Anda di halaman 1dari 39

11/16/16

DESAIN PENELITIAN

RINGKASAN IKM •  Penelitian deskriptif :


–  Melakukan deskripsi fenomena yang ditemukan, baik
faktor resiko maupun hasil, tanpa analisis data
–  Tidak perlu hipotesis & uji statistika

•  Penelitian analitik :
Wienta Diarsvitri, dr, MSc, PhD, FISPH, FISCM –  Mencari hubungan antara variabel, dilakukan analisis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat data
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah –  Perlu hipotesis & uji statistika
Ph: 081316834913, Email: wienta_d@yahoo.com

11/16/16 Wienta 1 11/16/16 Wienta 2

PENELITIAN DESKRIPTIF
DESAIN PENELITIAN ANALITIK

•  Contoh: case series dan case reports OBSERVASIONAL INTERVENSIONAL /


•  Case series adalah kumpulan laporan tatalaksana EKSPERIMENTAL
beberapa pasien dengan kondisi atau penyakit yang
sama.
•  Case report: pada 1 pasien saja
Studi cross-sectional Uji klinis pd manusia
Studi kasus-kontrol
Penelit eksp hewan coba
Studi kohort

11/16/16 Wienta 3 11/16/16 Wienta 4

1
11/16/16

STUDI CROSS SECTIONAL


Cross-sectional Cross-sectional

Kasus-kontrol

•  Untuk mempelajari korelasi (hubungan) antara


Kohort prospektif variabel bebas dan terikat melalui pengumpulan
data pada point time approach (suatu saat)
•  Studi transversal : pengumpulan data variabel
Kohort retrospektif bebas & terikat dilakukan pada suatu saat
secara bersamaan

Masa lalu Masa sekarang Masa datang


11/16/16 Wienta 5 11/16/16 Wienta 6

KELEBIHAN STUDI CROSS-SECTIONAL

V. Bebas - V. Bebas +
V. Terikat - V. Terikat + •  Memungkinkan penggunaan populasi dari
masyarakat umum, sehingga generalisasinya
cukup baik
•  Relatif mudah, murah, hasilnya cepat diperoleh
V. Bebas - V. Bebas + •  Dapat meneliti bantyak variabel sekaligus
V. Terikat + V. Terikat -
•  Jarang terjadi loss to follow-up (drop out)
•  Dapat dipakai sebagai tahap awal penelitian
kohort atau eksperimen

11/16/16 Wienta 7 11/16/16 Wienta 8

2
11/16/16

KEKURANGAN STUDI CROSS-SECTIONAL STUDI KOHORT

•  Sulit untuk menentukan sebab & akibat (karena


bersifat temporal relationship)
a Efek (+)
•  Lebih banyak menjaring subyek dgn masa sakit
yg panjang, sehingga dapat terjadi salah Ya b Efek (-)
interpretasi hasil penelitian Faktor
•  Dibutuhkan jumlah subyek yg cukup banyak resiko
•  Tidak praktis untuk meneliti kasus yg sangat Tid a Efek (+)
ak
jarang
b Efek (-)
•  Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens

11/16/16 Wienta 9 11/16/16 Wienta 10

STUDI KOHORT STUDI KOHORT

•  Prospektif : melihat akibat di masa depan


(longitudinal) •  Kerugian :
•  Retrospektif : melihat akibat di masa lalu –  Waktu, tenaga, & biaya besar
•  Keuntungan : –  Drop out >>
–  Bias << –  Sulit bila kasus sedikit
–  Hasil yg diperoleh lebih dapat dipercaya –  Etika penelitian lebih sulit
–  Menunjukkan hubungan sebab akibat

11/16/16 Wienta 11 11/16/16 Wienta 12

3
11/16/16

STUDI KOHORT RESIKO RELATIF

a = Subyek dgn f resiko yg mengalami efek


•  RR (relative risk, b = Subyek dgn f resiko yg tidak mengalami efek
Disease resiko relatif): c = Subyek tanpa f resiko yg mengalami efek
–  perbandingan antara d = Subyek tanpa f resiko yg tidak mengalami efek
YA TDK Jml
insiden penyakit yg
YA a b a+b
Exp muncul dalam
TDK c d c+d •  RR = a / (a+b) : c / (c+d)
kelompok terpapar
dengan insiden –  a / (a+b) : Proporsi (prevalen) subyek yg
Jml a+c b + d a+b+c+d penyakit pada mempunyai faktor resiko yg mengalami
kelompok tidak efek
¡  RR = a/(a+b) : c/(c+d) terpapar –  c / (c+d) : Proporsi (prevalen) subyek tanpa faktor
resiko yang mengalami efek
11/16/16 Wienta 13 11/16/16 Wienta 14

STUDI KOHORT STUDI KASUS KONTROL

FAKTOR retrospektif MULAI DI SINI


RESIKO
•  Attributable risk (AR) :
Selisih antara insiden Ya KASUS:
penyakit yang diderita Kelompok
kelompok yang terpapar subyek dgn
Tidak penyakit
dengan insiden penyakit
yang diderita oleh Ya KONTROL:
kelompok tidak terpapar
Kelompok
•  AR = a/(a+b) – c/(c+d) subyek
Tidak
tanpapenyakit
11/16/16 Wienta 15 11/16/16 Wienta 16

4
11/16/16

STUDI KASUS KONTROL STUDI KASUS KONTROL

•  Keuntungan :
–  Waktu, biaya, tenaga kecil
–  Drop out –
–  Efisien untuk kasus yg jarang •  Odds ratio (OR),
–  Kesimpulan lebih kuat dari cross sect Estimated RR (ERR)
•  Kerugian : –  OR = ad / bc
–  Bias >>, data mungkin kurang lengkap (keterbatasan –  Interpretasi sama
daya ingat) dengan RR

11/16/16 Wienta 17 11/16/16 Wienta 18

TABEL 2 X 2 PENELITIAN EKSPERIMENTAL

EFEK
YA TIDAK Jumlah
•  Penelitian eksperimental murni adalah penelitian
YA a b a+b eksperimental yang memenuhi syarat:
FAKTOR –  Randomisasi
–  Ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
RESIKO TIDAK c d c+d
–  Ada kendali
•  Penelitian eksperimental semu (quasi experimental)
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

11/16/16 Wienta 19 11/16/16 Wienta 20

5
11/16/16

HUBUNGAN SEBAB AKIBAT KESAHIHAN (VALIDITAS)


INTERNA & EKSTERNA

•  Kesahihan interna menunjukkan apakah hasil


studi bebas dari kesalahan acak, bias, dan
faktor perancu (confounding). Apakah asosiasi
Untuk menegakkan hubungan sebab akibat perlu yg diperoleh hanya dipengaruhi oleh variabel
dilihat: tergantung & variabel bebas.
•  Adanya kovariasi
•  Adanya nonspurious relationship •  Kesahihan eksterna (KE) menunjukkan
seberapa baik hasil penelitian bisa diterapkan
•  Adanya time ordering
ke populasi yang lebih luas. KE I : dari sampel
ke pop terjangkau. KE II : dari pop terjangkau ke
populasi target (common sense).

