Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN ANAK


ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ASTER RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Disusun oleh :
KELOMPOK V
Armaya Silviyani
Ikhsan Inayatulloh
Siti Fatimah F.
Yuliana Dyah K.
Pratiwi Kusuma

G4D013058
G4D0130
G4D0130
G4D0130
G4D0130

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2014
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bronkopneumonia merupakan peradangan akut pada paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus paru. Bronkopneumonia
menyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan
proporsi 19%. Perkiraan angka insiden pneumonia pada balita di Indonesia
adalah 10% sampai 20% per tahun dan perkiraan angka kematian
pneumonia pada balita di Indonesia pada 1993 adalah 6 per 1000 balita.
Survey morbiditas dan mortalitas pneumonia yang dilakukan oelh Sub
direktorat ISPA pada 1993 pada balita di 12 provinsi didapatkan angka
kematian yang berkisar antara 0 sampai 17,2 per 1000 balita dengan ratarata 2,9 per 1000 balita. Data di Jawa Tengah pada 1997 menunjukkan
bahwa ISPA merupakan penyebab kunjungan rawat jalan balita di
Puskesmas dan pneumonia balita termasuk satu dari 10 besar kunjungan di
Puskesmas (Hapsari & Anindita, 2002)
Jika bronkopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang
tidak memadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema,
rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan
secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu kami tertarik untuk membahas dan menelaah lebih lanjut
mengenai penyakit bronkopneumonia untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia dengan pendekatan
proses keperawatan yang benar.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui

asuhan

keperawatan

yang

tepat

pada

anak

dengan

bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah
bronkus kanan maupun kiri atau keduanya (Smeltzer & Bare, 2005).
Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada
parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat
mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di
lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan
penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orangorang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Price & Wilson, 2006).
B. Etiologi
Secara

umum,

individu

yang

terserang

bronkopneumonia

diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga virus


maupun bakteri pathogen dapat masuk ke dalam tubuh. Pada orang sehat
ada mekanisme pertahanan tubuh terutama pada organ pernafasan seperti
refleks glottis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang dapat
menggerakkan kuman keluar dari organ (Price & Wilson, 2006).
Penyebabnya terbagi menjadi :
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonates
Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi
Virus
: parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri
: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak
Virus
: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri
: Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
d. Pada anak besar dewasa muda
3

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis


Bakteri
: Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M.
tuberculosis.
2. Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi
selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,
pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menangis.
C. Manifestasi klinis
1. Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau
selama sakit
2. Batuk, awalnya mukoid lalu berubah menjadi purulen hingga
hemoptisis
3. Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura
4. Tanda dan gejala lain yang spesifik seperti mialgia, pusing, anoreksia,
malaise, diare hingga mual atau muntah.
D. Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui
mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan
sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks
batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit,
komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk
ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora

komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran
nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia
bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi
eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar,
atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi
akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi

merah.

Konsolidasi

jaringan

menyebabkan

penurunan

compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg


melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis

(ventilation-perfusion

missmatching)

yang

kemudian

menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen


menyebabkan peningkatan kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin
dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada
kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan
dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke
kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan
perlekatan (Bennete, 2013).
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley
et.al., 2011):
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini
ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di

tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun
dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin
dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti
hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan

diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya


semula.
E. Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran
bakteri dalam rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan
perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis,
artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari
penyebaran infeksi hematologi (Bradley et.al., 2011).

F. Pathway

G. Pemeriksaan penunjang
Doengoes (2000) memaparkan beberapa pemeriksaan pada penderita
bronkopneumonia,
1. Pemeriksaan fisik : Inspeksi atau palpasi, sisi hemitoraks yg sakit
tertinggal, Perkusi biasanya tidak ada kelainan dan Auskultasi ada
tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba, suara meningkat,
suara napas bronkovesikuler bronchial, suara crekles.

2.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi


jarum,

3.

4.

aspirasi

transtrakeal,

bronkoskopifiberotik

atau

biopsi

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab


Pemeriksaan darah, hasilnya
a. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
b. LED dapat juga tinggi
c. Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak
diobati
Foto thorax PA/lateral, hasilnya
a. Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan
pengisian alveoli oleh cairan radang

berupa :

karena

opasitas /

peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan gambaran air


bronchogram
b. Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran
radiologis negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam
5.

24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.


