Definisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. ( Betz C, 2012 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak.
(Suriadi Yuliani, 2011)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Wong and Whaley, 2015)
B. Anatomi Fisiologi
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem
pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru.
Disini sejumlah oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat yang sama
karbondioksida dan uap air dikeluarkan.
Organ saluran pernapasan terdiri dari:
1. Hidung
Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk oleh
dua tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan
disebelah dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah
benda-benda asing masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah suatu lubang besar
yang dipisahkan oleh septum. Beberapa tulang di sekitar rongga nasal berlubang.
Lubang di dalam tulang tersebut disebut sinus paranasalis, yang memperlunak tulang
dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara, menjadikan suara beresonasi. Semua sinus
paranasalis dilapisi oleh membrane mukosa dan semua terbuka ke dalam rongga
nasal, dimana mereka dapat terinfeksi.
2. Faring
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah
dalamnnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring
dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding
a.
depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.
Faring dibagi ke dalam tiga bagian:
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum
yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut
tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan ini kadangkadang membesar dan menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada
anak-anak. Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui
tabung tersebut udara dibawa ke bagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi
mampu
mengembang
tanpa
gangguan,
tetapi
tulang
rawan
5. Paru-paru
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang terletak
di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang
dari akar leher menuju diafragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak
disebelah atas dan alas disebelah bawah. tulang rusuk, tulang rawan kosta, dan tulang
rawan interkosta terletak di depan paru-paru dan dibelakang mereka adalah tulang
rusuk, otot interkosta, dan prosesus transversal vertebra torasik. Di antara paru-paru
terdapat mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik
dari sisi lainnya, yang merentang dari vertebra di belakang sampai sternum di sebelah
depan. Di dalam mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar, trakea dan
esophagus, duktus torasikan kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus.
Paru-paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang
miring. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk
kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah
dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa
paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus
tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-segmen yang disebut broncopulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif,
masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi
unit-unit yang disebut lobules.
6. Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang tersebut
masuk ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang,
dan lebih horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan karena jantung terletak
agak ke kiri dari garis tengah. Setiap bronkus dibagi ke dalam cabang-cabang, satu
cabang untuk setiap lobus. Setiap cabang kemudian dibagi menjadi cabang-cabang,
satu cabang untuk setiap segmen bronco-pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi
bronkus yang lebih kecil dalam paru-paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang
rawannya kurang teratur.
7. Bronkiolus
Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang rawan,
tetapi disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang dihubungkan dengan
kuboid epithelium. Apabila bronkiolus mengecil, jaringan fibrosa, dan muskulus
menjadi tidak tampak dan saluran yang paling kecil, bronkiolus ialah suatu lapisan
tunggal sel-sel epitel yang diratakan.
8. Alveoli dan duktus alveolaris
kapiler
arteri
pulmoner
dan
darah
yang
mengandung
oksigen
D. Manifestasi klinis
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal:
a. Rinitis ringan
b. Anoreksia
c. Gelisah
Berlanjut sampai:
a. Demam
b. Malaise
c. Nafas cepat dan dangkal (5080)
d. Ekspirasi bebunyi
e. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
f. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
g. Leukositosis
h. Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal:
a. Batuk
b. Rinitis
Berkembang sampai:
a. Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan
lesu
b. Emfisema obstruktif
c. Ronkhi basah
d. Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal:
a. Demam
b. Mengigil
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Mialgia
Berkembang menjadi:
a.
b.
c.
d.
Rinitis
Sakit tenggorokan
Batuk kering berdarah
Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak
E. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organismeorganisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis
kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus
tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumoniavirus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan
yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi
di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain
melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus
(contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks)
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa
dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas,
seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
F. Pathway
Terlampir
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto polos: digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia,
infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis
jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
Intervensi:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas
c. Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit
d. Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
e. Awasi tingkat kesadaran klien
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi
Tujuan: pola nafas efektif setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam.
Kriteria hasil:
a. Melatih pernapasan bibir, dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya
ketika sesak nafas dan saat melakukan aktivitas
b. Memperlihatkan tanda-tanda menurunnya upaya bernafas dan membuat jarak
dalam aktivitas
Intervensi:
a. Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat
c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika diharuskan
d. Menggunakan pelatihan otot-otot inspirasi
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi
kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda dehidrasi
b. Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
c. Kelopak mata tidak cekung
d. Turgor kulit baik
e. Akral hangat
Intervensi:
a. Kaji adanya tanda dehidrasi
b. Jaga kelancaran aliran infus
c. Periksa adanya tromboplebitis
d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
e. Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
f. Pantau balance cairan
g. Berikan nutrisi sesuai diit
h. Awasi turgor kulit
5. Hipertermi berhubungan peningkatan suhu tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien
normal
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal (36,5-37,5 oC)
b. Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi: 60-100x/menit dan RR: 16-24 x/menit)
c. Pasien tidak mengalami pusing
Intervensi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Staf Pengajar FKUI. 2010. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika
Betz & Sowden. 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Wong and Whaley. 2015. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia
Huda, A. 2015. Nanda (NIC-NOC) 2016. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Keliat, Budi Anna, dkk. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi
& Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta: EGC