Anda di halaman 1dari 33

Leading innovation

NIM

01-30
HUKUMAN MATI

SUDUT HAM
Rumusan Masalah
1. Bagaimana HAM di Indonesia?
2. Bagaimana hukuman mati di Indonesia?
3. Bagaimana hukuman mati berkaitan dengan
HAM?
HAM adalah hak yang dimiliki manusia
yang telah diperoleh dan dibawanya
sejak lahir dengan tidak membedakan
bangsa, ras, suku, agama, dan jenis
kelamin. Hak itu bersifat universal.
Tanpa HAM seseorang tidak dapat
hidup sebagai layaknya manusia
HAM di

Dalam UUD1945 yang


diamandemen,HAM secara khusus
diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J.
Macam macam HAM :
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Right).
2. Hak Asasi Politik (Political Right).
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right).
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Right)
5. Hak Asasi Peradilan (Prosedural Right).
6. Hak Asasi Sosial-Budaya (Social Culture Right).
Hak Asasi Pribadi

Terdiri dari :
Hak Hidup.
Hak Kebebasan untuk Bergerak.
Hak-Hak Kebebasan Mengeluarkan atau
Menyatakan Pendapat.
Hak Memilih dan Menjalankan Agama
Masing-masing.
Hak Asasi Politik
Hak untuk Memilih dan Dipilih dalam Suatu Pemilihan
Hak untuk Mendirikan Parpol.
Hak Asasi Hukum
Hak Mendapatkan Perlakuan yang Sama dalam
Hukum.
Hak Mendapatkan Perlindungan Hukum.
Hak Asasi Ekonomi
Hak Melakukan Kegiatan Jual-Beli.
Hak untuk Memiliki Sesuatu.
Hak Asasi Peradilan
Hak Mendapat Pembelaan Hukum
Hak Persamaan atas Perlakuan,
Penggeledahan, Penangkapan, Penahanan,
dan Penyelidikan di Mata Hukum.

Hak Asasi Sosial-Budaya


Hak Mendapatkan Pendidikan
Hak Mengembangkan Budaya.
Pengertian hukuman mati
Hukuman mati adalah suatu
Hukuman Mati hukuman atau vonis yang
dijatuhkan pengadilan atau
tanpa pengadilan sebagai
bantuk hukuman terberat
yang dijatuhkan atas
seseorang akibat
perbuatannya.
Dalam sejarah, dikenal beberapa cara
pelaksanaan Hukuman Mati
1. Hukuman Pancung. 4. Suntik Mati.

2. Sengatan Listrik. 5. Hukuman Tembak.

3. Hukuman Gantung. 6. Rajam.


Biru: dihapus untuk semua kejahatan
Hijau: dihapus untuk kejahatan biasa tetapi tidak untuk luar biasa
(perang)
Oranye: secara praktis telah menghapus
Merah: masih dilakukan
Dasar hukuman mati di
Indonesia
Pasal 10 kitab undang-undang hukum Pidana (KUHP)
membedakan dua macam pidana: pidana pokok dan pidana
tambahan, yaitu:
A) Pidana Pokok:
1. Hukuman mati
2. Hukuman Penjara
3. Hukuman kurungan
4. Hukuman denda
B) Pidana tambahan :
Pencabutan beberapa hak tertentu
Hukuman Mati di Indonesia dijatuhkan atas beberapa
kejahatan yang berat
1. Pasal 104 (makar terhadap presiden dan wakil presiden)
2. Pasal 111 (membujuk negara asing untuk bermusuhan)
3. Pasal 124 ayat 3 (membantu musuh waktu perang)
4. Pasal 140 ayat 3 (makar terhadap negara sahabat yang
direncanakan dan berakibat maut)
5. Pasal 340 (pembunuhan berencana)
6. Pasal 365 ayat 4 (pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan luka berat atau mati)
7. Pasal 368 ayat 2 (pemerasan dengan kekerasan yang
mengakibatkan luka berat atau mati)
8. Pasal 444 (pembajakan di laut yang menyebabkan
kematian)
9. UU No 22 tahun 1997 tentang narkotika
10. UU No 5 tahun 1997 tentang psikotropika
MEKANISME PELAKSANAAN
H U K U M A N M AT I D I I N D O N E S I A
1. Tempat dimana si terpidana akan ditembak mati adalah di
wilayah hukum pengadilan dimana putusan pertama
dijatuhkan.

