Genetika Tanaman
IDENTIFIKASI ALAT REPRODUKSI TANAMAN
Nama
: Yusnita Suni
NIM
: G11115346
Kelas
: Genetika Tanaman D
Kelompok
: 14
Asisten
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi pada tumbuhan dibagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi
generatif. Reproduksi vegetatif terjadi secara alami dan buatan. Reproduksi
generatif terbagi menjadi dua yaitu pada Gymnospermae dan Angiospermae.
Reproduksi vegetatif pada tumbuhan di atas terjadi secara alami. Tumbuhan juga
dapat dikembangbiakkan secara buatan dengan cara: mencangkok, stek, okulasi,
merunduk, kultur jaringan dan lain-lain (Srikini, 2008).
Reproduksi seksual pada tumbuhan terjadi pada Gymnospermae (tumbuhan
berbiji terbuka, misalnya pinus, cemara, melinjo, damar, dan pakis haji), dan
Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup yaitu monokotil dan dikotil). Flora atau
tumbuh-tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia sama-sama
melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari
kepunahan pada spesies atau rasnya karena cara inilah tumbuhan mempertahankan
keturunannya. Kegiatan berkembangbiak atau beranak ini pada tumbuhan dapat
dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin
jantan betina atau kepala putik dengan benang sari (Pratiwi, 2007).
Perkembangbiakan secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa
bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan atau anakan tanaman baru.
Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya
seperti bawang merah. Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai
tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada di
sekitarnya yang dapat tumbuh dengan cara geragih adalah batang yang menjalar
secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas baru.
Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya jadi
tanaman baru. Contoh seperti jagung dan ketela rambat. Sistem reproduksi ini
tidak melibatkan proses penyerbukan. Keuntungan reproduksi secara buatan ini
adalah keturunan yang dihasilkan memiliki sifat yang sama persis dengan
induknya dan cenderung lebih cepat menghasilkan buah. Kekurangannya antara
lain sistem perakaran kurang kuat dan jika ranting dipotong menyebabkan
menurunnya pertumbuhan. Reproduksi vegetatif merupakan suatu perluasan dari
kapasitas tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan tak terbatas. Individu baru
(keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan
induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual
dikatakan termasuk dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai
susunan genetik yang sama (Pratiwi, 2007).
Sama seperti halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk
mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan
reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi
seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin
betina dari bakal buah.Baik benangsari maupun putik dilindungi oleh kelopak
bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk mahkota bunga. Polinasi atau
penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari benangsari masuk ke kepala putik
bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal biji. Ada juga
tumbuhan yang bisa dikembangkan tanpa pembuahan (Srikini, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut
untuk memahami bagaimana struktur dasar terutama alat reproduksi pada
tumbuhan sebagai alat kawin untuk menghasilkan keturunan baru.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
struktur alat reproduksi pada tumbuhan sebagai alat perkembangbiakan dan alat
kawin guna menghasilkan kenturunan atau individu baru.
Adapun kegunaan dari kegiatan praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi
bagi mahasiswa khusunya tentang alat reproduksi pada tanaman dan sebagai
pembanding antara teori dengan praktikum yang dilakukan di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat
manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini
sebagai sumber bahan pangan. Hampir seluruh penduduk Indonesia memenuhi
kebutuhan pangannya dari tanaman padi. Dengan demikian, tanmana padi
merupakan tanaman yang mempunyai nilai spritual, budaya, ekonomi,
dan politik yang penting bagi bangsa Indonesia karena memengaruhi hajat
hidup orang banyak (Zulman, 2015).
Tanaman padi cocok dibudidayakan di daerah tropis seperti di Indonesia.
Sejarah perkembangan asal-usul tanaman padi sebagai komoditi tanaman pangan
penting di dunia tidak diketahui dengan pasti karena sejarahnya yang teramat
panjang dan sudah amat tua. Sebagian pakar berpendapat bahwa tanaman padi
kemungkinan berasal dari Asia Tengah, tetapi ada juga yang mengemukaan bahwa
tanama padi berasal dari daerah Himalaya, Afrika Barat, Thailand, Myanmar, dan
Tiongkok. Catatan sejarah mengenai sejak kapan tanaman padi mulai
dibudidayakan di Pulau Jawa (Indonesia) juga tidak diketahui dengan pasti.
