Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PEMBORAN

1.1

Pendahuluan
Pelepasan atau pembebasan batuan dari massa batuan induknya disebut

pemecahan batuan (rock breakage). Hal ini dapat dilakukan menggunakan api, air
bertekanan tinggi, tekanan, maupun bahan peledak. Pada umumnya, ada dua tipe
operasi pemecahan batuan yang dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan,
yaitu penetrasi batuan (rock penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan
fragmentasi batuan (rock fragmentation).
Dalam penetrasi batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor
biasanya dilakukan secara mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik. Tujuan
dari penetrasi batuan antara lain untuk :
a.Penempatan bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan
lubang berukuran kecil.
b.Membuat bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final.
c.Mengekstraksi produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan
(batu dimensi).
Berlawanan dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan untuk
menggemburkan dan memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa batuan, secara
konvensional dengan energi kimia, pada peledakan tetapi ditambah secara mekanik
hidrolik dan aplikasi baru dari energi. Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada
beberapa basis. Termasuk dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe dari
power. Pembagian/skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah berdasarkan
bentuk dari penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan untuk melakukan
penetrasi. Klasifikasi ini bersifat umum, dapat diaplikasikan pada seluruh jenis
tambang dan mencakup seluruh bentuk penetrasi.
1

1.2 Latar Belakang Teori


Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu
operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang
ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi menjadi
8 (delapan) macam yaitu :
1. Mekanik : perkusif, rotari, rotari-perkusif
2. Termal

: pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan

3. Hidroulik : pancar (jet), erosi, cavitasi


4. Sonik

: vibrasi frekuensi tinggi

5. Kimiawi

: microblast, disolusi

6. Elektrik

: elektric arc, induksi magnetis

7. Seismik

: sinar laser

8. Nuklir

: fusi, fisi

Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan pemboran


untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan dengan mesin
sistem mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan berbagai ukuran dan
kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan yang didasarkan
pula pada pertimbangan teknik dan ekonomi, sistem pemboran secara mekanik lebih
applicable daripada sistem pemboran yang lain.
1.3 Deskripsi
A. Sistem Pemboran
1. Sistem Pemboran Mekanik
2

komponen utama dari sistem pemboran mekanik adalah : sumber energi


mekanik, batang bor penerus (transmitter) energi tersebut, mata bor
sebagai aplikator energi terhadap batuan, dan peniupan udara (flushing)
sebagai pembersih dari serbuk pemboran (cuttings) dan memindahkannya
keluar lubang bor. Berdasarkan sumber energi mekaniknya, sistem
pemboran mekanik terbagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu : rotari, perkusif, dan
rotari-perkusif.
a. Bor Tumbuk ( Percussion Drill )
Pada pemboran tumbuk (percusif), energi dari mesin bor diteruskan
oleh batang bor dan mata bor untuk meremukkan batuan. Komponen
utama dari mesin bor ini adalah piston yang mendorong dan menarik
tungkai (shank) batang bor. Pada metode perkusif yang terjadi adalah
proses peremukan (crushing) permukaan batuan oleh mata bor.
Contoh alat bor yang menggunakan temper ini adalah hammer drill,
churn drill.
b. Bor Putar-Tumbuk ( Rotary-Percussion Drill )
Pada pemboran rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses
peremukan dan penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat
digunakan pada bermacam-macam jenis batuan. Metode putar-tumbuk
terbagi menjadi dua, yaitu :

Top Hammer
Metode pemboran Top hammer adalah metode pemboran yang
terdiri dari 2 kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan.
3

Kegiatan ini diperoleh dari gerakan gigi dan piston, yang


kemudian ditransformasikan melalui shank adaptor dan batang
bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak putaran dan
tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jeis yaitu :
Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic Top Hammer.

