Anda di halaman 1dari 6

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)

Identifikasi Nilai Resistivitas Untuk Investigasi Situs


Arkeolog di Daerah Blitar
Vidya Amalia Harnindra dan Eko Minarto M.Si
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: vidyaamalia12@gmail.com

Abstrak Telah dilakukan percobaan identifikasi nilai


resistivitas untuk menginvestigasi sebaran situs arkeolog pada
daerah Blitar yang bertujuan untuk menginvestigasi situs
arkeolog pada daerah Blitar. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode geolistrik konfigurasi Wenner.
Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
resistivitymeter elektroda, 4 roll kabel, palu, dan GPS (Global
Positioning System) serta rollmeter. Penelitian ini
menggunakan 5 lintasan dengan panjang lintasan masingmasing ialah 50 meter, 51 meter, 50 meter, 29 meter dan 22
meter. Jarak antara elektroda potensial 2 meter, 3 meter dan 4
meter. Data resistivitas semu yang didapat dari pengukuran
dapat diolah menggunakan software Res2Dinv. Dari hasil
inversi data penelitian, dapat dilihat bahwa lapisan yang
dominan pada penelitian ini ialah lapisan shale, sandstone
atau limestone. Hal ini sesuai dengan keadaan geografis
daerah Blitar. Kembali pada tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk memperoleh menginvestigasi situs arkeolog pada
daerah Blitar maka dapat dilihat pada pembahasan setiap
lintasan, anomaly dengan nilai tinggi yang banyak diwakilkan
oleh lapisan berwarna keunguan yang memiliki nilai
resistivitas anatara 3598 m sampai 27604 m yang diduga
merupakan situs arkeolog dan situs tersebut berbahan diorite
yang terdapat pada daerah penelitian.
Kata Kunci Geolistri, konfigurasi Wenner, Resistivitas,
Situs Arkeolog

I.

PENDAHULUAN

ada penelitian ini akan dilakukan investigasi situs


arkeolog di daerah Blitar. Kabupaten Blitar
terletak di ujung selatan Jawa Timur, berbatasan
langsung dengan Kabupaten Kediri di utara,
Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Tulungagung di
barat dan Kabupaten Malang di timur. Secara geografis,
Kabupaten dan Kota Blitar terletak di kaki gunung Kelud,
gunung api strato yang masih aktif sampai sekarang.
Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa
tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi,
pasir dan napal, yaitu batu kapur yang tercampur dengan
tanah liat.
Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan
merupakan besaran yang menunjukkan tingkat hambatanya
terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai resistivitas
makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus listrik.
Biasanya tahanan jenis diberi simbol , satuan dalam SI
adalah ohm.meter (m). Metode Resistivitas dalam

geofisika adalah metode untuk menyelidiki struktur bawah


permukaan berdasar perbedaan resistivitas batuan.
Resistivitas batuan bervariasi menurut jenis batuan bisa
dari mineral penyusunnya, porositas, dan kandungan dalam
fluida[1].
Salah satu metode geofisika adalah metode geolistrik
atau resistivity. Prinsip dasar metode ini adalah
mempelajari variasi harga resitivitas batuan bawah
permukaan yang berasosiasi dengan sumber daya alam.
parameter resistivitas diperoleh dengan mengukur arus
yang diinjeksikan ke dalam bumi dan mengukur beda
potensial yang ditimbulkannya. Oleh karena itu alat
resistivitimeter terdiri dari dua bagian pokok yaitu
transmitter dan receiver. Transmitter berfungsi untuk
penginjeksian arus sementara receiver berfungsi untuk
pembacaan beda potensial yang dihasilkan [2].
Batuan merupakan suatu materi yang mempunyai
sifat-sifat kelistrikan. Sifat kleistrikan batuan merupakan
karakteristik dari suatu batuan apabila dialirkan arus listrik
ke dalam batuan tersebut. Arus listrik ini dapat berasal dari
alam sendiri sebagai akibat dari ketidakseimbangan
konsentrasi atau dari arus listrik yang dengan sengaja
diinjeksikan ke dalamnya. Pada bagian batuan, atom-atom
terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan ini
maka batuan memiliki sifat dapat menghantarkan arus
listrik. Aliran arus litrik do dalam batuan atau suatu
mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yang
pertama ialah Konduksi dielektrik. Konduksi dielektrik
terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik. Artinya batusn
tersebut memiliki electron bebas yang sedikit bahkan tidak
sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik
dari luar, maka leektron electron dalam atom batuan
dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya,
maka akan terjadi peristiwa polarisasi. Peristiwa ini sangart
bergantung pada konstanta dielektrik suatu batuan. Lalu
yang kedua ialah konduksi elektrolitik, Konduksi
elektrolitik banyak terjadi pada batuan atau mineral yang
bersifat porus dan dalam pori-pori tersebut banyak terisi
oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus listrik mengalur
akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi
dengan cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik.
Yang ketiga ialah konduksi elektronik, konduksi ini ialah
tipe normal dari aliran arus listrik dlam batuan atau
mineral. Hal ini terjadi jika batuan atau mineral tersebut
memiliki banyak elektron bebas. Akibatnya arus listrik
mudah mengalir pada batuan ini [2].

