Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH 1

PERATURAN PENGELOLAAN PASCA TAMBANG


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Penutupan Tambang
Semester V Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016/2017

Disusun oleh :

Muhammad Faizal Ali


10070112030

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1438 H / 2016 M

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrahim,
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Peraturan Pengelolaan
Pasca Tambangi
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan pengembagan wilayah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Besar harapan penulis untuk kritik dan saran untuk makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandung, 16 Oktober 2016

Muhammad Faizal Ali

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1

Latar Belakang....................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah.................................................................. 1

1.3

Tujuan..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
2.1

Peraturan Pengelolaan Lingkungan Tambang....................... 2

2.2

Reklamasi Tambang............................................................... 5

BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 7


DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam UUD 1945 pada pasal 33 ayat (3) telah menegaskan bahwa bumi,

air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka sebagian
masyarakat yang baik kita sudah mengetahui tentang kekayaan alam Negara kita
miliki yang tentunya

merupakan suatu anugerah yang begitu besar dari Tuhan,

sudah menjadi hak dan tanggung jawab kita untuk dapat memanfaatkannya dengan
baik.
Hal ini merupakan tanggung jawab

besar bagi Negara dan pemerintah

setempat untuk mengolah alam demi mewujutkan kesejahteraan para rakyatnya.


Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan Negara agraris, yang dimana
sebagian besar penduduk negaranya bekerja bercocok-tanam atau sebagai petahi,
dengan begitu kita bias melihat bahwa alam merupakan juga sumber mata
pencarian bagi rakyat untuk melangsungkan kehidupan dan memenuhi kebutuhan
hidup

1.2
1.

1.3
1.

Rumusan masalah
Mengapa harus mengetahui peraturan dan pengelolaan pasca tambang?

Tujuan
Untuk mengetahui peraturan yang ada dalam penambangan

2. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan setelah penambangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Peraturan Pengelolaan Lingkungan Tambang


Didalam mendirikan suatu perusahaan penggalian atau pertambangan

memiliki perundang-undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan di


Indonesia pada umumnya dan peraturan pertambangan adalah :
1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 33 ayat 3 :
"Bumi dan Air dan Kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.
2.

TAP MPR
Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR RI/1999 tentang

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, khususnya Bab IV Arah


Kebijakan Hurup H Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup angka 4, yang
menyatakan: Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya
kemakmuran
keseimbangan

rakyat

dengan

lingkungan

memperhatikan

hidup,

kelestarian

pembangunan

yang

fungsi

dan

berkelanjutan,

kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang,


yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
Demikian juga pada Ketentuan Ketetapan MPR RI

Nomor IX/MPR/2001tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber


daya Alam, khususnya Pasal 6 yang menyatakan: Menugaskan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden Republik Indonesia untuk
segera

mengatur

lebih

lanjut

pelaksanaan

pembaruan

agraria

dan

pengelolaan sumber daya alam serta mencabut,mengubah dan/atau


mengganti semua undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang tidak
sejalan dengan dengan Ketetapan ini.
3.

Undang-Undang Pokok

4.

Peraturan Pemerintah

5.

Peraturan/Keputusan/Instruksi Presidan

6. Peraturan/Keputusan/Instruksi Menteri
7.

Peraturan Daerah. Tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai


kewenangannya

8. Peraturan/Instruksi/Keputusan Gubernur dan Bupati sesuai kewenangannya.


Pada mulanya undang-undang pokok pertambangan di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Pokok Pertambangan. Undang-undang
tersebut telah dilengkapi dengan peraturan pelaksanaannya berupa Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Dirjen, Peraturan Daerah dan lain-lainnya.
Sejak February 2009, Undang-Undang Pokok Pertambangan diganti dengan
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Sejak saat itu peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan dirjen dan
peraturan daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.
11 Tahun 1967 secara berangsur-angsur akan diganti. Sampai dengan bulan Juli
2010 peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 UndangUndang No. 4 Tahun 2009 baru berupa:
1. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. (telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2004
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaranan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara.
4. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang.
Sedangkan peraturan pelaksanaan yang lainnya masih mengacu kepada
peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1967. Peraturan peraturan
lama yang belum ada penggantinya masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009. Peraturan pertambangan
tersebut berlaku diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia tetapi belum

dapat berlaku secara penuh apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) nya
berdasarkan tata ruang yang berlaku berada di Kawasan Hutan. Apabila Wilayah

Izin Usaha Pertambangannya berada di kawasan hutan maka berlaku


ketentuan tambahan yang tercantum dalam pasal 38, 50 dan 78 Undang-Undang
No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. yang bunyinya sebagai berikut :
1.

Pasal 38 ayat 3, 4 dan 5 UU No. 41 Tahun 1999


(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan
batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan
pola pertambangan terbuka.
(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan
oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

2.

Pasal 50 ayat 3 UU 41 Tahun 1999


Menyebutkan

bahwa

"Setiap

orang

dilarang

melakukan

kegiatan

penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam


kawasan hutan, tanpa izin Menteri; (kehutanan red)
3.

Pasal 78 ayat (6)


Menyebutkan bahwa " Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf
g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)".