Down the Hole Hammer (DTH Hammer)


Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar
yang sumber dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH
Hammer dipasang dibelakang mata bor, di dalam lubang
sehingga hanya sedikit energi tumbukan yang hilang akibat
melewati batang bor dan sambungan-sambungannya. Contoh
dari alat bor dengan menggunakan temper tumbuk putar adalah
jack hammer.

c. Bor Putar ( Rotary Drill )


Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotari terbagi menjadi 2
sysem tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya berupa
gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa
potongan. Sistem tricone digunakan untuk batuan sedang hingga
lunak, untuk system drag bit digunakan untuk batuan lunak. Contoh
alat bor dengan sistem ini adalah rotary drill.
2. Sistem Pemboran Manual
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya
menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : Auger
Drill, Bangka Bor, Churn Drill, Bor Mesin Semprot ( BMS ).
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pemboran, alat yang digunakan
adalah Down The Hole Drill, Rotary Driven, dan Top Hammer. Untuk kegiatan

penambangan bawah tanah alat yang digunakan diantaranya : Mechanic Jumbo dan
Hand Held Rock Drill (terdiri atas : stopper, shinker, difter).
B. Perlengkapan Metode Pemboran Rotari Percussion

Integral Drill Steels


Integral Drill Steels terdiri dari shank adaptors, batang bor, dan mata bor
yang telah terpasang menjadi satu. Pada umumnya integral drill steels
digunakan jenjang relatif rendah dengan diemeter lubang bor antara 22-

41 mm.
Extension Drill Steels
Extension Drill Stells terdiri dari empat komponen utama yang dapat
dipisahkan satu sama lain. Komponen utama tersebut adalah :
1. Mesin bor
Mesin bor adalah alat yang mengubah energi potensial ( yang berupa
udara bertekanan dari kompresor ) menjadi energi mekanik
penggerak piston dan drill rod.
2. Shank Adaptors
Shank adaptor adalah bagian tangkai yang digunakan untuk
mentransmisikan energi tumbukan dari piston ke batang bor,
kemudian dilanjutkan ke mata bor. Shank adaptor terdapat di dalam
mesin bor dan dihubungkan oleh coupling ke batang bor yang
pertama.
3.

Coupling
Coupling digunakan untuk menghubungkan batang bor yang satu
dengan yang lainnya sampai kedalaman lubang bor yang diinginkan.

4.

Drill Rod
Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit ( mata bor ) atau
sebagai tempat mata bor.
5

5.

Mata Bor (Bit)


Mata Bor merupakan pengguna energi terakhir dari mesin bor yang
langsung mengenai batuan. Mata Bor (Bit) ada dua macam yaitu :
a. Deteacable Bit
Disebut Deteacable Bit apabila bitnya diganti-ganti tidak menyatu
dengan Drill Rod. Pada Jack Hammer, Deteacable Bit ini dikenal
juga dengan Soket.
b. Forget Bit
Disebut Forget Bit apabila menyatu dengan drill rod dan bitnya
tidak lepas. Pada Jack Hammer, Forget Bit ini dikenal juga
dengan nama Chiel.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran


Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan
yang di bor, rock drillability, geomeetri pemboran, umur dan kondisi mesin
bor, dan ketrampilan operator.

1.

Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi
pada pemiliha metode pemboran, yaitu :

Kekerasan Batuan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap
abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari
material batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa
besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan
pada batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari kekerasan,
komposisi butiran mineral, porositas, dan derajat kejenuhan serta
6

Tabel 1.1
Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan

merupakan hal yang utama yang harus diketahui untuk menentukan


tingkat kemudahan pemboran.

Klasifikasi

Skala Mohs

Kuat Tekan Batuan


(MPa)

Sangat Keras

+7

+ 200

67

120 - 200

4.5 6

60 - 120

3 4.5

30 - 60

Lunak

2-3

10 - 30

Sangat Lunak

1-2

- 10

Keras
Kekerasan
Sedang
Cukup Lunak

Kekuatan Batuan (strength)


Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan
terhadap gaya luar, baik itu kekuatan staik maupun dinamik. Pada
prinsipnya, kekuatan batuan tergantung padakomposisi mineralnya.
Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan mineral
lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan

(umur) mata bor dan batang bor. Faktor yang mempengaruhi


abrasivitas batuan adalah:

Kekerasan batuan

Bentuk butir

Ukuran butir

Porositas batuan

Ketidaksamaan penyusun batuan

Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan
nisbah

Poisson

().

Modulus

elastisitas

merupakan

faktor

kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatifnya,


sedangkan nisbah Poisson merupakan kesebandingan antara regangan
lateral dengan regangan aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung
pada komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan, dan
besarnya beban yang diterapkan.

Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal,
dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung pada
komposisi mineral penyusun batuan.
Tabel 1.2
Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan Sedimen

Modulus Elastisitas

Nisbah

104 x (MPa)

Poisson

Porositas

Dolomit

1,96 8,24

0,08 0,2

0,27 4,10

Limestone

0,98 7,85

0,1 0,2

0,27 4,10

Sandstone

0,49 8,43

0,066 0,125

1,62 26,40

Shale

0,8 3,0

0,11 0,54

20,0 50,0

Tekstur Batuan
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-mineral
penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari
sifat-sifat porositas ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir.
Tekstur juga mampengaruhi kecepatan pemboran.

Struktur Geologi
Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan
kemantapan lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti
patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan.

Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan
ketika dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah
yang berbeda dan ini berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral,
dan tekstur.

2.

Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor
melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan
fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir
dan tingkat pelapukan.
9

3.

Geometri Pemboran
Geometri pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan kemiringan
lubang tembak. Semakin besar diameter lubang berarti penampang
lubang yang harus ditembus semakin besar sehingga faktor gesekan juga
semakin besar. Hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja mesin bor
dalam arti kecepatan pemboran semakin lambat. Semakin dalam lubang
bor maka akan terjadi gesekan antara drilling string dengan dinding
lubang yang semakin besar. Di samping itu kehilangan energi akibat
semakin panjangnya drilling string juga akan semakin besar. Hal ini akan
dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan pemboran ada 2
macam arah lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring, arah
lubang ledak ini berpengaruh terhadap aktivitas pemboran.

4. Umur dan Kondisi Mesin Bor


Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama
umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin turun
5. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang
dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.
1.4 Pembahasan
A. Bagian-bagian alat bor :
1. Batang bor
2. Jack hammer
3. Jack leg
4. Pic hammer
5. Bit
B. Macam bit :
1. Tricone bit (untuk batuan lunak sedang)
2. Button bit
3. Diamond bit
4. X bit
5. Coupling bit
6. Drag bit
10

7. Chisel bit

8. Cross bit
C. Bagian Jack Hammer :
1. Penutup
2. Rumah piston
3. Piston
4. Chuck housing
5. Riffle bar
6. Riffle nut
7. Pawl
8. Rachet ring
9. Pengunci
D. Prinsip kerja jack hammer :
Udara masuk menekan piston, piston menekan batang bor dan bit. Sistemnya
rotary Percusif.

Gambar 1.1
Jack Hammer

11

Gambar 1.2
Mata Bor
Prinsip kerja Jack Hammer yaitu rotary temperatur dengan menggunakan piston
sebagai penggerak bor, pada gerakan naik turun yang terjadi disebabkan karena adanya
tekanan udara yang tinggi dari kompresor dan adanya gaya perlawanan dari batuan saat
pemboran.

E. Pehitungan.

12

Diketahui :
Jenjang (L)

:8m

Burden (B)

:4m

Spasi (S)

:7m

Subdrilling

:1m

Kedalaman Lubang bor (H) : 9 m


Densitas

: 2,8 T/m3

CT

: 4 menit

Effisiensi (Ek)

: 83 %

Ditanya :
-. % produksi untuk dibongkar
13

Jawab :
Volume Setara ( Veq ) :

:
: 13,27 m3/m

Kecepatan Pemboran Rata-Rata (Vt) :

:
: 2,25 m/menit
Produksi Mesin Bor (P)

: Veq x Vt x Ek x 60
: 13,27 m3/menit x 2,25 m/menit x 0,83 x 60
: 1486,9 m3/jam

Tonase : P x densitas
: 1486,9 m3/jam x 2,8 T/m3
: 4163,33 T/jam

14

1.5

Kesimpulan
1. Pemboran merupakan tahapan dari kegiatan peledakan yang pertama
karena untuk penyediaan lubang ledak agar hasil dari kegiatan peledakan
sesuai dengan keinginan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeboran yaitu :
a. Sifat batuan yang akan dibor, seperti :

Kekerasan batuan

Kekuatan batuan

Abrasifitas

Elastisitas dan plastisitas

Tekstur batuan

Struktur geologi

Karakteristik pecahan

b. Rock drillability
c. Geometri pemboran
d. Umur dan kondisi mesin bor
e. Keterampilan operator
3. Berdasarkan penggeraknya alat bor dibagi menjadi dua yaitu :
Manual Driven

