Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PROGRAM P2 TB PARU

UPT PUSKESMAS BABAKAN

UPT PUSKESMAS BABAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BABAKAN KECAMATAN BABAKAN
Jl. P. Sutajaya No.48 Telp (0231) 8840040
Hotline sms: 082316515460 email:puskesmasbabakan@yahoo.co.id
45191
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS BABAKAN
KECAMATAN BABAKAN TAHUN 2016
NOMOR :
TENTANG
PANDUAN TATALAKSANA TB PARU
DI UPT PUSKESMAS BABAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPT PUSKESMAS BABAKAN,

Menimbang

a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan


kesehatan P2 TB Paru di UPT Puskesmas Babakan
diperlukan adanya panduan tatalaksana TB Paru;
b. Bahwa sehubungan dengan butir (a) diatas perlu adanya
panduan tatalaksana TB Paru yang ditetapkan dengan
keputusan Kepala UPT Puskesmas Babakan;
1
2

Mengingat

:
3

4
5

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
pedoman organisasi perangkat daerah Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4262;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota;
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
Peraturan Bupati Cirebon Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon;

M E M U T U S K A N

Menetapkan

: KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS BABAKAN NOMOR


TENTANG PANDUAN TATALAKSANA TB PARU DI UPT
PUSKESMAS BABAKAN;

PERTAMA

KEDUA

Panduan tatalaksana TB Paru dipergunakan sebagai acuan


pelaksanaan tatalaksana TB Paru di UPT Puskesmas
Babakan;
Panduan tatalaksana TB Paru tersebut diatas terurai dalam
buku Panduan tatalaksana TB Paru di UPT Puskesmas
Babakan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan ini;

KETIGA

: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan / perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Babakan
Pada Tanggal 04 Januari

2016

KEPALA UPT PUSKESMAS BABAKAN


KABUPATEN CIREBON

Hj.KURNIA SUKMA.SKM,M.Kes
NIP. 19600124 198309 2 001

BAB I
DEFINISI
TUBERKULOSIS
A. Pengertian penyakit Tuberkulosis (TBC)
Penyakit TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tubercullosis yang masuk melalui saluran pernafasan
kedalam paru-paru.
B. Tanda-tanda dan gejala penyakit Tbc

a. Gejala respiratorik
Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
Batuk berdahak bercampur darah
Sesak Nafas
Nyeri Dada
b. Gejala Sistemik
Demam
Malaise
Keringat malam tanpa sebab
Anoreksia dan berat badan menurun
C. Cara Diagnose TBC
Disamping gejala-gejala tersebut di atas untuk menegakkan diagnosis
TBC Paru maka diperlukan pemeriksaan Mikroskopis yaitu dengan cara
pemeriksaan dahak tersangka penderita.
Pemeriksaan dahak tersangka penderita TBC, mengenai BTA ( Baksil Tahan
Asam ) sebanyak 3 kali, yaitu dahak sewaktu, dahak pagi dan dahak sewaktu
(SPS). Selain itu bila diperlukan maka dilakukan Rontgen dada / thorax foto.
D. Klasifikasi Penyakit TBC
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan dahak penderita, Penyakit TBC Paru
dibagi dalam :
1. Tuberkulosis paru BTA positif, yaitu :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 specimen dahak SPS mununjukan hasil
positif
1 Specimen dahak SPS menunjuka BTA positif dan dari hasl foto
Rontgen dada menunjukan gambaran TBC aktif
2. Tuberkulosisi paru BTA Negati
Yaitu hasil pemeriksaan 3 specimen dahak SPS hasilnya negative dan
hasil foto Rontgen dada menunjukan gambaran Tuberkulosis aktif.
Tuberkulosis BTA negative ini dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk penyakit berat dan ringan.
Bentuk penyakit TBC berat jika digambaran foto dada memperlihatkan
gambaran kerusakan jaringan paru yang luas (Millier) atau keadaan
umum penderita buruk / payah.
Sedangkan bentuk ringan dalam gambaran hasil Rontgen dada hanya
menunjukan adanya Tuberkulosis aktif saja.
3. Kambuh
Yaitu Pend yg sudah di nyatakan sembuh tp beberpa bulan kmudian
timbul lg gjala Tbc dan setelah diperiksa BTA positif kmbali
4. Tuberkulosis Extra Paru
TBC Extra paru dibagi dalam :
A. TBC extra paru ringan

