PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
ini
terjadi melalui
mekanisme
sintesis
protein.
Proses
polinukleotida
pada
molekul
DNA
tersusun
atas
Jadi menurut morgan gen tersebut tersimpan di dalam setiap lokus yang khas
dalam kromosom. Gen sebagai zarah kompak yang mengandung satuan
informasi genetic dan mengatur sifat sifat menurun tertentu memenuhi
lokus suatu kromosom. Setiap kromosom mengandung banyak gen. Oleh
sebab itu, dalam setiap kromosom khususnya di dalam kromonema terdapat
deretan lokus. Gen memiliki sifat yang khas, sifat gen antara lain :
a. Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom .
b. Mengandung informasi genetika .
c. Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel .
3. Alel
Dari sudut pandang genetika klasik, alel (dari bahasa Inggris allele)
merupakan bentuk alternatif dari gen dalam kaitan dengan ekspresi suatu
sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu lokus dapat ditempati gen yang
mengatur warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga merah) dan juga
alel untuk warna kelopak bunga putih (alel untuk bunga putih). Pada
individu,
pasangan
alel
menentukan
genotipe
dari
individu
yang
karakter.Tidak semua gen mempunyai 2 alel ada juga yang lebih dari 2
disebut beralel banyak (alel ganda), contohnya : gen yang mengatur protein
darah.
- Homozygot : alel dengan pasangan kedua gen pada suatu individu sama
(simbolnya sama / genotipenya sama)
- Heterozygot : alel dengan pasangan kedua gen tidak sama ( simbolnya
berbeda / genotipenya sama.
4. RNA
Asam ribonukleat (bahasa Inggris:ribonucleic acid, RNA) senyawa
yang merupakan bahan genetik dan memainkan peran utama dalam ekspresi
genetik. Fungsi RNA adalah sebagai material genetika pada beberapa virus
dan penghubung antara DNA dan protein saat melakukan sintesis protein.
Struktur dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang
tersusun dari sejumlah nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu gugus
fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa nitrogen (basa N). Polimer
tersusun dari ikatan berselang-seling antara gugus fosfat dari satu nukleotida
dengan gugus pentosa dari nukleotida yang lain. RNA memiliki beberapa
tipe, yaitu :
a. RNAd
RNAd merupakan RNA yang urutan basanya komplementer dengan
salah satu urutan basa rantai DNA. RNAd membawa pesan atau kode
genetik (kodon) dari kromosom (di dalam inti sel) ke ribosom (di
sitoplasma). Kode genetik RNAd tersebut kemudian menjadi cetakan
utnuk menetukan spesifitas urutan asam amino pada rantai polipeptida.
RNAd berupa rantai tunggal yang relatif panjang.
b.
RNAr
RNAr merupakan komponen struktural yang utama di dalam
ribosom.Setiap subunit ribosom terdiri dari 30 46% molekul RNAr dan
70 80% protein.
c. RNAt
RNAt merupakan RNA yang membawa asam amino satu per satu ke
ribosom.Pada salah satu ujung RNAt terdapat tiga rangkaian baa pendek
( disebut antikodon ).Suatu asam amino akan melekat pada ujung RNAt
yang berseberangan dengan ujung antikodon.Pelekatan ini merupakan
cara berfungsinya RNAt, yaitu membawa asam amino spesifik yang
nantinya berguna dalam sintesis protein yaitu pengurutan asam amino
sesuai urutan kodonnya pada RNAd.
5. Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang merapat, memendek dan membesar
pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti sel (nucleus). Kromosom
berasal dari kata chroma = berwarna, dan soma = badan. Terdapat di dalam
plasma nucleus, berupa benda benda berbentuk lurus seperti batang atau
bengkok, dan terdiri dari bahan yang mudah mengikat zat warna. Kromosom
dapat dilihat dengan mudah, apabila menggunakan teknik pewarnaan khusus
selama nukleus membelah. Hal ini karena pada saat itu kromosom
mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih tebal, dan dapat mengisap zat
warna lebih baik. Ukuran kromosom bervariasi bagi setiap species.
Panjangnya berkisar antara 0,2 50 mikron, diameternya antara 0,2 20
mikron dan pada manusia mempunyai panjang 6 mikron.
