Anda di halaman 1dari 28

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pendahuluan
Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka
secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat
bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi
pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan. Meskipun kenyataannya, para pengusaha
di seluruh dunia telah secara hati-hati merencanakan strategi bisnis mereka, banyak yang
masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi kerja.
Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar.1
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan
lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta
pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya
manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi. Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak
yang ditimbulkannya meliputi: Biaya medis, kehilangan hari kerja, mengurangi produksi,
hilangnya kompensasi bagi pekerja, biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang
pekerja, kerusakan dan perbaikan peralatan, rendahnya moral staf, publisitas buruk, kehilangan
kontrak karena kelalaian.1
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai
bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, waktu telah berubah. Sekarang ada berbagai
standar hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang
harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas
antara pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan.2
A. Kecelakaan Kerja
Sebelum meneliti penyebab yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja, maksud
kecelakaan kerja haruslah diketahui terlebih dahulu. Secara umum, kecelekaan kerja dapat
diartikan sebagai:2

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam

bentuk perencanaan
Kecelakaan Kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda

Dari definisi di atas, menunjukkan tiga hal utama yang terjadi pada kecelakaan kerja yaitu :3
1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan.
2. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda.
3. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi
ambang batas tubuh.

B. Analisis Kecelakaan Kerja


Setiap kecelakaan kerja dapat dianalisis untuk melihat dan mencari faktor-faktor sama
ada yang dominan atau yang kecil yang menyumbang kepada kecelakaan. Analisis kecelakaan
akibat kerja dapat dimulai dari hasil akhir yaitu kecelakaan dan semua kejadian dikumpulkan dan
disusun membentuk suatu diagram seperti pohon penyebab atau diagram fishbone ( tulang ikan ).
Klasifikasi ini dapat disusun mengikut jenis peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan
dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan
terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih
lanjut.3
Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :3
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory)
Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas dalam
rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Belaka (Accident Phone Theory)


Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang
memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.
3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors Theory)
Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor Utama (Two Main Factors Theory)
Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan atau
perbuatan berbahaya (unsafe action).
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia
a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik
b. Kurang pengetahuan dan keterampilan
c. Cacat tubuh yang tidak terlihat
d. Keletihan dan kelesuan
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory)

Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kesalahan manusia.
Kecelakaan kerja dapat terjadi dalam proses interaksi ketika terjadi kontak antara
manusia dengan alat, material dan lingkungan dimana pekerja berada. Kecelakaan dapat terjadi
karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya.4
Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperi
ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Selain
itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan
menangani alat atau material.5
C. Faktor Kecelakaan Kerja
1. Faktor manusia
Faktor manusia mempunyai peran paling penting dalam setiap kecelakaan kerja yang
terjadi sehinggakan terdapat teori faktor manusia yang menekankan bahwa pada akhirnya
semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan
manusia. Faktor manusia dapat dibagikan kepada dua garis besar yaitu:6
a. Faktor internal
Faktor internal dapat diartikan sebagai faktor yang bermula dari dalam diri pekerja itu
sendiri. Antara bagian yang penting dalam faktor internal adalah :

Perilaku manusia
Perilaku manusia merupakan antara perkara vital dalam keselematan
bekerja dan dalam mengelakkan terjadinya kecelakaan. Perilaku manusia yang
sering mengabaikan unsur keselamatan dalam melakukan sebarang bentuk
pekerjaan akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.4
Setiap pekerja harus diterapkan dengan perilaku kerja aman atau dipanggil
behavior based safety yaitu berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu
penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.5

Program behavior based safety akan mengidentifikasi pekerja yang


berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk
berperilaku aman pada saat bekerja. Behavior based safety adalah program
dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan
beberapa prinsip, yaitu :6
a. Mendorong pekerja agar memiliki perilaku aman pada saat bekerja.
b. Melakukan perbaikan secara terus-menerus jikalau pekerja belum dapat
untuk berperilaku aman.
c. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan.
Beberapa perilaku manusia yang bisa menyumbang kepada kecelakaan waktu
bekerja adalah :6
a.