11/16/16 Wienta 21 11/16/16 Wienta 22

Desain penelitian
berdasarkan
DATA
tingkat hubungan
sebab akibat
•  Data adalah ciri yg dimiliki individu
•  Sumber data:
–  data primer : pengukuran langsung pada subyek
penelitian
–  data sekunder : dari rekam medis, data
kependudukan, dll.
•  Skala data: numerik dan kategorikal

11/16/16 Wienta 23 11/16/16 Wienta 24

6
11/16/16

KARAKTERISTIK SKALA VARIABEL


Skala Sifat Contoh SKALA PENGUKURAN
variabel
Kategorikal
Skala
Nominal Bukan peringkat Gol darah, jenis
kelamin, agama, suku Skala ordinal
Ordinal Peringkat dgn Derajat penyakit, status numerik
interval yg dpt diukur sosial ekonomi
Skala
Numerik
nominal
Interval Peringkat dgn Suhu tubuh, koefisien
interval yg dpt intelegensi
diukur, tp tdk punya
0 alamiah
Rasio Peringkat dgn Penghasilan, berat
interval yg dpt badan, luas, kadar
diukur, punya 0 ureum, produktivitas
11/16/16 alamiah Wienta 25 11/16/16 Wienta 26

SAMPLING SAMPLING

—  ROBABILITY
SAMPLING —  NON PROBABILITY
◦  Semua unsur atau unit SAMPLING •  NON RANDOM
dlm populasi punya ◦  Semua unsur atau unit
•  RANDOM SAMPLING SAMPLING
peluang sama untuk dlm populasi tidak
–  Simple –  Consecutive
menjadi sampel. punya peluang sama
–  Sistematik –  Convenient
◦  Merupakan dasar untuk menjadi sampel.
–  Strartified –  Judgemental
prosedur sampling ◦  Lebih praktis & mudah
–  Cluster –  Purposive
secara statistika ◦  Lebih sering digunakan
–  Snow ball
◦  Bisa dilakukan jika dlm penelitian klinis
sampling frame ◦  Hasil tidak bisa
diketahui digeneralisasikan.

11/16/16 Wienta 27 11/16/16 Wienta 28

7
11/16/16

SYSTEMATIC SAMPLING
SIMPLE RANDOM SAMPLING

•  Bila populasi relatif homogen


•  Dihitung jumlah subyek dlm pop terjangkau yg akan •  Didasarkan pd interval tertentu, mengikuti
diambil sampelnya sistematika tertentu
•  Tiap subyek diberi nomor, dipilih sebagian sesuai •  Bila kita ingin mengambil 1/n dari populasi, maka
besar sampel dgn bantuan tabel random tiap pasien nomor ke-n dipilih sebagai sampel.
•  Contoh :
–  Dipilih 20 dari 200 subyek dgn tabel random 3 digit scr •  Contoh :
manual atau dgn komputer –  Ingin dipilih 20 dari 200 pasien, berarti diperlukan 20/200
586 896 785 458 451 125 456 875 = 1/10 bagian. Maka setiap pasien ke-10 dipilih sebagai
452 223 147 258 369 951 753 852
336 998 sampel. Penentuan angka awal secara acak. Misalnya
angka awal 3, maka pasien yg dipilih adalah nomor 3, 13,
23, 33, 43, dst.

11/16/16 Wienta 29 11/16/16 Wienta 30

STRATIFIED RANDOM SAMPLING CLUSTER (AREA) SAMPLING

•  Strata = kelompok •  Penarikan sampel secara acak (random sampling) pd


•  Subyek dipilih secara acak berdasarkan strata, kelompok individu dalam populasi yg terjadi secara
kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan yg alamiah (cluster), misalnya berdasarkan wilayah
(kodya, kecamatan, kelurahan, dll), karena tdk mungkin
bebas dari variasi strata. membuat daftar seluruh populasi tsb.
•  Bila populasi bersifat heterogen, misalnya pegawai •  Contoh :
negeri, umur, ras, kondisi sosek, status gizi, dll. –  Penelitian karies dentis pd anak SD di Jakarta. Dibutuhkan
•  Contoh : 6000 subyek, diambil secara random 100 SD. Dari tiap
–  Penelitian miokarditis difterika pd px 0-10 th. Diket. sekolah diambil secara random sampling 60 anak, kemudian
Kenaikan SGOT Balita > non Balita. Besar subyek = 20 dijumlahkan keseluruhannya, sehingga bisa diperoleh subyek
yg lebih homogen.
dari 100 sampel. Maka lebih baik dipilih 10 Balita dan 10
non Balita.

11/16/16 Wienta 31 11/16/16 Wienta 32

8
11/16/16

CONSECUTIVE SAMPLING
CONVENIENT SAMPLING

•  Semua subyek yg datang dan memenuhi kriteria pemilihan


dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang •  Non prob samp yg mudah & lemah
diperlukan terpenuhi. •  Tanpa sistematika tertentu.
•  Non prob sampl yg paling baik & paling sering digunakan dalam •  Contoh :
penelitian klinis (termasuk uji klinis). –  Penelitian pada ibu hamil, besar sampel 40. Suatu ketika
•  Jangka waktu pemilihan pasien harus tidak terlalu pendek diambil 8 pasien di poliklinik, kemudian cuti, kalau
terutama untuk penyakit yang dipengaruhi musim. sempat ambil pasien lagi, dst.
•  Contoh :
–  Penelitian demam berdarah dengue. Puncak insiden
penyakit terjadi pd bulan April – Juni, & karakteristik pasien
pd puncak insiden berbeda dgn pd bulan2 lain.

