Disusun oleh :
KELOMPOK V
Armaya Silviyani
Ikhsan Inayatulloh
Siti Fatimah F.
Yuliana Dyah K.
Pratiwi Kusuma
G4D013058
G4D0130
G4D0130
G4D0130
G4D0130
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bronkopneumonia merupakan peradangan akut pada paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus paru. Bronkopneumonia
menyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan
proporsi 19%. Perkiraan angka insiden pneumonia pada balita di Indonesia
adalah 10% sampai 20% per tahun dan perkiraan angka kematian
pneumonia pada balita di Indonesia pada 1993 adalah 6 per 1000 balita.
Survey morbiditas dan mortalitas pneumonia yang dilakukan oelh Sub
direktorat ISPA pada 1993 pada balita di 12 provinsi didapatkan angka
kematian yang berkisar antara 0 sampai 17,2 per 1000 balita dengan ratarata 2,9 per 1000 balita. Data di Jawa Tengah pada 1997 menunjukkan
bahwa ISPA merupakan penyebab kunjungan rawat jalan balita di
Puskesmas dan pneumonia balita termasuk satu dari 10 besar kunjungan di
Puskesmas (Hapsari & Anindita, 2002)
Jika bronkopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang
tidak memadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema,
rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan
secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu kami tertarik untuk membahas dan menelaah lebih lanjut
mengenai penyakit bronkopneumonia untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia dengan pendekatan
proses keperawatan yang benar.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui
asuhan
keperawatan
yang
tepat
pada
anak
dengan
bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah
bronkus kanan maupun kiri atau keduanya (Smeltzer & Bare, 2005).
Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada
parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat
mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di
lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan
penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orangorang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Price & Wilson, 2006).
B. Etiologi
Secara
umum,
individu
yang
terserang
bronkopneumonia
komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran
nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan
respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia
bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi
eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar,
atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi
akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi
merah.
Konsolidasi
jaringan
menyebabkan
penurunan
(ventilation-perfusion
missmatching)
yang
kemudian
tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun
dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin
dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti
hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
Doengoes (2000) memaparkan beberapa pemeriksaan pada penderita
bronkopneumonia,
1. Pemeriksaan fisik : Inspeksi atau palpasi, sisi hemitoraks yg sakit
tertinggal, Perkusi biasanya tidak ada kelainan dan Auskultasi ada
tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba, suara meningkat,
suara napas bronkovesikuler bronchial, suara crekles.
2.
3.
4.
aspirasi
transtrakeal,
bronkoskopifiberotik
atau
biopsi
berupa :
karena
opasitas /
H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI,
2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas
hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan
interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan diberikan amoksisilin 10-25
10
tidak
11
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa
Tempat praktek/ujian
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
MRS
Berat badan
I.
IDENTITAS
Nama
No. RM bayi
Jenis Kelamin
TTL/usia
Nama ayah/ibu
Pekerjaan ayah/ibu
Pendidikan ayah/ibu
Agama
Alamat
Suku/Bangsa
: Kelompok V
:Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
: 27 April 2014 Jam 06.00 WIB
: Bronkopneumonia
: 23 April 2014
: 6700 gram
: An. R
: 332792
: Laki-laki
: 23 November 2013/ 5 bulan
: Tn. M/ Ny. E
: Wiraswasta/Ibu rumah tangga
: SMA/SMA
: Islam
: Semaya Rt. 07/Rw. 01 Pemalang
: Jawa/Indonesia
13
14
Setelah lahir anak diketahui terdapat spina bifida pada os.lumbal. Anak
tidak mendapat IMD dan menjalani perawatan karena spina bifida
tersebut. Imunisasi yang telah didapatkan oleh An. R terdiri dari :
a. HB 0
b. BCG dan polio 1
c. DPT/HB 1, Polio 2
d. DPT/HB 2, Polio 3
VI. RIWAYAT KELUARGA
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
sakit serupa, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi
asma, atau diabetes mellitus, maupun penyakit menular seperti TBC,
Genogram :
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal serumah
VII.RIWAYAT SOSIAL
Ibu klien mengatakan bahwa An. U sehari-hari di asuh sendiri olehnya
terkadang dibantu oleh suaminya
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa Medis
: Bronkopneumonia
2. Tindakan Operasi
: Post VP shunt (Hidrosefalus) pada tanggal
20 Desember 2013,
3. Obat-obatan
Sabtu, 26 April 2014
No
a.
b.