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)


Terdapat jangkauan nilai kelistrikan dari setiap
batuan yang ada yang dapat membantu dalam penentuan
jenis batuan berdasarkan harga resistivitasnya atau
sebaliknya. Misalnya, untuk clays memiliki nilai 5-100
m. Nilai ini tidak hanya bergantung pada jenis batuan
saja tetapi bergantung pula pada pori yang ada pada batuan
tersebut dan kandungan fluida pada pori tersebut. Sifat
kelistrikan batuan juga dipengaruhi oleh resistivitas lapisan
dan tebal lapisan tersebut. Berikut ialah tabel referensi
resistivitas [3]:

Tabel 1. Tabel resistivitas dengan litologi


Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika
yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan
bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan
bagaiman cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pada
metoda geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial
untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat
diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing
lapisan dibawah titik ukur atau sounding point. Metoda ini
lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yangsifatnya
dangkal,
jarang
memberikan
informasi
lapisan
dikedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh
karena itu metoda ini jarang digunakan untuk eksplorasi
minyak tetapi lebih banyakdigunakan dalam bidang
engineering geologyseperti penentuan kedalaman batuan
dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam
eksplorasi geothermal [1].
Metode Wenner merupakan metode tercepat yang
mempunyai beberapa variasi, seperti wenner alpha, wenner
beta dan wenner gamma. Jarak AM, MN, NB adalah sama
dan
dapat
disimbolkan
dengan
a.
Kisaran
pengkonfigurasian kedalaman terendah sekitar 1/6 dari
kedalaman maksimal yang digunakan pada jarak AB.
Metode Wenner memiliki rendah resolusi tetapi nyaman
untuk penyelidikan secara rinci struktur yang lebih dalam.
Pada saat kondisi pengukuran, metode ini tinggi akan
resistansi terhadap kebisingan listrik-pengganti efektif
Schlumberger di tempat yang terkena kebisingan listrik .
Titik-titik imajinsai pada metode Wenner memiliki
kerapatan yang sangat kecil dibandingkan dengan keempat

2
metode yang lain. Penyebaran titik imajinasinya lebih
renggang dengan resolusi yang rendah dan bentuk
penyebarannya menyamping. Jumlah titik-titik imajinasi
pada metode Wenner adalah 28 titik dengan 7 kolom ke
samping dan 7 baris ke bawah. Kedalaman konfigurasi
elektroda pada metode ini adalah 7 baris ke bawah [3].
Jika diasumsikan bumi bersifat homogeny isotropis,
maka tahanan jenis yang terukur merupakan tahanan jenis
yang sebenarnya tidak bergantung spasi elekrodenya. Pada
kenyataannya, bumi terdiri atas lapisan lapisan dengan
tahanan jenis berbeda-beda sehingga potensial yang terukur
merupakan pengatuh dari lapisan-lapisan tersebut dan tidak
hanya dari satu lapisan, terutama untuk spasi electrode
yang lebar.Pengukuran resistivitas batuan dilakukan
dengan menganggap bumi sebagai suatu medium yang
homogen isotropis. Pada kenyataannya, bumi tersusun atas
komposisi batuan yang bersifat heterogen anisotropis.
Akibatnya objek batuan yang tidak homogen beragam
memberikan harga resistivitas yang beragam. Sehingga
resistivitas yang digunakan adalah resistivitas semu.
Beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu
batuan di antaranya ialah ukuran butir penyusun batuan,
komposisi mineral batuan, kandungan air, kelarutan garam,
dan kepadatan batuan [4].
Nilai perhitungan resistivitas semu bawah
permukaan tergantung pada faktor konfigurasi yang
digunakan. Hal ini berkaitan dengan model penjalaran
listrik di bawah permukaan bumi yang bergantung dengan
posisi masing-masing elektroda [5].

