Anda di halaman 1dari 11

Peran dinkes dalam pencegahan penyakit menular dan penyakit tidak

menular.

SASARAN INDIKATOR STRATEGI STRATEGI TERPILIH


Pengendalian % Penurunan 1. Optimalisasi Rumah 1. Penguatan kepemilikan
penyakit dan KLB Sakit sebagai rujukan program di tingkat
% Penurunan
masalah penyakit menular dan kabupaten kota melalui
Penyakit
kesehatan tidak menular advokasi komunikasi dan
Tidak Menular 2.Optimalisasi
akibat mobilisasi sosial
pencapaian program 2. Optimalisasi tata
bencana
kesehatan dengan laksana penyakit
melibatkan Koramil dan menular, tidak menular
babinsa disemua jenjang
3. Meningkatkan
pelayanan kesehatan
kemitraan dengan 3. Penguatan dukungan
organisasi profesi, LSM masyarakat sipil dalam
dan Dunia Usaha pengendalian penyakit
4. Penguatan Manajemen
bidang kesehatan
4. Membuat upaya Bencana dan Surveilans
inovatif dalam Epidemiologi
5. Peningkatan kapasitas
pengendalian penyakit
tenaga teknis program
dan penanggulangan
melalui pelatihan yang
masalah kesehatan
bermutu yang dikelola
dengan melibatkan
oleh lembaga pelatihan
kalangan akademisi
kesehatan yang
dan lembaga riset
terstandar
kesehatan
6. Membuat upaya
5. Penguatan
inovatif dalam
Manajemen Bencana
pengendalian penyakit
dan Surveilans
dan penanggulangan
Epidemiologi
6. Peningkatan respon masalah kesehatan
petugas kesehatan dengan melibatkan
terhadap KLB, bencana kalangan akademisi dan
, masalah kesehatan, lembaga riset kesehatan
masyarakat dan berita
yang meresahkan
masyarakat
7. Penguatan mutu
program di fasilitas
pelayanan kesehatan,
khususnya RS Khusus
(RS Paru, RS Kusta,
dan BP4) dan
Puskesmas untuk
menghadapi tantangan
penyakit baik menular
maupun tidak menular
8. Peningkatan
kapasitas tenaga teknis
program melalui
pelatihan yang bermutu
yang dikelola oleh
lembaga pelatihan
kesehatan yang
terstandar
9. Penguatan dukungan
masyarakat sipil dalam
pengendalian penyakit
10. Meningkatkan
kapasitas tenaga
kesehatan dalam
pengelolaan program
kesehatan
11. Peningkatan
sosialisasi tentang
pentingnya program
kesehatan bagi
masyarakat
12. Optimalisasi tata
laksana penyakit
menular , tidak menular
disemua jenjang
pelayanan kesehatan
13. Penguatan
kepemilikan program di
tingkat kabupaten kota
melalui advokasi
komunikasi dan
mobilisasi sosial
14. Pembuatan
program unggulan
untuk RS Khusus dan
BP4 yang menjawab
permasalahan program
15. Membuat wilayah
percontohan untuk
pengendalian penyakit
16. Meningkatkan
deteksi dini penyakit
menular,

