PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi sistem komplemen
PEMBAHASAN
A. Komplemen
B. Fungsi Komplemen
C. Aktivasi Komplemen
Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur
klasik dan jalur alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses enzimatik
yang terjadi secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan
merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan
dilepaskannya sebagian atau mengubah bangunan kompleks protein tersebut
(pro enzim) yang tidak aktif menjadi bentuk aktif (enzim). Satu molekul
enzim yang aktif mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen
berikutnya. Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory.
Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik
maupun jalur alternatif terdiri atas tiga mekanisme, a) pengenalan dan
pencetusan, b) penguatan (amplifikasi), dan c) pengakhiran kerja berantai dan
terjadinya lisis serta penghancuran membran sel (mekanisme terakhir ini
seringkali juga disebut kompleks serangan membran).Aktivasi jalur klasik
dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-antibodi,
sedangkan aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b
dengan berbagai zat aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu
dan memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan mengkibatkan
lisisinya dinding sel antigen.
1. Aktivasi komplemen jalur klasik
a. Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase,
yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.
b. Aktivitas C1inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor
(C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat pada C1
INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan
melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.
E. Regulasi
Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu 1)
komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang
tidak stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan
rusak, 2) adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase
inhibitor, faktor I dan faktor H, 3) pada permukaan membran sel terdapat
protein yang dapat merusak fragmen komplemen yang melekat.
a. Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas
C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.
1.) Aktivitas C1inhibitor Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1
inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah
terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-
antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.
2.) Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase
dihambat oleh beberapa regulator.
2. Defisiensi genetik
Defisiensi genetik fragmen jalur klasik dan alternatif meliputi C1q, C1r,
C1s, C4, C2, C3, properdin, dan faktor D. Defisiensi fragmen awal dari
jalur klasik biasanya berhubungan dengan penyakit autoimun seperti
glomerulonefritis dan lupus eritematosus sistemik (LES). Yang terbanyak
dijumpai pada manusia adalah defisiensi C2. Lebih dari seperdua dari
pasien dengan defisiensi C2 dan C4 menderita LES. Pasien dengan
defisiensi C2 dan C4 tidak menunjukkan kenaikan frekuensi terkena
infeksi. Defisiensi C3 biasanya berhubungan dengan sering terjadinya
infeksi bakteri piogen yang fatal. Hal ini mungkin menunjukkan
pentingnya peran C3 pada opsonisasi, peningkatan fagositosis, dan
penghancuran mikroorganisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
kemungkinan fungsi utama dari jalur klasik adalah untuk eliminasi
kompleks imun dan jalur altematif untuk eliminasi bakteri.
3. Defisiensi komplemen
Defisiensi dalam sistem komplemen dapat terjadi pada jalur klasik,
altematif, kompleks serangan membran, atau pada protein regulator.
Defisiensi ini dapat terjadi sejak lahir, atau didapat setelah lahir oleh
karena terdapatnya mutasi gen.
4. Defisiensi fragmen kompleks serangan membran
Defisiensi fragmen kompleks serangan membran yang mencakup C5, C6,
C7, C8 dan C9 menyebabkan tidak terdapatnya kemampuan untuk melisis
organisme asing. Tetapi kenyataan yang menarik pada pasien dengan
defisiensi kompleks serangan membran, hanya mendapat infeksi sistemik
yang berat dengan bakteri neiseria intraselular termasuk N. meningitidis
dali N. gonorrhoeae. Tetapi oleh karena jumlah sampel pasiennya hanya
sedikit, belum dapat disimpulkan bahwa kompleks serangan membran
terutarna penting untuk pertahanan terhadap organisme tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat
kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda.Unsur pokok
sistem komplemen diwujudkan oleh sekumpulan komponen protein yang
terdapat di dalam serum. Protein-protein ini dapat dibagi menjadi protein
fungsional yang menggambarkan elemen dari berbagai jalur, dan protein
pengatur yang menunjukkan fungsi pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA
Frank MM. Complement and kinin. In Stites DP, Terr AI. Basic and clinical
immunology; 7th edition . NorwaIk: Appleton & Lange, 1991; 161-74.