Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MENGHINDARI BAHAYA LNGKUNGAN DAN MELUKAI


ORANG LAIN
I.

Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi/ deskripsi kebutuhan
Konsep dasar keamanan dan keselamatan terkait dengan
kemampuan seseorang dalam menghindari bahaya, yang ditentukan oleh
pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang tersebut untuk melakukan
tindakan pencegahan. Ada tiga factor penting yang terkait dengan
keamanan dan keselamatan yaitu: tingkat pengetahuan dan kesadaran
individu, kemempuan fisik dan mental dalam mempraktikan upaya
pencegahan, serta lingkungan fisik yang membahayakan atau berpotensi
menimbulkan bahaya (Nancy Roper, 2002).
Menghindari bahaya lingkungan dan melukai orang lain atau yang
juga biasa disebut keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih
yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan
kejadan yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan kerugian,sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram.
.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan bertujuan
melindungi tubuh agar terbebas dari bahaya kecelakaan, baik pada klien,
petugas kesehatan, atau individu yang terlibat dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut (Taylor dkk, 1996).
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam
keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,
finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari
sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang
tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera
tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.
Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang
aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara
mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan
pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau
lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah
kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan kerugian.

Karakteristik keamanan dan keselamatan :


1. Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal.
Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya
seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi
aplikasi

keamanan

dalam

aktifitas

sehari-harinya.

Tindakan

penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan


3.

menerima bahaya secara akurat.


Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan
melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah
praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari
keamanan.

1.2 Fisiologi Sistem atau Fungsi Sistem


1. Kebutuhan terhadap ogsigen
2. Kelembaban yang optimal
3. Nutrisi
4. Suhu yang optimal
5. Pemenuhaan dasar fisiologis manusia di perlukan untuk mencapai
kebutuhan keselamatan.
1.3 Faktor-faktor mempengaruhi perubahan fisik system
I.1 Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan dan
keselamatan :
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya
melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan.
Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin
mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya
sekaligus tindakan pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah
dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli
perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat
aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat
penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi
rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk
cedera.

5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,
reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan.
Klien yang mengalami gangguan kesadaran , diantaranya klien yang
kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif,
dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat
menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan
bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan

untuk

menerima

dan

mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia,


klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau
tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan
keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat
membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu
perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko
menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
I.2 Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada Sistem Klien
Dengan Gangguan Kebutuhan Menghindari Bahaya Lingkungan Dan
Menghindari Melukai Orang Lain
1.2.1 Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan
baik, apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan
mengancam keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik
tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan
a)

sebagainya.
Sistem Muskoloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial
dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal.
Kerusakan yang terjadi pada mobilitas dan kemampuan untuk
merespon

terhadap

hal

yang

membahayakan,

dan

ini

meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah muskoloskeletal


yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan

seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan


sprains
b) Sistem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi akan menciptakan sistem yang baik pada individu.
Rangsangan yang diterima dari saraf tepi akan diteruskan ke
sistem saraf pusat melalui proses persepsi kognisi yang baik
sehingga seseorang dapat memutuskan dalam melakukan
proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang
mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang,
tempat dan waktu sehingga orang akan merasa nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti
cedera kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan,
stroke, injuri tulang belakang, penyakit
degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer), dan tumor
kepala.
Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk

c)

dapat beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel,


jaringan dan organ tercukupi dengan baik. Adapun kondisi
gangguan sistem kardiovaskuler yang mengganggu keamanan
adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan jantung bawaan, atau
penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi atau
pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan
bernafas, wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh
d)

tidak toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan mobilitas.


Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada
kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan
mengganggu seseorang dalam mengenali hal yang mengancam

e)

dirinya dari luar.


Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi
terhadap

bahaya,

kesulitan

mengambil

keputusan

dan

ketidakadekuatan dalam pemecahan masalah. Fatigue dapat


diakibatkan karena kurang tidur, gaya dan pola hidup, jam
pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam pengobatan,
yang dapat mengancam keamanan.
1.2.2 Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping.
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan
yang akan mengganggu keamanan seseorang, dimana seseorang
akan kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang
yang mengalami kecemasan mengenai prosedur operasi, maka

seseorang tersebut akan mengalami miskomunikasi tentang


informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi sehingga akan
mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga akan
muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung
dengan keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan
peranan

dalam

ketidakpercayaan

keamanan.

