menular.
Penyakit Menular:
1. HIV-AIDS
Pemberian KIE dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi
informasi yang benar pada masyarakat, menyediakan media
informasi yang bermutu, memadai dan mudah diakses oleh
masyarakat
Memasukkan pendidikan kecakapan hidup tentang pencegahan
HIV dan AIDS dalam materi kurikulum pendidikan sekolah yang
terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu.
Melakukan pengaturan tentang sasaran pencegahan, larangan dan
kewajiban. Sasarannya adalah orang yang sudah tertular, orang
yang berisiko tertular atau rawan tertular serta orang yang rentan
terkena HIV dan masyarakat umum.
Melakukan pengobatan, perawatan dan dukungan bagi ODHA.
Perawatan dilakukan dengan pendekatan klinis, agama, keluarga
dan masyarakat. Dukungan bagi ODHA juga harus dilakukan mulai
dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Peran serta masyarakat juga memiliki arti yang penting dalam
pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dengan tidak
melakukan diskriminasi dan stigma negatif terhadap ODHA.
2. Hepatitis B
Melakukan deteksi dini pada ibu hamil dan tenaga kesehatan.
Melakukan deteksi pada kelompok populasi beresiko tertular
hepatitis B dan hepatitis C.
Mempersiapkan HBIg (Hepatitis B Immunoglobulin) sebagai
vaksinasi pasif untuk mencegah transmisi vertical dari ibu ke bayi
yang dilahirkan.
Terus melibatkan lebih banyak kabupaten/kota untuk mendukung
upaya eliminasi hepatitis virus di tingkat global pada tahun 2030
(pada tahun 2016 sudah ada 9 kabupaten/kota yang terlibat yaitu:
Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang,
Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Ngawi).
3. Infeksi Menular Seksual
Melaksanakan program ABCD (Abstinece = tidak melakukan
hubungan sex diluar nikah, Be Faithful = setia hanya pada 1
pasangan, Condom = menggunakan kondom saat berhubungan
sex, say no to Drugs = tidak menggunakan narkoba, khususnya
narkoba suntik).
Penemuan dini serta melakukan pemeriksaan pada pasien wanita
yang dicurigai menderita IMS, apabila sudah menikah dilakukan
Inspeksi Visua Asam Asetat (IVA) dan papsmear. Pemeriksaan ini
juga digunakan untuk deteksi dini kanker mulut rahim (Ca Cervix).
4. Kusta
Penguatan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk
memberikan dukungan pada upaya penanggulangan kusta di
wilayahnya. Penguatan Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama
juga merupakan bagian dari penguatan komitmen
Peningkatan kapasitas petugas layanan kesehatan dilakukan
dengan target sasaran dokter, perawat, bidan dan petugas kusta
khususnya di wilayah dengan angka prevalensi tinggi. Kegiatan ini
ditunjang dengan sosialisasi pada kader kesehatan agar ada
dukungan dari masyarakat kepada petugas.Peningkatan kapasitas
petugas meliputi kemampuan teknis untuk tatalaksana kasus,
kemampuan manajemen program juga kemampuan untuk
mengelola kelompok pasien kusta dalam berkegiatan di kelompok
perawatan diri
Intensifikasi penemuan dini penderita kusta terutama di daerah
dengan angka prevalensi tinggi melalui kegiatan Rapid Village
Survey (RVS), pemeriksaan kontak, pemeriksaan anak sekolah,
pelibatan kader Aisyiyah dan Fatayat., deteksi dini oleh tenaga
perawat di ponkesdes dan kegiatan lain yang meningkatan
penemuan dini pasien kusta. Penemuan dini sangat penting untuk
mencegah cacat kusta dan mencegah penularan.
Penghilangan stigma dan diskriminasi. Stigma kusta merupakan
salah satu hambatan dalam pengendalian kusta. Adanya stigma
akan memunculkan tindakan diskriminasi pada penderita kusta dan
mantan penderita kusta atau bahkan pada keluarganya. Upaya
yang dilakukan adalah meningkatan promosi kesehatan melalui
berbagai media baik cetak maupun elektronik. Penghilangan
stigma juga melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur maupun
kabupaten/kota di Jawa Timur dan kalangan perguruan tinggi
agama juga memberikan dukungan nyata pada upaya
menghilangkan stigma.
