Anda di halaman 1dari 24

MENGENAL LEBIH DALAM AUDIT MANAJEMEN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing dan Atestasi

KELOMPOK 2:
GILANG ANWAR HAKIM
DWIKI WICAKSONO
DIAN NOVIA ANATAMI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
MENGENAL LEBIH DALAM AUDIT MANAJEMEN

Pendahuluan
Perusahaan yang masih mempunyai ukuran relatif kecil dimana kegiatan
operasionalnya dapat dikerjakan oleh beberapa orang, maka pemilik atau pemimpinnya dapat
mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya secara langsung.
Namun ketika perusahaan tersebut menjadi semakin besar maka peran pemilik untuk
mengawasi perusahaan secara langsung pun menjadi semakin terbatas dikarenakan area
operasional yang semakin luas dan juga struktur organisasi yang semakin kompleks. Dengan
adanya permasalahan baru tersebut manajemen perlu mendelegasikan tanggung jawab dan
wewenang ke tingkat supervise yang ada. Dengan demikian manajemen dituntut untuk
menjaga harta milik perusahaan, mencegah serta menemukan kesalahan dan penggelapan jika
ada. Untuk kepentingan-kepentingan dan sebab-sebab tersebut, maka sistem pengawasan
internal sangat diperlukan. Informasi yang teliti, jelas, tepat waktu dan dapat dipercaya akan
sangat berarti sebagai dasar perencanaan strategi dan pengendalian manajemen.
Informasi dengan sifat-sifat yang disebutkan seperti diatas dihasilkan oleh adanya
sistem pengawasan internal yang baik. Untuk menjaga agar sistem pengawasan internal
berjalan secara efektif, diperlukan suatu bagian khusus dalam perusahaan yaitu departemen
internal audit untuk melakukan penilaian secara terus menerus terhadap sistem pengawasan
internal perusahaan. Departemen internal audit inilah yang diharapkan dapat memberikan
masukan informasi tentang hal-hal yang perlu mendapat perbaikan dalam sistem
pengendalian internal.
Latar Belakang dan Sejarah
Permintaan untuk audit, baik internal audit maupun eksternal audit, berasal dari
kebutuhan organisasi untuk mendapatkan verifikasi independen untuk mengurangi
permasalahan kesalahan pencatatan, penyalahgunaan aset, dan juga kecurangan. Ahli sejarah
menyatakan bahwa 3.500 tahun sebelum Masehi telah mulai ada audit. Peninggalan
pencatatan dari zaman Mesopotamia menunjukkan adanya tanda centang di sebelah angka
yang terkait transaksi keuangan, yang menggambarkan adanya verifikasi. Sejarah di Mesir,
Yunani, dan Roma juga mengindikasikan sudah adanya sistem yang mirip. Perkembangan
selanjutnya di abad pertengahan adalah double-entry bookkeeping muncul pada tahun 1494,
yang timbul karena kebutuhan adanya pertanggungjawaban dan pengendalian.
Revolusi industri di Inggris menandai mulai munculnya audit. Perusahaan
mempekerjakan akuntan untuk mengecek catatan keuangan. Pada abad 19, auditing juga
mulai menyebar ke Amerika. Setelah Perang Dunia pertumbuhan Amerika meningkat dan
2

perusahaan mulai secara sukarela memublikasikan laporan keuangan auditan. Dengan


perkembangan aktivitas bisnis yang sangat cepat dan semakin kompleks semakin
meningkatkan kebutuhan untuk adanya fungsi internal audit yang memverifikasi informasi
yang digunakan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. Di awal abad ke 20, mulai
muncul pembentukan fungsi internal audit. Selama bertahun-tahun, auditor eksternal
mempengaruhi bagaimana pelaksanaan internal audit. Perkembangan profesi internal audit
berikutnya tidak terlepas dari berdirinya The Institute of Internal Auditors (IIA) di Amerika
Serikat pada tahun 1941. Setelah periode tersebut, internal audit mengembangkan cakupan
auditnya ke seluruh aspek dari organisasi dan mempunyai posisi setara dengan auditor
eksternal. IIA mengembangkan the International Professional Practices Framework (IPPF)
yang merupakan kerangka konseptual yang mengorganisir standar dan panduan internal audit.
Fungsi, Tujuan dan Tanggungjawab Audit Internal
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal adalah aktivitas independen
dalam memberikan jasa konsultasi dan penjaminan (keyakinan) secara objektif yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan perbaikan operasi suatu organisasi, dengan
maksud untuk membantu organisasi mencapai tujuannya dengan cara menggunakan
pendekatan yang sistematis dan terarah (sesuai disiplin ilmu) dalam mengevaluasi dan
memperbaiki efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Fungsi audit internal kini sangat dibutuhkan dalam suau perusahaan. Tanpa adanya
suatu fungsi audit internal maka perusahaan akan sulit mendapat sumber informasi yang
independen terkait kinerjanya. Fungsi audit internal adalah memberikan berbagai macam jasa
kepada organisasi termasuk audit kinerja dan audit operasional yang akan dapat membantu
manajemen senior dan dewan komisaris di dalam memantau kinerja yang dihasilkan oleh
manajemen dan para personil di dalam organisasi sehingga auditor internal dapat memberikan
penilaian yang independen mengenai seberapa baik kinerja organisasi.
Adapun tujuan dari audit internal adalah memberikan pelayanan kepada organisasi,
dalam rangka membantu semua anggota organisasi tersebut. Bantuan yang diberikan sebagai
tujuan akhir adalah agar semua anggota organisasi dapat melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya secara efektif, atau lebih jauh lagi mencapai efektivitas optimal.
Menurut International Professional Practices Framework (IPPF) Attribute Standards 1000
tujuan, wewenang dan tanggung jawab aktivitas audit internal harus secara resmi ditetapkan
dalam piagam audit internal selaras dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.
Kepala eksekutif audit harus meninjau piagam audit internal secara periodik dan
3