Tidak mengikuti standar prosedur (SOP) pekerjaan yang ditetapkan


Standard operating procedure (SOP) adalah langkah-langkah kerja
tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi
resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam standard
operating procedure biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan
keselamatan, prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan
peralatan.6
Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada dalam standard
operating procedure terdiri atas : 6
o SOP harus spesifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
o SOP dapat menggambarkan semua resiko pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
o Identifikasi semua resiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan
ergonomi

yang

dilaksanakan.

berhubungan

dengan

pekerjaan

yang

akan

o Menentukan alat pelindung diri yang sesuai untuk menghindari terkena


resiko keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
o Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
o Menggambarkan aturan, tanggung jawab maupun kewenangan untuk
semua karyawan.
o Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan.
o Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan job safety
analysis.
o Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan
jika terjadi perubahan.
o Menjelaskan tanggapan keadaan darurat dan prosedur pelaksanaan
shutdown.
b.

Melakukan pekerjaan walaupun mempunyai kurang ketrampilan dalam


melakukan pekerjaan yang ditugaskan seperti :6

c.

Kurang pengalaman
Kurang orientasi
Kurang latihan memahami alat
Kurang latihan memahami data
Salah pengertian terhadap suatu perintah
Perilaku tidak aman pada saat bekerja lain adalah :4
Menggunakan mesin secara tidak benar, menggunakan metode
pendukung yang tidak aman, serta metode transportasi yang tidak

benar.
Melakukan

tindakan

berbahaya

tanpa

memberi

tahu

orang

lain,misalnya menghidupkan mesin atau kendaraan secara mendadak.

Salah memilih mesin yang diperlukan, atau menggunakan mesin yang

tidak memenuhi spesifikasi atau rusak.


Meninggalkan tempat kerja pada saat mesin masih beroperasi, atau

menempatkan mesin atau bahan di tempat yang tidak aman.


Merusak atau melepaskan instalasi keselamatan, misalnya peralatan

penjaga mesin.
Menggunakan peralatan yang tidak tepat sewaktu bekerja.
Menolak penggunaan APD atau mengenakannya secara salah,atau

mengenakan pakaian kerjayang tidak sesuai.


Bekerja di bawah pengaruh obat / alkohol, atau bermain-main sewaktu
bekerja.

Emosi
Faktor emosi juga berperan besar dalam meningkatkan risiko kecelakaan
kerja. Manusia dengan emosi yang tidak stabil atau buruk bisa melakukan
kerja dengan tidak benar lalu menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Gangguan emosi akan menyebabkan ketrampilan kerja menurun secara tidak
langsung dan mengakibatkan berkurang produktivitas pekerjaan yang
dilakukan.3

Stress
Stress pada manusia dapat disebabkan oleh masalah peribadi atau pun oleh
masalah kerja berlebihan ( work overload ). Manusia sebagai makhluk hidup
hanya dapat melakukan pekerjaan secara optimum dalam jangka waktu
tertentu dan jumlah waktu 8 jam bekerja adalah waktu yang paling sesuai bagi
rata-rata pekerjaan. Beban kerja yang berlebihan dnat terlalu berat baik waktu
kerja yang berlebihan atau dalam waktu optimum bekerja akan menyebakan
stress kepada pekerja dan akan meningkatkan risiko berlakunya kecelakaan
akibat kerja. Stress pada pekerja dapat dibagikan menjadi dua kelompok
yaitu:3
1. stress mental, antara lain:
Emosi berlebihan
Beban mental berlebihan
Pendiam dan tertutup
Problem dengan suatu yang tidak memahami