11/16/16 Wienta 33 11/16/16 Wienta 34

JUDGMENTAL SAMPLING Hipotesis, α, β

•  Pemilihan subyek scr subyektif, berdasarkan


perkiraan bahwa subyek akan dpt memberikan H0 benar H0 salah
informasi yg diperlukan dlm penelitian.
•  Non prob samp yg mudah & lemah
•  Contoh : Tes: H0 ditolak Kesalahan tipe 1 Outcome benar
–  Penelitian ASI & susu formula. Dipilih ibu-ibu yg pernah False positive = α True positive
memberikan ASI & susu formula.
Tes: H0 Outcome benar Kesalahan tipe 2
diterima True negatif False negatif = β

11/16/16 Wienta 35 11/16/16 Wienta 36

9
11/16/16

Pemilihan uji statistika “Hubungan”

•  Untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara


•  Pemilihan uji statistika untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat:
kebenaran hipotesis tergantung dari: – Jika data berskala numerik dan
–  tujuan penelitian (mengetahui adanya hubungan atau berdistribusi normal, maka uji statistika yg
perbedaan atau pengaruh)
–  skala data variabel yang digunakan digunakan adalah uji korelasi Pearson.
–  berapa kali dilakukan pengukuran pd subyek yg sama. Jika – Jika data berskala kategorikal, maka uji
dilakukan pengukuran 1 x = independent, jika pengukuran statistika yg digunakan adalah uji korelasi
> 1x = correlated atau paired.
Spearman.

11/16/16 Wienta 37 11/16/16 Wienta 38

ANALISIS BIVARIAT atau MULTIVARIAT? Pemilihan uji statistika

Skala 2 kelompok > 2 kelompok Regresi Data


Paired Inde- Paired Inde-
pendent pendent
Rasio/ Uji t Uji t Anova One-way Reg. Linier Berskala numerik Berskala kategorikal
interval & berpasang- bebas sama Anova
distribusi an (Paired (indep subyek
normal t-test) t-test)
Uji normalitas
Ordinal Wilcoxon Wilcoxon / Friedman Kruskal Reg.
pasangan Mann- Wallis Ordinal
Whitney U Distribusi
Distribusi normal
test tidak normal
Nominal Mc Nemar X2 (Chi Cochran X2 (Chi Reg.
square) square) Logistik Uji statistika Uji statistika
parametrik Non parametrik
11/16/16 Wienta 39 11/16/16 Wienta 40

10
11/16/16

BIAS

•  Disebabkan oleh kesalahan sistematis yang


menyebabkan hasil penelitian tidak akurat.
•  Bias:
–  Seleksi
–  Informasi

11/16/16 Wienta 41 11/16/16 Wienta 42

11/16/16 Wienta 43 11/16/16 Wienta 44

11
11/16/16

11/16/16 Wienta 45 11/16/16 Wienta 46

11/16/16 Wienta 47 11/16/16 Wienta 48

12
11/16/16

11/16/16 Wienta 49 11/16/16 Wienta 50

7 langkah diagnosis penyakit akibat kerja (PAK)

1.  Diagnosa klinis


2.  Paparan di tempat kerja
3.  Ada hubungan antara paparan & diagnosa
4.  Paparan di tempat kerja cukup utk menyebabkan
PAK
5.  Faktor individu
6.  Paparan lain seperti paparan di tempat kerja
7.  Kesimpulan: PAK, bukan PAK, penyakit yg
diperparah oleh pekerjaan

11/16/16 Wienta 51 11/16/16 Wienta 52

13
11/16/16

Gejala mayor & minor KONSEP HOLISTIK


dalam pelayanan dokter keluarga
•  Gejala mayor:
- Berat badan turun > 10% dalam 1 bulan •  Bio-psiko-sosial
- Diare kronis > 1 bulan •  Diagnosa holistik meliputi 5 aspek:
- Demam > 1 bulan –  Aspek personal (alasan kedatangan, harapan,
- Penurunan kesadaran & gangguan neurologis kekhawatiran)
–  Aspek klinik (Dx, DD, Dx okupasi, ICPC-2)
•  Gejala minor: –  Aspek resiko internal (faktor internal yg mempengaruhi
–  Batuk > 1 bulan kesehatan pasien)
–  Dermatitis generalisata –  Aspek psikososial keluarga (faktor eksternal yg
–  Kandidiasis orofaringeal mempengaruhi kesehatan pasien)
–  Herpes zoster multisegmental berulang –  Derajat fungsional (Skor: 1=tak ada kesulitan sama sekali,
–  Herpes simpleks kronis progresif 2=mulai ada kesulitan, 3=ada beberapa kesulitan,
4=banyak kesulitan, 5=tidak bisa beraktivitas)
11/16/16 Wienta 53 11/16/16 Wienta 54

Stages of change
Five levels of prevention
(Leavell & Clark 1965)

11/16/16 Wienta 55 11/16/16 Wienta


http://www.thefutureworkplace.com/stop-smoking-become-collaborative/
56

14
11/16/16

Genogram Life cycle

•  Merupakan gambaran menggunakan simbol, garis,


•  Menggambarkan tahap pertumbuhan fisik, dan
dll dari genealogy (keturunan) yang mirip dengan
perkembangan inteligensia serta emosional sejak
pohon keluarga. Genogram bisa memberikan
bayi sampai pensiun atau meninggal.
informasi tentang jenis kelamin, suku, penyakit yang
•  Dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, penyakit,
diderita, pendidikan, hubungan keluarga, keadaan
stress, interaksi dengan keluarga, dll
hubungan keluarga (misal meninggal, cerai, dll).

11/16/16 Wienta 57 11/16/16 Wienta 58

APGAR Family APGAR

•  APGAR = Adaptability Partnership Growth Affection


Resolve •  Scoring:
•  Biasanya berupa evaluasi kepuasan pasien terhadap •  8-10 points = highly functional family
dukungan keluarganya, dan berupa hubungan •  4-7 points = moderately dysfunctional family
dengan anggota keluarga (bantuan atau konflik) •  0-3 points = severely dysfunctional family

11/16/16 Wienta 59 11/16/16 Wienta 60

15
11/16/16

SCREEM Family map

•  SCREEM = Social Cultural Religion Economic Education


Medical •  Merupakan suatu alat untuk mengevaluasi
•  Merupakan alat untuk mengevaluasi faktor sosial, budaya, kebutuhan dan kekuatan anggota keluarga, terdiri
agama/kepercayaan, pendidikan dan medis yang dari pertanyaan2 untuk wawancara terhadap
mempengaruhi kekuatan/kelebihan dan kelemahan/ orangtua yang akan memiliki anak atau telah
kekurangan dari keluarga pasien dalam mendukung pasien
untuk mengatasi penyakitnya. memiliki anak bayi sampai Balita.

