Aku kan terus berlayar Melintasi lautan kepura-puraan Yang penuh dengan badai benci dan nista Tetap bersembunyi di balik topeng dusta sang nahkoda
Senyumku ialah tangis
Tangisku ialah tawa
SATU TANGAN
Gelap yang telah melintas
Menjadi deja vu di hari ini Membutakan pikiran Ketika hati menjadi mata Bukan tiga bahkan tidak dua Namun sendiri ku rasakan Karena mentari tak ujung berpendar Tak manis memang sang dilema Menenggelamkan badan dalam racun surga Akankah satu tangan terus bekerja Saat sang bintang memeluk bulan