PEMBIMBING :
Prof. Mulyarjo, dr.Sp.THT-KL(K)
DISUSUN OLEH :
Budiono G.S
20160420036
Christabella D.S
20160420037
20160420038
Clara Angelia
20160420039
Claudia Sandra
20160420040
Cyrillus Billy
20160420041
Damar Gumilar
20160420042
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut
data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Pada balita, kejadian
diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi
tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika
terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya
yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
Banyak kematian diare disebabkan oleh dehidrasi. Sebuah perkembangan
penting telah menemukan bahwa dehidrasi akibat diare akut dari setiap
etiologi dan pada usia berapa pun, kecuali bila parah, dapat dengan aman
dan secara efektif diobati dengan metode sederhana oral rehidrasi
menggunakan cairan tunggal pada lebih dari 90% kasus. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
Pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini merujuk pada pedoman
penatalaksanaan diare yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) pada tahun 1999. Sedangkan World Health
Organization (WHO) telah mengeluarkan pedoman penatalaksanaan diare
terbaru pada tahun 2005.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi diare akut
Perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Definisi lain adalah pasase feses lebih dari 200 gram/hari pada dewasa atau
10 mL/kg/hari pada bayi dan balita.
B. Jenis Diare
1. Diare osmotic
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorbsi dengan baik di usus halus,
maka tekanan osmotic intralumen meningkat sehingga menarik cairan
plasma ke lumen. Jumlah cairan yang bertambah melebihi kemampuan
reabsorbsi kolon menyebabkan terjadinya diare yang cair. Diare akan
berhenti bila pasien puasa. Penyebabnya bisa intoleransi laktosa,
konsumsi laksatif atau antasida yang mengandung magnesium.
2. Diare sekretorik
Akibat gangguan transport elektrolit dan cairan melewati mukosa
enterokolon, menyebabkan sekresi berlebih atau absorbsi berkurang.
Penyebabnya bisa toksin bakteri, penggunaan laksatif non-osmotik,
reseksi usus dan lainnya. Karakteristiknya berupa feses cair, banyak, tidak
nyeri dan tidak ada mucus ataupun darah.
3. Diare eksudatif/inflamatorik
Akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus. Diare dapat disertai
malabsorbsi
lemak,
cairan
dan
elektrolit
serta
hipersekresi
dan
C. Etiologi
1. Infeksi
D. Derajat dehidrasi
Klasifikasi
Dehidrasi Berat
(kehilangan cairan >10% BB)
Kondisi
letargis/tidak sadar
Ubun-ubun besar, mata sangat
cekung
Malas minum/tidak dapat minum
Cubitan perut kembali sangat
umum
lemah,
Dehidrasi Ringan-Sedang
(kehilangan cairan 5-10% BB)
cekung
Tampak kehausan, minum lahap
Cubitan perut kembali lambat
Tidak
ada
cukup
tanda
untuk
Tanpa Dehidrasi
(kehilangan cairan <5% BB)
menyebabkan berkurangnya
tubuh,
terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhirakhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini
dengan tingkat
karena
sanitasi
yang
itu, para
ahli
osmolaritas
ini
enzim
ini
meningkat
selama
diare
dan
mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare
(Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan
diare, mengurangi
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. ASI dan makanan
Pemberian asi selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada anak
agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Anak yang masih minum asi harus lebih sering di beri asi. Anak yang
minum susu formula juga di berikan lebih sering dari biasanya. Anak usia
6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus di berikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit demi
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.2
4. Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah)
atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu
keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan
clostridium
difficile
akan
tumbuh
yang
menyebabkan
diare
sulit
diberikan
sesuai
data
sensitivitas
setempat,
bila
tidak
2.
3.
4.
5.
Tinja berdarah
Makan atau minum sedikit
Sangat haus
Diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari
sebagai tambahan
Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, beri susu yang biasa
diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan
memburuk
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri obat Zinc
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air
matang atau ASI
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
hijau
Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil
banyak
oralit
yang
dibutuhkan
ASI atau air putih serta makanan. Setelah oedema menghilang, lanjutkan
oralit sesuai rencana terapi A.
rencana terapi C.
Jika tanda dehidrasi ringan-sedang masih tampak, ulangi rencana
terapi B dan berikan makanan, susu atau cairan lain sesuai rencana
terapi A.
Jika tanda dehidrasi hilang, anak dianggap sudah terrehidrasi penuh.
4. Berikan cairan sesuai kebutuhan normal
Bayi yang masih menyusu: lanjutkan pemberian ASI selama bayi
menginginkan
10
susu formula, air putih dan cairan lain yang biasa diminum bayi.
Anak yang lebih tua/ dewasa: berikan air putih sebanyak yang mereka
mau.
5. Jika rehidrasi oral gagal
Penyebab kegagalan umumnya adalah diare yang terus menerus (> 15-20
ml/kg/jam) biasa pada anak dengan kolera, pemberian oralit yang kurang,
serta muntah berlebih. Jika rehidrasi oral gagal, berikan oralit dengan NGT
atau RL IV 75ml/kg dalam 4 jam.
6. Berikan Zinc
Berikan suplemen zinc seperti rencana terapi A, segera setelah anak
dapat makan
7. Berikan makanan
Kecuali ASI, makanan sebaiknya tidak diberikan selama 4 jam masa
rehidrasi. Namun anak yang melanjutkan rencara terapi B lebih dari 4 jam,
harus diberikan makanan tiap 3-4 jam seperti Rencana terapi A.
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi
intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus
dirawat di rumah sakit.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit
secara peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum
tanpa
(sekitar
harus mulai
menerima
larutan oralit
5ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau
1-2 jam (untukpasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan
potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan
infus. Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit
sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan
normal salin bila ringer laktat tidak tersedia). Lihat dan rasakan untuk semua
tanda-tanda dehidrasi:
Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti
11
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka
waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan
IVsegera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan
tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama
perjalanan. Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang
telah dilatih
Naso
dapat
memberikan
larutan
oralit
menggunakan
selang
(total 120 ml/kg BB).Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus diberikan
perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi Antonius, H et al, 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Edisi Ke II. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
2. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta :
and
other
senior
health
workers.
Web
Site
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf
5. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN
BANDUNG. Hal. 271-278
13