Gambar 2. Konfigurasi Wenner


Kemudian di cari faktor geometri berdasarkan jarak
elektroda. Karena diketahui bahwa jarak spasi elektroda
pada konfigurasi wenner memiliki besar yang sama di tiap
spasinya. Kemudian didapatkan rumus seperti di bawah
ini ;
.. (1)
K merupakan faktor geometri yang besarnya sangat
tergantung dari jarak antar elektroda yang digunakan
dalam pengolahan data [4].
Keunggulan dari konfigurasi Wenner adalah
ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih
baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda
MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini
bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi
yang relatif lebih kecil.Sedangkan kelemahannya adalah
tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat
permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)


perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non
homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi
kurang akurat [5].
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika
yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan
untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan
di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus
listrik DC (direct current) yang mempunyai tegangan tinggi
ke dalam tanah. Metode ini lebih efektif jika digunakan
untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, contohnya
penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air,
dan gerakan tanah atau tanah longsor. Injeksi arus listrik
ini mengunakan 2 elektroda arus A dan B yang ditancapkan
ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang
jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik
bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya
aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang
terjadi di permukaan tanah diukur dengan menggunakan
multi meter yang terhubung melalui 2 buah elektroda
tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada
jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah
menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada
elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan
listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai
dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus
lisrik pada pada kedalaman yang lebih besar. Dengan
asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa di
tembus oleh arus lisrik ini sama dengan separuh dari jarak
AB yang bisa disebut AB/2 (Todd, 1980). Beberapa hal
yang mempengaruhi nilai resistivitas semu batuan di
antaranya: ukuran butir penyusun batuan, komposisi
mineral batuan, kandungan air, kelarutan garam, dan
kepadatan batuan.Garis- garis yang diilustrasikan terjadi
karena injeksi arus yang ditunjukkan pada dua titik arus
yang berlawanan di permukaan bumi. Semakin besar jarak
antar elektroda maka menyebabkan tanah yang dapat
diukur semakin dalam [6].

3
Fungsi dari resistivitymeter untuk mengukur nilai
resistansi pada tanah, elektroda untuk konduktor, kabel
untuk menghubungkan antara resistivitymeter dengan
elektroda atau sebagai medium penghantar listrik dari alat
resistivity ke elektroda, palu untuk memaku elektroda ke
dalam tanah, rollmeter untuk mengukur panjang lintasn,
GPS untuk menentukan titik koordinat lintang dan bujur.
II.2

Tahap Persiapan
Tahap persiapan yaitu meliputi studi literatur
penyerapan semua referensi yang berkaitan dengan
peneitian, pengumpulan informasi geologi wilayah yang
akan dijadikan tempat penelitian, simulasi pengukuran,
studi penggunaan software yaitu uji coba software yang
akan digunakan, serta perencanaan dan persiapan
penelitian.
2.3 Tahap Pengambilan Data
Tahap selanjutnya adalah tahap pengambilan data di
lapangan. Dengan konfigurasi yang digunakan pada
percobaan ini adalah konfigurasi Wenner. Tahap
pengambilan data pada metode geolistrik mempunyai
beberapa tahap pelaksanaan, tahap pertama ialah
penentuan titik sounding pada peta lapangan. Pada
umunya, sebelum melakukan pengukuran geolistrik di
lapangan, peta lapangan yang akan disurvei perlu dipelajari
terlebih dahulu agar dapat menentukan posisi yang teapt
untuk titik-titik sounding.
Tahap kedua ialah penempatan titik sounding di
lapangan. Pada tahap ini, titik-titik sounding yang telah
ditentukan pada peta lapangan di cari posisinya secara teapt
di lapangan. Berdasarkan referensi-seferensi yang didapat
di lapangan dengan batuan kompas. Letak titik-titik
tersebut mestinya akan dapat ditentukan dengan teapt dan
lurus.
Tahap ketiga ialah pengambilan data. Pada titik
sounding ditentukan bentangan elektroda berupa garis lurus
dengan titik sounding merupakan titik tengah. Elektroda di
sejajarkan dalam suatu garis lurus seperti pada gambar 3.
Kemudian diatur peralatan untuk pengukuran sedemikian
rupa sehingga mempermudah pelaksanaan pengukuran
nantinya. Pertama diukur posisi awal dengan menggunakan
GPS untuk menentukan posisi terhadapgaris lintang dan
garis bujur, kemudian dilakukan pengukuran geolistrik.
Ditentukan C1, P1, P2 dan C2 dengan jarak 0.5 meter lalu
diinjeksikan arus dari resistivitymeter. Sampai ujung
lintasan di ganti jarak elektroda sejauh 1,5 meter; 2,5 meter
dan 3,5 meter.

