Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan


banyak orang mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal
dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banyak dibicarakan
orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya
semua issu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis
dalam keperawatan.

Trend
Hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi
pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Setelah tahun 2000, bangsa Indonesia memasuki era gobalisasi pada
tahun 2003 era dimulainya pasar ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negri.Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit
klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan
yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada
pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya
keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam
memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek

sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan


Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional
di Indonesia masih belum berkembang, banyak faktor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun
1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan.( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia
kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan
bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat untuk semua pada tahun 2010 ,
maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan
profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan
merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan
professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang keperawatan
masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta
prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,
lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan
model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan
keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu
menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi
serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi
organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu
organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui
upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih
baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu
baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan
dalam :
1. Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari


a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters
(1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas,
komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social
budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien
sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi,
komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian
kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap
fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko
dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri
begitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap
sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan
untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung
jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap
tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

Issu
Sesuatu hal yang dibicarakan oleh banyak orang yang belum jelas
faktanya atau buktinya. Peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari

kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Beberapa issue keperawatan pada


saat ini :

1.
2.

3.
4.

v EUTHANASIA
Membunuh bisa dilakukan secara legal hingga sampai kini masih jadi
kontroversi. Itulah euthanasia,Pembunuhan legal ini pun ada beragam
jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh
publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan.
Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu
yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu
yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia
memungkinkan hal tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara
tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri
hidupnya.
Ada empat metode euthanasia:
Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkan kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai
contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman
untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa
dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan
wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan,
namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat
dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai bunuh diri atas
pertolongan dokter. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr.
Jack Kevorkian. Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:
Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan
dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah
memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia.
Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh
penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian
pemberian nutrisi, air, dan ventilator.
Argumen Pro Euthanasia
Kelompok pro euthanasia, yang termasuk juga beberapa orang cacad,
berkonsentrasi untuk mempopulerkan euthanasia dan bantuan bunuh diri.
Mereka menekankan bahwa pengambilan keputusan untuk euthanasia

adalah otonomi individu. Jika seseorang memiliki penyakit yang tidak dapat
disembuhkan atau berada dalam kesakitan yang tak tertahankan, mereka
harus diberikan kehormatan untuk memilih cara dan waktu kematian mereka
dengan bantuan yang diperlukan. Mereka mengklaim bahwa perbaikan
teknologi kedokteran merupakan cara untuk meningkatkan jumlah pasien
yang sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus, perpanjangan umur ini
melawan kehendak mereka.
Mereka yang mengadvokasikan euthanasia non sukarela, seperti Peter
Singer, berargumentasi bahwa peradaban manusia berada dalam periode
ketika ide tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir balikkan oleh
praktek kedokteran baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan
bantuan instrumen. Dia berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak
permanen, ada kehilangan sifat kemanusian pada pasien tersebut, seperti
kesadaran, komunikasi, menikmati hidup, dan seterusnya. Mempertahankan
hidup pasien dianggap tidak berguna, karena kehidupan seperti ini adalah
kehidupan tanpa kualitas atau status moral.
Falsafah Utilitarian Singer menekankan bahwa tidak ada perbedaan
moral antara membunuh dan mengizinkan kematian terjadi. Jika
konsekuensinya adalah kematian, maka tidak menjadi masalah jika itu
dibantu dokter, bahkan lebih disukai jika kematian terjadi dengan cepat dan
bebas rasa sakit.
Oposisi terhadap Euthanasia
Banyak argumen anti euthanasia bermula dari proposisi, baik secara
religius atau sekuler, bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik
dan mengambil hidup seseorang dalam kondisi normal adalah suatu
kesalahan. Advokator hak-hak orang cacad menekankan bahwa jika
euthanasia dilegalisasi, maka hal ini akan memaksa beberapa orang cacad
untuk menggunakannya karena ketiadaan dukungan sosial, kemiskinan,
kurangnya perawatan kesehatan, diskriminasi sosial, dan depresi.
Orang cacad sering lebih mudah dihasut dengan provokasi euthanasia,
dan informed consent akan menjadi formalitas belaka dalam kasus ini.
Beberapa orang akan merasa bahwa mereka adalah beban yang harus
dihadapi dengan solusi yang jelas. Secara umum, argumen anti euthanasia
adalah kita harus mendukung orang untuk hidup, bukan menciptakan
struktur yang mengizinkan mereka untuk mati.
Eutanasia menurut hukum dibeberapa negara
Sejauh ini eutanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda,
Belgia serta ditoleransi di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan

Swiss dan dibeberapa negara dinyatakan sebagai kejahatan seperti di


Spanyol, Jerman dan Denmark.
Amerika
Eutanasia agresif dinyatakan ilegal dibanyak negara bagian di
Amerika. Saat ini satu-satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya
secara eksplisit mengizinkan pasien terminal ( pasien yang tidak mungkin
lagi disembuhkan) mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang
pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia
dengan memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death
with Dignity Act). Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri
berbantuan, bukan euthanasia.
Syarat-syarat yang diwajibkan cukup ketat, dimana pasien terminimal
berusia 18 tahun ke atas boleh minta bantuan untuk bunuh diri, jika mereka
diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan keinginan ini harus
diajukan sampai tiga kali pasien, dimana dua kali secara lisan (dengan
tenggang waktu 15 hari di antaranya) dan sekali secara tertulis (dihadiri dua
saksi dimana salah satu saksi tidak boleh memiliki hubungan keluarga
dengan pasien). Dokter kedua harus mengkonfirmasikan diagnosis penyakit
dan prognosis serta memastikan bahwa pasien dalam mengambil keputusan
itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental. Hukum juga mengatur
secara tegas bahwa keputusan pasien untuk mengakhiri hidupnya tersebut
tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik asuransi
kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun juga simpanan hari tuanya.
Belum jelas apakah undang-undang Oregon ini bisa dipertahankan di
masa depan, sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU
negara bagian ini. Mungkin saja nanti nasibnya sama dengan UU Northern
Territory di Australia. Bulan Februari lalu sebuah studi terbit tentang
pelaksanaan UU Oregon selama tahun 1999.
Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu
polling (Gallup Poll) menunjukkan bahwa 60% orang Amerika mendukung
dilakukannya eutanasia.
Indonesia
Berdasarkan hukum di Indonesia, eutanasia adalah sesuatu perbuatan
yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundangundangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata
dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun".
Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340,
345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik
dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang
berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh
siapa pun.
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid
Anfasal Moeloek menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa
penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma

yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini


tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum
positif yang masih berlaku yakni KUHP.
Eutanasia menurut ajaran agama islam
Seperti dalam agama-agama lainnya (Yahudi dan Kristen),
Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut
merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat
menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243).
Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum islam meskipun tidak
ada teks dalam Al-Quran maupun Hadist yang secara eksplisit melarang
bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal
tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS
2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh
dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah
kamu saling berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (Dokter) yang
membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh
dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir almaut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang
dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan
meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun
1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan
dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan
(mercy killing) dalam alasan apapun juga.
Eutanasia positif
Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) adalah
tindakan memudahkan kematian si sakit karena kasih sayang yang dilakukan
oleh dokter dengan mempergunakan instrumen (alat).
Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif)adalah
tidak diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter
melakukan suatu tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan
mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan ini
termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar
yang membinasakan.
Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan
meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk
meringankan penderitaannya. Karena bagaimanapun si dokter tidaklah lebih
pengasih dan penyayang daripada Yang Menciptakannya. Karena itu
serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang
memberi kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah
tiba ajal yang telah ditetapkan-Nya.
Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada


eutanasia negatif tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif
untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi
pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini didasarkan pada
keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya
dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan
Sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.
Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah
bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut
Jumhur Fuqaha dan imam-imam mahzab. Bahkan menurut mereka,
mengobati atau berobat ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal
ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh
sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan
oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan sebagian ulama lagi
menganggapnya mustahab (sunnah).
Beberapa kasus menarik
Kasus Hasan Kusuma Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 oktober
2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena
tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun,
tergolek koma selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk
menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan
pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk
eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif
maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan
dalam pemulihan kesehatannya.
Kasus seorang wanita New Jersey - Amerika Serikat
Seorang perempuan berusia 21 tahun dari New Jersey, Amerika Serikat, pada
tanggal 21 April 1975 dirawat di rumah sakit dengan menggunakan alat
bantu pernapasan karena kehilangan kesadaran akibat pemakaian
alkohol dan zat psikotropika secara berlebihan.Oleh karena tidak tega
melihat penderitaan sang anak, maka orangtuanya meminta agar dokter
menghentikan pemakaian alat bantu pernapasan tersebut. Kasus
permohonan ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan pada pengadilan
tingkat pertama permohonan orangtua pasien ditolak, namun pada
pengadilan banding permohonan dikabulkan sehingga alat bantu pun
dilepaskan pada tanggal 31 Maret 1976. Pasca penghentian penggunaan alat
bantu tersebut, pasien dapat bernapas spontan walaupun masih dalam
keadaan koma. Dan baru sembilan tahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Juni
1985, pasien tersebut meninggal akibat infeksi paru-paru (pneumonia).
v
CONFIDENTIALITY

Yang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia


klien, segala sesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk
pengobatan klien atau mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita
hendaknya menjaga rahasia pasien itu tanpa memberitahukanya kepada
orang lain maupun perawat lain.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan
privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
Beberapa hal terkait isu ini yang secara fundamental mesti dilakuakan
dalam merawat pasien adalah:
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan
yang diberikan harus tetap terjaga.
b. Individu yang menyalahgunakan kerahsiaan, keamanan, peraturan dan
informasi dapat dikenakan hukuman/ legal aspek.
INFORMED CONSENT
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi
yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan
dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama.
Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna
apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia
dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila
informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral
dan etik yang kuat. Menurut American College of Physicians Ethics Manual,
pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum
mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang
tidak adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini
dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak
hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.
v Trend dan issue kesejagatan dalam keperawatan
12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. International Council of
Nurses (ICN) mengangkat temaDelivering Quality, Serving Communities:
Nurses Leading Primary Health Care. Tema tersebut sesungguhnya sangat
relevan dengan kondisi Bangsa Indonesia karena Pertama, Pemerintah dan
seluruh elemen masyarakat turut bertanggung jawab untuk mewujudkan
derajat kesehatan setinggi tingginya.
Pada tahun 2004-2009, Pemerintah telah menetapkan kebijakan
pembangunan kesehatan yang diarahkan pada peningkatan jumlah, jaringan
dan kualitas puskesmas, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan, pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi
penduduk miskin, peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola
hidup sehat, peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia
dini serta pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
Bahkan, pada tahun 2006, Menteri Kesehatan RI menetapkan flatform
baru, terutama inisiatif nasional untuk mobilisasasi sosial dan pemberdayaan

masyarakat serta meningkatkan kinerja sistem kesehatan.Berbagai cara


dilakukan oleh pemerintah tetapi masalah kesehatan justru semakin
kompleks. Krisis ekonomi dan berbagai bencana alam menyebabkan
terpuruknya kondisi masyarakat termasuk masalah kesehatan. Sebagian
masyarakat tidak lagi mampu membiayai pelayanan kesehatannya sendiri.
Pola pelayanan kesehatan dasar sebagian besar masih di bawah standar
pelayanan minimum (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas).
Padahal, Pelayanan Kesehatan Dasar sangat diperlukan untuk
menanggulangi berbagai masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat. Hal ini mengakibatkan penyakit tidak menular meningkat
drastis.
Di Jawa dan Bali, sekitar 20 juta orang menderita penyakit jantung, dan
30% penyakit ini menyebabkan kematian. Disisi lain, penyakit menular masih
tinggi. Sekitar 22% kematian disebabkan oleh penyakit menular dan parasit.
Demikian juga angka kematian ibu 248/100,000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 26.9/1,000 kelahiran hidup (Data Pusat Statistik, 2007). Hal ini
sangat memprihatinkan, mengingat di Vietnam hanya 18, Thailand, 17,
Filipina, 26, Malaysia, 5.5, dan Singapura, 3. padahal angka-angka tersebut
merupakan indikator kesehatan suatu bangsa.
Masalah gizi juga sangat memprihatinkan. Pada tahun 2007, penderita
gizi kurang mencapai 21.9%. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta anak
menderita gizi kurang dimana 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk, dan
150,000 diantaranya mengalami gizi buruk berat (marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor). Ada sekitar 232 balita meninggal dunia karena
masalah pada periode Januari-November 2005. Kondisi ini mengakibatkan
pertahanan tubuh lemah sehingga penyakit menular seperti TB Paru,
Malaria, dan demam berdarah cenderung meningkat. Bahkan, angka
kesakitan TB Paru mencapai 102/100,000.
Hal yang sama juga terjadi pada lanjut usia (lansia). Lansia akan
tumbuh sebesar 7%. Pada tahun 1990 sampai 2025, Indonesia akan
mengalami kenaikan lansia hingga 414%. Angka ini menjadikan kita
menduduki peringkat ke-3 dunia, setelah Cina dan India (Bureau of the
Cencus USA, 1993). Pada awal abad ke 21 ini diperkirakan mencapai 15 juta
orang dan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia tersebut akan meningkat
sekitar 30-40 juta orang.
Alokasi anggaran kesehatan kita masih di bawah standar WHO, yaitu
minimal 5%. Anggaran sekecil itu oleh pemerintah diarahkan pada bantuan
Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi yang sakit, bukan pada upaya promotif
dan preventif. Disisi lain, kemampuan fiskal daerah tidak menjamin alokasi
biaya kesehatan, terutama public goods, disaat kemampuan masyarakat
miskin untuk menjangkau pelayanan kesehatannya masih rendah. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dalam pencapaian berbagai indikator
kesehatan dasar.
Seluruh potensi profesi kesehatan belum dioptimalkan. Sejak dulu
hingga sekarang, profesi kesehatan selalu diarahkan untuk pelayanan
pengobatan (kuratif). Perawat sesungguhnya memiliki kemampuan dan