Hand Auger Drill


Bangka Bor

Mechanic Driven :

Percussion Drill
Rotary Drill
Rotary-Percussion Drill

4. Dasar pemakaian alat bor adalah :


15

Jenis pekerjaan yang akan dilakukan ( surface

atau underfround )

Volume produksi yang akan direncanakan

Sifat-sifat batuan

Dimensi jenjang ( geometri pemboran )

Kondisi kerja serta peralatan yang terkait

( fragmentasi )

16

BAB II
KOMPRESOR

1.1

Pendahuluan
Dalam pelaksanaan kegiatan pemboran diperlukan sumber tenaga untuk

menggerakkan alat bor. Sumber tenaga tersebut berupa udara bertekanan tinggi yang
dihasilkan oleh kompresor.
1.2 Latar Belakang Teori
1. Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresor adalah sumber
tenaga bagi alat bor misalnya jack hammer,CRD.
2. Disamping sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan, mekanisme
rangkaian alat bor, udara bertekanan tinggi tersebut juga berfungsi sebagai
membersihkan lubang bor dan mendinginkan mata bor.
3. Klasifikasi kompresor berdasar cara kerjanya adalah :
Resiprocating Compresor ( single stage, multi stage )
Rotary Compressor
Centrifugal Compressor
4. Udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor adalah udara dengan
tekanan atmosfer setempat, tidak terlalu bertekanan udara pada ketinggian
nol permukaan air laut.
5. Proses penekanan udara ada dua macam, yaitu :
Kompresi abiabatic
Kompresi isothermis

1.3

Deskripsi
Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh Kompresor merupakan sumber

tenaga bagi alat bor, seperti Jack Hammer dan Crawl Rock Drill (CRD) dll.
17

Disamping sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan rangkaian alat bor, udara
bertekanan tinggi tersebut juga berfungsi untuk membersihkan lubang bor,
mengangkat cutting, dan mendinginkan mata bor.
Klasifikasi kompresor berdasarkan cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Resiprocating Compressor (single stage, multistage)
2. Rotary Compressor
3. Centrifugal Compressor
Kapasitas kompresor dinyatakan dalam Cubik Feed per Menit (CFM), yaitu
udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor merupakan udara pada kondisi
tekanan udara bebas atau atmosfer (1 atm), yang berada pada batas permukaan air
laut. Proses penekanan udara tersebut ada 2 macam :
1. Kompresi Adiabatik : Yaitu proses penekanan udara dimana tekanannya
tetap.
2. Kompresi Isotermik : Yaitu proses penekanan udara dimana suhunya
tetap.
Menurut tipenya kompresor dibagi menjadi 2 kelompok yang didasarkan
pada tekanan yang dihasilkan yaitu :

Perpindahan Dinamik (Dynamic Displacement) dimana peningkatan tekanan


dicapai dengan cara akselerasi udara dengan suatu elemen rotasi dan aksi
posterior dari sebuah diffuser. Kompresor sentifugal dan aksial masuk dalam
kelompok ini.

Perpindahan Positif (Positive Displacement), jenis ini yang dipakai untuk


mesin bor, dimana tekanan tinggi diperoleh dengan cara menekan gas dalam
ruang tertutup, mengurangi volume dengan gerakan satu atau beberapa
elemen. Kompresor temper atau bolak-balik termasuk dalam kelompok ini.
18

Jenis yang paling banyak dipakai untuk pemboran adalah kompresor piston
(resiprocating), jika ia adalah stasioner, dan jenis sliding-vane atau rotary
screw (helical) untuk model portable.
Perlengkapan kompresor yang paling penting dalam penggunaannya untuk
pemboran antara lain :
1. Saringan hampa (vacuum filters), berfungsi menyaring udara luar sebelum
masuk ke dalam sistem kompresor.
2. Pemisah air (water separator), berfungsi memisahkan uap air dari udara
bertekanan sehingga dihasilkan udara yang kering.
3. Penyimpan udara (air receiver), berfungsi menyimpan udara bertekanan
apabila