Gambar 3. Prinsip kerja Metode Resistivitas


II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Peralatan
Pada percobaan identifikasi nilai resistivitas untuk
investigasi sebaran situs arkeolog di daerah Blitar ini
diperlukan peralatan yaitu satu set resistivitymeter, 9 buah
elektroda, 4 roll kabel, 4 buah palu, 1 buah rollmeter dan
GPS (Global Positioning System)

Gambar 4. Konfigurasi Metode Wenner


2.4 Tahap Pengolahan Data

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)


Tahap terakhir yang dilakukan adalah pengolahan
data menggunakan software Res2Dinv dan diperlukan nilai
resistivitas serta nilai datum point. Untuk mencari nilai
ressitivitas menggunakan persamaan dibawah:
................................(2)
Dan untuk mencari datum point menggunakan:
..............(3)
Setelah itu dapat diidentifikasi data dari hasil pengukuran
yang dilakukan di lapangan.
Agar lebih mudah dipahami, dapat dilihat pada
diagaram alir atau flowchart berikut:
Mulai

Ditentukan lokasi pengukuran

Diukur lintasan sesuai dengan yang


diinginkan
Ditancapkan alektroda dengan jarak
yang telah ditentukan

Dirangkai alat resistivity meter dan


dihubungkan dengan 4 kabel.

Ditentukan C1, P1, P2 dan C2 lalu


diinjeksikan arus dari resistivitymeter.

Data diolah menggunakan software


Res2Dinv

Identifikasi situs arkeolog

4
didapatkan nilai resistivitas batuan pada tiap lintasan
dengan nilai error pada saat pengukuran disampaikan pada
halaman yang terlampir.
Terdapat lima lintasan yang digunakan pada
percobaan ini, lintasan pertama dan ketiga sepanjang 50
meter, lintasan kedua 51 meter, lintasan keempat 29 meter
dan lintasan kelima 22 meter. Panjang lintasan ini
disesuaikan dengan lokasi pengambilan data. Pada lintasan
pertama dan ketiga dilakukan 356 kali pengambilan data,
pada lintasan kedua dilakukan 364 kali pengambilan data,
pada lintasan,keempat dilakukan 188 kali pengambilan
data dan pada lintasan kelima dilakukan 132 kali
pengambilan data dengan empat macam panjang a yaitu
0,5meter; 1,5 meter; 2,5 meter dan 3,5 meter.
Data yang didapatkan diolah menggunakan software
Res2Dinv untuk mendapatkan tampilan 2D kontur
resistivitas dari lapisan bawah permukaan tanah. Hasil
pengolahan data terdapat pada gambar 6 sampai gambar
10. Pada hasil olahan Res2Dinv terdapat tiga gambar
penampang. Penampang pertama menunjukkan kontur
resistivitas semu hasil pengukuran, penampang kedua
menujukkan kontur resistivitas semu dari hasil dan
penampang ketiga menunjukkan inverse model resistivity
section yang menggambarkan kontur resistivitas
sebenarnya. Resistivitas semu sendiri merupakan nilai
tahanan yang diperoleh dari pengukuran beda potensial di
sekitar tempat arus diinjeksikan, dimana nilai resisitivitas
yang diperoleh merupakan nilai resistivitas yang mewakili
nilai resisitivitas seluruh lapisan yang sangat dipengaruhi
oleh jenis batuan atau bahan bahan yang berada di bawah
permukaan tanah.
Dari hasil pengolahan data pada gambar 6 sampai
gambar 10, penampang gambar menunjukkan perbedaan
pada setiap linenya. Selanjutnya dilakukan interpretasi data
untuk menentukan pendugaan adanya perbedaan nilai
resistivitas di bawah permukaan tanah. Pada pengolahan
data hasil res2dinv yang baik memiliki eror yang tidak
lebih dari 10%. Interpretasi ini didasarkan pada
karakteristik atau kecenderungan harga resistivitas yang
diperoleh dari pemodelan yang menggunakan software
Res2Dinv dan nilai resistivitas pengukuran yang telah
tersedia sebagai acuan.