Bahkan dari hasil penelusuran pada relief-relief di Candi Borobudur, juga tidak
ditemukan adanya pahatan tanaman padi. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat
mengherankan, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah masyarakat waktu itu
belum mengenal tanaman padi (Zulman, 2015).
Tanaman padi merupakan tanaman yang istimewa karena tanaman padi
mempunyai kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan dari dataran
rendah sampai dataran tinggi (2000 m dpl), dari daerah tropis sampai subtropis
kecuali benua Antartika (kutub), dari daerah basah (rawa-rawa) sampai kering
(padang pasir), dari daerah subur sampai marjinal (cekaman salinitas, aluminium,
fero, asam-asam organik, kekeringan, dan lain-lain). Tanaman padi termasuk jenis
rumput yang mempunyai rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak
anakan yang berakar (Zulman, 2015).
padi
termasuk
dalam
Divisio
Spermathophyta,
Klas
sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan).
Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh
keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi
sawah biasanya 80-120 cm. Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam
ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang
terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang
dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan
batang
primer.
Batang-batang
sekunder
ini
pada
gilirannya
nanti
Pada umumnya varietas padi hanya menghasilkan satu malai untuk satu
anakan, tetapi ada beberapa varietas padi lokal yang mampu menghasilkan malai
lebih dari satu, namun pertumbuhan malainya tidak sempurna. Bunga tanaman
padi tersusun dalam bulir, yang terdiri dari 2 atau lebih glumae (daun) serupa sisik
yang duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Satu atau dua glumae pada
bagian bulir bawah tidak berisi bunga tetapi bagian lainnya berisi satu daun
mahkota yang berbentuk sisik (palea). Memiliki satu atau lebih benang sari dan
satu bakal buah, kepala sari berwarna putih atau kuning. Tangkai putik hampir
selalu dua, sedangkan kepala putik berbentuk malai (Zulman, 2015).
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki
tahun sekitar 15002000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
adalahn 23 C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar
antara 01500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan
tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 1822 cm
dengan pH antara 47 (Siswoputranto, 2006).
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi.
Pengaruh positifnya terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi
angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada
saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini
akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman
tumbuh terlalu tinggi (Pustaka Departemen Pertanian, 2009).
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk
mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang
padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi
serangan hama (Siswoputranto, 2006).
maupun
non-parasit.
Sinar
matahari
berintensitas
tinggi
akan
b. Suhu
Kisaran temperatur yang baik untuk pertumbuhan tomat ialah antara 2027C. Jika temperatur berada lebih dari 30C atau kurang dari 10C, maka akan
mengakibatkan terhambatnya pembentukan buah tomat. Di negara-negara yang
mempunyai empat musim, biasanya digunakan pemanas (heater) untuk mengatur
udara ketika musim dingin, udara panas dari heater disalurkan ke dalam green
house melalui saluran fleksibel warna putih.
c. Kelembaban
Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25
%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih
muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka
lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang
mikroorganisme pengganggu tanaman.
d. Media Tanam
Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari
tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus, banyak
mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan air.
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah berkisar
5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh karena itu,
tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan tanaman
tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga tidak perlu
dibuat teras-teras dan tanggul.
e. Ketinggian Tempat
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran
tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang
sesuai untuk ditanam di dataran tinggi, misalnya varietas Kada, sedangkan
varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas
Ratna, varietas LV, dan varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang
cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas
tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas Berlian, dan varietas Mutiara.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Identifikasi Alat Reproduksi Tanaman bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tanaman, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 13.00
WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis menulis berupa
kertas, pulpen, pensil, dan sebagainya. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
bunga padi dan bunga tomat.
3.3 Metode Praktikum
Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati masing-masing sampel bunga yang digunakan.
