Dalam dunia akuntansi, akuntansi terdiri atas dua yaitu akuntansi untuk bisnis dan
akuntansi organisasi nirlaba. Dalam organisasi nirlaba dibagi lagi dalam dua
kelompok entitas yaitu entitas pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintahan.
Menurut PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dapat dijadikan dasar untuk
seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK No. 45 yang menjadi
karakteristik untuk entitas nirlaba ini adalah bahwa sumber daya entitas berasal
dari para penyumbang dengan tidak mengharapkan adanya hasil, imbalan atau
keuntungan komersial.
Selain organisasi pemerintahan yang mana terdiri dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, kecamatan, kelurahan dan lain-lain, juga ada organisasi non
profit lainnya. Organisasi non profit selain pemerintah ini yang diambil dari berbagai
sumber terdiri dari Lembaga-lembaga pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan,
Lembaga-lembaga Keagamaan, Lembaga Amal dan Lembaga penyumbang dana.
Dalam organisasi masjid dan gereja untuk pendanaanya berasal dari sumbangan
para jamaah, karena terdapat kecenderungan dari para penyumbang itu yang ingin
mengetahui seberapa besar peran bantuan uang yang mereka sumbangkan dapat
membantu organisasi itu maka diperlukan kejelasan dalam penggunaan dana itu,
oleh sebab itu maka akuntansi perlu juga diterapkan pada dua organisasi ini.
Yang menjadi acuan dasar penggunaan sistem akuntansi dalam organisasi ini
adalah QS. An-Nisa (4) ayat 6 dan QS. Qaf (50) ayat 18 yang memberikan prinsip
tentang pengawasan dalam hal organisasi masjid. Untuk organisasi gereja
acuannya adalah Matius 10:10 dan Lukas 10:7 yang menjelaskan bahwa pelayanan
mempunyai hak menerima sokongan.
AKUNTANSI MASJID
Menurut berbagai sumber, Akuntansi masjid merupakan proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang
dilakukan oleh sebuah organisasi (biasanya disebut takmir) sebagai bentuk
pertanggungjawabannya dalam mengelola sumber daya masjid. Pencatatan
dilakukan sesuai dengan prinsip keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban.
Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban takmir masjid juga bertindak sebagai
pengelola, akuntansi masjid juga bertujuan untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Misalnya peralatan apa yang dibutuhkan
secara rutin, aktivitas apa saja yang harus dilaksanakan, serta bagaimna
mengalokasikan sumber daya masjid untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Peran akuntansi masjid yang lain adalah sebagai pengendalian
manajemen.
Peroses pencatatan akuntansi masjid ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan pencatatan pada akuntansi konvensional. Dimulai dengan melakukan
Asal/sumber
pendapatan
Kod
e
Kelompok Pendapatan
(isi dengan tanda )
Pendapatan
Terikat
Temporer
Periode
diperolehnya
Pendapatan
Pendapatan
Tidak
Terikat
Kode
Tujuan
Periode
Pelaksanaan
(mingguan (M),
bulanan (B), 2
minggu sekali (2M),
tahunan (T), tidak
rutin)
Indikat
or
No
.
Ur
ut
Kod
e
Aku
n
Cont
Deskripsi
Akun
Tujuan
Aktivitas
Un
it
Fre Rp/U
k
nit
Jumla
h (Rp)
Jadwal Pelaksanaan
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Ju
n
oh:
1.
2.
100
Penyeleng
garaan
pengajian
Memperta
hankan
kerukunan
antar umat
muslim
150
Pendapata
n dari
iuran
50
12
20.00 12.000
0
.000
111
Biaya
konsumsi
50
12
5.000 3.000.
000
200
Perayaan
Ramadhan
250
Infaq
211
Biaya
konsumsi
Memotivasi
umat
muslim
untuk
meramaika
n masjid
[Alamat]
Untuk perioda dari [tanggal] sampai dengan[tanggal]
Pendapatan
Pendapatan dari
Anggaran
Realisasi
Selisih
xxx
xxx
xxx
Aktivitas 1
Pendapatan dari
Aktivitas 2
Biaya
Aktivitas 1:
Biaya A
Biaya B
Aktivitas 2:
Biaya B
Biaya C
Biaya D
Selisih Pendapatan
Dan Biaya
Aktivitas apa yang paling banyak membutuhkan biaya pada setiap periode?
2.
3.
Cukupkah cash on hand (kas di tangan) untuk membiayai operasional sampai
dengan akhir periode?
4.
5.
Bagaimana capaian atas pelaksanaan aktivitas tersebut berdasarkan
indikator?
6.
Sebagai bahan evaluasi diri organisasi (intern), maka selain informasi di atas, maka
pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dijawab :
1.
2.
3.
1.
a.
Masing-masing bidang kerja menjabarkan Program Kerja hasil Musyawarah
Jamaah untuk kegiatan tahunan.
b.
c.
d.
Mengajukan anggaran yang telah disusun masing-masing bidang pada Rapat
Kerja Pengurus.
e.
Melakukan integrasi keseluruhan pembiayaan dan penerimaan dengan
memperhatikan skala prioritas.
2.
Budgeting (penganggaran)
c.
Memberi toleransi anggaran sebesar (+) 10 % atau lebih sebagai faktor
safety.
d.
e.
Melakukan integrasi seluruh bidang dalam menyusun anggaran dengan
menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP).
Lalu Lintas Keuangan
1.
Pengumpulan
Pengumpulan dana dikoordinasi oleh Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan yang
berupaya dalam memenuhi kebutuhan pendanaan untuk keseluruhan aktivitas.
Pengurus melakukan beberapa aktivitas penggalangan dana, di antaranya
mengajukan proposal, membuat kotak amal, aktivitas jasa dan ekonomi, dan lain
sebagainya.
2.
dengan Ketua Umum dan atau Bendahara sebagai penandatangan cheque atau
pengambilan cash.
Untuk pengeluaran dan perlu diperhatikan adanya kesesuaian dengan anggaran
yang telah ditetapkan bagi masing-masing bidang. Bidang yang bersangkutan
mengajukan permohonan dana kepada Ketua Umum dengan mengisi Form
Permintaan Uang Muka. Apabila disetujui, selanjutnya Bendahara mengeluarkan
dana sesuai yang dimintakan. Demikian pula, penggunaan dana tersebut
dipertanggungjawabkan kegiatan dengan melampirkan Laporan Keuangan, atau
dipertanggungjawabkan dengan mengisi Form Pertanggungjawaban Uang Muka.
3.
Pengawasan
Rapat Umum
2)
Rapat Pleno.
3)
Majelis Syura
4)
Musyawarah Jamaah