11/16/16 Wienta 61 11/16/16 Wienta 62

Bagian penting dari epidemi Definisi “kasus” dalam outbreak

•  PERSON •  Index case :


- Usia, jenis kelamin, suku bangsa kasus pertama yang tercatat di pelayanan
kesehatan
•  Primary case :
•  PLACE kasus pertama yang terjadi di masyarakat
- Lokasi, kedekatan dengan paparan, •  Secondary case :
clustering kasus yang tertular dari primary case
•  Suspect case :
•  TIME Individu atau kelompok individu yang memiliki gejala sama dengan primary case,
- Onset sakit, pola musiman, angka kejadian namun belum didiagnosa bahwa orang tsb. menderita suatu penyakit.
penyakit pd waktu tertentu

11/16/16 Wienta 63 11/16/16 Wienta 64

16
11/16/16

Permenkes 7 Kriteria KLB

•  Peraturan Menteri Kesehatan Republik •  Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang
Indonesia No. 1501/Menkes/Per/X/2010 sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu
daerah.
tentang Jenis penyakit menular tertentu •  Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus
yang dapat menimbulkan wabah dan selama tiga kurun waktu dalam jam, hari, atau
upaya penanggulangan minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

11/16/16 Wienta 65 11/16/16 Wienta 66

7 Kriteria KLB (cont’d) 7 Kriteria KLB (cont’d)

•  Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih


dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam
•  Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama satu tahun
kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
penyakitnya . jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
•  Angka kematian kasus suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu
•  Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih yang sama.
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.

11/16/16 Wienta 67 11/16/16 Wienta 68

17
11/16/16

7 Kriteria KLB (cont’d) Penanggulangan KLB

•  Penatalaksanaan penderita
•  Penyelidikan epidemiologi
•  Angka proporsi penyakit penderita baru pada satu •  Pencegahan dan pengebalan
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan satu periode sebelumnya dalam kurun
•  Pemusnahan penyebab penyakit
waktu yang sama. •  Penanganan jenazah
•  Penyuluhan kepada masyarakat
•  Upaya penanggulangan lainnya
11/16/16 Wienta 69 11/16/16 Wienta 70

Wabah Penetapan wabah

•  Wabah adalah kejadian berjangkitnya


suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya •  Penetapan wabah dilakukan oleh Menteri Kesehatan
meningkat secara nyata melebihi •  Pertimbangan penetapan wabah = pertimbangan
keadaan lazim pada waktu dan daerah penetapan KLB
tertentu serta bisa menimbulkan
malapetaka
11/16/16 Wienta 71 11/16/16 Wienta 72

18
11/16/16

Penyakit menular yg dapat Insiden


menimbulkan wabah:

•  Kolera Ÿ Malaria ŸChikungunya


•  Pes ŸAv infl H5N1
Jumlah penderita baru
•  DBD ŸAntraks
•  Campak ŸLeptospirosis
________________________ x 100%
•  Polio ŸHepatitis
•  Difteri ŸInfluenza A (H1N1) Jumlah penduduk yg mungkin
•  Pertusis ŸMeningitis terkena penyakit tersebut
•  Rabies ŸYellow fever

11/16/16 Wienta 73 11/16/16 Wienta 74

Prevalen Attack rate

•  Merupakan bentuk khusus dari insiden saat terjadi


outbreak (KLB).
Jumlah penderita baru+lama
________________________ x 100% •  Attack rate = banyaknya orang yang sakit
•  ---------------------------------------
Jumlah penduduk yg mungkin banyaknya orang yang terpapar
terkena penyakit tersebut
Pada waktu tertentu

11/16/16 Wienta 75 11/16/16 Wienta 76

19
11/16/16

Secondary attack rate

•  Secondary attack rate (SAR) biasanya untuk


membandingkan transmisi suatu penyakit di
Jumlah penderita baru masyarakat dan di dalam populasi tertutup (misal
karena kontak dg primary case rumah, barak pengungsian, dll).
•  Penyebut yg digunakan dalam SAR adalah total
________________________ x 100% populasi dari tempat tinggal primary case dikurangi
banyaknya primary case.
Jumlah kontak dg primary case

11/16/16 Wienta 77 11/16/16 Wienta 78

Tabel akurasi tes diagnostik


SENSITIVITAS = TP / (TP + FN) = a / (a+c)
SAKIT SEHAT TOTAL
Proporsi orang sakit yang memiliki hasil tes positif
TRUE FALSE
TES + POSITIVE POSITIVE a + b
(a) (b)
SPESIFISITAS = TN / (TN + FP) = d / (b+d)
FALSE TRUE
TES - NEGATIVE NEGATIVE c + d
Proporsi orang sehat yang memiliki hasil tes negatif
(c) (d)
TOTAL a + c b + d a+b+c+d

11/16/16 Wienta 79 11/16/16 Wienta 80

20
11/16/16

SENSITIVITAS SPESIFISITAS

•  Kemampuan menemukan yang sakit. •  Kemampuan menemukan yang tidak sakit.


•  Semakin tinggi sensitivitas suatu tes, maka •  Semakin tinggi spesifisitas suatu tes, maka
semakin sedikit FN. semakin sedikit FP.
•  A highly 'SeNsitive' test, when Negative rules •  A highly SPecific test, when Positive, rules IN
OUT disease (SNOUT) disease (SPIN)

11/16/16 Wienta 81 11/16/16 Wienta 82

Positive Predictive Value (PPV) Negative Predictive Value (NPV)

•  Positive predictive value: memprediksi •  Negative predictive value: memprediksi


kemungkinan seseorang dengan hasil kemungkinan seseorang dengan hasil
tes positif akan menderita suatu tes negatif tidak akan menderita suatu
penyakit. penyakit.
•  PPV = TP / (TP+FP) = a / (a+b) •  NPV = TN / (TN+FN) = d / (c+d)

