Anda di halaman 1dari 3

Pada praktikum Kimia Klinik tanggal..

, dilakukan pemeriksaan SGOT pada


sampel serum. SGOT (Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase) atau yang juga sering
disebut AST (Aspartate Transferase), merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel
parenkim hati. SGOT akan meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati.
Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat ditemukan di sel
darah, sel jantung dan sel otot, karena itu peningkatan SGOT tidak selalu menunjukkan adanya
kelainan di sel hati.
Pemeriksaan SGOT ini menggunakan metode Photometri UU-test yang mengacu pada
IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine). Pemeriksaan
ini didasari oleh reaksi oksidasi NADH yang menjadi NAD+ yang menyebabkan penurunan
absorbansi pada panjang gelombang 340 nm secara fotometrik sebanding dengan aktivitas GOT
pada sampel.
Pada praktikum kali ini, kelompok kami menguji sampel dengan kode II. Terdapat
beberapa poin penting pada tahapan yang dilakukan pada pemeriksaan SGOT ini yaitu sebagai
berikut. Sebelum dilakukannya pemeriksaan, praktikan harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) dengan baik, benar, dan lengkap, mengingat sampel yang digunakan adalah
serum dan bersifat infeksius. Kemudian, alat dan bahan yang digunakan harus dalam kondisi
suhu ruang (18-30oC). Hal tersebut harus dilakukan apabila menginginkan hasil yang optimal,
karena, enzim yang terdapat pada serum akan bersifat non-aktif pada suhu dingin dan rusak pada
suhu panas. Begitu juga dengan reagen yang digunakan. Kemudian, dipipet sebanyak 1000 L
monoreagen ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 100L serum pasien. Proses pemipetan
harus dilakukan secara tegak lurus agar volume cairan yang diambil sesuai dengan volume tip
yang seharusnya. Tip yang digunakan harus bersifat dispossible atau sekali pakai. Tip yang
digunakan untuk memipet serum harus berbeda dengan yang digunakan untuk memipet reagen,
hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada reagen dalam wadah. Lalu,
kedua larutan cairan tadi lalu dihomogenkan dengan cara menyedot dan mengeluarkannya
beberapa kaliu (kira-kira 3-4 kali) menggunakan tip yang digunakan untuk memipet serum.
Setelah homogenisasi selesai, dinyalakan stopwacth dan dihitung waktu 1 menit. Waktu 1
menit merupakan waktu minimum bagi reagen dan serum untuk bereaksi. Setelah 1 menit,
absorbansi langsung dibaca dengan menggunakan alat spektrofotometri pada panjang gelombang

340 nm, dimana panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk
pemeriksaan SGOT. Namun, sebelum dilakukannya pengukuran absorbansi sampel, dilakukan
proses penetralan pada alat, yaitu dengan menggunakan blanko. Proses ini merupakan proses
standar yang wajib dilakukan saat akan melakukan pengukuran menggunakan spektrofotometri,
dimana pada proses ini, alat akan di-nol-kan dengan larutan blanko (netral). Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan pengaruh dari pengukuran yang dilakukan sebelumnya, atau untuk
meminimalisasi faktor kesalahan yang disebabkan oleh alat. Kemudian, setelah didapat hasil dari
pengukuran pertama, waktu kembali dihitung 1 menit, kemudian absorbansi kembali dibaca. Hal
ini dilakukan hingga 3 kali. Pengukuran sebanyak 3 kali ini dilakukan untuk mengetahui
penurunan nilai absorbansi yang sebanding dengan aktivitas SGOT dalam sampel serum. Dari
hasil 3 pengukuran inilah nantinya dapat dihitung kadar SGOT yang terdapat dalam serum yang
diuji.
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut:
Pengukuran ke-

Nilai Absorbansi

0.373

0,367

0,367

Kemudian, data di atas diolah untuk mengetahui kadar SGOT yang terdapat dalam sampel serum
yang diperiksan. Perhitungan kadar SGOT dilakukan dengan menggunakan rumus:
U/l SGOT

= (nilai absorbansi tertinggi nilai absorbansi terendah) x faktor


pengenceran

Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh kadar SGOT dalam sampel serum kode II adalah
10,47 U/l. Hasil tersebut, apabila dibandingkan dengan kadar normal SGOT menurut literatur,
masih dalam batas normal, maka pasien yang diperiksa dapat dinyatakan memiliki kadar SGOT
yang normal.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium dalam pemeriksaan


SGOT adalah:

Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST

Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST

Hemolisis sampel darah

Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,


kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin),
vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),
antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison,
flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi
oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Sebagaimana pemeriksaan lain yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengerjaan pemeriksaan kali ini, yaitu:


1. Kondisi reagen yang digunakan (masih baik/tidak, tanggal kadaluarsa).
2. Alat yang digunakan harus bersih dari kotoran dan zat lainnya yang dapat
mengkontaminasi.
3. Penggunaan larutan blanko sebelum dilakukannya pengukuran absorbansi sampel.
4. Pemipetan reagen dan serum harus dilakukan secara tegak lurus agar volume yang dipipet
sesuai.
5. Homogenisasi agar pengukuran dapat berlangsung dengan baik.

Ardi | Gayatri

Anda mungkin juga menyukai