Nama Obat
Oksigen
IVFD Ka-EN 1B
:
Dosis
4 lpm
8 tpm
Indikasi
Untuk menangani sesak nafas
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan
15
c.
Inj. Ampicilin
2 x 300 mg
d.
Inj. Gentamycin
2 x 10 mg
e.
Inj. Dexamethason
2 x 1/3
amp
f.
Nebulizer fentolyn
1x1/2 amp
(pagi)
16
Nama Obat
Oksigen
IVFD Ka-EN 1B
Dosis
4 lpm
8 tpm
c.
Inj. Ampicilin
2 x 300 mg
d.
Inj. Gentamycin
e.
Inj. Dexamethason
Indikasi
Untuk menangani sesak nafas
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan
karbohidrat, penyakit yang
belum diketahui penyebabnya
terdiri dari Na 38.5 meq, CI
38.5 meq, glucose 37.5 g
Ampisilina digunakan untuk
pengobatan:
Infeksi saluran
pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan,
seperti shigellosis,
salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan
kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
2 x 10 mg
Untuk pengobatan infeksi
gram negatif Pseudomonas,
Proteus, Serratia) dan Gram
positif (Staphylococcus),
infeksi tulang, infeksi saluran
nafas, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi saluran
urin, abdomen, endokarditis
dan septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk
bakteri endokarditis dan
tindakan bedah
2 x 1/3 amp Dexamethasone Harsen adalah
obat anti inflamasi dan anti
alergi yang sangat kuat. Obat
ini digunakan sebagai
glucocorticoid khususnya:
untuk anti inflamasi,
pengobatan rheumatik arthritis
17
f.
Nebulizer fentolyn
dan NaCl 0,9%
1x1/2 amp
(pagi)
Nama Obat
IVFD Ka-EN
1B
Dosis
8 tpm
b.
Inj. Ampicilin
2 x 300 mg
c.
Inj.
Gentamycin
2 x 10 mg
d.
Inj.
2 x 1/3 amp
Indikasi
Menyalurkan atau mengganti
cairan dan elektrolit pada
kondisi seperti : dehidrasi pada
pasien yang kekurangan
karbohidrat, penyakit yang
belum diketahui penyebabnya
terdiri dari Na 38.5 meq, CI
38.5 meq, glucose 37.5 g
Ampisilina digunakan untuk
pengobatan:
Infeksi saluran
pernafasan,seperti pneumonia
faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan,
seperti shigellosis,
salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan
kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
Untuk pengobatan infeksi
gram negatif Pseudomonas,
Proteus, Serratia) dan Gram
positif (Staphylococcus),
infeksi tulang, infeksi saluran
nafas, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi saluran
urin, abdomen, endokarditis
dan septikemia , penggunaan
topical, dan profilaksis untuk
bakteri endokarditis dan
tindakan bedah
Dexamethasone Harsen adalah
18
Dexamethason
e.