Pemeriksaan gas darah
a. Hipoksemia & hipokarbia
b. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut

H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI,
2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas
hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan
interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan diberikan amoksisilin 10-25

mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin


tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi adalah
kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis,
berat ringan penyaki, riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis,
dan tidaknya penyakit yang mendasari.
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak
harus dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak
ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
a. beta laktam amoksisilli
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazo
e. makrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)
a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and
error) maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal
tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau
tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam harus diganti
dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab
yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit
seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik
tidak efektif).
I. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama

10

Keluhan yang ditunjukkan anak biasanya anak akan gelisah,


dispnea, pernafasan cepat dan dangkal,disertai nafas cuping
hidung, ada kebiruan di hidung dan mulut. Kadang disertai muntah
dan diare.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya penyakit didahului dengan infeksi saluran penrnafasan
bagian atas selama beberapa hari hgejalanya seperti pilek, natuk,
suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-400C.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita sakit yang menyebabkan system imun menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya bronkopneumonia ditularkan dari anggota keluarga yang
menderita infeksi saluran nafas atas.
3. Pengkajian pola fungsional
a. Aktivitas dan latihan
Anak menunjukkan gejala kelemahan, kelelahan, dan insomnia,
biasanya anak cenderung letargi
b. Nutrisi dan pola metabolik
Nafsu makan akan menurun, mual atau muntah disertai distensi
abdomen, bising usus hiperaktif kulit akan kering
c. Pola istirahat dan tidur
Anak akan sukar tidur karena pengaruh dari sesak nafasnya.
4. Pemeriksaan fisik dada
a. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena

tidak

menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka,


namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis)
maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi
pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000
Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi
rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung

11

jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari


mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
J. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan compliance
paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler
4. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran oksigen.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
8. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder: imunosupresi
K. Rencana asuhan (Terlampir)

12

BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa
Tempat praktek/ujian
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
MRS
Berat badan
I.

IDENTITAS
Nama
No. RM bayi
Jenis Kelamin
TTL/usia
Nama ayah/ibu
Pekerjaan ayah/ibu
Pendidikan ayah/ibu
Agama
Alamat
Suku/Bangsa

: Kelompok V
:Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
: 27 April 2014 Jam 06.00 WIB
: Bronkopneumonia
: 23 April 2014
: 6700 gram

: An. R
: 332792
: Laki-laki
: 23 November 2013/ 5 bulan
: Tn. M/ Ny. E
: Wiraswasta/Ibu rumah tangga
: SMA/SMA
: Islam
: Semaya Rt. 07/Rw. 01 Pemalang
: Jawa/Indonesia

II. KELUHAN UTAMA


Ibu mengeluhkan kalau nafas bunyi serak
III. KELUHAN TAMBAHAN
Ibu mengatakan anaknya sariawan, seperti radang tenggorokan, ada batuk
sejak hari kamis serta kadang-kadang panas sudah sekitar 15 hari semenjak di
rumah.
IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

13

10 hari sebelum masuk rumah sakit anak terlihat sesak nafas


disertai bunyi serak ketika mengambil nafas, Ibu mengatakan anaknya jadi
sering sakit-sakitan setelah terpasang VP shunt untuk menangani hidrosefalus.
2 Hari sebelum masuk rumah sakit nafas bunyi serak tambah
berat An. R dibawa berobat oleh orang tuanya ke poli anak RSUD Pemalang.
Namun tenaga medis di RSUD Pemalang tidak dapat menangani masalah
yang muncul pada An. R. Pihak Rumah sakit menghawatirkan selang yang
terpasang untuk shunting tersebut terpilin atau mungkin tersumbat sehingga
menyebabkan sesak pada anak.
Hari dimana anak masuk rumah sakit, An. R dirujuk ke Poli Anak
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, kemudian di diagnosa mengalami
bronkopneumonia dan di suruh mondok di Ruang Aster. Di ruang aster anak
masih sesak kemudian dipasang infus Ka-EN 1B 8 tpm (mikro), Oksigen via
nasal canul 2 lpm, obat-obatan yang diberikan berupa inj. Ampicilin
2x300mg, inj.Gentamycin 2x10mg, inj. Dexamethason 2x1/3 amp. Dalam
keadaan sesak tersebut anak akhirnya dipasang selang NGT untuk
memberikan nutrisi ke anak ditakutkan anak akan tersedak jika diberikan
nutrisi via oral.
Selama 2 hari perawatan suara nafas tidak kunjung hilang, terapi
ditambahkan pemberian nebulizer fentolin amp diberikan setiap pagi.
V. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Prenatal
Ibu klien mengatakan bahwa usia kehamilan An. R aterm yakni usia 9
bulan 10 hari, ibu tidak mengeluhkan sesuatu pada kehamilannya hanya
pusing-pusing pada usia kehamilan 4 bulan hingga ibu tidak nafsu makan.
2. Natal
Ibu Klien mengatakan bahwa An. R lahir di RSUD Pemalang dengan
posisi janin sungsang, lahir secara spontan tanpa ada induksi dengan berat
3400 gram, menangis keras ketika dilahirkan.
3. Postnatal

14

Setelah lahir anak diketahui terdapat spina bifida pada os.lumbal. Anak
tidak mendapat IMD dan menjalani perawatan karena spina bifida
tersebut. Imunisasi yang telah didapatkan oleh An. R terdiri dari :
a. HB 0
b. BCG dan polio 1
c. DPT/HB 1, Polio 2
d. DPT/HB 2, Polio 3
VI. RIWAYAT KELUARGA
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
sakit serupa, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi
asma, atau diabetes mellitus, maupun penyakit menular seperti TBC,
Genogram :

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien

: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal serumah

VII.RIWAYAT SOSIAL
Ibu klien mengatakan bahwa An. U sehari-hari di asuh sendiri olehnya
terkadang dibantu oleh suaminya
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa Medis
: Bronkopneumonia
2. Tindakan Operasi
: Post VP shunt (Hidrosefalus) pada tanggal
20 Desember 2013,
3. Obat-obatan
Sabtu, 26 April 2014
No
a.
b.