Selesai Percobaan
Gambar 5. Flowchart

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan identifikasi nilai resistivitas untuk


menginvestigasi sebaran situs arkeolog pada daerah Blitar
yang bertujuan untuk menginvestigasi situs arkeolog pada
daerah Blitar. Metode yang digunakan pada percobaan ini
adalah metode geolistrik konfigurasi Wenner. Proses
pengukuran dilakukan dengan menginjeksikan arus dan
tegangan listrik ke dalam struktur bawah permukaan bumi.
Pada proses pengukuran, data yang diperoleh adalah nilai
resistansi lapisan batuan bawah permukaan. Dari hasil
pengukuran resistansi dan faktor geometri tiap lintasan

Gambar 6. Hasil inversi lintasan 1 menggunakan res2dinv

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)


Dari gambar 6 terlihat bahwa panjang lintasan yang
dipakai adalah 50 m dengan kedalaman penetrasi 2,15 m,
dan memiliki nilai resistivitas berkisar 4,4 m 3598 m,
serta memiliki error 5 %. Gambar tersebut menunjukkan
kontur warna yang berbeda sesuai nilai resistivitas bahan
penyusun bawah permukaan. Dilihat dari tabel referensi
pada lintasan pertama, lapisan berwarna biru dengan nilai
resistivitas cukup rendah yaitu berkisar 4,4 m 29,9 m
dapat diduga sebagai air permukaan. Dan lapisan yang
berwarna kuning kemerahan dengan nilai resistivitas 77,9
sampai 1380 m diduga lapisan berupa limestone. Dan
pada lapisan atau daerah yang berwarna merah tua
keunguan memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi
yaitu 3598 m diduga merupakan anomaly benda
arkeologi.

5
kedalaman penetrasi 2,15 m memiliki kisaran nilai
reistivitas antara 3,0 m 9 sampai 27604 m. Hasil
tersebut dilakukan dengan iterasi ke 17 dan memiliki nilai
error 6,7%. Lapisan berwarna biru dengan nilai resistivitas
berkisar 3.09 m 41,6 m dapat diduga sebagai air
permukaan. Dan lapisan yang berwarna hijau sampai
kuning kemerahan dengan nilai resistivitas 153 m sampai
7526 m diduga lapisan berupa shale, sandstone atau
limestone. Dan pada lapisan atau daerah yang berwarna
merah tua keunguan memiliki nilai resistivitas yang sangat
tinggi yaitu 7526 m sampai 27604 m diduga berupa
diorite, marble atau basalt dan merupakan anomaly benda
arkeologi dimulai dari kedalaman penetrasi 1,73 m
kebawah.

Gambar 9. Hasil inversi lintasan 4 menggunakan res2dinv


Gambar 7. Hasil inversi lintasan 2 menggunakan res2dinv

Pada gambar 7 yang merupakan hasil inversi


menggunakan software res2dinv, panjang lintasan kedua ini
ialah 51 m dan didapat penetrasi sedalam 2,15 m. Nilai
resistivitas pada lintasan ini berkisar antara 10,5 sampai
14364 dengan nilai error 7%. Sama seperti lintasan
sebelumnya, lapisan berwarna biru dengan nilai resistivitas
cukup rendah yaitu berkisar 10,5 m 82,4 m dapat
diduga sebagai air permukaan. Dan lapisan yang berwarna
hijau sampai kuning dengan nilai resistivitas 231 sampai
1823 diduga lapisan berupa shale atau limestone. Dan pada
lapisan atau daerah yang berwarna merah tua keunguan
memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi yaitu 14364
diduga berupa diorite dan merupakan anomaly benda
arkeologi.