11/16/16 Wienta 83 11/16/16 Wienta 84

21
11/16/16

Permenkes No 75 th 2014 Pembangunan kesehatan di Puskesmas

•  Tujuan: untuk mewujudkan masyarakat


•  Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang:
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang –  memiliki perilaku sehat yang meliputi
menyelenggarakan upaya kesehatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan hidup sehat;
perseorangan (UKP) tingkat pertama, –  mampu menjangkau pelayanan kesehatan
dengan lebih mengutamakan upaya bermutu
promotif dan preventif, untuk mencapai –  hidup dalam lingkungan sehat; dan
derajat kesehatan masyarakat yang –  memiliki derajat kesehatan yang optimal,
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
11/16/16 Wienta Diarsvitri 85 11/16/16 Wienta Diarsvitri 86

UKM UKM Esensial (wajib)

•  UKM esensial harus diselenggarakan oleh


•  Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap setiap Puskesmas
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan •  Meliputi:
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi –  A. Pelayanan promosi kesehatan;
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran –  B. Pelayanan kesehatan lingkungan;
keluarga, kelompok, dan masyarakat. –  C. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan 

keluarga berencana;
•  UKM tingkat pertama meliputi UKM esensial dan –  D. Pelayanan gizi;
pengembangan –  E. Pelayanan pencegahan dan 

pengendalian penyakit.
11/16/16 Wienta Diarsvitri 87 11/16/16 Wienta Diarsvitri 88

22
11/16/16

UKM Pengembangan UKP

•  merupakan upaya kesehatan masyarakat


yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat
•  Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
suatu kegiatan dan/atau serangkaian
disesuaikan dengan prioritas masalah
kegiatan pelayanan kesehatan yang
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
potensi sumber daya yang tersedia di
penyembuhan penyakit, pengurangan
masing-masing Puskesmas.
penderitaan akibat penyakit dan
•  Contoh: Pelayanan kesehatan jiwa,
memulihkan kesehatan perseorangan.
pelayanan kesehatan mata, pelayanan
kesehatan kerja, UKS, pelayanan kesehatan
usia lanjut
11/16/16 Wienta Diarsvitri 89 11/16/16 Wienta Diarsvitri 90

UKP

•  Bentuk UKP: UPAYA PROMOSI


–  Pelayanan rawat jalan;
–  pelayanan gawat darurat; KESEHATAN
–  pelayanan satu hari (one day care);
–  home care;
–  rawat inap berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 91

23
11/16/16

UPAYA PROMOSI KESEHATAN Contoh Upaya Promkes

Promosi kesehatan adalah upaya untuk


meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan •  Pengembangan desa siaga
bersama masyarakat, agar mereka dapat •  PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
menolong diri sendiri, serta mengembangkan •  Posyandu
kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

11/16/16 Wienta Diarsvitri 93 11/16/16 Wienta Diarsvitri 94

Desa Siaga
KRITERIA PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

•  Keputusan Menkes RI no. 1529 tahun 2010 Forum Masyarakat Ada, tetapi Berjalan, tetapi

tentang pedoman umum pengembangan desa Desa/Kelurahan belum jalan belum rutin Berjalan setiap tri- Berjalan setiap Bulan
setiap tri-wulan wulan,

dan kelurahan siaga aktif KPM / Kader


Kesehatan/ Kader
Sudah ada min. 2 orang Sudah ada 3-5 orang Sudah ada 6-8 orang Sudah ada 9 orang
atau lebih

•  Desa siaga adalah desa yang penduduknya


Tehnis
Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya

memiliki kesiapan sumber daya dan


Pelayanan Kesehatan

PENTAHAPAN
Posyandu & UKBM Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & Posyandu &

kemampuan serta kemauan untuk mencegah lainnya Aktif UKBM lainnya tidak
aktif
2 UKBM lainnya aktif 3 UKBM lainnya aktif 4 UKBM lainnya aktif

Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif


dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, Dukungan dana untuk Sudah ada dari Sudah ada dari Sudah ada dari
tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut
kegiatan kesehatan dipemerintah desa dan pemerintah desa dan pemerintah desa dan
Sudah ada dari
pemerintah desa dan

dan kegawadaruratan kesehatan secara desa dan kelurahan kelurahan serta belum
ada sumber lainnya

kelurahan serta satu
sumber lainnya baik
kelurahan serta dua
sumber lainnya yaitu
kelurahan serta dua
sumber lainnya yaitu

mandiri
masyarakat ataupun masyarakat dan dunia masyarakat dan dunia
dunia usaha usaha usaha

•  Misal: ada forum masyarakat desa, kader Peran Masyarakat dan


Organisasi
Ada peran aktif
masyarakat namun
Ada peran aktif
masyarakat yang
Ada peran aktif
masyarakat yang
Ada peran aktif
masyarakat yang

kesehatan, kemudahan akses pelayanan


Kemasyarakatan tidak ada peran aktif didukung peran aktif didukung peran aktif didukung peran aktif
ormas satu ormas dua ormas lebih dari dua ormas

kesehatan, dan melaksanakan PHBS Peraturan Kepala Desa


atau peraturan Bupati/
Belum ada Ada, belum
direalisasikan
Ada, sudah
direalisasikan
Ada, sudah
direalisasikan
walikota

Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS Pembinaan PHBS
11/16/16 Wienta Diarsvitri 95 Rumah Tangga Kurang dari 20% rumah minimal 20% rumah minimal 40% rumah minimal 70% rumah
tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada

24
11/16/16

PHBS di rumah tangga


PHBS : 5 tatanan = 33 indikator

11/16/16 Wienta Diarsvitri 97 11/16/16 Wienta Diarsvitri 98

Sasaran Primer Upaya Promosi Kesehatan Sasaran Sekunder Promkes

•  Sasaran sekunder adalah para pemuka


masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
•  Primer: pasien, individu sehat dan keluarga lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya
(rumah tangga). Mereka ini diharapkan petugas kesehatan, pejabat pemerintahan
mengubah perilaku hidup mereka yang dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
tidak bersih dan tidak sehat menjadi dan media massa.
perilaku hidup bersih dan sehat. Perlu •  Mereka diharapkan bisa memberi contoh
keteladanan dari para tokoh masyarakat. praktik PHBS dalam kehidupan sehari2,
membantu menyebarluaskan informasi
PHBS, dll
11/16/16 Wienta Diarsvitri 99 11/16/16 Wienta Diarsvitri 100