2. Waktu dan lokasi. Ditentukan Polda tempat eksekusi.


Maksimal 3 x 24 jam sebelum pelaksanaan, si terpidana
harus sudah diberitahu dan berhak untuk menyampaikan
pesan terakhir dengan menitipkan kepada kejaksaan.
3. Pelaksanaan Hukuman Mati tidak boleh dilaksanakan di
depan umum serta dilaksanakan secepat dan sesederhana
mungkin. Yang berhak menghadiri pelaksanakan tembak mati :
Kejaksaan, Kepala Polisi Daerah atau Perwira yang ditunjuk,
Pembela, Dokter ,dan Rohaniawan (bila diperlukan).
4. Tim Penembak. Terdiri dari satu regu penembak dari
Brimob dengan anggota seorang bintara, 12 tamtama, dan
dipimpin oleh satu perwira.
5. Persiapan pelaksanaan. Terpidana datang ke lokasi dengan
pengawalan secukupnya. Terpidana berhak memilih apakah ia
ditutup matanya atau tidak. Regu penembak menempati
posisinya dengan senjata sudah terisi peluru.
6. Pelaksanaan Hukuman. Jaksa memerintahkan hukuman
dilaksanakan. Perwira mengangkat pedangnya sebagai tanda agar
regu tembak mengarah tembakan ke jantung terpidana. Ketika
pedang disentakan ke bawah, regu penembak menembak terpidana.
Untuk memastikan terpidana telah meninggal, dokter dapat
dimintai bantuannya.
7. Pasca Pelaksanaan Hukuman. Jenasah terpidana diserahkan ke
keluarga. Apabila tidak ada kerabat yang menerima jenasahnya,
maka penguburan diserahkan kepada negara berdasarkan agama
teripdana. Kejaksaan membuat berita acara pelaksanaan hukuman
mati.
Pemakaman Terpidana Mati Sumiarsih
3gp Videos