Jika TBC terjadi pada kelenjar limfe, Pleuritis eksudativa unilateral,


sendi dan kelenjar adrenal
B. TBC extra paru berat
Jika TBC terjadi pada selaput otak / meningitis, millier, perikardititis,
peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC
usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
E. Cara Penularan Tbc
Sumber penularan adalah penderita TBC dengan BTA positif. Pada waktu
penderita batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Percikan daha ini yang mengandung kuman dapat
bertahan beberapa jam dalam suhu kamar. Orang dapat tertular kalau percikan
dahak terhirup kedalam saluran pernafasan. Kuman TBC dapat menyebar dari
paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui system peredaran darah, system
saluran limfe dan saluran pernafasan.
Daya penularan penyakit TBC ini tergantung banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari paru-paru penderita TBC, makin tinggi derajat positifnya kuman
makin tinggi pula daya penularannya. Akan tetapi jika hasil pemeriksaan
mikroskopisnya penderita TBC negative maka penderita TBC tersebut dianggap
tidak akan menularkakan penyakitnya

BAB II
RUANG LINGKUP
Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi dengan Kabupaten/Kota sebagai titik berat manajemen program
dalam kerangka otonomi yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi serta menjamin ketresediaan sumber daya (dana, tenaga, sasaran
dan prasarana). Penanggulangan TB dilaksankan dengan menggunakan strategi
DOTS. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap
program penanggulangan TB.

Penguatan stategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap


peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR-TB. Penemuan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB
dilaksanakan

oleh

seluruh

Unit Pelayanan

Kesehatan

(UPK), meluputi

Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP),
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Klinik pengobatan lain serta Dokter
Praktek Swasta (DPS).
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja
sama dan kemitraan dengan program terkait, sector pemerintah, non pemerintah
dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB
(Gerdunas TB). Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT)cuntuk penanggulangan TB diberikan kepada pasien secara
Cuma-Cuma dan dijamin ketersediaannya. Ketersediaan sumber daya manusia
yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan
mempertahankan kinerja program. Penanggulangan TB lebih di prioritaskan
kepada kelompok miskin dan kelompok rentan terhadap TB. Penanggulangan TB
harus berkolaborasi dengan penanggulangan HIV. Pasien Tb tidak dijauhkan dari
keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

BAB III
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pasien TB menggunakan srategi DOTS meliputi upaya
penemuan dan pengobatan. Penemuan pasien merupakan kegiatan awal dan
utama dalam program penanggulangan TB, dengan menemukan semua pasien
TB paru BTA Positif baru (menular), dengan tetap memperhatikan penemuan
pasien TB lainnya. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,
menetapkan diagnosis TB dan menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien
TB.

A. Penemuan Pasien TB
1. Startegi penemuan pasien TB
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif,
pemeriksaan terhadap kontak erat pasien TB terutama kontak erat pasien
BTA positif. Apabila di jumpai pasien TB anak harus di cari sumber
penularnya.
2. Identifikasi suspek TB
Biasanya suspek TB datang ke Pasyankes dengan berbagai keluhan dan
gejala yang mungkin akan menunjukkan bahwa yang bersangkutan
termasuk suspek, diantaranya batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih
kadang disertai darah, sesak nafas, rasa nyri dada, badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan turun dan berkeringat pada malam hari
walaupun tanpa kegiatan serta demam meriang yang berulang lebih dari
sebulan.
B. Pemeriksaan dahak mikroscopis dan keamanan kerja di laboratorium
1.
Pengumpulan dahak
Dahak dikumpulkan atau ditampung dalam pot dahak yang transparan,
bermulut lebar, berpenampang 6cm atau lebih, tutup berulir, tidak mudah
pecah dan bocor. Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 3
spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS). Specimen dahak idealnya
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang berurutan.