Penyakit Menular:
1. HIV-AIDS
Pemberian KIE dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi
informasi yang benar pada masyarakat, menyediakan media
informasi yang bermutu, memadai dan mudah diakses oleh
masyarakat
Memasukkan pendidikan kecakapan hidup tentang pencegahan
HIV dan AIDS dalam materi kurikulum pendidikan sekolah yang
terintegrasi dengan mata pelajaran tertentu.
Melakukan pengaturan tentang sasaran pencegahan, larangan dan
kewajiban. Sasarannya adalah orang yang sudah tertular, orang
yang berisiko tertular atau rawan tertular serta orang yang rentan
terkena HIV dan masyarakat umum.
Melakukan pengobatan, perawatan dan dukungan bagi ODHA.
Perawatan dilakukan dengan pendekatan klinis, agama, keluarga
dan masyarakat. Dukungan bagi ODHA juga harus dilakukan mulai
dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Peran serta masyarakat juga memiliki arti yang penting dalam
pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dengan tidak
melakukan diskriminasi dan stigma negatif terhadap ODHA.
2. Hepatitis B
Melakukan deteksi dini pada ibu hamil dan tenaga kesehatan.
Melakukan deteksi pada kelompok populasi beresiko tertular
hepatitis B dan hepatitis C.
Mempersiapkan HBIg (Hepatitis B Immunoglobulin) sebagai
vaksinasi pasif untuk mencegah transmisi vertical dari ibu ke bayi
yang dilahirkan.
Terus melibatkan lebih banyak kabupaten/kota untuk mendukung
upaya eliminasi hepatitis virus di tingkat global pada tahun 2030
(pada tahun 2016 sudah ada 9 kabupaten/kota yang terlibat yaitu:
Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang,
Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Ngawi).
3. Infeksi Menular Seksual
Melaksanakan program ABCD (Abstinece = tidak melakukan
hubungan sex diluar nikah, Be Faithful = setia hanya pada 1
pasangan, Condom = menggunakan kondom saat berhubungan
sex, say no to Drugs = tidak menggunakan narkoba, khususnya
narkoba suntik).
Penemuan dini serta melakukan pemeriksaan pada pasien wanita
yang dicurigai menderita IMS, apabila sudah menikah dilakukan
Inspeksi Visua Asam Asetat (IVA) dan papsmear. Pemeriksaan ini
juga digunakan untuk deteksi dini kanker mulut rahim (Ca Cervix).
4. Kusta
Penguatan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk
memberikan dukungan pada upaya penanggulangan kusta di
wilayahnya. Penguatan Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama
juga merupakan bagian dari penguatan komitmen
Peningkatan kapasitas petugas layanan kesehatan dilakukan
dengan target sasaran dokter, perawat, bidan dan petugas kusta
khususnya di wilayah dengan angka prevalensi tinggi. Kegiatan ini
ditunjang dengan sosialisasi pada kader kesehatan agar ada
dukungan dari masyarakat kepada petugas.Peningkatan kapasitas
petugas meliputi kemampuan teknis untuk tatalaksana kasus,
kemampuan manajemen program juga kemampuan untuk
mengelola kelompok pasien kusta dalam berkegiatan di kelompok
perawatan diri
Intensifikasi penemuan dini penderita kusta terutama di daerah
dengan angka prevalensi tinggi melalui kegiatan Rapid Village
Survey (RVS), pemeriksaan kontak, pemeriksaan anak sekolah,
pelibatan kader Aisyiyah dan Fatayat., deteksi dini oleh tenaga
perawat di ponkesdes dan kegiatan lain yang meningkatan
penemuan dini pasien kusta. Penemuan dini sangat penting untuk
mencegah cacat kusta dan mencegah penularan.
Penghilangan stigma dan diskriminasi. Stigma kusta merupakan
salah satu hambatan dalam pengendalian kusta. Adanya stigma
akan memunculkan tindakan diskriminasi pada penderita kusta dan
mantan penderita kusta atau bahkan pada keluarganya. Upaya
yang dilakukan adalah meningkatan promosi kesehatan melalui
berbagai media baik cetak maupun elektronik. Penghilangan
stigma juga melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur maupun
kabupaten/kota di Jawa Timur dan kalangan perguruan tinggi
agama juga memberikan dukungan nyata pada upaya
menghilangkan stigma.
Penguatan jejaring layanan. Jawa Timur memiliki 2 rumah sakit
kusta, yaitu di RS Kusta Kediri dan RS Kusta Sumber Glagah
Mojokerto. Dua rumah sakit ini merupakan ujung tombak pada
kegiatan penguatan jejearing layanan. Selain dua rumah sakit
kusta tersebut, rumah sakit umum daerah juga terlibat dalam
jejaring layanan khususnya untuk pasien dengan komplikasi yang
memerlukan perawatan intensif.
Kegiatan inovasi yang merupakan kegiatan khusus untuk akselrasi
pencapaian target eliminasi. Kegiatan inovasi yang dilaksanakan
diantaranya adalah pengobatan pencegahan dengan rifampisin
yang diawali di Sampang dan Sumenep, kegiatan urban leprosy di
Surabaya dan Kota Malang, uji serologi untuk pengobatan pasien
sub klinis yang merupakan kerjasama antara RS Kusta Sumber
Glagah dengan Institute of Tropical Disease FKUA.
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Memulai Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah bentuk pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam tataran keluarga untuk memiliki
kepedulian terhadap keselamatan keluarga dan lingkungannya dari
bahaya penyakit DBD.
Secara operasional, gerakan ini dilaksanakan melalui langkah
sebagai berikut:
-Setiap keluarga menunjuk 1 orang anggota keluarga untuk
menjadi pemantau jentik di rumahnya sendiri
-Jumantik rumah ini mengajak seluruh anggota keluarga untuk
melakukan PSN di lingkungan rumah masing-masing minimal 1
minggu 1 kali.
-Kegiatan PSN yang dilakukan adalah 3Mplus, yaitu Menguras bak
mandi, Menutup tempat penampungan air, Memanfaatkan barang
bekas yang dapat menampung air dan Plus mencegah dari gigitan
nyamuk.
-Dengan melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
menunjukkan adanya kesadaran pada setiap keluarga di Jawa
Timur untuk selalu memantau lingkungannya agar terbebas dari
jentik nyamuk. Bila jentik nyamuk selalu terpantau dan sarangnya
diberantas, maka diharapkan angka bebas jentik di Jawa Timur
dapat mencapai angka lebih dari 95% yang pada akhirnya akan
berdampak pada rendahnya kasus demam berdarah
6. TB
Meningkatkan perluasan pelayanan DOTS yang bermutu
Menangani TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan masyarakat miskin
serta rentan lainnya
Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan milik
pemerintah, masyarakat dan swasta mengikuti International
Standards of TB Care
Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
Memperkuat sistem kesehatan, termasuk pengembangan SDM dan
manajemen program pengendalian TB
Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap
program TB
Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan
informasi strategis