Menarik

berpengaruh

pada

diri,

pemalu

peningkatan

dan

keamanan,

sehingga seseorang perlu untuk belajar kembali atau mereka akan


mengalami masalah gangguan jiwa/mental.
a) Faktor Lingkungan Rumah
Keamanan di rumah menyangkut

tentang

ventilasi,

pencahayaan, pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan


perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari
keamanan di dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan
dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat menentukan
keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata
tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan
bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam
rumah termasuk sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya
risiko adanya untuk jatuh.
b) Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan
adanya risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang
dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang
bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam
bekerja maka seseorang sangat membutuhkan adanya suatu
kondisi yang ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah
terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
c) Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan
keamanan seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang
kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi
lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan
individu dalam komunitas.
d) Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan
seseorang baik bagi petugas kesehatan maupun pasiennya.
Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur
dan sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional

prosedur yang baku dan diperbaharui di RS sehingga


kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang
ada dalam rumah sakit.
e) Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap
keamanan seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap
perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan
keamanan seseorang dapat terpenuhi.
f) Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara
bebas akan menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia
dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah
akan menganggu ekosistem yang ada.
g) Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun
dimanapun sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah
terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.
h) Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen
ataupun kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang
menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami
masalah.
1.2.3 Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami
masalah dalam pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti
HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat menjadikan
tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya
kewaspadaan yang baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk
tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomial tidak terjadi atau
dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
1.4.3 Faktor Ketidak pengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan
sesuai dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat
tercipta
II.

Rencana Asuhan Klien dengan gangguan kebutuhan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat cedira jatuh
b. Riwayat imunsasi
c. Riwayat infeksi akut atau kronik
d. Terap yang sedang di jalankan
e. Stressor emosional : ekspres verbal dan non verbal, gaya hdup
f. Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik
g. Status nutrisi

h. Tngkat kesadaran,kelemahan fisik, imobilisasi,penggunaan alat


bantu
2.1.2 Pemeriksaan fisik : Data Fokus
a. Infeksi local, terbatas pada kulit dan membrane mukosa.
Tanda-tandanya meliputi bengkak, kemerahan, nyeri, panas
dan gangguan fungsi gerak.
b. Infeksi
sistemati,

tanda-tandanya

meliputi

demam,peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan,malaise,


anoreksia, mual, munta,sakit kepala,pembesaran kelenjer di
area infeksi
c. Sistem Neurologis : Status mental, tngkat kesadaran, fungsi
sensori, system reflek, system koordinasi, tes pendengaran,
penglihatan dan pembauan, sensivtas terhadap lingkungan
d. System Cardiovaskuler dan Respirasi : torelansi terhadap
aktivitas, nyeri dada, kesulitan bernafas saat aktvitas,
frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
e. Integritas kulit : Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, Kaji
adanya luka, scar, dan lesi, Kaji tingkat perawatan diri kulit
klien
f. Mobilitas : Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian,
dan tulang klien, Kaji range of motion klien, Kaji kekuatan
otot klien, kaji tingkat ADLs klien.
2.1.3

Pemeriksaan Penunjang
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi
peningkatan angka leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur
urin, darah serta secret menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Risiko Jatuh
2.2.1 Definisi
Peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan
bahaya fisik
2.2.2 Faktor risiko
Usia di atas 65 tahun
Riwayat jatuh
Hidup seorang diri
Menggunakan alat bantu
Menggunakan kursi roda
Anemia
Arthritis
gangguan keseimbangan
Penurunan kekuatan ekstrimitas bawah
Diare
Gangguan penglihatan
Lingkungan yang semrawut