Frustasi
Sakit mental
2. stress fisik, antara lain:
Tidak sehat
Beban tugas berlebihan
Kelelahan sensori
Terpapar bahan bahaya
Terpapar panas yang tinggi
Kekurangan oksigen
Gerakan terganggu
Gula darah menurun
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat didefinisikan sebagai faktor yang bukan berpunca dari pekerja itu
sendiri namun dapat mengakibatkan pekerja tersebut untuk melakukan kesalahan dalam
bekerja yang bisa mengakibatkan kecelakaan. Faktor eksternal sering berpunca dari
manajemen seperti:6
a. Instruksi yang diberikan tidak jelas
b. Kurangnya orientasi yang diberikan kepada pekerja
c. Kurang latihan yang diberikan kepada pekerja
d. Pemberian data tentang peralatan dan proses kerja yang tidak lengkap kepada
pekerja
e. Kurangnya latihan praktik yang diberikan kepada pekerja.
2. Faktor bahan dan material
Bahan dan material termasuk dalam faktor fisik yang bisa menyebabkan
kecelakaan kerja. Dalam setiap pekerjaan, setiap bahan dan material yang digunakan
untuk menyempurnakan suatu pekerjaan haruslah diteliti sifat dan komposisi bahan itu
sama ada bersesuaian dengan pekerjaan yang ingin dilakukan atau pun tidak. Sifat umum
bahan seperti diameter dan dimensi bahan juga penting untuk mengurangkan risiko
terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan. 7
Mengambil contoh dari skenario yang diberikan, bahan atau material yang
digunakan adalah kabel tegangan rendah. Kabel tegangan rendah merupakan kabel yang
megnalirkan listrik dengan yang bersifat tegangannya di awah 1kV. Seperti kabel
pengaliran listrik yang lain, kabel ini terdiri dari dua komponen utama yaitu konduktor

yang mengalirkan listrik dan insulator yaitu bagian paling terluar untuk menghambat
pengaliran listrik. Jadi, adalah sangat penting untuk memastikan komponen utama kabel
listrik ini dibuat dari material yang benar untuk menghindarkan kecelakaan seperti
pengendali dan pemasang kabel terkena kejutan listrik. Selai itu, sifat bahan yang
digunakan harus diteliti sama ada berada dalam keadaan yang sempurna atau cacat. Kabel
listrik walaupun yang mempunyai tegangan yang rendah jika berada dalam keadaan cacat
seperti robeknya insulator (penghambat aliran listrik) dapat mengakibatkan kecelakaan
pada pekerja instalasi. 5
3. Faktor instalasi ( peralatan )
Faktor peralatan juga penting dalam menyebabkan kecelakaan kerja selain faktor
manusia. Walaupun hanya menyumbang kepada sedikit kasus kecelakaan kerja jika
dibandingkan dengan faktor manusia, interaksi antara manusia dan peralatan yang salah
dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Oleh itu, alat kerja yang digunakan haruslah
sentiasa berada dalam keadaan yang baik dan terawat. Apabila pekerja menggunakan
peralatan yang tidak selamat, maka pekerja tersebut dapat cedera seperti jatuh dari tangga
yang patah.4
Dalam mengawasi peralatan kerja agar sentiasa aman digunakan, perkara berikut
penting untuk dilaksanakan : 6
1. Melakukan inspeksi alat secara berkala.
Inspeksi alat secara berkala dapat memberikan input tentang kondisi alat
sama ada aman atau tidak untuk digunakan. Selain itu, alatan kerja yang rusak
dapat dikenal pasti dan dapat diberikan perhatian selanjutnya seperti
diperbaiki atau diberikan tanda amaran agar tidak terjadi kecelakaan dari
penggunaan alat tersebut.
2. Melakukan pemeliharaan pada setiap alatan bekerja
Pemeliharaan alat adalah amat penting untuk memperpanjang usia alat
selain memastikan alatan pekerjaan berada dalam keadaan terbaik untuk
digunakan. Seperti diketahui umum, alat yang berada dalam kondisi baik akan
melancarkan pekerjaan. Jadi kondisi terbaik alatan pekerjaan haruslah
dipelihara semaksima mungkin bagi mengelakkan terjadinya kecelakaan pada
waktu proses pekerjaan. Apabila alatan rusak dan proses pemeliharaan alatan