25
11/16/16

Sasaran Tersier Promkes Strategi Promkes

•  Sasaran tersier adalah para pembuat


kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang-bidang lain yang berkaitan •  Pemberdayaan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau •  Bina suasana
menyediakan sumber daya. •  Advokasi
•  Mereka diharapkan bisa memberlakukan •  Kemitraan
aturan tentang PHBS, dan membantu
menyediakan sumber daya (dana, sarana,
dll) agar PHBS bisa diwujudkan
11/16/16 Wienta Diarsvitri 101 11/16/16 Wienta Diarsvitri 102

Pemberdayaan dalam Promkes Bina suasana dalam Promkes

•  Pemberdayaan adalah pemberian informasi


dan pendampingan dalam mencegah dan •  Bina suasana adalah pembentukan suasana
menanggulangi masalah kesehatan, guna lingkungan sosial yang kondusif dan
membantu individu, keluarga atau mendorong dipraktikkannya PHBS serta
kelompok-kelompok masyarakat menjalani penciptaan panutan-panutan dalam
tahap-tahap tahu, mau dan mampu mengadopsi PHBS dan melestarikannya
mempraktikkan PHBS

11/16/16 Wienta Diarsvitri 103 11/16/16 Wienta Diarsvitri 104

26
11/16/16

Advokasi dalam Promkes Kemitraan dalam Promkes

•  Kemitraan perlu digalang antar individu,


keluarga, pejabat atau instansi pemerintah
•  advokasi adalah pendekatan dan motivasi
yang terkait dengan urusan kesehatan
terhadap pihak-pihak tertentu yang
(lintas sektor), pemuka atau tokoh
diperhitungkan dapat mendukung
masyarakat, media massa dan lain-lain.
keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
•  Kemitraan harus berlandaskan pada tiga
materi maupun non materi.
prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b)
keterbukaan dan (c) saling menguntungkan.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 105 11/16/16 Wienta Diarsvitri 106

Posyandu Kegiatan Posyandu

•  Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) •  Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan
merupakan salah satu bentuk Upaya kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama,
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat mencakup;
(UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan - kesehatan ibu dan anak;
bersama masyarakat, untuk - keluarga berencana;
memberdayakan dan memberikan - imunisasi;
kemudahan kepada masyarakat guna - gizi;
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, - pencegahan dan penanggulangan diare
bayi dan anak balita

11/16/16 Wienta Diarsvitri 107 11/16/16 Wienta Diarsvitri 108

27
11/16/16

Kegiatan Posyandu

•  Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat


menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan
utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
- Bina Keluarga Balita (BKB);
- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
- Bina Keluarga Lansia (BKL)
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

11/16/16 Wienta Diarsvitri 109 11/16/16 Wienta Diarsvitri 110

Kegiatan Posyandu Posyandu


Evaluasi Penimbangan Balita:
S = Seluruh Balita, K = Balita yg mendapat KMS,
•  Meja 1 : pendaftaran (mendaftar Balita pd reg D = Balita yg ditimbang, N = Balita yg naik
Balita, Bumil, calon akseptor KB) timbangannya
•  Meja 2 : penimbangan (menimbang &
mencatat BB anak pd kertas)
K/S : Jangkauan program
•  Meja 3 : pencatatan (mengisi KMS & reg D/S : Partisipasi masyarakat
penimbangan Balita) N/D : Keberhasilan penimbangan
•  Meja 4 : penyuluhan D/K : Kelangsungan penimbangan
•  Meja 5 : pelayanan kesehatan (petugas N/S : Keberhasilan Program
kesehatan)

11/16/16 Wienta Diarsvitri 111 11/16/16 Wienta Diarsvitri 112

28
11/16/16

Kartu Menuju Sehat


INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA (III) MANDIRI
(I) (II) (IV)
Jumlah Kader <5 5 atau lebih 5 atau lebih 5 atau lebih
Frek. Timbang < 8 kali/th 8 X atau 8 X atau lebih/ 8 X atau lebih/
lebih/th th th
Cakupan KIA < 50% < 50% >50% > 50%
Cakupan KB < 50% < 50% >50% > 50%
Cak. Imunisasi < 50% < 50% > 50% > 50%
Rerata D/S < 50% < 50% > 50% > 50%
Prog.Tambahan - - + +
BB / Umur Cak. Dana Sehat < 50% < 50% < 50% > 50%

11/16/16 Wienta Diarsvitri 113

Sasaran
Sasaran program KIA:

KIA & KB Bayi, Balita, anak, remaja, wanita usia subur


(WUS), pasangan usia subur (PUS), ibu hamil
(Bumil), ibu bersalin (Bulin), ibu meneteki
(Buteki), wanita menopause
Sasaran program KB:
pasangan usia subur

29
11/16/16

Kunjungan ibu hamil K1 Murni


Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Murni  adalah
jumlah kontak pertama ibu hamil dengan
tenaga kesehatan pada umur kehamilan
•  Kunjungan antenatal ibu hamil: kurang dari 12 minggu, baik di dalam
–  Satu kali kunjungan pertama (K1) selama
maupun di luar gedung Puskesmas
trimester pertama
(Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah,
–  Satu kali kunjungan kedua (K2) selama
Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah
trimester kedua
kerja puskesmas) untuk mendapatkan
–  Dua kali kunjungan ketiga dan keempat pelayanan antenatal.
(K3 dan K4) selama trimester ketiga

11/16/16 Wienta Diarsvitri 117 11/16/16 Wienta Diarsvitri 118

K1 Akses K4

•  Kunjungan ibu hamil (K4) adalah jumlah kontak ibu


•  Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Akses adalah
hamil dengan tenaga kesehatan ke-4 atau lebih
jumlah kontak pertama ibu hamil dengan
(1-1-2) baik di dalam maupun di luar gedung
tenaga kesehatan tanpa melihat umur
Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah,
kehamilan, baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah kerja
gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes,
Puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan
Kunjungan rumah, Rumah Sakit Pemerintah/
antenatal.
Swasta dan praktek swasta di wilayah kerja

puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan
•  Yg bisa dihitung sebagai K4 adalah ibu hamil K1
antenatal
murni
11/16/16 Wienta Diarsvitri 119 11/16/16 Wienta Diarsvitri 120