Tidak ada bahan antiselip dikamar mandi


Pencahayaan ruangan yang redup atau asing
Kondisi cuaca
Lantai basah
Diagnosa II : Resiko Cedera
2.2.1 Definisi
Berisiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan

individu
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Internal
Profil darah yang tidak normal (mis, leukositosis atau leucopenia
Gangguan factor pembekuan
Disfungsi bokmiawi (mis, dsfungs sensori)
Penurunana kadar hemoglobin
Usia perkembangan (fsologis,psikososial)
Disfungsi efektor
Malnutrisi
Fisik( mis, kulit rusak,hambatan)
Psikologis (orientasi afektif)
Sel sabit
Talasemea
Trombositopenia
Hipoksia jaringan
Ekternal
Biologis
Tingkat imunisasi komunitas
mkroorganisme
Kimia
obat-obatan (misalnya, agens farmasi, alcohol, kafien, nikotin,
bahan pengawet, kosmetik, dan pewarna)
zat gizi (misalnya, vitamin, dan jenis makanan )
Racun
Fisik
Rancangan, struktur dan pernyataan

komunitas,

bangunan, atau peralatan jenis kendaraan atau transportasi


Individu atau penyedia layanan kesehatan ( agent nosokomial:
pada pengaturan staf,pola gognitif, afektif, dan psikomotor)
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Resiko Jatuh
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil :
Hasil NOC :
-

Keseimbangan
Gerakan terkoordinasi
Perilaku pencegahan jatuh
Kejadian jatuh

- Pencegahan jatuh
Tujuan :
Risiko jatuh akan menurun, yang dibuktikan oleh Keseimbangan,
Gerakan terkoordinasi, Perilaku pencegahan jatuh, Kejadian jatuh,
Pencegahan jatuh Dengan kriteria Hasil : frekuensi jatuh ketika
berdiri tegak, frekuensi jatuh ketika berjalan, duduk, berpindah
tempat, dari tempat tidur, menaiki anak tangga dan menuruni.
Intervensi dan rasional
- Review kondisi kesehatan klien secra general
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemampuan klien,dan untuk melakukan
-

prevensi terhadappenyakit kronis yang mungkin sedang dialami


Menciptakan lingkungan yang aman untuk klien agar terhindar dari jatuh
misalnya tidak membuat tempat tidur yang terlalu tinggi,penerangan yang
adekuat, menghilangkan karpet atau alas yang mungkin liccin atau dapat
mengganggu sat berjalan, membetulkan lantai yang rusak, dan memeberikan
peganggan dalam kamar mandi
Rasional : Lingkungan yang aman menjadi faktor pendukung utama agar

terhindar dari jatuh saat klien melakukan ADL.


Diskusi untuk monitoring dan intervensi pada kondisi
Rasional : Untuk melihat perkembangan dan melihat apa saja enyebab lain
yang mungkin menyebabkan jatuh klien
Kolaborasi pemberian analgesic jika nyeri muncul saat akan memulai
aktivitas
Rasional : Keseimbangan dan pergerakan dapat menyebabkan berbagai
macam kondis yang memunculkan nyeri akibat arthritis atau trauma
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, menunjukkan
perawatan diri yang baik dan mampu dilakukan sendiri
Kriteria hasil :
Kebersihan tubuh pasien terjamin
Pasien terasa nyaman
pasien mampu melakukan kebersihan diri seara mandiri

II.3.2 Intervensi keperwatan dan rasional: NIC (lihat daftar rujukan


1.
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri
R : Menentukan bantuan yang akan dilakukan oleh perawat
2.
Kaji pola kebersihan diri pasien: waktu, berapa kali dalam
sehari, penggunaan sabun dan sampo
R: Jadwal kebiasaan pasien yang sama memunkinkan pasien
3.

dapat lebih epat beradaptasi


Observasi keadaan kulit, rambut, mulut, mata, hidung, dan
kuku pasien
R : Menentukan prioritas yang harus dilakukan dalam
perawatan diri pasien

4.
5.

Libakan keluarga pasien dalam melakukan kebersihan diri


R : Meningkatkan rasa nyaman pasien
Lakukan perawatan rambut, kulit, mulut, dan kuku sesuai
kebutuhan
R : Menjaga kebersihan dan kenyamanan pasien dan

6.