Selanjutnya ialah lintasan keempat dengan panjang


lintasan 29 meter diinversikan sampai iterasi ke 22
menghasilkan nilai error 5,6% dan kedalaman penetrasi
sama seperti lintasan sebelumnya yaitu 2,15 m. Sama
seperti lintasan lainnya, lapisan berwarna biru dengan nilai
resistivitas berkisar 52,8 m 198 m dapat diduga
sebagai air permukaan dan lapisan berupa limestone. Dan
lapisan yang berwarna kuning sampai kuning kemerahan
dengan nilai resistivitas 1434 m sampai 2776 m diduga
lapisan berupa shale, sandstone atau limestone. Dan pada
lapisan atau daerah yang berwarna keunguan dengan nilai
resistivitas yaitu 5372 m diduga berupa batuan
konglomerat dan merupakan anomaly benda arkeologi.

Gambar 10. Hasil inversi lintasan 5 menggunakan res2dinv

Gambar 8. Hasil inversi lintasan 3 menggunakan res2dinv

Pada lintasan ketiga memiliki hasil inversi seperti


pada gambar 8. Dengan panjang lintasan 50 m dan

Lintasan kelima merupakan lintasan terakhir dan


memiliki panjang lintasan paling pendek yaitu 22 m.
Dilakukan proses inversi sampai iterasi ke 22 dan memiliki
nilai error 3,3% serta kedalaman penetrasi sama seperti
lintasan yang lain yaitu 2,15 m. Pada lintasan ini

Ekplorasi Kelistrikan Bumi (2016)


didominasi oleh nilai resistivitas yang berkisar antara 393
m sampai 1422 m yang diduga berupa limestone atau
dolomite. Lalu penampang yang berwarna biru diduga
merupakan air permukaan yang memiliki nilai resistivitas
antara 56,9 m sampai 108 m. Lalu anomaly
arkeolognya diduga pada lapisan yang berwarna merah
keunguan dengan nilai resistivitas tinggi pada kedalaman
penetrasi sekitar 0,994 meter sampai 1,5 meter pada
elektroda ke 7 sampai 9.
Dari hasil inversi data penelitian yang rata-rata
memiliki nilai error kurang dari 10%, dapat dilihat bahwa
lapisan yang dominan pada penelitian ini ialah lapisan
shale, sandstone atau limestone. Hal ini sesuai dengan
keadaan geografis daerah Blitar. Kembali pada tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk memperoleh menginvestigasi
situs arkeolog pada daerah Blitar maka dapat dilihat pada
pembahasan setiap lintasan, anomaly dengan nilai tinggi
yang banyak diwakilkan oleh lapisan berwarna keunguan
yang memiliki nilai resistivitas anatara 3598 m sampai
27604 m yang diduga merupakan situs arkeolog dan situs
tersebut berbahan diorite yang terdapat pada daerah
penelitian.
IV.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari hasil


inversi data penelitian memiliki anomaly dengan nilai yang
tinggi berkisar antara 3598 m sampai 27604 m yang
diduga merupakan situs arkeolog dan situs tersebut
berbahan diorite yang terdapat pada daerah penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Eksplorasi Kelistrikan Bumi ini
serta rekan-rekan dan semua pihak terkait dalam laporan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]

[3]
[4]
[5]
[6]