Nebulizer
fentolyn dan
NaCl 0,9%
1x1/2 amp
(pagi)
4. Tindakan Keperawatan
:
a. Memonitor tanda-tanda vital
b. Memberikan obat sesuai dengan order (kolaborasi)
c. Menjelaskan mengenai proses penyakit dan prosedur pemeriksaan
medis yang harus dilakukan (manfaat dan akibatnya)
d. Melakukan kompres hangat bila demam muncul
e. Memberikan terapi nebulizer untuk mengencerkan secret yang
menumpuk
5. Hasil laboratorium
:
a. Pemeriksaan Hematologi Rutin (23 April 2014)
PARAMETERS
WBC
14,7
RBC
4.5
HGB
10,9
HCT
36
MCV
79.4
MCH
24.4
MCHC
30.7
PLT
44.2
RDW
13.6
MPV
10.4
Nilai Normal
[10^3/L]
[10^6/L]
[g/dL]
[%]
[fL]
[pg]
[g/dl]
[10^3/L]
[%]
[fL]
6,0 - 17,5
4,1 5,3
11,3 - 14,1
33 41
79.0 99.0
27.0 31.0
33.0 37.0
15.0 45.0
11.5 14.5
7.2 11.1
DIFFERENTIAL
Eosinofil
0.0
Basofil
0.1
[%]
[%]
1.8 - 8
0.9 - 5.2
19
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
1.4
50.4
39.0
9.1
[%]
[%]
[%]
[%]
2.00 5.00
40.0 - 70.0
25.0 40.0
2.0 8.0
6. Hasil Rontgen
:
a. Hasil Pemeriksaan Radiologi (24 April 2014)
Rontgen Thoraks:
1) Cor :
CTR = 60 %
Bentuk dan detak jantung normal
2) Pulmo :
Corakan vaskuler meningkat
Tampak bercak perihiler kanan kiri dan parakardial kanan
3) Tak tampak penebalan hilus kanan kiri
4) Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior
5) Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Kesan: Cor tak membesar, gambaran bronkopneumonia
IX. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL: MENURUT GORDON
1. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa air susunya tidak banyak keluar sehingga
Ibu memutuskan untuk menggunakan susu formula. An. R termasuk
pendiam dan jarang menangis. Ibu klien mengatakan rutin mengikuti
program imunisasi mulai sejak An. R lahir. Karena punya riwayat sering
sakit-sakitan, apabila An. R terlihat lemah terlihat sakit, orang tua
langsung membawanya berobat ke pelayanan kesehatan
2. Nutrisi-Pola Metabolik
Sebelum sakit : ibu mengatakan anak diberikan ASI, menyusu lumayan
kuat
Selama sakit : anak diberikan nutrisi melalui selang NGT, diet ASI 10-12
x sehari pemberian sekitar 70 hingga 120 cc
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ; Ibu mengatakan An. R BAK sebelum sakit lancar, untuk
BAB susah kadang sehari 1 kali, kadang perut anak sampai besar,
konsistensinya keras, feses yang keluar seukuran jempol ibu.
Selama sakit : anak menggunakan diapers. Ibu mengatakan diapers sering
penuh ganti setiap 6 jam sekali, BAB masih susah perut anak teraba keras
20
4. Aktivitas-Pola Latihan
Ibu klien mengatakan bahwa An. R kebanyakan aktivitas di tempat tidur
sebelum maupun selama sakit. Karena kepalanya besar jadi anak sulit
menumpu berat kepalanya, anak harus berbaring, saat tidur ibu membantu
memiringkan anak.
5. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit : Ibu Klien mengatakan bahwa An. R tidur biasa dimulai
pukul 8 malam dan bangun sekitar jam 5 pagi, terkadang bangun di
malam hari karena suasanya panas atau karena haus
Selama sakit ; Ibu menyampaikan bahwa anaknya tidur mulai sekitar jam
8 malam seperti biasa namun setiap jam 3 pagi anak terbangun dan tidak
dapat tidur lagi
6. Pola Kognitif-Persepsi
Ibu klien mengatakan sempat dibuat cemas karena dulu saat anaknya di
rawat dokter sempat memvonis anaknya tidak dapat melihat atau
mendengar karena efek dari penyakit hidrosefalus tersebut. Tapi vonis
tersebut salah hingga saat ini penglihatan, pendengaran, peraba,
penciuman atau perasa dapat berfungsi dengan baik walaupun dengan
kondisi fisik yang lemah
7. Persepsi Diri-Pola Konsep Diri
Ibu klien mengatakan ia yakin anaknya dapat segera sembuh, ibunya
selalu mengamati perkembangan anak sejak dulu di rawat. Semangat
untuk sembuhnya sangat tinggi.
8. Pola Peran Hubungan
Ibu klien mengatakan bahwa An. R sangat responsif kepada orang tuanya
saat bermain, anak juga tidak pernah rewel
9. Seksualitas
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak begitu menuntut harus
memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu. Ibu klien sepakat dengan
keluarga, apapun jenis kelamin yang diberikan mereka terima dengan
senang hati. Ibunya membelikan mainan mobil-mobilan serta bola kecil
agar anak senang.
10. Koping-Pola Toleransi Stress
Ibu klien mengatakan bahwa An. R tidak terlihat stress sebelum sakit
maupun selama sakit.