Pemberian nomor identitas sediaan
Pembuatan dan penyimpanan sediaan apus dahak
Permohonan pemeriksaan dan pengiriman sediaan dahak
Pewarnaan sediaan dengan Metode Ziehl neelsen
Pembacaan sediaan
Pencataan hasil pembacaan
Penyimpanan sediaan untuk uji silang
Pembuangan limbah laboratorium
Keamanan kerja laboratorium

C. Pencatatan Tatalaksana Laboratorium (TB 06,05 dan 04)


TB 06 : daftar suspek yang diperiksa dahak SPS
TB 05 : formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
TB 04 : register laboratorium TB
D. Diagnosis TB Paru dan Ekstra Paru pada orang dewasa dan anak
E. Klasifikasi penyakit dan tipe pasien
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
a. Tuberculosis Paru
b. Tuberculosis Ektra Paru
2. Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan dahak mikroskopis
a. Tuberculosis Paru BTA positif

b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif


3. Kalsifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Pasien baru
b. Pasien yang sebelumnya di obati
c. Pasien pindahan
F. Pengobatan pasien TB
Tujuan pengobatan TB adalah menyembuhkan pasien, mencegah kematian
atau akibat buruk yang ditimbulkan, mencegah kekambuhan, memutuskan
ranyai penularan, mencegah terjadinya kekebalan terhadap OAT dan
mengurangi dampak social dan ekonomi.

BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan dan Pelaporan TB Paru banyak menggunakan formulirformulir,diantaranya adalah:
A. Formulir TB.01(kartu pengobatan pasien Tb)
Kartu ini di simpan di unit pelayanan kesehatan (puskesmas,RS,BBKPM/
BKPM/ BP4, dan lain-lain) dimana penderita tersebut mendapat
pengobatan.
B. Formulir TB.02 (kartu identitas pasien)
Kartu TB.02 di simpan oleh pasien.Selain mencatat identitas pasien ,kartu
ini dipakai juga untuk mencatat paduan obat yang diberikan kepada
pasien, jumlah obat yang telah diberikan kepada pasien,tanggal harus
kembali, tanggal pemeriksaan ulang dahak,dan catatan lain oleh dokter
atau perawat.
C. Formulir TB.03 (Register TB Kabupaten
Buku ini di pakai oleh wasor

TBC kabupaten /kota untuk mendaftar

(mencatat) semua penderita yang di obati di unit pelayanan kesehatan


(UPK) dalam kabupaten/kota yang bersangkutan. Setiap penderita yang
terdaftar akan diberi nomor register kabupaten.
D. Formulir TB.04 (Register Laboratorium TBC

Buku ini untuk mencatat setiap melakukan pemeriksaan dahak dari


seorang penderita (baik untuk penderita suspek maupun untuk follou-up
pengobatan.
E. Formulir