Nama Obat
Oksigen
IVFD Ka-EN 1B

:
Dosis
4 lpm
8 tpm

Indikasi
Untuk menangani sesak nafas
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan

15

c.

Inj. Ampicilin

2 x 300 mg

d.

Inj. Gentamycin

2 x 10 mg

e.

Inj. Dexamethason

2 x 1/3
amp

f.

Nebulizer fentolyn

1x1/2 amp
(pagi)

karbohidrat, penyakit yang


belum diketahui penyebabnya
terdiri dari Na 38.5 meq, CI
38.5 meq, glucose 37.5 g
Ampisilina digunakan untuk
pengobatan:
Infeksi saluran
pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan,
seperti shigellosis,
salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan
kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
Untuk pengobatan infeksi gram
negatif Pseudomonas, Proteus,
Serratia) dan Gram positif
(Staphylococcus), infeksi
tulang, infeksi saluran nafas,
infeksi kulit dan jaringan
lunak, infeksi saluran urin,
abdomen, endokarditis dan
septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk
bakteri endokarditis dan
tindakan bedah
Dexamethasone Harsen adalah
obat anti inflamasi dan anti
alergi yang sangat kuat. Obat
ini digunakan sebagai
glucocorticoid khususnya:
untuk anti inflamasi,
pengobatan rheumatik arthritis
dan penyakit colagen lainnya,
alergi dermatitis dll, penyakit
kulit,
Gangguan pernapasan dimana
ada bronkospasme dan ekresi
mucus berlebihan

16

Minggu, 27 April 2014


No
a.
b.

Nama Obat
Oksigen
IVFD Ka-EN 1B

Dosis
4 lpm
8 tpm

c.

Inj. Ampicilin

2 x 300 mg

d.

Inj. Gentamycin

e.

Inj. Dexamethason

Indikasi
Untuk menangani sesak nafas
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan
karbohidrat, penyakit yang
belum diketahui penyebabnya
terdiri dari Na 38.5 meq, CI
38.5 meq, glucose 37.5 g
Ampisilina digunakan untuk
pengobatan:
Infeksi saluran
pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan,
seperti shigellosis,
salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan
kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.

Septikemia, meningitis.
2 x 10 mg
Untuk pengobatan infeksi
gram negatif Pseudomonas,
Proteus, Serratia) dan Gram
positif (Staphylococcus),
infeksi tulang, infeksi saluran
nafas, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi saluran
urin, abdomen, endokarditis
dan septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk
bakteri endokarditis dan
tindakan bedah
2 x 1/3 amp Dexamethasone Harsen adalah
obat anti inflamasi dan anti
alergi yang sangat kuat. Obat
ini digunakan sebagai
glucocorticoid khususnya:
untuk anti inflamasi,
pengobatan rheumatik arthritis

17

f.

Nebulizer fentolyn
dan NaCl 0,9%

1x1/2 amp
(pagi)

dan penyakit colagen lainnya,


alergi dermatitis dll, penyakit
kulit,
Gangguan pernapasan dimana
ada bronkospasme dan ekresi
mucus berlebihan

Senin, 28 April 2014


No
a.

Nama Obat
IVFD Ka-EN
1B

Dosis
8 tpm

b.

Inj. Ampicilin

2 x 300 mg

c.

Inj.
Gentamycin

2 x 10 mg

d.

Inj.

2 x 1/3 amp

Indikasi
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan
karbohidrat, penyakit yang
belum diketahui penyebabnya
terdiri dari Na 38.5 meq, CI
38.5 meq, glucose 37.5 g
Ampisilina digunakan untuk
pengobatan:
Infeksi saluran
pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan,
seperti shigellosis,
salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan
kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
Untuk pengobatan infeksi
gram negatif Pseudomonas,
Proteus, Serratia) dan Gram
positif (Staphylococcus),
infeksi tulang, infeksi saluran
nafas, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi saluran
urin, abdomen, endokarditis
dan septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk
bakteri endokarditis dan
tindakan bedah
Dexamethasone Harsen adalah

18

Dexamethason

e.