3. Menggambar bunga di atas kertas disertai dengan keterangan bagian-bagian
bunga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bunga Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa setiap tanaman
memiliki struktur alat reproduksi yang berbeda. Pada tanaman padi, bunganya
termasuk dalam bunga sempurna karena memiliki alat kelamin jantan (serbuk
sari) dan alat kelamin betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Hal
ini didukung oleh pendapat Zulman (2015), yang menyatakan bahwa bunga pada
padi memiliki satu atau lebih benang sari dan satu bakal buah, kepala sari
berwarna putih atau kuning. Tangkai putik hampir selalu dua, sedangkan kepala
putik berbentuk malai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bunga padi termasuk
bunga hermafrodit (bunga berkelamin ganda). Padi merupakan jenis tanaman
pangan yang memiliki struktur bunga tidak lengkap karena tidak memiliki
mahkota bunga. Dalam reproduksinya, padi termasuk tanaman yang menyerbuk
sendiri karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Berdasarkan literature Karim dan Suhartatik (2009), menyatakan bahwa tahap
pembungaan pada padi terjadi setelah tahap heading (keluarnya malai) yang
terjadi pada sekitar umur 35 hari. Fase heading memerlukan waktu 10-14 hari
karena terdapat perbedaan laju perkembangan antartanaman maupun antar anakan.
Apabila 50% bunga telah keluar, maka pertanaman tersebut dianggap sudah dalam
fase pembungaan. Struktur bunga padi terdiri dari bagian-bagian : tangkai bunga,
dua sekam kelopak (terletak pada dasar tangkai bunga), serbuk sari, dan putik.
Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut
lemma sedang lainnya disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar bunga,
yang sebenarnya adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya.
Lodicula memegang peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu
berbunga karena ia menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh
pengembangan ini palea dipaksakan membuka.
Pada tanaman tomat, bunganya termasuk dalam bunga sempurna dan bunga
lengkap karena dilengkapi oleh perhiasan bunga (periantum) dan alat pembiak
berupa serbuk sari dan putik. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Redaksi
Agromedia (2007) bahwa dalam satu kuntum bunga tomat terdapat 5-6 helai
mahkota yang berwarna kuning cerah, kelopak berjumlah lima buah berwarna
hijau, benang sari berjumlah enam buah, serta tangkai putik yang pendek. Bunga
tomat termasuk bunga yang menyerbuk sendiri, namun tidak menutup
kemungkinan melakukan penyerbukan silang, akan tetapi persentasenya kecil
tergantung dari spesies, lingkungan, dan varietas. Hal ini juga didukung oleh
Redaksi Agromedia bahwa tomat sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri.
Dengan
demikian,
persentase
menyerbuk
sendiri
secara
alami
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa:
-
Bunga pada tanaman padi termasuk bunga sempurna, bunga tidak lengkap,
melakukan pernyerbukan sendiri, berbunga pada umur
35 hari, serta
terdiri atas tangkai bunga, dua sekam kelopak, serbuk sari, dan putik.
Bunga pada tanaman tomat termasuk bunga sempurna, bunga lengkap,
melakukan penyerbukan sendiri (dapat juga melakukan penyerbukan silang
namun peluangnya kecil), berbunga pada umur 23-31 hari, serta terdiri atas
stamen, putik, mahkota, dan kelopak.
5.2 Saran
Jika masih ada yang kurang di dalam laporan praktikum ini, mohon diberi
petunjuk agar pada laporan praktikum selanjutnya bisa lebih baik. Dan untuk
mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya
serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, Redaksi. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Desmarina, R. 2009. Respon tanaman tomat terhadap frekuensi dan taraf
pemberian air. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Didit. 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Gandi. W. 2013. Pengujian Pupuk Organanitrofos terhadap Respon Tanaman
Tomat Rampai ( Lycopersicon pimpinellifolium) dalam Pot ( Pot
Experiment ). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2, No. 1: 17-26
Harja, Zulman. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Yogyakarta: Penerbit
CV. Andi Offset.
Karim, A., Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Norsalis, E., 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Skripsi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Perdana, A. S., 2007. Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Pratiwi. 2007. Reproduksi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Pustaka
Departemen
Pertanian.
2009.
Budidaya
Padi.
Dikutip
dari
http://72.14.235.132/search?q=cache:te5cOg7pUDoJjarak+tanam+padi&hl,
22 Maret 2016.
Rahayu, T., 2009. Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi MIG-6 plus. Pada
20 Maret 2016. Jurnal Penyuluhan Persyaratan Tumbuh Padi. Departemen
Pertanian.
Rosalina, R. 2008. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi penyiraman air limbah
tempe sebagai pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal dari Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Malang, Malang.
Siswoputranto. 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT . Gramedia. 310
hlm.