30
11/16/16

ANC dengan 10T Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah & Remaja
1. Timbang BB/TB
2. Ukur Tekanan darah
3. Nilai Status Gizi (Lila, cut off: 23,5 cm) a.  Jumlah Murid yang dilakukan penjaringan
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri kesehatannya
5. Presentasi & detak jantung janin Ø Murid kelas I SD/MI
6. Status vaksinasi TT Ø Murid kelas VII SMP/MTs
7. Pemberian tablet Fe Ø Murid kelas X SMS/MA
8. Test Lab (rutin & khusus) b.  Frekuensi pembinaan kesehatan disekolah
9. Tatalaksana Kasus c.  Jumlah kader yang dilatih tentang kesehatan
10. Temu Wicara (konseling & P4K: program d.  Cakupan pelayanan kesehatan remaja
perencanaan persalinan & pencegahan
komplikasi)
11/16/16 Wienta Diarsvitri 121 11/16/16 Wienta Diarsvitri 122

Pelayanan KB Pertolongan persalinan

a.  Cakupan KB aktif (contraceptive prevalence •  Pertolongan persalinan :


rate/CPR) Setiap Ibu bersalin (Bulin) seharusnya mendapat
b.  Cakupan peserta KB baru pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
c.  Cakupan KB Drop Out
•  Dukun bayi tidak boleh menolong persalinan, tetapi
d.  Cakupan peserta KB mengalami komplikasi
boleh membantu merawat ibu bersalin dan bayinya
e.  Cakupan peserta KB yang mengalami
kegagalan kontrasepsi
f.  Cakupan peserta KB mengalami efek samping

11/16/16 Wienta Diarsvitri 123 11/16/16 Wienta Diarsvitri 124

31
11/16/16

Program Kesling

1.  Penyehatan Air


UPAYA a.  Pengawasan Sarana Air Bersih ( SAB )
b.  Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
KESEHATAN LINGKUNGAN c.  Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB
2.  Penyehatan Makanan dan Minuman
3.  Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
4.  Pembinaan Tempat-Tempat Umum ( TTU )
5.  Klinik Sanitasi
6.  Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) =
Pemberdayaan Masyarakat

11/16/16 Wienta Diarsvitri 126

Pelayanan Gizi Masyarakat

Ø Bayi 6 - 11 bl. mendapat Vit. A 100.000 IU (biru)


1x pertahun (Februari atau Agustus)
UPAYA Ø Anak Balita (1-4 tahun) mendapat Vit. A
200.000 IU (merah) 2x pertahun (Februari dan
PERBAIKAN GIZI Agustus)
Ø Bulin mendapat 2 kapsul vit A 200.000 IU
Ø Pemberian tablet besi (90 tablet) pada Bumil
Ø BUMIL KEK (kurang energi kronis): ibu hamil
dengan LILA < 23,5 cm.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 128

32
11/16/16

Perlunya 2 kapsul vit A (200.000 IU) untuk Ibu


Bersalin Sumber Vitamin A

•  Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang •  Bahan makanan hewani seperti hati, kuning telur, ikan,
rendah. daging, ayam dan bebek.
•  Kebutuhan bayi akan vitamin A cukup tinggi •  Buah- buahan yang berwarna kuning, dan jingga
untuk pertumbuhan dan peningkatan daya seperti: pepaya, mangga masak, alpokat, jambu biji
tahan tubuh. merah, pisang.
•  Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga
•  1 kap vitamin A 200.000 IU: meningkatkan seperti: bayam, daun singkong, kangkung, daun katuk,
kandungan vit A dalam ASI sd. 60 hari daun mangkokan, daun kelor, daun bluntas, kecipir,
•  1 kap vitamin A 200.000 IU setelah 24 jam labu kuning, daun ubi jalar, tomat, wortel.
post partum: menambah kandungan vitamin •  Bahan makanan yang difortifikasi (diperkaya)dengan
A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan. vitamin A seperti:margarine, susu, dan keju

11/16/16 Wienta Diarsvitri 129 11/16/16 Wienta Diarsvitri 130

Kapsul Vit A Penanganan gangguan gizi

•  Jika setelah 24 jam ibu nifas belum


mendapat vit A, maka vit A diberikan saat:
–  KN 1: 6-48 jam setelah melahirkan
–  KN2: 3-7 hari setelah melahirkan
a.  Balita gizi buruk mendapat perawatan &
–  KN3: 8-28 hari setelah melahirkan Pemberian makanan tambahan (PMT)
–  KN = Kunjungan neonatus Pemulihan
b.  Pemberian MP-ASI (makanan pendamping ASI)
•  Kapsul Vit A juga diberikan pd situasi pada anak usia 6-24 bulan
khusus: c.  Pemberian fortifikasi yodium pada garam
–  KLB
–  Xerophthalmia, campak, diare, gizi buruk
–  Bencana alam

11/16/16 Wienta Diarsvitri 131 11/16/16 Wienta Diarsvitri 132

33
11/16/16

Imunisasi

•  Desa UCI (Universal Child Immunization): Desa


UPAYA yg 100% jumlah bayinya sudah dapat imunisasi
PENCEGAHAN DAN lengkap

PENGENDALIAN PENYAKIT

11/16/16 Wienta Diarsvitri 134

PROGRAM IMUNISASI 1.  Diare


a.  Penemuan penderita Diare yang diobati di Puskesmas dan
Kader
•  Imunisasi rutin: bayi, WUS, anak sekolah b.  Penggunaan oralit
•  Imunisasi tambahan c.  Penggunaan RL
–  Backlog fighting: melengkapi imunisasi dasar pd d.  Penderita diare balita yang diberi tablet Zinc
anak 1-3 tahun di desa non UCI tiap 2 tahun/x e.  Case Fatality Rate KLB Diare
–  Crash program: imunisasi karena masalah khusus 2.  ISPA
(AKB tinggi, PD3I tinggi, sumberdaya kurang) a.  Cakupan penemuan penderita Pnemonia balitaDPT + HB
–  Outbreak Response Immunization (ORI): saat KLB Combo 1
•  Imunisasi masal:
3.  KUSTA
–  PIN & sub PIN: polio a.  Penemuan Penderita Kusta Baru (Case Detection Rate)
–  Catch-up campaign campak: utk anak sekolah & b.  Proporsi kasus kusta anak
Balita c.  Proporsi kasus kusta Tk II
d.  Prevalensi Kusta (PR)
e.  RFT Rate penderita PB
11/16/16 Wienta Diarsvitri 135
f.  RFT Rate penderita MB Wienta Diarsvitri
11/16/16 136