menyampaikannya kepada manajemen senior dan dewan untuk disetujui. Piagam audit
internal itu sendiri adalah dokumen formal yang mendefinisikan tujuan kegiatan audit
internal, wewenang, dan tanggung jawab.
Piagam ini menetapkan posisi dari kegiatan atau aktivitas audit internal di dalam
organisasi, termasuk sifat kepala audit eksekutif yang berfungsi untuk melaporkan pelaporan
yang berhubungan dengan dewan; kewenangan akses terhadap catatan, personel, dan fisik
sifat yang relevan dengan kinerja keterlibatan; dan mendefinisikan ruang lingkup kegiatan
audit internal
Definisi Audit Manajemen
Ruang lingkup audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan kompleks
meliputi seluruh tingkatan manajemen, maka dari itu audit internal yang dilakukan
manajemen disebut juga audit manajemen. Audit manajemen merupakan audit terhadap
manajemen suatu organisasi secara keseluruhan untuk menilai unsur-unsur manajemen suatu
organisasi tersebut apakah telah direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dengan
prinsip-prinsip manajemen yang baik dan benar sehingga fungsi-fungsi pada suatu organisasi
tersebut dapat meningkatkan efektivitas efisiensi, dan ekonomisasi serta kesesuaian terhadap
kebijakan setiap operasi yang dilaksanakan. Pelaksanaan audit manajemen di setiap
organisasi berbedabeda dan bervariasi, tergantung lingkup audit yang ditetapkan oleh
manajemen puncak dari suatu organisasi. Dengan demikian, satu definisi audit manajemen
tidak dapat mencakup berbagai macam aktivitas yang dilakukan auditor manajemen pada
setiap organisasi karena adanya perbedaan tersebut. Istilah audit manajemen sering digunakan
bergantian dengan istilah istilah lain, seperti audit operasional, audit kinerja, results auditing,
comprehensive auditing, dan management-oriented auditing.
Beberapa definisi audit manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Brinks Modern Internal Auditing: Audit operasional adalah reviu
independen

termasuk

seluruh

aspek

dari

organisasi:

fungsi-fungsi

bisnis,

pengendalian keuangan, dan sistem-sistem pendukung. Audit operasional melibatkan


reviu sistematis atas aktivitas organisasi, atau segmen tertentu dari organisasi,
sehubungan dengan tujuan tertentu. Audit operasional mempunyai tujuan keseluruhan
untuk menilai kualitas pengendalian intern untuk suatu area, termasuk efektivitas dan
efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.

2. Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark Beasley: Audit operasional adalah
evaluasi atas efisiensi dan efektivitas dari bagian manapun dari prosedur dan metode
organisasi.
3. Menurut Reider: Proses untuk menganalisis operasi dan aktivitas internal untuk
mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan terkait program peningkatan
berkelanjutan.
4. Menurut Andrew Chambers dan Graham Rand: Audit operasional adalah audit atas
bagian mana pun dari perusahaan (unit operasi, area fungsi, departemen, atau proses
bisnis, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mereviu efektivitas, efisiensi, dan
ekonomisasi dari pencapaian tujuan manajemen.
5. Menurut Allan J. Sayle: Audit manajemen adalah pengujian yang independen atas
bukti yang objektif, yang dilakukan oleh personel yang terlatih, untuk menentukan
apakah sistem manajemen terintegrasi, yang bertujuan untuk memenuhi kewajiban
kontraktual dan kewajiban legal perusahaan atas pelanggan dan komunitas
diimplementasikan secara efektif dan hasil dari pengujian tersebut disajikan secara
benar dan wajar.
Dari berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut
menunjukkan bahwa terdapat beberapa definisi audit manajemen. Meskipun demikian, dapat
diikhtisarkan beberapa bagian penting dari definisi-definisi tersebut ialah:
1. Suatu Proses yang Sistematis
Audit manajemen dilakukan berdasarkan suatu urutan dari langkah dan prosedur yang
terstruktur dan terorganisasi. Beberapa langkah yang terdapat dalam audit manajemen
adalah perencanaan yang baik, mendapatkan buktibukti yang terkait dengan aktivitas
yang diperiksa, dan melakukan penilaian terhadap bukti-bukti tersebut secara objektif.
2. Melakukan Penilaian atas Operasi Organisasi
Penilaian operasi organisasi harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan
dan disetujui oleh manajemen puncak. Penilaian atas operasi tersebut bertujuan untuk
mengukur tingkat kesesuaian antara kinerja aktual dengan kriteria yang sudah
ditetapkan. Menurut Alejandro R. Gorospe (dalam Amin, 2000), standar yang
ditetapkan oleh manajemen puncak sebagai kriteria tersebut dan digunakan untuk
evaluasi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah.
b. Standar perusahaan, yaitu:
1. strategi-strategi, rencana, dan program yang disetujui;
2. kebijakan dan prosedur yang ditetapkan;
3. struktur organisasi yang sudah disetujui;
4. anggaran perusahaan yang sudah ditetapkan;
5. tujuan perusahaan yang ditetapkan.
5