Grandis, Hendra. 2006. Diktat Kuliah Geo-Elektromagnet. Departemen


Geofisika, FIKTM, Institut Teknolohi Bandung, Bandung.
A. Revil, 1998, Nature of Surface Electrical Conductivity in Natural
Sand, Sandstones, and Clays, Geophysical Research, vol. 25, pg. 691694.
Taib, MIT. 2000. Diktat Kuliah Eksplorasi Geolistrik. Departemen
Teknik Geofisika, FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Broto, Surdaryo dan Rohima Sera Afifah. 2008. Jurnal: Pengolahan
Data Geolistik dengan Metode Geolistrik.
M.B. Dobrin. 1981. Introduction to Geophysical Prospecting.
McGraw Hill, New York.
Telford, W.M dan Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Data Geofisika
    Analisis Data Geofisika
    Dokumen65 halaman
    Analisis Data Geofisika
    Nuel Pratama Sitanggang
    Belum ada peringkat
  • Analisis Data Geofisika
    Analisis Data Geofisika
    Dokumen65 halaman
    Analisis Data Geofisika
    Nuel Pratama Sitanggang
    Belum ada peringkat
  • Jurnal H22107034
    Jurnal H22107034
    Dokumen9 halaman
    Jurnal H22107034
    Rendi Adi Febrian
    Belum ada peringkat
  • Teorema Thevenin Dan Norton
    Teorema Thevenin Dan Norton
    Dokumen5 halaman
    Teorema Thevenin Dan Norton
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Komponen Aktf Pasif
    Komponen Aktf Pasif
    Dokumen6 halaman
    Komponen Aktf Pasif
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Difraksi Inteferensi
    Difraksi Inteferensi
    Dokumen21 halaman
    Difraksi Inteferensi
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Thevenin Dan Norton
    Thevenin Dan Norton
    Dokumen4 halaman
    Thevenin Dan Norton
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS VEKTOR Dan Deret Fourier PDF
    ANALISIS VEKTOR Dan Deret Fourier PDF
    Dokumen38 halaman
    ANALISIS VEKTOR Dan Deret Fourier PDF
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • E8 Vdy
    E8 Vdy
    Dokumen4 halaman
    E8 Vdy
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • New E4
    New E4
    Dokumen5 halaman
    New E4
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Tgs 2 Vidya
    Tgs 2 Vidya
    Dokumen7 halaman
    Tgs 2 Vidya
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Induksi Elektro
    Induksi Elektro
    Dokumen14 halaman
    Induksi Elektro
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Praktikum
    Praktikum
    Dokumen8 halaman
    Praktikum
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Resistivity Pada Geothermal
    Resistivity Pada Geothermal
    Dokumen11 halaman
    Resistivity Pada Geothermal
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Daya Elektrik
    Daya Elektrik
    Dokumen29 halaman
    Daya Elektrik
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • AGAMA kl3
    AGAMA kl3
    Dokumen3 halaman
    AGAMA kl3
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Resa kls2
    Resa kls2
    Dokumen14 halaman
    Resa kls2
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Shafitri L8 Induksi Elektromagnetik
    Shafitri L8 Induksi Elektromagnetik
    Dokumen18 halaman
    Shafitri L8 Induksi Elektromagnetik
    Vidya Amalia Harnindra
    100% (1)
  • Diktat Fisika Dasar
    Diktat Fisika Dasar
    Dokumen90 halaman
    Diktat Fisika Dasar
    Efri Dwiyanto
    100% (2)
  • Laporan Praktikum L2
    Laporan Praktikum L2
    Dokumen19 halaman
    Laporan Praktikum L2
    Vidya Amalia Harnindra
    100% (1)
  • Perkembangan Perangkat Keras
    Perkembangan Perangkat Keras
    Dokumen43 halaman
    Perkembangan Perangkat Keras
    linkinun
    Belum ada peringkat
  • Daya Elektrik
    Daya Elektrik
    Dokumen29 halaman
    Daya Elektrik
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Keadaan Tunak
    Keadaan Tunak
    Dokumen8 halaman
    Keadaan Tunak
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Cerita Binatang
    Cerita Binatang
    Dokumen1 halaman
    Cerita Binatang
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Magnetelurik - PDF Qwert
    Magnetelurik - PDF Qwert
    Dokumen6 halaman
    Magnetelurik - PDF Qwert
    SispantoLohorPaputungan
    Belum ada peringkat
  • 5 525638797042
    5 525638797042
    Dokumen15 halaman
    5 525638797042
    cessi69
    Belum ada peringkat
  • Term Ok Opel
    Term Ok Opel
    Dokumen5 halaman
    Term Ok Opel
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 L7
    Bab 2 L7
    Dokumen10 halaman
    Bab 2 L7
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat
  • Gunung
    Gunung
    Dokumen6 halaman
    Gunung
    Vidya Amalia Harnindra
    Belum ada peringkat