tidak dapat dilakukan lagi, maka tindakan terbaik adalah memperbaiki atau
menggantikan peralatan tersebut dengan alatan pekerjaan baru.
3. Mengorganisasikan/ pengendalian/ perencanaan penggunaan alat
Pengoranisasian dan perencanaan penggunaan alatan pekerjaan adalah
amat penting bagi mengelakkan terjadinya kecelakaan pekerjaan. Setiap alatan
haruslah dilengkapi dengan tata cara penggunaan (operational standard),
selain data-data lain seperti kondisi alat, pekerjaan yang bersesuain dengan
kegunaan alatan, usia alatan, pihak yang berwenang untuk memelihara alatan,
prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kerusakan alat dan langkahlangkah keselamatan sewaktu penggunaan alatan pekerjaan.
Langkah ini dapat mengurangkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, selain
memudahkan pihak manajemen untuk mengendalikan alatan. Alat-alatan juga
harus disimpan dalam klasifikasi tertentu, bersesuaian dengan kepentingan
dan kesesuaian penggunaan.
Alatan yang rusak dan tidak aman digunakan juga harus diasingkan atau
diberi tanda peringatan atau dirujuk kepada pihak berwenang untuk
diperbaiki. Dalam skenario ini, kejadian kecelakaan kerja ini adalah akibat
kelalaian pengawas gudang karena tidak memasang tanda peringatan atau
member perintah agar tangga tersebut diperbaiki.
Melalui skenario ini, alatan utama yang digunakan adalah tangga. Jadi,
beberapa instruksi penggunaan tangga yang tepat haruslah diberikan seperti :4
1. Pilih tangga yang mantap dengan ketinggian yang sesuai. Tangga
harus memenuhi standar keselamatan yang berlaku.
2. Gunakan tangga berinsulasi apabila mengangkut benda-benda yang
bermuatan listrik.
3. Pastikan tangga diletakkan pada permukaan yang kuat dan datar.
4. Apabila menggunakan tangga lurus, jagalah posisinya pada sudut 75
derajat dari tanah.
5. Jika tingga tidak disangga atau dikencangkan, perlu ada orang lain
yang membantu memegangi tangga.
6. Apabila menggunakan tangga lipat, tangga harus dilengkapi dengan
engsel tangga dan lipatan dibuka sepenuhnya.
7. Sebelum mendaki tangga, selalu periksa apakah tangga mantap dan
stabil.
8. Buatlah "kontak tiga-titik" apabila memanjat tangga,

yaitu Anda harus bersentuhan dengan tangga dengan sedikitnya 3


anggota badan pada setiap saat.
9. Peralatan tangan harus ditempatkan di dalam kantung alatdi pinggang
apabila memanjat tangga.
10. Kenakan alas kaki yang sesuai, misalnya sepatu anti-selip.
11. Apabila berdiri pada tangga, selalu sediakan jarak sedikitnya dua anak
tangga dari puncak tangga agar tangan dapat menjangkaunya.
4. Fasilitas kerja & manajemen
Faktor terakhir yang menyumbang kepada kecelakaan kerja adalah fasilitas kerja dan
manajemen. Fasilitas kerja mencakupi ketersediaan peralatan pekerjaan dan juga lingkungan
kerja yang sesuai yang diberikan kepada pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam
fasilitas kerja, peralatan yang diberikan adalah amat penting selain lingkungan yang kondusif
dan aman bagi pekerja untuk melakukan pekerjaannya.4
Peralatan utama yang penting untuk diberikan kepada pekerja adalah alat pelindung diri
(APD). Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh
personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Alat pelindung diri adalah suatu
alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.7
Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan berdasarkan
bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai
berikut : 4
1. Alat Pelindung Kepala (Head Cover)
Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai
bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala
dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya
jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahanbahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala
misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di sekitar konduktor
energy yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastik, topi plastik
berlapis asbes, topi aluminium, dan topi logam.
2. Alat Pelindung Mata (Eye Protection)

