyeri
3. Kaji skala nyeri
4. Kaji kapan
77.
Setela
h dilakukan tindakan
keperawatan selama.x 24
dapat :
Memperlihatkan tingkat
kenyamanan
Mengontrol nyeri
Nyeri berkurang
63.
82. Observasi :
1. Untuk mengetahui
penyebab dari nyeri
2. Untuk mengetahui letak
nyeri
3. Untuk mengetahui
terjadi
efektifitas tindakan
nya nyeri
mengurangi nyeri
5. Kaji gambaran nyeri
4. Untuk mengetahui
78.
Mand
tindakan yang tepat yang
iri :
akan diberikan pada
6. Menciptakan lingkungan
pasien dengan waktu yang
yang nyaman disekitar
berbeda
klien
5. Untuk mengetahui
7. Dengan melakukan
tingkat/proses nyeri
tekhnik imajinasi
83.
Mand
terbimbing
8. Mengurangi tekanan
iri:
Obser
75.
potensial, atau
digambarkan dengan
istilah seperti awitan
perlahan dengan
6. Untuk mengalihkan
perhatian klien agar rasa
nyeri berkurang
20
intensitas ringan
79.
9. Informasikan kepada
diantisipasi atau
6 bulan
pasien untuk
70. Batasan
Mengungkapkan secara
dapat dicapai
11. berikan informasitentang
menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Perilaku ekspresif
71.
imajinasi terbimbing
8. Mengurangi gatal dan
berhubungan :
80.
72.
Kolab
orasi :
12. kolaborasi dengan tim
21
HE :
9. Meningkatkan tingkat
terhadap nyeri agar pasien
dapat mencegah
terjadinya penyebab nyeri
10. Agar perawat dapat
menentukan tindakan
selanjutnya yang akan
dilakukan apabila
tindakan pertama tidak
antisipasi
Faktor yang
84.
pengetahuan pasien
menginformasikan
karakteristik:
meningkatkan nyeri
10. instruksikan kepada
yang dapat
HE :
behasil
11. Agar pasien dapat
mengetahui penyebab
nyeri dan berapa lama
akan berlangsung
untuk pemberian
85.
Kolab
analgesic
orasi :
81.
86.
4
(00095)
88. Domain 4:
aktivitas/istirahat
89. Kelas 1:
tidur/istirahat
90.
91. Definisi: gangguan
kualitas
92. dan kuantitas waktu
Anxiety reduction
Comport level
Pain level
Rest: extent and patten
Sleep: extent and patten
100.
101.
Kriteria hasil:
102.
Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
x24 jam, masalah
gangguanpolatidur
eksternal
pasien teratasi
104.
Observasi:
1. Monitor
waktumakandanminumd
enganwaktutidur.
2. Monitor atau catat
105.
dapat berkurang
109.
Observasi:
1. Untuk mengoptimalkan
kebutuhan tidur pasien
sesuai kebutuhan.
2. Untuk mengetahui berapa
Mandiri:
3. Determinasiefekefekmedikasiterhadappo
latidur.
4. Fasilitasi untuk
mempertahankan
110.
Mandiri:
3. Untukmencegahterjadinya
gangguanpolatidurkarenae
fekmedikasi.
4. Untukmerangsangtimbuln
yakeletihansehinggapasie
dengan
normal.
Penurunan kemampuan
berfungsi.
Ketidakpuasan tidur.
Menyatakan sering
terjaga.
Jumlah jam
tidurdalambatas normal 6
sampai 8 jam perhari.
22
Polatidur,
kualitasdalambatas
normal.
Perasaansegarsesudahtidu
HE:
5. Jelaskanpentingnyatidur
yang adekuat
6. Instruksikan untuk
monitor tidur pasien
108.
Kolaborasi:
r atauistirahat.
7. Kolaborasipemberianob
103.
attidur.
8. Diskusikan dengan
Bising.
Bau gas.
Kurang control tidur
Gangguan (misalnya
t.
111.
HE:
5. Agar
pasienmemahamipentingn
yakebutuhantidur.
6. Agar
polatidurpasienterjagadant
eratur.
112.
Kolaborasi:
7. Untukmembantupasienme
ncapaikebutuhantidurnya.
8. Untukmembantupasienme
nemukancaramudahuntukt
idur.
pemantauan,
113.
pemeriksaan
laboratorium)
95.
96.
107.
nlebihmudahdalamistiraha
23
97.
98.
99.
114. 115. Gangguan Citra
5
Tubuh (00118)
116.
Body image
Self esteem
Domain 6 : persepsi-
117.
118.
Definisi :Konfusi
121.
Setelah
mampu :
Mandiri
4. Berikan dorongan
kekuatan personal
Mendiskripsikan secara
mengungkapkan
127.
klien diharapkan
Batasan
Subjektif :
1. Kaji dan
119.
karakteristik :
Kriteria hasil :
tindakan keperawatan
126.
dilakukan tindakan
Observasi
dokumentasikan respon
125.
Diri
129.
tubuh
keluarga untuk
perasaan
5. Dukung mekanisme
koping yang biasa
136.
Observasi
atau kehilangan
Rasa takut terhadap
128.
digunakan pasien
6. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekuatan dan
122.
Objektif
(tubuh)
Perilaku menghindari,
24
keterbatasan mereka
7. Berikan perawatan
dengan cara yang tidak
memantau, atau
mencari tahu tentang
nyaman dengan
tubuh individu
Perubahan dalam
keterlibatan sosial
Kehilangan bagian
terbiasa dengan
tubuh
Trauma terhadap bagian
berfungsi
bertahap menjadi
perubahan pada
tubuhnya
131.
123.
132.
tersebut
7. Agar pasien tidak merasa
menghakimi, jaga
pasien
8. Bantu pasien dan
memotivasi pasien
HE
124.
25
medis.
10. Jelaskan tentang
pengobatan , perawatan,
134.
Kolaborasi
penyakit
133.
Kolaborasi
pasien tersebut
12. Untuk mengetahui dan
mendapatkan informasi
untuk merencanakan
perawatan dengan
pasien dan keluarga
12. Tawarkan
untukmenghubungi
sumber sumber
komunitas yang tersedia
untuk pasien / keluarga
13. Kolaborasikan
26
kondisi me
10. Agar pasien tahu cara
imun klien
Pemberian obat
imunosuppresan dengan
dokter
135.
141.
27
142.
143.
BAB III
PENUTUP
143.1 Kesimpulan
144. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit startum
korneum, membentuk kenalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
145. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan
edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu
betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua
pasang didepan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa
alat tajam. Sedangkan untuk kutu jantan, memiliki ukuran dari setengah
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan
dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
145.1 Saran
146. Saran obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium
tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak
merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
147.
28
148.
DAFTAR PUSTAKA
149.
150.
Dan Kelamin.
151.
152.
Integumen. Salema
153.
154.
Medika: Jakarta
Wilkinson M. Judith Buku Saku Diagnosis keperawatan Edisi : 9
Penerbit Buku
155.
156.