Satu kromosom terdiri dari 2 (dua) bagian :
a. Sentromer, disebut juga kinetochore, merupakan bagian kepala
kromosom. Fungsinya adalah sebagai tempat berpegangan benang
plasma dari gelendong inti (spindle) pada stadium anafase. Sentromer
tidak mengandung kromonema dan gen.
b. Lengan, ialah badan kromosom sendiri. Mengandung kromonema dan
menentukan
jenis
kelamin.
Biasanya
terdapat
sepasang
sel
menuju
sitoplasma
selanjutnya(translasi).
b. Translasi
untuk
melakukan
proses
10
11
a.
Gen penentu golongan darah terletak pada kromosom autosom dan diberi simbol
I (Isohemaglutinogen) sehingga alelalelnya disimbolkan, IA menghasilkan
antigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO yang tidak menghasilkan
antigen.
12
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan darah dapat bergenotip
homozigot atau heterozigot. Contohnya, orang yang bergolongan darah A
heterozigot menikah dengan golongan darah B heterozigot. Persilangannya
dapat digambarkan sebagai berikut:
Jika seseorang mempunyai genotip IAIO, maka pada membran sel darah merah
akan muncul aglutinogen A, sementara plasma darahnya mengandung aglutinin
. Darah akan menggumpal jika orang yang mempunyai anti B diberi golongan
yang mengandung aglutinogen (antigen) B. Golongan darah O dapat diberikan
kepada semua golongan darah, karena darahnya tidak mengandung antigen A
ataupun B yang dapat menggumpalkan darah penerimanya. Sedangkan,
golongan darah AB, dapat menerima darah dari golongan darah A, B, AB, atau
O karena di dalam darahnya tidak terdapat aglutinin anti A maupun anti B.
Dengan demikian, golongan darah O disebut donor universal, sedangkan
golongan darah AB disebut resipien universal.
b. Golongan darah MN
Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam sel
darah merah seseorang. Apabila seseorang bergolongan darah M, artinya di
dalam darahnya mengandung antigen M, sedangkan orang yang di dalam sel
darah merahnya mengandung antigen N, maka orang tersebut bergolongan darah
N.Jadi, orang yang bergolongan darah MN dalam sel darah merahnya
mengandung antigen M dan N sehingga orang tersebut bergolongan darah MN.
Pengelompokan golongan darah MN tidak terikat pada golongan darah ABO.
Dengan demikian, orang yang bergolongan darah M, N, atau MN terdapat sama
banyak pada golongan darah A, B, AB, atau O.
13
Jadi, menurut diagram di atas, jika orang yang bergolongan darah N menikah
dengan orang yang bergolongan darah M, maka akan menghasilkan keturunan
100% golongan darah MN. Sedangkan, orang yang bergolongan darah MN
dikawinkan dengan orang yang bergolongan daran N atau M, maka akan
menghasilkan keturunan 50% golongan darah mndan 50% golongan darah N
atau M. Serum (antibodi) manusia tidak mereaksi antigen M dan N sehingga
tidak menimbulkan penggumpalan darah. Antibodi M dan N dapat dibuat
dengan menyuntikkan darah manusia ke tubuh kelinci.
c. Golongan darah Rhesus
Pada golongan darah rhesus ditentukan oleh ada tidaknya faktor rhesus
(antigen Rh) pada sel darah seseorang. Golongan darah rhesus ini pertama kali
ditemukan dalam darah kera (Rhesus macacus). Seseorang yang mengandung
antigen Rh pada eritrositnya disebut Rh+ (Rhesus positif), sedangkan yang tidak
mempunyai antigen rhesus disebut Rh (Rhesus negatif). Seseorang yang
mengandung antigen rhesus pada darah merahnya (Rh+) tidak dapat membentuk
14
antibodi yang melawan antigen Rh. Antibodi terhadap rhesus akan terbentuk
pada orang yang bergolongan darah (Rh).
4) Hukum Mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
a. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah
pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet terjadi
secara meiosis, dimana pasangan pasangan homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi/ terjadi pemisahan alel alel suatu gen secara bebas dari
diploid menjadi haploid. Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung
satu gen dari alelnya Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid,
yaitu persilangan satu karakter dengan dua sifat beda.