Penguatan jejaring layanan. Jawa Timur memiliki 2 rumah sakit
kusta, yaitu di RS Kusta Kediri dan RS Kusta Sumber Glagah
Mojokerto. Dua rumah sakit ini merupakan ujung tombak pada
kegiatan penguatan jejearing layanan. Selain dua rumah sakit
kusta tersebut, rumah sakit umum daerah juga terlibat dalam
jejaring layanan khususnya untuk pasien dengan komplikasi yang
memerlukan perawatan intensif.
Kegiatan inovasi yang merupakan kegiatan khusus untuk akselrasi
pencapaian target eliminasi. Kegiatan inovasi yang dilaksanakan
diantaranya adalah pengobatan pencegahan dengan rifampisin
yang diawali di Sampang dan Sumenep, kegiatan urban leprosy di
Surabaya dan Kota Malang, uji serologi untuk pengobatan pasien
sub klinis yang merupakan kerjasama antara RS Kusta Sumber
Glagah dengan Institute of Tropical Disease FKUA.
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Memulai Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah bentuk pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam tataran keluarga untuk memiliki
kepedulian terhadap keselamatan keluarga dan lingkungannya dari
bahaya penyakit DBD.
Secara operasional, gerakan ini dilaksanakan melalui langkah
sebagai berikut:
-Setiap keluarga menunjuk 1 orang anggota keluarga untuk
menjadi pemantau jentik di rumahnya sendiri
-Jumantik rumah ini mengajak seluruh anggota keluarga untuk
melakukan PSN di lingkungan rumah masing-masing minimal 1
minggu 1 kali.
-Kegiatan PSN yang dilakukan adalah 3Mplus, yaitu Menguras bak
mandi, Menutup tempat penampungan air, Memanfaatkan barang
bekas yang dapat menampung air dan Plus mencegah dari gigitan
nyamuk.
-Dengan melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
menunjukkan adanya kesadaran pada setiap keluarga di Jawa
Timur untuk selalu memantau lingkungannya agar terbebas dari
jentik nyamuk. Bila jentik nyamuk selalu terpantau dan sarangnya
diberantas, maka diharapkan angka bebas jentik di Jawa Timur
dapat mencapai angka lebih dari 95% yang pada akhirnya akan
berdampak pada rendahnya kasus demam berdarah
6. TB
Meningkatkan perluasan pelayanan DOTS yang bermutu
Menangani TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan masyarakat miskin
serta rentan lainnya
Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan milik
pemerintah, masyarakat dan swasta mengikuti International
Standards of TB Care
Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
Memperkuat sistem kesehatan, termasuk pengembangan SDM dan
manajemen program pengendalian TB
Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap
program TB
Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan
informasi strategis
Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. 2012. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2: Penyakit
Tidak Menular dan Faktor Risiko
2. Dinkes Jatim. 2017. HIV-AIDS di Jawa Timur. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=481
[26 Agustus 2017]
3. Dinkes Jatim. 2017. Jawa Timur siapkan diri untuk eliminasi
Hepatitis Virus tahun 2030. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/dokumen/JAWA%20TIMUR
%20SIAPKAN%20DIRI%20eliminasi%20hepatitis.pdf [26 Agustus
2017]
4. Dinkes Jatim. 2017. Jawa Timur eliminasi kusta 2017. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=455
[26 Agustus 2017]
5. Dinkes Jatim. 2017. Hepatitis B. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=447
[26 Agustus 2017]
6. Dinkes Jatim. 2016. Vitamin A. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=462
[27 Agustus 2017]
7. Dinkes Jatim. 2015. Strategi dalam pengendalian TB di Jawa Timur.
Tersedia: http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?
r=site/berita_detail&id=441 [27 Agustus 2017]
8. Dinkes Jatim. 2016. Antisipasi DBD, 1 Rumah 1 Jumantik. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?
r=site/berita_detail&id=421 [27 Agustus 2017]
9. Dinkes Jatim. 2014. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014-2019. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/RENSTRA_DINKESJ
ATIM_2014_2019_REVISI%2027%20SEPT%202016_INDIKATOR
%20TUJUAN.pdf [27 Agustus 2017]
10.