Penyakit tidak menular:


1. Diabetes
Upaya promosi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif
seperti adanya kawasan tanpa rokok, tersedianya sarana olahraga
dan berperilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori
seimbang, Istirahat yang cukup, Kendalikan stress).
Peningkatan akses layanan deteksi dini resiko DM di posbindu
dengan pengukuran kadar lemak dan kadar gula darah.
Pemberian layanan kesehatan tatalaksana pengobatan dan
perawatan DM disemua Puskesmas dan Rumah sakit di Jawa
Timur.
Membangun kemitraan dengan berbagai elemen (Linsek, Linprog
dan organisasi profesi PERSADIA / Persatuan Diabetes Indonesia
jawa Timur).
2. Penyakit jantung
Meningkatkan yankes dalam deteksi dini faktor-faktor resiko dari
penyakit jantung, seperti: Hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes
melitus, dyslipidemia, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pola
makan yang tidak sehat, serta tingginya stress.
Mensosialisasikan perilaku hidup sehat dengan 2 jargon utama.
CERDIK dan SEHATI.
CERDIK (Cek kesehatan secara secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin olahraga dan beraktifitas fisik, Diet sehat dengan gizi
seimbang, Istirahat yang cukup, Kendalikan stress)
SEHATI (Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari stress, Awasi
tekanan darah, Teratur berolahraga, Istirahat yang cukup (5-7 jam
per hari)

3. Kekurangan vitamin A (KVA)


Meningkatkan layanan pemberian suplementasi vitamin A yang
mengandung vitamin A dosis tinggi. Kapsul biru untuk bayi usia 6
bulan 11 bulan, kapsul merah untuk anak-balita usia 12 bulan
59 bulan dan ibu nifas.
Menggalakan bulan Februari dan Agustus sebagai bulan
pemberian vitamin A secara serentak di Indonesia.
Melatih tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, dll)
serta kader-kader agar mampu memberikan suplementasi vitamin A
pada bayi dan anak balita secara adekuat.
Meningkatkan kualitas sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, puskesmas pembantu, polindes / poskesdes, balai
pengobatan, praktek dokter / bidan swasta).
Meningkatkan kualitas posyandu dalam pemberian suplementasi
vitamin A.
Meningkatkan wawasan sekolah taman kanak-kanak, kelompok
bermain termasuk tempat penitipan anak untuk meningkatkan
tingkat pemberian suplementasi vitamin A pada bayi dan anak
balita.

Program Upaya Kesehatan:


Mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok-kelompok
Membina suasana / lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
PHBS dan peran serta masyarakat.
Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu kebijakan dan
stakeholders lain
Meningkatkan jumlah Desa Siaga aktif hingga 96%, posyandu aktif
(Purnama dan Mandiri) hingga 70% dan rumah tangga ber-PHBS
hingga 56%
Melaksanakan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) yang terdiri dari:
1. Stop buang air besar sembarangan (SBS)
2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Pengolahan air minum dan makanan rumah tangga (PAMM-
RT)
4. Pengolahan sampah rumah tangga (PS-RT)
5. Pengolahan limbah cair rumah tangga (PLC-RT)

Gambar 2. 1 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Gambar 2. 2 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. 2012. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2: Penyakit
Tidak Menular dan Faktor Risiko
2. Dinkes Jatim. 2017. HIV-AIDS di Jawa Timur. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=481
[26 Agustus 2017]
3. Dinkes Jatim. 2017. Jawa Timur siapkan diri untuk eliminasi
Hepatitis Virus tahun 2030. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/dokumen/JAWA%20TIMUR
%20SIAPKAN%20DIRI%20eliminasi%20hepatitis.pdf [26 Agustus
2017]
4. Dinkes Jatim. 2017. Jawa Timur eliminasi kusta 2017. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=455
[26 Agustus 2017]
5. Dinkes Jatim. 2017. Hepatitis B. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=447
[26 Agustus 2017]
6. Dinkes Jatim. 2016. Vitamin A. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=462
[27 Agustus 2017]
7. Dinkes Jatim. 2015. Strategi dalam pengendalian TB di Jawa Timur.
Tersedia: http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?
r=site/berita_detail&id=441 [27 Agustus 2017]
8. Dinkes Jatim. 2016. Antisipasi DBD, 1 Rumah 1 Jumantik. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?
r=site/berita_detail&id=421 [27 Agustus 2017]
9. Dinkes Jatim. 2014. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014-2019. Tersedia:
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/RENSTRA_DINKESJ
ATIM_2014_2019_REVISI%2027%20SEPT%202016_INDIKATOR
%20TUJUAN.pdf [27 Agustus 2017]
10.

Anda mungkin juga menyukai