Nebulizer
fentolyn dan
NaCl 0,9%

1x1/2 amp
(pagi)

obat anti inflamasi dan anti


alergi yang sangat kuat. Obat
ini digunakan sebagai
glucocorticoid khususnya:
untuk anti inflamasi,
pengobatan rheumatik arthritis
dan penyakit colagen lainnya,
alergi dermatitis dll, penyakit
kulit,
Gangguan pernapasan dimana
ada bronkospasme dan ekresi
mucus berlebihan

4. Tindakan Keperawatan
:
a. Memonitor tanda-tanda vital
b. Memberikan obat sesuai dengan order (kolaborasi)
c. Menjelaskan mengenai proses penyakit dan prosedur pemeriksaan
medis yang harus dilakukan (manfaat dan akibatnya)
d. Melakukan kompres hangat bila demam muncul
e. Memberikan terapi nebulizer untuk mengencerkan secret yang
menumpuk

5. Hasil laboratorium
:
a. Pemeriksaan Hematologi Rutin (23 April 2014)
PARAMETERS
WBC
14,7
RBC
4.5
HGB
10,9
HCT
36
MCV
79.4
MCH
24.4
MCHC
30.7
PLT
44.2
RDW
13.6
MPV
10.4

Nilai Normal
[10^3/L]
[10^6/L]
[g/dL]
[%]
[fL]
[pg]
[g/dl]
[10^3/L]
[%]
[fL]

6,0 - 17,5
4,1 5,3
11,3 - 14,1
33 41
79.0 99.0
27.0 31.0
33.0 37.0
15.0 45.0
11.5 14.5
7.2 11.1

DIFFERENTIAL
Eosinofil
0.0
Basofil
0.1

[%]
[%]

1.8 - 8
0.9 - 5.2
19

Batang
Segmen
Limfosit
Monosit

1.4
50.4
39.0
9.1

[%]
[%]
[%]
[%]

2.00 5.00
40.0 - 70.0
25.0 40.0
2.0 8.0

6. Hasil Rontgen
:
a. Hasil Pemeriksaan Radiologi (24 April 2014)
Rontgen Thoraks:
1) Cor :
CTR = 60 %
Bentuk dan detak jantung normal
2) Pulmo :
Corakan vaskuler meningkat
Tampak bercak perihiler kanan kiri dan parakardial kanan
3) Tak tampak penebalan hilus kanan kiri
4) Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior
5) Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Kesan: Cor tak membesar, gambaran bronkopneumonia
IX. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL: MENURUT GORDON
1. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa air susunya tidak banyak keluar sehingga
Ibu memutuskan untuk menggunakan susu formula. An. R termasuk
pendiam dan jarang menangis. Ibu klien mengatakan rutin mengikuti
program imunisasi mulai sejak An. R lahir. Karena punya riwayat sering
sakit-sakitan, apabila An. R terlihat lemah terlihat sakit, orang tua
langsung membawanya berobat ke pelayanan kesehatan
2. Nutrisi-Pola Metabolik
Sebelum sakit : ibu mengatakan anak diberikan ASI, menyusu lumayan
kuat
Selama sakit : anak diberikan nutrisi melalui selang NGT, diet ASI 10-12
x sehari pemberian sekitar 70 hingga 120 cc
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ; Ibu mengatakan An. R BAK sebelum sakit lancar, untuk
BAB susah kadang sehari 1 kali, kadang perut anak sampai besar,
konsistensinya keras, feses yang keluar seukuran jempol ibu.
Selama sakit : anak menggunakan diapers. Ibu mengatakan diapers sering
penuh ganti setiap 6 jam sekali, BAB masih susah perut anak teraba keras

20

4. Aktivitas-Pola Latihan
Ibu klien mengatakan bahwa An. R kebanyakan aktivitas di tempat tidur
sebelum maupun selama sakit. Karena kepalanya besar jadi anak sulit
menumpu berat kepalanya, anak harus berbaring, saat tidur ibu membantu
memiringkan anak.
5. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit : Ibu Klien mengatakan bahwa An. R tidur biasa dimulai
pukul 8 malam dan bangun sekitar jam 5 pagi, terkadang bangun di
malam hari karena suasanya panas atau karena haus
Selama sakit ; Ibu menyampaikan bahwa anaknya tidur mulai sekitar jam
8 malam seperti biasa namun setiap jam 3 pagi anak terbangun dan tidak
dapat tidur lagi
6. Pola Kognitif-Persepsi
Ibu klien mengatakan sempat dibuat cemas karena dulu saat anaknya di
rawat dokter sempat memvonis anaknya tidak dapat melihat atau
mendengar karena efek dari penyakit hidrosefalus tersebut. Tapi vonis
tersebut salah hingga saat ini penglihatan, pendengaran, peraba,
penciuman atau perasa dapat berfungsi dengan baik walaupun dengan
kondisi fisik yang lemah
7. Persepsi Diri-Pola Konsep Diri
Ibu klien mengatakan ia yakin anaknya dapat segera sembuh, ibunya
selalu mengamati perkembangan anak sejak dulu di rawat. Semangat
untuk sembuhnya sangat tinggi.
8. Pola Peran Hubungan
Ibu klien mengatakan bahwa An. R sangat responsif kepada orang tuanya
saat bermain, anak juga tidak pernah rewel
9. Seksualitas
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak begitu menuntut harus
memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu. Ibu klien sepakat dengan
keluarga, apapun jenis kelamin yang diberikan mereka terima dengan
senang hati. Ibunya membelikan mainan mobil-mobilan serta bola kecil
agar anak senang.
10. Koping-Pola Toleransi Stress
Ibu klien mengatakan bahwa An. R tidak terlihat stress sebelum sakit
maupun selama sakit.
11. Nilai-Pola Keyakinan

21

Keluarga beragama islam. Ibu klien mengatakan bahwa sering mengaji


dan membaca doa sehari-hari di dekat An. U. Ibu klien berharap An. U
kelak juga senang dan hafal dengan bacaan-bacaan doa yang dibacakan
oleh Ibu klien

X. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran
: Apatis
b. PCS
: E4M6V2 12
2. Tanda Vital
a. N : 144 x/menit
b. RR: 24 x/menit
c. T : 384 0C
3. TB/BB (percentile)
a. PB: 61 cm
b. BB: 6,8 kg
c. Pengukuran Z-score
WAZ :
HAZ :
WHZ :
4. Kepala
Lingkar Kepala : 46 cm makrochepal
Sutura coronalis dan sagitalis belum menutup sempurna, ada luka bekas
shunting pada os temporal dekstra diameter 3 cm.
5. Mata:
a. Pupil isokor 3 mm
b. Mata terlihat cekung
c. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
6. Hidung
a. Terlihat simetris
b. Terpasang selang NGT di lubang hidung sebelah kanan dannasal
kanul
c. Ada sedikit sekret
d. Terdapat pernapasan cuping hidung minimal
7. Mulut

22

a. Ada lesi di area bibir atas ataupun bawah (sariawan)


b. Bibir lembab
c. Lidah bersih
8. Telinga
a. Telinga bersih, tidak ada serumen
b. Dapat berespon terhadap suara, baik yang kanan maupun yang kiri
9. Tengkuk
a. Tidak ada kaku kuduk
10. Dada
a. Terdapat retraksi dinding dada, ada tarikan dinding dada yang sangat
kuat ke dalam
b. Dada simetris
11. Jantung
a. Terdengar bunyi jantung I dan II minimal karena masalah
pernafasannya lebih mendominasi
b. Tidak ada mur-mur
c. Iktus kordis tidak terlihat
12. Paru-Paru
a. Terdengar bunyi vesikuler
b. Terdengar stridor dan wheezing
13. Perut
a. Supel, tidak keras
b. Bising usus: 9 x/m minimal karena aktivitas anak cenderung kurang
14. Punggung
a. Simetris, tidak ada kifosis atau lordosis
b. Terdapat riwayat spina bifida rupture pada daerah punggung, lumbal
ke 3-4
15. Genitalia
a. Laki-laki
b. Testis sudah turun di skrotu
16. Ekstremitas
a. Kekuatan Otot:
4 4
4 4
b. Terpasang infuse KA-EN 1B di tangan kiri
17. Kulit
a. Turgor baik
b. Tidak terdapat lesi pada kulit
c. Akral teraba hangat
d. Terlihat berwarna kemerahan

23

XI.

PEMERIKSAAN

PERKEMBANGAN

(Penilaian

Berdasarkan

DDST/Denver II)
Pemeriksaan perkembangan An. U dilakukan sesuai dengan Denver yang
dinilai dari kemampuan bahasa, sosial, motorik halus, dan motorik kasar.
Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, An.R
Personal sosial : Normal
Motorik halus : Normal
Bahasa
: Normal
Motorik kasar : 2Csuspect

24

XII.

INFORMASI LAIN
An. U diasuh oleh Ibu dan dibantu oleh Ayahnya, tidak ada riwayat trauma
karena jatuh maupun kekerasan dari keluarga dan teman-temannya

XIII. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


An. U dirawat di ruang Aster dengan diagnosa medis bronkopneumonia.
Selama di ruang aster telah dilakukan tindakan keperawatan berupa
memonitor tanda-tanda vital, menganjurkan kepada keluarga untuk
melakukan kompres hangat jika demam, memberikan obat sesuai dengan
order (kolaborasi), menjelaskan mengenai proses penyakit dan prosedur
pemeriksaan medis yang harus dilakukan (manfaat dan akibatnya), dan
merencanakan proses keperawatan untuk mengatasi masalah sesak anak
dengan pemberian oksigen lewat nasal canul maupun dilakukan nebulizer

XIV. ANALISA DATA


DATA

MASALAH

PENYEBAB

25

DO: - pasien tampak sesak nafas


- Ada retraksi dinding dada
- RR: 24X/menit
- Auskultasi: stridor dan
wheezing
- Tampak cuping hidung
minimal
- Gambaran RO tharax
terkesan bronkopneumonia
- Hidung terpasang nasal
kanul
DS: - ibu pasien mengatakan nafas
anaknya bunyi
DO:- Suhu: 38,4 0C
- Nadi: 144X/menit
- Eosinofil 0% (menurun)
- Basofil 0,1% (menurun)
- Batang 1,4%(menurun)
- Monosit 9,1% (meningkat)
DS: ibu pasien mengatakan jika
anak A sering panas selama 15
hari dan lemas terkadang rewel
DO: PCS: 12 apatis
Nadi: 144X/menit
Suhu: 38,4
Sutura coronalis dan sagitalis
belum menutup sempurna, ada
luka bekas shunting pada os
temporal dekstra diameter 3
cm.
Lingkar kepala 46 cm
makrocephal
DS: ibu pasien mengatakan pasien
jarang menangis

XV.