34
11/16/16

7.  MALARIA
4.  TB PARU a.  Penderita klinis malaria yang dilakukan pemeriksaan Sediaan
a.  Penemuan suspect penderita TB Darah (SD)
b.  Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara suspek TB b.  Penderita positif malaria yang diobati sesuai standar (ACT)
c.  Angka keberhasilan pengobatan pasien baru BTA positif c.  Penderita positif malaria yang di Follow up
d.  Angka kesalahan Laboratorium ( untuk PPM & PRM )
8.  Pencegahan dan Penangulangan Rabies*)
5.  Pencegahan dan penaggulangan PMS dan HIV / AIDS a.  Cuci luka terhadap kasus gigitan Hewan Perantara Rabies
a.  Jumlah kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di Puskesmas b.  Vaksinasi terhadap kasus gigitan HPR yang berindikasi
b.  Kelompok sasaran yang dijangkau
9.  Pelayanan Imunisasi*)
6.  Demam Berdarah Dengue (DBD) a.  Imunisasi HB 0 - 7 hari pada bayi
a.  Insidens kasus DBD b.  Imunisasi BCG pada bayi
b.  Prosentase Penderita DBD ditangani c.  Imunisasi DPT/HB 1 pada bayi
c.  Case Fatality Rate Kasus (CDR) penyakit DBD d.  Imunisasi DPT/HB 3 pada bayi
d.  Angka Bebas Jentik ( ABJ ) e.  Imunisasi Campak pada bayi
e.  Jumlah wilayah KLB DBD f.  Drop Out DPT /HB 1 - Campak
g.  Drop Out DPT /HB 1 - DPT/HB 3
11/16/16 Wienta Diarsvitri 137 11/16/16 Wienta Diarsvitri 138

h.  UCI Desa


i.  Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD
j.  Imunisasi campak pada anak kelas 1 SD
k.  Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3
l.  Imunisasi TT 5 pada WUS (15 - 45 tahun)
m.  Pemantauan suhu lemari es vaksin
AZAS PENYELENGGARAAN

n.  Ketersediaan vaksin
UPAYA KESEHATAN
10.  Pengamatan Penyakit (surveilance Epidemiologi)
a.  Laporan STP (surveilan Terpadu Penyakit) yg tepat waktu
PUSKESMAS
b.  Kelengkapan Laporan STP (surveilan Terpadu Penyakit)
c.  Laporan C1 (campak) yang tepat waktu
d.  Kelengkapan Laporan C1 (campak)
e.  Laporan W2 (mingguan)yang tepat waktu
f.  Kelengkapan Laporan W2 (mingguan)
g.  Grafik Penyakit Potensial wabah
h.  Laporan KIPI Zero reporting
i.  Desa/kel.yg mengalami KLB ditanggulangi < 24 jam
11/16/16 Wienta Diarsvitri 139

35
11/16/16

Azas pertanggungjawaban wilayah


4 Azas
Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
puskesmas harus melaksanakan
berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a.  Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
•  Pertanggung jawaban wilayah b.  Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
•  Pemberdayaan masyarakat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c.  Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
•  Keterpaduan
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
•  Rujukan kerjanya
d.  Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 141 11/16/16 Wienta Diarsvitri 142

Azas pemberdayaan masyarakat Azas keterpaduan

•  Keterpaduan lintas program (memadukan


•  Puskesmas wajib memberdayakan beberapa program yg ada di Puskesmas)
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar –  Misal: UKS merupakan keterpaduan KIA, P2, gizi,
berperan aktif dalam penyelenggaraan promkes. Posyandu merupakan keterpaduan KIA,
KB, gizi, P2
setiap upaya Puskesmas
•  Misal: memberdayakan masyarakat dalam •  Keterpaduan lintas sektor (memadukan
desa siaga, PHBS, Posyandu Balita, Posyandu program Puskesmas dg sektor terkait di luar
Lansia, pemberantasan sarang nyamuk Puskesmas)
(PSN), dll. –  Misal: UKS merupakan keterpaduan sektor
kesehatan, pendidikan, kecamatan & agama.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 143 11/16/16 Wienta Diarsvitri 144

36
11/16/16

Azas Rujukan
Konsultasi berbeda dg rujukan

•  Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat


pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
puskesmas terbatas.
•  Konsultasi: upaya meminta bantuan
•  Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
profesional penanganan suatu kasus
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
penyakit yang sedang ditangani oleh
balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata seorang dokter kepada dokter lainnya yang
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana lebih ahli
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama
11/16/16 Wienta Diarsvitri 145 11/16/16 Wienta Diarsvitri 146

Rujukan UKP (medis)


Rujukan medis

1) Rujukan kasus (pasien) untuk keperluan


diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya operasi) dan lain-lain.
•  Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk 2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
masalah kedokteran pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain

mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
•  Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau
untuk melakukan bimbingan kepada tenaga
memulihkan status kesehatan pasien puskesmas dan ataupun menyelenggarakan
pelayanan medik di puskesmas

11/16/16 Wienta Diarsvitri 147 11/16/16 Wienta Diarsvitri 148

37
11/16/16

Rujukan UKM Rujukan UKM


•  Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan 2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
masyarakat, maka puskesmas tersebut penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena
wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
bencana alam.
Kabupaten/Kota. 3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
•  Rujukan sarana dan logistik, antara lain kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah
peminjaman peralatan fogging, peminjaman kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
alat laboratorium kesehatan, peminjaman kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah,
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
bahan-bahan habis pakai dan bahan
Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak
makanan mampu.

11/16/16 Wienta Diarsvitri 149 11/16/16 Wienta Diarsvitri 150

Pembagian wewenang & tanggung jawab Pembagian wewenang & tanggung jawab

•  Interval referral: pelimpahan wewenang dan


tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter •  Cross referral: menyerahkan wewenang dan
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut kepada dokter lain untuk selamanya
menanganinya
•  Split referral: menyerahkan wewenang dan
•  Collateral referral: menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya
tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
satu masalah kedokteran khusus saja waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur
11/16/16 Wienta Diarsvitri 151 11/16/16 Wienta Diarsvitri 152

38
11/16/16

http://freedownloadwallpaperzone.blogspot.com/2011/05/dahlia-flower-wallpaperfree-download.html

Good luck
11/16/16 Wienta 153

39

Anda mungkin juga menyukai