TB.05

(Formulir

permohonan

laboratorium

TBC

untuk

pemeriksaan dahak)
Formulir ini diisi oleh petugas yang meminta pemeriksaan dahak untuk
bagian atas,dan bagian bawah diisi oleh petugas yang membaca sediaan
dahak.Satu penderita menggunakan satu formulir.Satu formulir digunakan
untuk 3 spesimen(untuk diagnosis) atau untuk 2 spesimen(untuk follou-up
pengobatan).
F. Formulir TB.06 (daftar suspek yang diperiksa SPS)
Formulir ini merupakan buku bantu bagi petugas TB di UPK yang
mengobati penderita.
G. Formulir TB.07 (laporan triwulan penemuan dan pengobatan pasien TB)
Laporan ini dibuat oleh petugas kabupaten/kota, sumber data dari buku
register TB kabupaten/kota (TB.03) .Laporan ini dikirim ke provinsi setiap
triwulan.TB.
H. Formulir TB.08 (laporan triwulan hasil pengobatan penderita TB yang
terdaftar 12-15 bulan lalu)
Laporan ini dibuat oleh petugas kabupaten/kota.Sumber data berasal dari
buku register TB kabupaten TB.03).Laporan dibuat pada setiap permulaan
triwulan untuk melaporkan bagaimana hasil pengobatan kelompok pasien
yang terdaftar dalam buku register TB kabupaten pada 12-15 bulan yang
lalu.
I. Formulir TB.09 (formulir rujukan / pindah pasien TB)
Formulir ini digunakan bila ada seorang pasien akan di rujuk atau pindah
berobat ke UPK di luar wilayah kabupaten/kota.Formulir ini perlu untuk
UPK yang baru ,sehingga pengobatan dapat dilanjutkan dengan mudah.

J. Formulir TB.10 (formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan).


K. Formulir

ini

diisi

oleh

unit

pengobatan

yang

menerima

pasien

pindahan.Diisi setelah hasil akhir pengobatan pasien pindahan tersebut


diketahui.

KEBIJAKAN PIMPINAN PUSKESMAS BABAKAN


Pimpinan Puskesmas Babakan telah menetapkan suatu kebijakan terhadap
pelayanan prorgram P2 Ispa dan Pneumonia sebagai pedoman kerja bagi
petugas dalam memberikan pelayan P2 Ispa dan Pneumonia di Puskesmas
Babakan. Kebijakan tersebut adalah Pelayanan P2 Ispa dan Pneumonia adalah
pelayanan profesional yang merupakan panduan antara konsep pelayanan,
pengobatan dan konsep keperawatan yang ditujukkan pada seluruh masyarakat
khususnya pada bayi dan balita penderita Ispa dan Pneumonia.
A. Terhadap sasaran yang berkunjung di Puskesmas
1. Temuan Kasus
a. Petugas melakukan temuan kasus yang diproleh dari BP Umum,
Pusling, BP Dewasa, Posyandu, Lintas Program dan Lintas Sektor.
b. Temuan kasus di catat di buku register Ispa dan Pneumonia kemudian
koordinator P2 Ispa dan Pneumonia menindak lanjuti temuan kasus
tersebut.
2. Kunjungan Rumah (Caresiking)
Petugas melakukan kunjungan rumah stelah melakukan koordinasi
dengan Kepala Puskesmas. Program terkait untuk memberikan layanan

keperawatan langsung kepada inividu/bayi dan balita, keluarga dan


masyarakat. Kemudian di dokumentasikan dalam formulir caresiking.
3. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas mencatat semua kegiatan dalam :
a. Formulir Caresiking
b. Buku catatan harian kunjungan petugas
c. Buku register Ispa dan Pneumonia (Koordinator Keperkom)
B. Terhadap sasaran di Lapangan
1. Petugas melakukan kunjungan rumah (Caresiking)
2. Petugas melakukan observasi terhadap lingkungan yang mempengaruhi
masalah kesehatan
3. Petugas melakukan konseling dan penyuluhan terhadap keluarga dengan
bayi atau balita penderita Ispa dan atau Pneumonia
4. Petugas melakukan kunjungan rumah 2 kali pada setiap kasus Ispa atau
Pneumonia
5. Petugas melakukan evaluasi dan pemahaman keluarga terhadap penyakit
Ispa dan Pneumonia
6. Petugas mencatat hasil kegiatan dalam formulir pemantauan Caresiking
7. Petugas membuat laporan hasil kegiatan yang telah di laksanakan

Anda mungkin juga menyukai