Bersihan
Jalan Penumpukan
nafas tidak efektif sekret

Hipertermi

Proses Penyakit

Aneurime serebri

Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sekret
2. Hipertermi b.d. proses penyakit
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d. aneurisme serebri

26

27

XVI. RENCANA KEPERAWATAN


NO
DIAGNOSA
TUJUAN
1.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Bersihan Jalan
selama 3x24 jam pasien diharapkan
Nafas b.d
membaik dengan kriteria hasil:
akumulasi sekret
Kriteria Hasil
Skor
Awal Tujuan
1. Respiratory status :
Airway patency
- Respiratory rate
(RR)
- Ritme pernafasan
- Kedalaman
inspirasi
- Menggunakan
otot bantu nafas
- Akumulasi
sputum
2. Respiratory status :
ventilasi
- Suara nafas tidak
normal
- Sesak
saat
berbaring
- Retraksi dinding
dada

Keterangan skor:

INTERVENSI
Airway Management:
o Monitor pernafasan
dan kekuatan
pernafasan.
o Auskultasi suara
nafas.
o Observasi tandatanda obstruksi jalan
nafas dan kegagalan
pernafasan.

o Berikan oksigen
sesuai program.
o Lakukan nebulisasi
sesuai program.

o Lakukan suction
sesuai kebutuhan.

RASIONALISASI
o Suara Ronki ,
wheezing, crackles,
menunjukan adanya
sumbatan di jalan
nafas.
o Takipneu, takikardi,
peningkatan
penggunaan otot
pernafasan, pucat,
lemah menunjukan
adanya kegagalan
pernafasan.
o Pemberian oksigen
meningkatkan kadar
oksigen di paruparu.
o Nebulisasi
membantu
mengencerkan sekret
sehingga mudah
terlepas.
o Suction membantu
membersihkan jalan
nafas dari sekret

o Posisikan semi
fowler dan pastikan
kepala agak ekstensi.

o Kolaborasikan
pemberian antibiotik
sesui program.

o Berikan lingkungan
yang tenang untuk
meningkatkan
istirahat.
2.

Hipertermi b.d.

Setelah diberikan asuhan keperawatan

yang terlepas dan


terkumpul di jalan
nafas.
o Posisi semi fowler
and kepala agak
ekstensi
memungkinkan paru
paru bergerak lebih
leluasa dan jalan
nafas bagian atas
terbuka.
o Antibiotik
membunuh
mikroorganisme
penyebab
peradangan pada
paru sehingga proses
peradangan
berkurang dan
produksi sekret
menurun.
o Istirahat membantu
mengurangi
penggunaan oksigen
oleh tubuh sehingga
fungsi pernafasan
dapat tenang.

Fever treatment

29

proses penyakit

selama 3x24 jam pasien diharapkan o Monitor suhu tubuh


membaik dengan kriteria hasil :
o Monitor nadi dan
Kriteria Hasil
Skor
respirasi, bila perlu.
Awal Tujuan o Berikan obat untuk
1. Termoregulasi
mengatasi penyebab
- Peningkatan suhu
demam
sesuai
kulit
program.
- Hyperthermia
2.

Status
kenyamanan: fisik
- Level energi
- Suhu tubuh

Keterangan skor:
Termoregulasi
1 = sangat berat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Status kenyamanan fisik
1 = Dikompromi sangat berat
2 = Dikompromi berat
3 = Dikompromi sedang
4 = Dikompromi ringan
5 = Tidak ada kompromi

o Berikan
obat
antipiretik,
bila
perlu.
Temperature
regulation
o Anjurkan
intake
cairan dan nutrisi
yang adekuat.
o Lakukan
hangat.

kompres

o Lakukan water tepid


sponge,
bila
memungkinkan.

o Mengetahui
perbaikan dan
perburukan
o Demam akibat
proses penyakit,
maka penanganan
juga diberikan
untuk mengatasi
penyebab demam
tersebut.
o Menurunkan suhu
tubuh

o Mencegah
kehilangan cairan
akibat evaporasi
saat demam
o Vasodilatasi
pembuluh darah
sehingga panas
tubuh berkurang
o Memandikan pasien
bertujuan
menurunkan suhu
tubuh secara drastis,
hanya dilakukan

30

o Ajarkan
keluarga
pasien indikasi panas
yang berlebihan dan
tindakan emergency
yang
harus
dilakukan, bila perlu.
3.

Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral b.d

Setelah diberikan asuhan keperawatan Cerebral


perfusion
selama 3x24 jam pasien diharapkan promotion
membaik dengan kriteria hasil :
o Monitor
status
Kriteria Hasil
Skor
kesadaran
Awal Tujuan
1. Perfusi jaringan :
o Monitor tanda-tanda
serebral
peningkatan TIK
- Mual
o Monitor
status
- Muntah
respirasi (frekuensi,
- Kurang istirahat
irama,
dan
- Penurunan
kedalaman)
kesadaran
Circulatory care
2. Perfusi jaringan :
o Lakukan
seluler
pemeriksaan
- Capillary refill
sirkulasi
seperti
- Denyut jantung
denyut jantung dan
Keterangan skor:
capillary refill
Perfusi jaringan : serebral

pada pasien dengan


suhu tubuh
mencapai lebih dari
400C
o Melibatkan keluarga
dalam perawatan
agar tercipta
kemandirian dan
mengantisipasi
perburukan kondisi
pasien.
o Mengetahui
perkembangan dan
perburukan
o Mengantisipasi
kegawatan
o Mempertahankan
keadekuatan
oksigen dalam
tubuh
o Mengetahui status
sirkulasi tubuh

31

1 = Sangat berat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Perfusi jaringan : seluler
1 = Dikompromi sangat berat
2 = Dikompromi berat
3 = Dikompromi sedang
4 = Dikompromi ringan
5 = Tidak ada kompromi

o Monitor intake dan


output
o Ubah posisi pasien
setiap 2 jam, bila
perlu

o Mengetahui
keseimbangan
cairan tubuh
o Posisi membantu
memaksimalkan
sirkulasi

XVII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No
1

Hari /
Tanggal
Sabtu / 27
April 2014

Jam

No. Dx

06.00

Tindakan Keperawatan
-

Monitor
dan

Respon

pernafasan S: Ibu pasien mengatakan anak masih sesak


kekuatan nafas

Paraf
Armaya

32

pernafasan.
06.05
06.10
06.20

06.30

1
1
1

O: tampak tarikan dinding dada saat


inspirasi, RR 24 x/menit
suara O: terdengar wheezing

Mengauskultasi
nafas
Memonitor
aliran O: aliran lancar
oksigen 4 lpm
Memposisikan pasien S: ibu pasien mengatakan saat bernafas,
semi fowler dan kepala pasien masih mengeluarkan bunyi.
sedikit ekstensi
O: Pasien tampak tenang, masih terdengar
stridor namun agak berkurang
Memberikan nebulizer O: pasien tampak menangis namun suara
1 x 1/2 ampul fentolin tangisan hanya terdengar sedikit, keluar
dan NaCl 0,9%
lendir dari mulut pasien.

Armaya
Armaya

Armaya

Armaya
06.00

Mengukur suhu tubuh

06.10

Melakukan
hangat

06.30

06.00

06.15

kompres

S: ibu pasien mengatakan badan anak teraba


panas, terutama di malam hari.
O: Suhu 38,40C, kulit teraba hangat
S: ibu mengatakan pasien menangis namun
hanya sedikit terdengar suaranya
O: pasien tampak rewel dan lemas
S: ibu pasien mengatakan berharap suhu
tubuh turun
O: suhu turun menjadi 37,70C
O: PCS 12

Memberikan
obat
paracetamol syrup 0,6
ml minum langsung.
Memonitor
status
kesadaran
Memeriksa
denyut O: Nadi 144x/menit, CRT < 2 detik
jantung dan capillary
refill

Ikhsan
Ikhsan
Ikhsan
Armaya
Armaya

33

06.30
14.00

14.10

3
1

Memonitor tanda-tanda
PTIK
Monitor status respiratori
(kedalaman,
frekuensi,
penggunaan otot bantu,
cuping hidung)

S: ibu pasien mengatakan anak tidak mual,


muntah, namun masil sulit beristirahat
Armaya
S : Ibu mengatakan pasien masih sesak nafas. Yuliana

Mengauskultasi suara nafas

S : Ibu mengatakan anaknya masih ngorok

O : frekuensi RR = 28 X/ menit, ekpirasi


memanjang, terdapat cuping hidung, terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar
suara stridor.
Yuliana

O : bunyi paru ronkhi di seluruh lapang paru.


14.15

Mengoleskan minyak kayu S : Ibu mengatakan sekret belum bisa


putih dibagian dada dan dikeluarkan
punggung pasien
O : Masih terdengar suara stridor, sekret
belum keluar, anak tampak tenang.

Yuliana

17.00

Mengukur suhu tubuh

Pratiwi

S : Ibu mengatakan pasien masih teraba


hangat
O : Suhu 36,9oC

17.10

Memberikan paracetamol S : Ibu mengatakan berharap panasnya bisa


0,6 cc via oral dengan turun.
menggunakan pipet tetes
O : Pasien tampak tenang dan bisa menelan

Pratiwi

34

paracetamol yang telah diberikan.


17.15

Mengompres
dengan air hangat

pasien S : Ibu mengatakan bisa mengompres


sendiri.

Pratiwi

O : Pasien tampak tenang saat di kompres.