kebutuhannya

melebihi

kapasitas

kompresor,

juga

untuk

pendinginan udaraserta mengumpulkan air dan oli ikutan, dan menyamakan


variasi tekanan dalam suatu jaringan.
4. Lubrikator, berfungsi melumasi mesin bor dimana oli ditambahkan ke
dalam udara bertekanan.
5. Penguat tekanan ( pressure multiplier atau booster )
6. Slang fleksibel ( flexsible hose )
Dalam pemilihan kompresor harus mempertimbangkan tekanan udara yang
dibutuhkan alat bor, jika aliran udara bertekanan tidak mencakupi dapat berakibat :
1. Kecepatan pemboran
2. Biaya pemakaian mata bor dan batang bor meningkat
3. Konsumsi bahan temper bertambah
4. Perlu merawat lebih banyak kompresor
Jadi untuk menentukan kapasitas dan jumlah kompresor yang diperlukan dalam
suatu operasi pemboran harus mempertimbangkan hal-hal seperti berikut :
1. Jumlah dan ukuran mesin bor yang harus dilayani
19

2. Ketinggian tempat kerja (berpengaruh pada tekanan udara bebas)


3. Luas tempat kerja (berpengaruh pada panjang jaringan dan kehilangan
tekanan).
2.4 Pembahasan
a. Peralatan : Kompresor
b. Cara Kerja
1. Deskripsi Kompresor
2. Mekanisme Kerja Kompresor
c. Fungsi :
1. Bagian daripada alat pemboran.
2. Menghasilkan udara yang bertekanan tinggi untuk menggerakan alat bor.
d. Bagian kompresor
1.
Pulley kecil
2.
Pulley besar
3.
Belt
4.
Motor listrik
5.
Kabel
6.
Tabung udara
7.
Indicator tekanan
8.
Piston
9.
Saringan

Gambar 2. 1
Kompresor
Keterangan :
1. Pulley Besar
20

2. Pulley Kecil
3. Klep Pengunci
4. Saringan Udara
5. Tabung Udara
Prinsip kerja kompresor :
1.

Pulley bergerak.

2.

Piston turun dan katup isap terbuka kemudian menghisap udara.

3.

Piston naik udara dibuang (katup buang terbuka) udara masuk ke lubang.

Menghitung volume udara yang dihasilkan kompresor per cm3/menit.


Diketahui :
Diameter pulley besar

= 18 cm

Diameter pulley kecil

= 8 cm

Diameter silinder ( d )

= 5 cm

Panjang langkah ( t )

= 4 cm

RPM

= 1420 rpm

Jawab :
Keliling pulley besar = d = x 18 cm = 3,14 x 18 = 56,52 cm
21

Keliling pulley kecil = d = x 8 cm =3,14 x 8 = 25,13 cm


Volume langkah

= Luas silinder x Panjang langkah luas silinder


= . d2 x t
=

(3,14) (5 cm) 2 x 4 cm

= 78,52 cm3

Volume udara yang dihasilkan

=
=

x RPM x Volume langkah


x 1420 rpm x 78,52 cm3

= 49046,8 cm3/menit
= 49046,8 dm3/menit x
= 1731,878 x 10-3 ft3 /menit
2.5

Kesimpulan
1. Kompresor merupakan alat yang berfungsi menghasilkan udara
bertekanan tinggi yang merupakan sumber tenaga bagi alat bor. Energi
yang dihasilkan oleh mesin bor merupakan energi potensial ( udara
bertekanan ) yang kemudian oleh mesin bor akan diubah menjadi energi
mekanik.
2. Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor berguna untuk :

Menggerakkan mesin bor.

Membersihkan lubang bor guna mengangkat

cutting.

Mendinginkan mata bor.

3. Kegiatan yang pertama kali sebelum dilakukan peledakan adalah


penyediaan lubang tembak yang dilakukan melalui pengeboran batuan
dengan menggunakan alat bor.
22

DAFTAR PUSTAKA

1. Koesnaryo S, (2001), Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, Teknik


Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta
2. Nurkhamim,(2006),

Buku

Petunjuk

Praktikum

Teknik

Peledakan,

Laboratorium Pemboran & Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan, UPN


Veteran Yogyakarta
3. Singgih Saptono (2006), Teknik peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN Veteran Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai