340 nm, dimana panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk
pemeriksaan SGOT. Namun, sebelum dilakukannya pengukuran absorbansi sampel, dilakukan
proses penetralan pada alat, yaitu dengan menggunakan blanko. Proses ini merupakan proses
standar yang wajib dilakukan saat akan melakukan pengukuran menggunakan spektrofotometri,
dimana pada proses ini, alat akan di-nol-kan dengan larutan blanko (netral). Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan pengaruh dari pengukuran yang dilakukan sebelumnya, atau untuk
meminimalisasi faktor kesalahan yang disebabkan oleh alat. Kemudian, setelah didapat hasil dari
pengukuran pertama, waktu kembali dihitung 1 menit, kemudian absorbansi kembali dibaca. Hal
ini dilakukan hingga 3 kali. Pengukuran sebanyak 3 kali ini dilakukan untuk mengetahui
penurunan nilai absorbansi yang sebanding dengan aktivitas SGOT dalam sampel serum. Dari
hasil 3 pengukuran inilah nantinya dapat dihitung kadar SGOT yang terdapat dalam serum yang
diuji.
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut:
Pengukuran ke-
Nilai Absorbansi
0.373
0,367
0,367
Kemudian, data di atas diolah untuk mengetahui kadar SGOT yang terdapat dalam sampel serum
yang diperiksan. Perhitungan kadar SGOT dilakukan dengan menggunakan rumus:
U/l SGOT
Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh kadar SGOT dalam sampel serum kode II adalah
10,47 U/l. Hasil tersebut, apabila dibandingkan dengan kadar normal SGOT menurut literatur,
masih dalam batas normal, maka pasien yang diperiksa dapat dinyatakan memiliki kadar SGOT
yang normal.
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
Ardi | Gayatri