18.00

Menghitung denyut nadi S :


pasien
O : denyut nadi pasien

Yuliana

99x/menit teraba kuat


18.05

Mengecek kapilari refill

S:-

Yuliana

O : Kapilari refill kembali < 2 detik


2

Sabtu / 27
April 2014

Minggu / 28
April 2014

21.00

22.00

03.00

03.05

Memberikan
obat
ampicillin 100 mg,
dexamethasone 0,6 mg,
gentamycin 10 mg via
selang IVFD.
Memonitor
tetesan
IVFD KAEN 1B 8 tpm
Memonitor
aliran
oksigen 2 lpm

S: Ibu pasien mengatakan berharap pasien


segera sembuh, batuk dan sesak berkurang.
O: pasien menangis tanpa suara saat diinjeksi

S: ibu mengatakan tetesan infus lancar


O: tetesan infus 8 tpm
S: aliran oksigen lancar, pasien agak rewel,
terbangun di malam hari.
O: pasien tampak terbangun dan batuk-batuk
Memposisikan miring S: ibu berharap batuk berkurang
kiri
O: keluar lendir dari mulut pasien

Siti
Siti
Siti
Siti

35

06.30

07.00

07.00

Memberikan nebulizer
1 x ampul fentolin
dan NaCl 0,9%
Monitor
pernafasan
dan
kekuatan
pernafasan.

S: ibu mengatakan sesak dan batuk sudah


agak berkurang
O: pasien tampak tenang
S: Ibu pasien mengatakan anak masih sesak
nafas namun sudah berkurang
O: tampak tarikan dinding dada yang kuat
saat inspirasi, RR 31x/menit
suara O: terdengar wheezing

Ikhsan
Mengauskultasi
nafas
Ikhsan
Menghentikan terapi O2 S : Ibu mengatakan anak sudah mulai tenang. Armaya
dengan cara melepaskan
O : pasien tampak masih sesak, masih
nasal kanul.
terlihat penggunaan otot bantu nafas, dan
dada masih tampak cekung saat inspirasi,
-

10.00

10.30

12.00

1,2,3

13.00

Ikhsan

Memonitor
pernafasan

tanda-tanda S : Ibu mengatakan anak masih sesak.

Armaya

O : RR= 22x/menit, masih tampak cuping


hidung dan penggunaan otot bantu nafas.

Mengukur tanda-tanda vital S : Ibu mengatakan pasien terus gelisah.


pasien
O : N=124x/ menit RR= 44x/menit
S=36,1OC

Pratiwi

Memiringkan pasien

Pratiwi

S : Ibu mengatakan pasien lebih sering tidur


telentang.

36

O : Bunyi stridor tetap terdengar.

08.00

Memberikan
terapi S : Ibu berharap pasien segera membaik.
ampicilin
300
mg,
gentamicin
10
mg, O : Pasien tampak tenang.
dexametasone 1/3 ampul.

Armaya

21.15

Memberika terapi ampicilin S : Ibu berharap pasien segera membaik.


300 mg, gentamicin 10 mg
O : Pasien tampak tenang.

Siti

00.00

Memonitor
pernafasan

06.00

status S :-

Memiringkan posisi pasien

Yuliana

O : Masih terdengar stridor, masih tampak


pengguaan otot bantu pernafasan, sudah
tidak tampak cuping hidung, dan masih ada
retraksi dinding dada. RR= 41x/menit
S : Ibu mengatakan jika pagi hari sesak nafas
bertambah parah dan suara pernafasan
semakin keras

Yuliana

O : Pasien tampak tenang, suara stridor


berkurang

37

06.15

Mengoleskan minyak kayu S : putih pada bagian dada dan


O : Pasien tampak tenang
punggung

Yuliana

06.25

Menepuk-nepuk
bagian S :dada dan punggung
O : Pasien tampak tenang, suara nafas masih
terdengar, sekret masih belum bisa keluar

Yuliana

00.15

Mengobservasi
pasien

istirahat S :O : Pasien tampak tidur pulas.

XVIII. EVALUASI KEPERAWATAN


No
1

Hari / Tanggal / Jam


Sabtu / 27 April 2014 /

Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas

21.00

tidak efektif b.d.

Evaluasi (SOAP)
S:

Paraf

38

DAFTAR PUSTAKA
Bennete. M. J. (2013). Pediatric Pneumonia. Di ambil dari http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. Di akses pada 9
Maret 2013.
Bradley J.S., Byington C.L., ., & Swanson J.T. (2011). The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Dissease. 53 (7): 617-630.
Doenges, M. (2000). Rencana asuhan keperawatan (3 ed.). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Hapsari, M. & Anindita, S. (2002). Deteksi rsv dengan menggunakan test pack immediate care diagnostic pada infeksi saluran
pernafasan akut bawah anak di RSUP dr. Kariadi (laporan penelitian). Fakultas kedokteran. Universitas Diponegoro.
Price, S.A. & Bare, B.G. (2006). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit (Vol. 1). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2005). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Vol. 1). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

39

Anda mungkin juga menyukai