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak
dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan
korosif,

partikel-partikel

melayang

atau

terkena

radiasi

gelombang

elektromagnetik.
3. Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection)
Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga
dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah
mencapai 85 dB diatas 8 jam sehari.
Alat pelindung telinga terdiri dari 3 macam, yaitu :4
o Kapas.
o Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar
25-30 dB.
o Tutup telinga (Ear Muffs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 1015 dB lebih besar dari sumbat telinga.
o Canal Caps
4. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernapasan diperlukan di tempat kerja dimana udara didalamnya
tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu :
a. Respirator atau Purifying Respirator.
Alat ini berfungsi untuk membersihkan udara yang akan dihirup oleh
pekerja. Alat ini digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya
penapasan debu, kabuut, asap, gas dan uap.
b. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator
Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada
pekerja yang menggunakannya.
5. Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)

Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang
paling pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada. Menurut bentuknya,
sarung tangan dapat dibedakan menjadi :
a. Sarung tangan biasa (Gloves)
b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan
di lengan.
c. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus.
6. Alat Pelindung Kaki (Foot Cover)
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda
berat, asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda-benda tajam.
Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet, sepatu bot karet,
sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu dengan sol kayu/gabus,
pelindung betis, tungkai dan mata kaki.
7. Alat Pelindung Tubuh
Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian
pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan
berbentuk overalls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian
tubuh.
Lingkungan kerja
Selain peralatan, fasilitas kerja juga meliputi lingkungan kerja yang aman dan kondusif untuk
pekerja melakukan pekerjaannya. Lingkungan yang aman ini harus disediakan oleh manajemen
dan pihak manajemen juga harus memastikan bahawa lingkungan pekerjaan tidak mempunyai
tempat-tempat berbahaya yang meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor
lingkungan yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja adalah :5
1. Tidak memasang rambu-rambu keselamatan pada tempat berbahaya atau tempat yang
mudah terjadinya kecelakaan di tempat kerja
2. Lingkungan kerja yang tidak ergonomic untuk pekerja

3. Beberapa faktor bahaya seperti lantai yang basah dan licin, cahaya yang tidak mencukupi,
suhu yang tidak bersesuaian dengan pakaian dan tubuh pekerja, bising yang keterlaluan,
keadaan udara dan tempat kerja yang kotor dan kondisi lain yang bisa mengakibatkan
kecelakaan kerja.
D. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :7
a. Manusia.
b. Manajemen ( unsur pengatur ).
c. Material ( bahan-bahan ).
d. Mesin ( peralatan ).
e. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
Kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu : Manusia, Perangkat keras
dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian
kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :7
Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :7
Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara

bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.


Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan

pekerjaannya.
Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan

keperluan perusahaan.
Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
Pengawasan dan disiplin yang wajar.
Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :7
Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin

mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.


Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan,
penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar

keselamatan kerja yang berlaku.


Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.

Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.


Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level
manajemen, antara lain :7

Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.


Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur
kerja yang benar.
Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui kcetimpangan yang ada.
Adapun cara pengendalian lingkungan kerja untuk meminimalisir kecelakaan para

pekerja sebagai berikut :7


Pengendalian teknik
Pengendalian administrative
Menggunakan APD
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatankerja dalam
industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:7
1.
Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai
hal-halseperti

kondisi

kerja

umum,

perancangan,

konstruksi,

pemeliharaan,pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan


industri, kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan

kesehatan,pertolongan

pertama

dan

pemeriksaan

kesehatan.
Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah

2.

resmi, ataupuntidak resmi.

3.

Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan

peraturan yangharus dipatuhi.


4.
Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan
ciri-ciri daribahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin,
pengujian

maskerpernapasan,

penyelidikan

berbagai

metode

pencegahan ledakan gas dan debudan pencarian bahan-bahan yang


paling cocok serta perancangan tali kerekandan alat kerekan lainya
5.
Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis
dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik
yang amatmerangsang terjadinya kecelakaan.
Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola

6.

psikologisyang dapat menyebabkan kecelakaan.


Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang

7.

terjadi, berapabanyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang


menjadi korban, dalamkegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi
penyebab.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja

Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan


berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah

dan ventilasi pergantian udara.7


Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan

sistem penangganan darurat.7


Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.7

E. Manajemen K3
Manajemen juga berperan penting dalam memastikan keselamatan pekerja sentiasa
terjamin. Manajemen haruslah memastikan segala keperluan yang dibutuhkan bagi seorang
pekerja dipenuhi agar pekerja itu dapat melakukan pekerjaannya dengan aman dan tidak
mengalami cedera. Beberapa sikap menajeman yang bisa mengundang kecelakaan pada saat
bekerja adalah :4

Tidak memadainya persiapan pelaksanaan pekerjaan

Tidak memadainya pengecekan/pengujian peralatan

Tidak memadainya atau tidak tepat metode, prosedur, dan instruksi kerjanya

Memperkerjakan tenaga kerja yang tidak memenuhi syarat keahlian/keterampilan

Tidak memadai pengawasan terhadap pekerjaan


Dalam faktor manajemen, manusia adalah faktor yang bereperan bagi memastikan sistem

manajemen itu untuk beroperasi secara benar. Dalam skenario ini, pihak manajemen telah
menetapkan aturan dimana pekerja yang masuk ke kompleks pembangunan diharuskan memakai
helm dan sepatu khusus, dan sudah ada sekuriti yang mengasasi pekerja tersebut namun
seringkali para pekerja tidak mematuhi aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang
menyebabkan kecelakaan kerja ini.5
Alasan utama suatu perusahaan untuk secara aktif mengatasi keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja :1

Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja

Meningkatkan

efisiensi

dan

produktivitas

kerja

untuk

menghadapi

kompetisi

perdagangan global

Proteksi terhadap industri dalam negeri

Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional

Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor

Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem

Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang tekait dengan
penerapan K3

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan kematian;

Menunjukkan karyawan Anda bahwa Anda peduli tentang keselamatan dan kesehatan
mereka;

Melindungi investasi pada karyawan melalui perekrutan dan pelatihan;

Mengurangi absensi karena sakit dan cedera, kesalahan dan interupsi kerja;

Membantu dalam menjaga kualitas produk atau jasa;

Menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan

Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3

SMK3 dilaksanakan pada setiap perusahaan dengan berpedoman pada penerapan 5 prinsip dasar
sebagai berikut:1
1. Komitmen dan Kebijakan
2. Perencanaan
3. Penerapan
4. Pengukuran dan evaluasi
5. Tinjauan Ulang dan peningkatan oleh pihak Pihak Manajemen.
Penjelasan secara rinci terhadap kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
A. Komitmen dan Kebijakan
1) Kepemimpinan dan Komitmen
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga Sistem Manajemen K3 berhasil di
terapkan dan dikembangkan. Komitmen tersebut harus selalu ditinjau ulang secara
berkala dan melibatkan semua pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja.1
Komitmen K3 tersebut diwujudkan dalam:1
a.

Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis dalam penentuan keputusan


perusahaan

b.

Penyediaaan anggaran dan tenaga kerja yang berkualitas serta sarana-sarana


lain dibidang K3

c.

Penetapan personil yang bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan


serta kewajiban yang jelas dalam penanganan K3

d.

Perencanaan K3

e.

Penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3

2) Tinjauan awal K3
Tinjauan awal terhadap kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di perusahaan
dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:1
a.

Identifikasi kondisi yang ada.

b.

Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

c.

Penilaian tingkat pengetahuan .

d.

Membandingkan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih


baik.

e.

Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan


gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja.

f.

Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan.