11. Nilai-Pola Keyakinan
21
X. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran
: Apatis
b. PCS
: E4M6V2 12
2. Tanda Vital
a. N : 144 x/menit
b. RR: 24 x/menit
c. T : 384 0C
3. TB/BB (percentile)
a. PB: 61 cm
b. BB: 6,8 kg
c. Pengukuran Z-score
WAZ :
HAZ :
WHZ :
4. Kepala
Lingkar Kepala : 46 cm makrochepal
Sutura coronalis dan sagitalis belum menutup sempurna, ada luka bekas
shunting pada os temporal dekstra diameter 3 cm.
5. Mata:
a. Pupil isokor 3 mm
b. Mata terlihat cekung
c. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
6. Hidung
a. Terlihat simetris
b. Terpasang selang NGT di lubang hidung sebelah kanan dannasal
kanul
c. Ada sedikit sekret
d. Terdapat pernapasan cuping hidung minimal
7. Mulut
22
23
XI.
PEMERIKSAAN
PERKEMBANGAN
(Penilaian
Berdasarkan
DDST/Denver II)
Pemeriksaan perkembangan An. U dilakukan sesuai dengan Denver yang
dinilai dari kemampuan bahasa, sosial, motorik halus, dan motorik kasar.
Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, An.R
Personal sosial : Normal
Motorik halus : Normal
Bahasa
: Normal
Motorik kasar : 2Csuspect
24
XII.
INFORMASI LAIN
An. U diasuh oleh Ibu dan dibantu oleh Ayahnya, tidak ada riwayat trauma
karena jatuh maupun kekerasan dari keluarga dan teman-temannya
MASALAH
PENYEBAB
25
XV.
Bersihan
Jalan Penumpukan
nafas tidak efektif sekret
Hipertermi
Proses Penyakit
Aneurime serebri
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
26
27
Keterangan skor:
INTERVENSI
Airway Management:
o Monitor pernafasan
dan kekuatan
pernafasan.
o Auskultasi suara
nafas.
o Observasi tandatanda obstruksi jalan
nafas dan kegagalan
pernafasan.
o Berikan oksigen
sesuai program.
o Lakukan nebulisasi
sesuai program.
o Lakukan suction
sesuai kebutuhan.
RASIONALISASI
o Suara Ronki ,
wheezing, crackles,
menunjukan adanya
sumbatan di jalan
nafas.
o Takipneu, takikardi,
peningkatan
penggunaan otot
pernafasan, pucat,
lemah menunjukan
adanya kegagalan
pernafasan.
o Pemberian oksigen
meningkatkan kadar
oksigen di paruparu.
o Nebulisasi
membantu
mengencerkan sekret
sehingga mudah
terlepas.
o Suction membantu
membersihkan jalan
nafas dari sekret
o Posisikan semi
fowler dan pastikan
kepala agak ekstensi.
o Kolaborasikan
pemberian antibiotik
sesui program.
o Berikan lingkungan
yang tenang untuk
meningkatkan
istirahat.
2.
Hipertermi b.d.
Fever treatment
29
proses penyakit
Status
kenyamanan: fisik
- Level energi
- Suhu tubuh
Keterangan skor:
Termoregulasi
1 = sangat berat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Status kenyamanan fisik
1 = Dikompromi sangat berat
2 = Dikompromi berat
3 = Dikompromi sedang
4 = Dikompromi ringan
5 = Tidak ada kompromi
o Berikan
obat
antipiretik,
bila
perlu.
Temperature
regulation
o Anjurkan
intake
cairan dan nutrisi
yang adekuat.
o Lakukan
hangat.
kompres
o Mengetahui
perbaikan dan
perburukan
o Demam akibat
proses penyakit,
maka penanganan
juga diberikan
untuk mengatasi
penyebab demam
tersebut.
o Menurunkan suhu
tubuh
o Mencegah
kehilangan cairan
akibat evaporasi
saat demam
o Vasodilatasi
pembuluh darah
sehingga panas
tubuh berkurang
o Memandikan pasien
bertujuan
menurunkan suhu
tubuh secara drastis,
hanya dilakukan
30
o Ajarkan
keluarga
pasien indikasi panas
yang berlebihan dan
tindakan emergency
yang
harus
dilakukan, bila perlu.
3.
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral b.d
31
1 = Sangat berat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Perfusi jaringan : seluler
1 = Dikompromi sangat berat
2 = Dikompromi berat
3 = Dikompromi sedang
4 = Dikompromi ringan
5 = Tidak ada kompromi
o Mengetahui
keseimbangan
cairan tubuh
o Posisi membantu
memaksimalkan
sirkulasi
Hari /
Tanggal
Sabtu / 27
April 2014
Jam
No. Dx
06.00
Tindakan Keperawatan
-
Monitor
dan
Respon
Paraf
Armaya
32
pernafasan.