Penjabaran ketentuan yang tercantum dalam undang-undang kehutanan


tersebut tertuang dalam :
1. Peraturan Pemerintah 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang
berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan diluar Sektor
Kehutanan.
2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan
3. Peraturan Menteri Kehutanan no. P.38/Menhut-II/2012 tentang Perubahan
atas Permenhut no. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan.

Mengingat kegiatan usaha pertambangan kalau tidak dikelola dengan baik


sangat berpotensi merusak lingkungan hidup maka kegiatan usaha pertambangan
pun harus tunduk dengan peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup yaitu
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pelaksanaannya.
Undang-undang ini juga relatif baru sehingga peraturan pelaksanaannya masih yang
banyak menggunakan peraturan lama dengan catatan asal tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan yang baru. Penjabaran Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 - dengan penjelasannya. Selain itu penjabarannya adalah melalui
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Kecelakaan kerja di sektor pertambangan sangat potensial untuk dapat
terjadi. Dalam rangka pencegahannya maka dunia pertambanganpun harus tunduk
ke peraturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan
perundang

undangan

yang

terkait

dengan

keselamatan

kerja

di

sektor

pertambangan :
1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan Pengawasan
Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan
3. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-15/Men/VII/2005 Tentang Waktu
Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah
Operasi Tertentu.
2.2

Reklamasi Tambang
Setelah aktivitas penambangan selesai, lahan harus segera direklamasi.

Tujuanya untuk menghindari kemungkinan timbulnya potensi kerusakan lain. Potensi


tersebut seperti timbulnya air asam tambang, penurunan daya dukung tanah bahkan
terjadinya kerusakan lahan lebih luas.
Tujuan kegiatan reklamasi lahan tambang bertujuan untuk memperbaiki
ekosistem lahan eks tambang melalui perbaikan kesuburan tanah dan penanaman

lahan di permukaan. Tujuan lainya adalah agar mampu menjaga agar lahan tidak
labil, lebih produktif dan meningkatkan produktivitas lahan eks tambang tersebut.
Akhirnya reklamasi dapat menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan
menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya pertambangan, kerusakan lingkungan hidup, dan sebagainya.
Hal-hal yang mesti diperhatikan selama pengerjaan reklamasi adalah sebagai
berikut:
1.

Reklamasi wajib dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tidak ada
kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu, yang meliputi:

o
o

Lahan bekas tambang


Lahan di luar bekas tambang. Lahan bekas tambang seperti timbunan tanah
penutup (overburden), timbunan bahan baku/produksi, jalur transportasi,
pabrik/instalasi pengolahan/pemurnian, kantor dan perumahan,
pelabuhan/dermaga.
Reporting pelaksanaan reklamasi itu dilaporkan ada Menteri, Gubernur

hingga Walikota atau Bupati. Penilaian keberhasilan ditentukan oleh pemerintah.


Apabila dari hasil penilaian menunjukkan fakta terbalik maka pemerintah dapat
menunjuk pihak ketigas untuk melaksanakan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi oleh
pihak lain ini dilakukan dengan memanfaatkan Jaminan Reklamasi.
2.

Reklamasi dilakukan oleh perusahaan pertambangan sesuai dengan


Rencana Reklamasi, termasuk perubahan Rencana Reklamasi, yang telah
disetujui oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota, sesuai dengan
kewenangannya.
Reklamasi yang akan dilasanakan harus sudah tersusun dari tahap awal

hingga akhir. Untuk itu diperlukan Rencana Reklamasi yang dibuat selama 5 (lima)
tahunan. Dalam laporan rencana reklamasi ini akan tertulis tata guna lahan sebelum
dan sesudah ditambang, rencana pembukaan lahan, program reklamasi, dan
rencana biaya reklamasi. Apabila lifetime tambang ternyata kurang dari 5 (lima)
tahun, maka Rencana Reklamasi wajib disusun disesuaikan sesuai dengan umur
tambang tersebut. Rencana reklamasi ini harus sudah tersusun sebelum
dilakukanya kegiatan produksi.

BAB III
KESIMPULAN

Aktivitas pertambangan yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan


berbagi keruskan lingkungan seperti kerusakan tanah,air,hutan,laut,selain itu juga
memiliki dampak terhadap manusia seperti Antaranya dampak negatifnya adalah
kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses
penambangan dan penggunaannya. Dalam TAP MPR menegaskan bahwa kita
harus menjaga dan mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang.
Reklamasi yang berkaitan tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu usaha
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan
yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Pujo

Prastyawan,

Dadang,

Pengetahuan

Lingkungan

Tambang

https://dadangpujoprastyawan.files.wordpress.com/2015/05/Pengetahuanlingkungan-tambangan.docx
Prasetyo,

Radian,

Tahapan

Reklamasi

Lahan

Tambang,

http://radyanprasetyo.blogspot.co.id/2012/06/tahapan/reklamasi-lahantambang.html. Diakses tanggal 16 oktober 2016


Yudha

Widagya,

Alfen,

Peraturan-Peraturan

Lingkungan

Tambang,

https://www.scribd.com/doc/207468965/peraturan-peraturan-lingkungantambang

Anda mungkin juga menyukai