Hasil peninjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bahan masukan
dalam perencanaan dan pengembangan Sistem Manajemen K3.1
3) Kebijakan K3
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tinjauan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan operasional. Kebijakan K3 tersebut dibuat melalui proses konsultasi
antara

pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan

disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan


keselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka
peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.1

B. Perencanaan
Perusahaan hendaknya membuat perencanaan yang efektif dengan sasaran yang
jelas dan dapat di ukur. Perencanaan memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang
diterapkan

dengan

mempertimbangkan

identifikasi sumber

bahaya,

penilaian

dan

pengendalian risiko serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja. Beberapa hal yang terkait dengan perencanaan dapat dijelaskan sebagai berikut:1
1) Perencanaan

dibuat

berdasarkan

pertimbangan

hasil

identifikasi

bahaya,

penilaiandan pengendalian risiko


2) Perencanaan dibuat sesuai dengan kegiatan perusahaan, untuk itu perusahaan
menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi serta
pemahaman peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya.
3) Tujuan

dan

Sasaran

dalam

perencanaan

harus

dapat

diukur,

terdapat

satuan/indicator pencapaian, terdapat sasaran pencapaian yang jelas dan jangka waktu
pencapaian. Tujuan dan sasaran tersebut ditetapkan setelah dikonsultasikan dengan
wakil pekerja, dan pihak terkait lainnya serta ditinjau secara teratur.

C. Penerapan
Dalam mencapai

tujuan keselamatan

dan kesehatan

kerja perusahaan

dapat

menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai. Beberapa hal yang dilakukan
perusahaan dalam penerapan K3 meliputi:1
1) Jaminan Kemampuan
a) Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana Dalam penerapan Sistem Manajemen K3
yang efektif dibutuhkan beberapa hal-hal sebagai berikut:1

Menyediakan sumber daya (personel, sarana dan dana) yang memadai sesuai dengan
ukuran dan kebutuhan dengan prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan
didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan

Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap

tingkatan

manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.

Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi keselamatan dan kesehatan


kerja secara efektif.

Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli.

Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara
aktif.
b) Integrasi.
Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 kedalam sistem
manajemen perusahaan yang ada.1
c) Tanggung Jawah dan Tanggung Gugat
Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak

dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan
Sistem Manajemen K3, serta memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan
memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Perusahaan harus:1

Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab


dan tanggung gugat K3 serta wewenang untuk bertindak. Mempunyai prosedur untuk
memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung
gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3.

Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau
kejadian-kejadian lainnya.
Tanggung jawab pengurus terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa Sistem
Manajemen K3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh
setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan.

Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang
berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab dalam menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen K3.

d) Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran

Pengurus harus menunjukkan komitmennya terhadap K3 melalui konsultasi dengan


melibatkan tenaga kerja maupun pihak lain yang terkait sehingga semua pihak merasa ikut
memiliki dan merasakan hasilnya. Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan
dan sasaran SMK3 dan perlu disadarkan serta harus memahami sumber bahaya yang ada di
perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya insiden.1
e) Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3. Prosedur
kompetensi

kerja

untuk

melakukan

identifikasi

standar

dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia. Program

pelatihan yang sudah ada harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya. Prosedur
pendokumentasian harus ditetapkan untuk melakukan evaluasi efektivitas pelatihan yang telah
dilaksanakan.1
2) Kegiatan Pendukung
a) Komunikasi
Perusahaan harus mempunyai prosedur yang menjamin bahwa informasi K3
terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan.1
b) Pelaporan
Prosedur

pelaporan

harus

ditetapkan

untuk

menjamin

bahwa

Sistem

Manajemen K3 dipantau untuk peningkatan kinerja dan kinerjanya ditingkatkan.1


c) Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama pada sistem manajemen untuk itu
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pendokumentasian Sistem Manajemen
K3 diintegrasikan dengan sistem manajemen perusahaan dalam keseluruhan dokumentasi
yang ada.1
d) Pengendalian Dokumen
Perusahaan harus menjamin bahwa:1

Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di
perusahaan.

Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan direvisi sesuai kebutuhan.

Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang
berwenang.

Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu.

Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.

Dokumen mudah ditemukan dan mudah dipahami.

e) Pencatatan dan Manajemen Informasi


Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukkan kesesuaian
penerapan Sistem Manajemen K3 dan harus mencakup:1

Persyaratan internal/indicator kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Izin kerja.

Risiko dan sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat pesawat,
alat kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.

Kegiatan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.

Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan.

Pemantauan data.

Rincian insiden, keluhan dan tindak lanjut.

Identifikasi produk termasuk komposisinya.

Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.

Audit dan peninjauan ulang Sistem Manajemen K3.

3) Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian risiko


Perusahaan

harus

melakukan

identifikasi

bahaya,

penilaian

dan

selanjutnya

penentuan pengendalian yang tepat. Untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:1
a) Identifikasi Sumber Bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

b) Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1
c) Tindakan Pengendalian
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode:1

Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi,


higiene dan sanitasi.

Pendidikan dan pelatihan.

Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan
dan motivasi diri. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.

Penegakan hukum.

d) Perancangan (Design) dan Rekayasa


Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus
dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap tahap dari siklus perancangan
meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan

ulang,

validasi

dan

penyesuaian

harus

dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko.
Personel yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan
tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan Sistem Manajemen
K3. 1
e) Pengendalian Administratif
Prosedur dan instruksi kerja dibuat dengan mempertimbangkan aspek keselamatan
dan kesehatan kerja pada setiap tahapan, harus didokumentasikan dan ditinjau ulang
secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang
digunakan serta dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi kerja dengan melibatkan
para pelaksana.1

f) Tinjauan Ulang Kontrak


Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin
terpenuhinya persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditentukan.1
g) Pembelian
Sistem pembelian barang dan jasa harus terintegrasi dengan penanganan pencegahan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan dapat menjamin terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Pada saat barang dan jasa diterima,
perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan
jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.1
h) Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana,
diuji secara berkala dan dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja,
Untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi
terkait yang berwenang.1
i) Prosedur Menghadapi Insiden
Untuk mengurangi dampak terjadinya insiden, perusahaan harus memilki prosedur yang
meliputi:1

Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai.

Proses perawatan lanjutan.

j) Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat


Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk
mengembalikan pada kondisi yang normal secara cepat dan membantu pemulihan tenaga
kerja yang mengalami trauma.1
D. Pengukuran dan Evaluasi

Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi


kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan
atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
1) Inspeksi dan Pengujian
Perusahaan

harus

menetapkan

dan

memelihara

prosedur

inspeksi, pengujian

dan

pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
Frukuensi inspeksi dan pengujian di sesuaikan dengan obyeknya. 1
2) Audit Sistem Manajemen K3
Audit Sistem Manajemen K3 dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan
Sistem Manajemen K3. Audit dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personel yang
memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan. Frekuensi
audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan hasil identifikasi
sumber bahaya. Hasil audit digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.1
3) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang Sistem
Manajemen

K3

harus

didokumentasikan

dan

digunakan untuk

identifikasi

tindakan

perbaikan dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik
dan efektif.1

E. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen


Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang Sistem Manajemen K3
secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Ruang lingkup tinjauan
ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi implikasi keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja
perusahaan.1

Kesimpulan
Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja pada tenaga
pelaksana dalam skenario ini. Pekerja pembangunan Mall tersebut tidak mematuhi perintah dan
peraturan dari perusahaan yang mewajibkan untuk memakai alat pelindung diri dan selain itu
setiap pegawai seharusnya mengingatkan satu sama lain untuk memakai alat pelindung diri yaitu
menggunakan helm serta sepatu khusus setiap memasuki kompleks pembangunan.

Daftar Pustaka
1. International Labour Organization. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sarana untuk
Produktifitas. [Online]. Available from : www.ilo.org/publns [Accessed 23rd October
2016].
2. Dr.Suryadi, Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja, Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2010
3. USU.

Program

keselamatan

dan

kesehatan

kerja.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32420/4/Chapter%20II.pdf, 24 Oktober
2016.

4. Busyairi, M., Oktaviani, A., Tosungku L. 2014. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan. Samarinda. Universitas Mulawarman.
5. Paramita, C., Wijayanto, A. 2012. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
Kerja Karyawan Pada PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang. Semarang. Universitas
Diponegoro.
6. Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Dian Rakyat, Jakarta.
7. Harrington, J.M., Gill, F.S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.h.45-78.

Anda mungkin juga menyukai