06.05
06.10
06.20
06.30
1
1
1
Mengauskultasi
nafas
Memonitor
aliran O: aliran lancar
oksigen 4 lpm
Memposisikan pasien S: ibu pasien mengatakan saat bernafas,
semi fowler dan kepala pasien masih mengeluarkan bunyi.
sedikit ekstensi
O: Pasien tampak tenang, masih terdengar
stridor namun agak berkurang
Memberikan nebulizer O: pasien tampak menangis namun suara
1 x 1/2 ampul fentolin tangisan hanya terdengar sedikit, keluar
dan NaCl 0,9%
lendir dari mulut pasien.
Armaya
Armaya
Armaya
Armaya
06.00
06.10
Melakukan
hangat
06.30
06.00
06.15
kompres
Memberikan
obat
paracetamol syrup 0,6
ml minum langsung.
Memonitor
status
kesadaran
Memeriksa
denyut O: Nadi 144x/menit, CRT < 2 detik
jantung dan capillary
refill
Ikhsan
Ikhsan
Ikhsan
Armaya
Armaya
33
06.30
14.00
14.10
3
1
Memonitor tanda-tanda
PTIK
Monitor status respiratori
(kedalaman,
frekuensi,
penggunaan otot bantu,
cuping hidung)
Yuliana
17.00
Pratiwi
17.10
Pratiwi
34
Mengompres
dengan air hangat
Pratiwi
Yuliana
S:-
Yuliana
Sabtu / 27
April 2014
Minggu / 28
April 2014
21.00
22.00
03.00
03.05
Memberikan
obat
ampicillin 100 mg,
dexamethasone 0,6 mg,
gentamycin 10 mg via
selang IVFD.
Memonitor
tetesan
IVFD KAEN 1B 8 tpm
Memonitor
aliran
oksigen 2 lpm
Siti
Siti
Siti
Siti
35
06.30
07.00
07.00
Memberikan nebulizer
1 x ampul fentolin
dan NaCl 0,9%
Monitor
pernafasan
dan
kekuatan
pernafasan.
Ikhsan
Mengauskultasi
nafas
Ikhsan
Menghentikan terapi O2 S : Ibu mengatakan anak sudah mulai tenang. Armaya
dengan cara melepaskan
O : pasien tampak masih sesak, masih
nasal kanul.
terlihat penggunaan otot bantu nafas, dan
dada masih tampak cekung saat inspirasi,
-
10.00
10.30
12.00
1,2,3
13.00
Ikhsan
Memonitor
pernafasan
Armaya
Pratiwi
Memiringkan pasien
Pratiwi
36
08.00
Memberikan
terapi S : Ibu berharap pasien segera membaik.
ampicilin
300
mg,
gentamicin
10
mg, O : Pasien tampak tenang.
dexametasone 1/3 ampul.
Armaya
21.15
Siti
00.00
Memonitor
pernafasan
06.00
status S :-
Yuliana
Yuliana
37
06.15
Yuliana
06.25
Menepuk-nepuk
bagian S :dada dan punggung
O : Pasien tampak tenang, suara nafas masih
terdengar, sekret masih belum bisa keluar
Yuliana
00.15
Mengobservasi
pasien
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas
21.00
Evaluasi (SOAP)
S:
Paraf
38
DAFTAR PUSTAKA
Bennete. M. J. (2013). Pediatric Pneumonia. Di ambil dari http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. Di akses pada 9
Maret 2013.
Bradley J.S., Byington C.L., ., & Swanson J.T. (2011). The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Dissease. 53 (7): 617-630.
Doenges, M. (2000). Rencana asuhan keperawatan (3 ed.). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Hapsari, M. & Anindita, S. (2002). Deteksi rsv dengan menggunakan test pack immediate care diagnostic pada infeksi saluran
pernafasan akut bawah anak di RSUP dr. Kariadi (laporan penelitian). Fakultas kedokteran. Universitas Diponegoro.
Price, S.A. & Bare, B.G. (2006). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit (Vol. 1). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2005). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Vol. 1). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
39