mengurangi resiko infeksi nosokomial


Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti,
makan, kebersihan diri, berpakaiaan dan eliminasiKaji
kemampuan untuk menggunakan alat bantu.
R : Memenuhi kebutuhan aktifias harian/ADL pasien Dengan
memandikan pasien pasien akan bersih dan kulit terlihat

segar.
Diagnosa II : Resiko cedera
II.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil berdasarkan NOC
Risiko cedera akan menurun,yang membuktikan oleh
keamanan personal,pengendalian resiko, dan lingkungan
rumah yang aman
Pengendalian resiko akan diperhatikan, yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 tidak pernah
jarang, kadang-kadang, sering atau selalu)
Memantau factor risiko perilaku individu dan lingkungan
Mengembangkan strategi pengendalian resiko yang efektif
Menerapkan strategi pengendalian resiko pilihan
Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga akan:
Mempersiapkan lingkungan yang aman (misalnya, merapikan
kondisi yang berantakan dan tupahan, memasang pagar
tangga, dan menggunakan tikar karet, serta susur tangga di
kamar mandi)
Mengidentfikasi riesiko yang meningkat kerentanan terhadap
cedera
Menghidari cedera fisik
Orang tua akan :
Mengidentifikasi resiko dan memantauan penganiayaan
Memilih permaainan, pengasuh dan kontak sosial lainnya
Menganali tanda keanggotaan kelompok dan perilaku sosial
beresiko lainnya.
2.3.4 Intervensi keperwatan dan rasional: NIC
1.

Peningkatan komunikasi: gangguan pendengaran


R : membantu dalam menerima dan mempelajari metode
aalternatif agar dapat hidup dengan penurunan kemampuan

2.

pendengaran.
Fasilitas komunikasi : gangguan penglihatan
R : membantu dalam menerima dan mempelajari metode
alternative agar dapat hidup dengan penurunan kemampuan
melihat.

3.

Pemantauan jani elektronik: Intrapartum


R : mengevauasi dengan alat elektrolit respons denyutan

4.

jantung janin terhadap kontraksi uterus selama asuhan inpartum


Manajemen lingkungan: keamanan
R: memantau dan menipulasi lingkungan fisik untuk

5.

mempasilitasi ke amanan
Pencegahan jatuh
R: mempraktikan tindakan kewaspadaan khusus bersama

6.

pasien yang beresiko terhadap cedera akibat jatuh


Edukasi kesehatan
R: mengembangkan dan memberikan bimbingan dan pengdusif

7.

untuk kesehatan individu, keluarga, kelompik dan komunitas


Perawatan intrapartum: pelahiran resiko-tinggi
R : membantu kelahiran pervagina pada janin lebih dari stu

8.

atau janin kelainan letak


Indukasi persalinan
R: mengisiasi atau mengaugmentasipersalinan dengan metode

9.
10.

mekanis atau farmakologi


Kewaspadaan letak
R: menurunkan resiko reaksi sistemik terhadaap letaks
Kewaspadaan Hepertemia Maligna
R : Mencegah atau menurunkan respons hipermetabolik
terhadap agens farmakologi yang digunakan selama
pembedahan

11.

Identifikasi resiko
R : menganalisis factor resiko potensial, menentukan resiko
kesehatan, dan memproritaskan stretegi penurunan resiko untuk

12.

individu atau kelompok


Surveilans keamanan
R: mengumpulkan dan menganalisis informasi secara terarah
menganai pasien dan lingkungan untuk dmaamfaatkan dalam
meningkatkan dan memelihara keselmatan pasien

III.

Daftar Pustaka
Aziz Alimul H. 2006. Kebututuhan Dasar Manusia.Jakarta: Salemba Medika
Brooker,Chrish 2009.Ensiklopedia Keperawatan.EGC_Jakarta

Mubarak,Wait Iqbal.208.Buku Ajar

Kebutuan Dasar Manusia Teori dan

Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC
NANDA . 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medisdan NANDA Jilid 2. Yogyakarta:media Action
NANDA

Internasional.

2012.

Diagnosis

keperawatan

Definisi

dan

Klafikasi.Jakarta; EGC
Natalia ,Nova.2014.Pemberian Tindakan Personal Hygiene Teradap Kepuasan
Pasien Imobilisasi.STIKES Kusuma Husada ;Surakarta
Potter,petty.(2006).Fundamental Keperawatan.Jakarta; EGC
Tarwoto & Wartonah (2015) . Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Preseptor akademik

( Yurida Oliviani, Ns, M. kep )

Banjarmasin, November 2016


Preseptor Klinik,

Anda mungkin juga menyukai