Persilangan Monohibrid
P1
G1
F1
UU
(Ungu)
U
x
x
uu
(Putih)
u
Uu
15
genotipenya uu. Alel ini memisah secara bebas menjadi u dan u, sehingga
gametgamet jantan tanaman putih hanya mempunyai satu macam alel , yaitu
alel u. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan fenomena
Hukum Mendel I.
b. Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen /
sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku
ketika pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
Persilangan Dihibrid
BBKK
x
bbkk
(Biji bulat berwarna kuning) (Biji keriput Hijau)
BK
x
bk
BbKk
BbKk
x
BbKk
BK, Bk, bK,bk
BK, Bk, bK,bk
P1
G1
F1
P2
G2
16
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel
tetapi mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri: makin
banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin kuat.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit
putih :
P : gandum berkulit merah x
gandum berkulit putih
M1M1M2M2
m1m1m2m2
F1 : M1m1M2m2 = merah muda
P2 : M1m1M2m2
x
M1m1M2m2
F2 : 9 M1- M2 : merah merah tua sekali
3 M1- m2m2
: merah muda merah tua
3 m1m1M2 : merah muda merah tua
1 m1m1m2m2 : putih
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi samasama berpengaruh terhadap warna merah gandum.
3M = merah tua
2M = merah
M = merah muda
m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna
putih, diperoleh:
Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1
2. Kriptomeri
17
3. Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen
dominan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen
yang menutupi disebut epistasis, dan yang ditutupi disebut hipostasis.
Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit
P
F1
P2
F2
kuning.
: hitam
x
kuning
HHkk
hhKK
: HhKh = hitam
: HhKk
x
HhKk
: 9 H-K- : hitam
3 H-kk : hitam
18
3 hhK- : kuning
1 hhkk : putih
Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1
4. Komplementer
Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang
saling melengkapi untuk memunculkan suatu karakter. Contoh: perkawinan
antara dua orang yang sama-sama bisu tuli
P
: bisu tuli
x
bisu tuli
DDee
ddEE
F1 : DdEe = normal
P2 : DdEe X DdEe
F2 :
9 D-E- : normal
3 D-uu : bisu tuli
3 ppE- : bisu tuli
1 ppuu : bisu tuli
Rasio fenotif F2 normal : bisu tuli = 9 : 7
5. Interaksi alel
Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu
karakter akibat interaksi antar gen dominan maupun antar gen resesif.
contoh : jengger ayam (persilangan antara rose dan pea menghasilkan walnut
100%, lalu disilangkan lagi sesama walnut)
Perbandingan hasilnya adalah 9 : 3 : 3 : 1 (walnut : rose : pea : single)
muncul sebuah sifat baru
RP
Rp
RP
RPRP
RRPp
Rp
RRPp
RRpp
19
rP
RrPP
RrPP
rp
RrPp
Rrpp
rP
Rp
RrPP
RrPp
RrPp
Rrpp
rrPP
rrPp
rrPp
rrpp
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan ilmu genetika adalah ilmu
yang mempelajari seluk-beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi.
Dimana di dalamnya memiliki komponen-komponen seperti DNA, RNA, Gen,
Kromosom, Alel. Selain itu pada genetika juga berlaku hukum mendel I dan
hukum mendel II yang dikemukakan oleh Gregor Johann Mendel yang sekaligus
beliau di anggap sebagai bapak genetika, disamping itu juga terdapat
penyimpangan-penyimpangan pada hukum mendel I dan hukum mendel II
tersebut, penyimpangan itu disebut penyimpangan semu hukum mendel.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami proses pemindahan genetika
dengan lebih baik, sehingga dalam penerapannya terhadap penyakit akibat
kelainan genetika dapat membedakan dengan penyakit akibat bakteri ataupun
virus agar dalam penanganannya dapat lebih baik dan lebih tepat .
20
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. 2003.
Robert, J.A.F. Pengantar Genetika Kedokteran. Edisi delapan. Alih Bahasa Dr. Hartono,
FK Univ GAMA. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.
http://biologimediacentre.com/penyimpangan-semu-hukum-mendel/, diakses
Denpasar
http://biochronica.blogspot.com/p/pola-pola-hereditas.html, diakses pada
21