kompetensi untuk memimpin pelayanan kesehatan primer. Perawat mampu


memberdayakan keluarga dan masyarakat untuk membantu mengatasi
masalah kesehatannya sendiri.
Undang-Undang Praktik Keperawatan.
Tetapi, dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang
Praktik Keperawatan. Hal ini karena pertama, Keperawatan sebagai profesi
memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok pengetahuan (body of
knowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan
diselenggarakan di Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik;
bertanggungjawab dan bertanggungugat terhadap tindakan yang dilakukan;
memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh
pengakuan masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk
melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada
kebutuhan sistem klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas).
Kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan
keperawatan yang dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatan
yang formal dan terstandar menuntut perawat untuk akuntabel terhadap
keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki
berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak
bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan dan
perundang-undangan.
Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak
kompeten, karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan
dalam Undang Undang Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya.
Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian
kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang
mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik. Sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa
perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan
yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan
derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan
hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut
pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan
hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil,
berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi
yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan

yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,


universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO,
2002).
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen,
1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan
yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum
kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing
Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi
masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing
yang masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika
penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun
2006, posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang
belum memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI
dapat mengangkat derajat bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam
pelayanan keperawatan.
Globalisasi dalam keperawatan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah.Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti
oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Tantangan internal profesi keperawatan adalah meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan sejalan dengan telah
disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional
keperawatan tahun 1983, sehingga keperawatan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bersifat professional.
Tantangan eksternal profesi keperawatan adalah kesiapan profesi lain untuk
menerima paradigma baru yang kita bawa.
Professional keperawatan adalah proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat.
Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ;
a. Tersedianya alternatif pelayanan

b. persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai


jasa pemakai kualitas untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang
terbaik.
Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan
diharapkan untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan
pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang
mempunyai kemampuan professional dengan standar internasional dalam
aspekintelektual, interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap
perbedaan social budaya dan mempunyai pengetahuan transtrutural yang
luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
Datangnya era globalisasi tidak dapat dan memang tidak perlu kita
cegah, yang lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi dampak positif
dan mencegah dampak negatifnya. Usaha peningkatan kompetensi
individual dan daya saing nasional merupakan pilihan utama agar para
manajer pelayanan kesehatan Indonesia tetap kukuh sebagai tuan rumah di
negara sendiri. Di samping itu, pemerintah seharusnya senantiasa
memfasilitasi dalam bentuk penyusunan kebijakan, peraturan perundangan,
dan pengawasan yang efektif serta efisien.
http://annisapragita.blogspot.com/2012/11/trend-dan-issu-dalam-keperawatan.html
04-09-13 16.09

Anda mungkin juga menyukai