3gp Videos
Hukuman Mati dari Sudut Pandang HAM

Hukuman mati masih diterapkan di Indonesia


sampai sekarang terutama untuk beberapa
tindakan pidana berat, seperti pembunuhan
berencana ( Pasal 340 KUHP ), peredaran
narkotika, dan terorisme.
Namun banyak terjadi kontradiksi jika kita
melihat ketentuan mengenai Hak Hidup
dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945
( UUDNRI 1945 ), dalam Bab XA mengenai
Hak Asasi Manusia, khususnya pada pasal
28A dan pasal 28I ayat 1
UUDNRI merupakan sumber hukum tertinggi
di Indonesia. Pasal 28A menyatakan bahwa
Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. Sedangkan pasal 28 I
menyatakan bahwa Hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani ... adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
Jika kedua pasal ini dikaitkan dengan
penerapan hukuman mati, maka dapat
dikatakan bahwa penerapan hukuman mati
bertentangan dengan hak asasi manusia.
Ketentuan dalam kedua pasal di atas dipertegas
dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Namun jika diperluas cakupan masalah kepada
keluarga korban kejahatan ( misalkan
pembunuhan berencana ), maka apa yang telah
dilakukan oleh terpidana dengan menghilangkan
nyawa korban juga berarti telah merampas hak
hidup dari si korban. Terpidana telah melanggar
HAM korban dengan merampas hak hidupnya
Dalam pasal 28J ayat 1 UUDNRI 1945 menjelaskan bahwa
HAM seseorang dibatasi oleh HAM orang lain dan juga
peraturan perundang-undangan.
Orang orang yang melakukan kejahatan dan diancam
dengan hukuman mati, telah melanggar HAM orang lain
dan juga peraturan perundang-undangan yang membatasi
HAM itu.
Oleh sebab itu negara berkewajiban untuk memenuhi rasa
keadilan korban dan masyarakat dengan menerapkan
hukuman yang setimpal atas perbuatan terpidana.
Pasal 28I ayat 4 UUDNRI 1945 menegaskan bahwa
perlindungan HAM merupakan tanggung jawab negara,
khususnya pemerintah. Salah satu cara yang dilakukan
oleh pemerintah untuk melindungi hak asasi manusia
adalah dengan memberikan hukuman yang berat (
maksimal ) bagi para pelanggar hak asasi manusia, salah
satunya adalah dengan hukuman pidana mati.
Kewajiban negara ( pemerintah ) juga dipertegas dalam UU
no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pasal 71 menjelaskan mengenai kewajiban dan tanggung
jawab negara untuk dilindungi HAM, terutama HAM korban.
Pasal 72 menjelaskan bahwa salah satu langkah perlindugan
HAM tersebut adalah melalui implementasi efektif di bidang
hukum. Yang dimaksud dengan implementasi di bidang
hukum adalah bahwa terpidana telah diproses sesuai hukum
acara yang berlaku, sehingga tidak ada hak haknya yang
dilanggar.
Vonis hukuman mati dijatuhkan setelah melalui proses
pengadilan yang objektif, jujur, dan adil sehingga rasa
keadilan terpidana-terutama korban / keluarga korban
terpenuhi.
Dalam menjatuhkan hukuman mati, negara tetap
harus memberikan kesempatan kepada terpidana
untuk mendapatkan keadilannya melalui suatu proses
peradilan yang adil dan tidak memihak.
UU no 39 tahun 1999 memberikan pedoman
mengenai hal tersebut dalam pasal 17 yang
menjelaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
keadilan, tanpa diskriminasi, dengan mengajukan
pengaduan dan gugatan dalam perkara pidana,
perdata, atau administrasi serta diadili melalui proses
peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Oleh karena itu, selama pemerintah dapat
menjamin terlaksananya suatu proses peradilan
yang adil, maka penjatuhan vonis hukuman mati
sangat memungkinkan dalam kacamata
perlindungan HAM (korban/keluarga korban).

Dalam penjelasan pasal 9 ayat 1 UU No. 39


tahun 1999, bahwa dalam keadaan luar biasa,
pidana mati masih diizinkan.
Penjelasan tersebut menyatakan secara eksplisit
bahwa perlindungan hak untuk hidup hanya dapat
dibatasi atas dua hal yaitu: aborsi ( demi
kepentingan ibu ) dan pidana mati.
Secara Sosiologis dan Psikologis,
hukuman mati diperlukan untuk
memberikan rasa tenang dan aman
dalam masyarakat, selain untuk
memberikan efek jera dan edukasi.
Kesimpulan
Penelusuran sekitar 30 mahasiswa mooca ganteng,cantik2(0.01-0.030 detik)

Hukum negara Indonesia masih memuat tentang


pemberlakuan hukuman mati.

Hukuman mati memang secara substansial bertentangan


dengan hak asasi manusia, akan tetapi terpidana mati juga
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hak asasi
manusia. Hukuman mati masih dapat diberlakukan di
Indonesia, tetapi khusus diterapkan dengan terorisme,
pembunuhan berencana dan pengedaran narkoba secara
terorganisasi.

Sedangkan kejahatan-kejahatan lainnya cukup diterapkan


hukuman penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati
http://yasiralkaf.wordpress.com/2008/10/31/tekni
s-hukuman-mati-di-indonesia/
http://id.shvoong.com/sosial-sciences/1861018-
apakah-hukuman-mati-melanggar-ham/
http://artikel.sabda.org/hak_hidup_dan_hukuma
n_mati
Sartono, Kus Eddy, dkk. 2003. Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: UPT MKU UNY
Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta : UNY Press

Anda mungkin juga menyukai