c. Standar dan praktik industri.


d. Prinsip organisasi dan manajemen.
e. Praktik manajemen yang sehat, proses dan teknik yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan maju.
3. Meningkatkan Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomisasi Operasi
Tujuan utama dari audit manajemen adalah untuk membantu manajemen dan
organisasi yang diaudit untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi
operasi.
4. Dilakukan oleh Pihak yang Independen
Audit manajemen dapat dilakukan oleh auditor internal atau auditor eksternal. Yang
perlu diperhatikan adalah pihak yang mengaudit tersebut harus independen dari
bagian perusahaan yang sedang diauditnya. Hal ini diperlukan untuk menjamin
objektivitas dalam melakukan audit.
5. Rekomendasi untuk Perbaikan
Audit manajemen tidak hanya membuat laporan yang berisi temuantemuan audit,
tetapi harus memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk perbaikan atas
temuan-temuan tersebut.
6. Melaporkan Hasil Audit kepada Orang-orang yang Tepat
Laporan audit, yang berisi temuan dan rekomendasi perbaikan, akan diserahkan
kepada manajemen atau individu yang meminta audit.
Manajemen Resiko
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aktivitas audit internal harus
mengevaluasi efektivitas pengendalian manajemen dan memberikan kontribusi pada
peningkatan proses manajemen risiko. Maka dari itu, seorang auditor internal perlu
memahami resiko dan menghargai pentingnya manajemen resiko dalam organisasi. Penilaian
efektivitas proses manajemen risiko merupakan suatu pendapat berdasarkan evaluasi dari
auditor bahwa:
-

Tujuan organisasi telah mendukung dan terkait dengan misi organisasi;


Risiko signifikan telah diidentifikasi dan dinilai;
Respon risiko yang sesuai telah dipilih dan sesuai dengan selera risiko organisasi; dan
Informasi yang relevan mengenai risiko telah diperoleh dan dikomunikasikan dalam
waktu yang tepat ke seluruh unit organisasi, yang membuat staf, manajemen, dan
dewan dapat melaksanakan tanggung jawabnya.
Aktivitas audit internal dapat memperoleh informasi untuk mendukung penilaian

tersebut dari berbagai penugasan. Hasil berbagai penugasan tersebut, apabila dilihat secara
bersamaan, akan memberikan pemahaman proses manajemen risiko organisasi dan

efektivitasnya. Proses manajemen risiko dipantau melalui aktivitas manajemen yang


berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau keduanya.
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi eksposur risiko terkait dengan tata kelola,
operasi, dan sistem informasi organisasi, mencakup:
-

Pencapaian tujuan strategis organisasi;


Reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi;
Efektivitas dan efisiensi operasi dan program;
Pengamanan aset; dan Ketaatan terhadap hukum, peraturan perundang-undangan,
kebijakan, prosedur dan kontrak.
Menurut Peter L. Bernstein, 'Resiko' berasal dari kata Risicare pada zaman Italia

awal, yang berarti 'berani'. Dalam pengertian ini, resiko adalah pilihan bukan nasib. Tindakan
berani untuk mengambil pilihan, tergantung pada seberapa bebas kita harus membuat pilihan.
Pilihan yang diambil nantinya akan berpengaruh pada nasib seseorang maupun orang banyak.
Intinya adalah bahwa keberhasilan dalam bisnis dan sektor publik erat kaitannya dengan
tindakan mengambil resiko. Resiko timbul dari ketidakpastian dan kontrol yang didasarkan
pada pengurangan ketidakpastian sangat diperlukan. HM Treasury mendefinisikan resiko
sebagai ketidakpastian hasil dalam rentang eksposur yang timbul dari kombinasi dampak dan
probabilitas dari peristiwa potensial. Sementara IIA dan COSO mendefinisikan resiko sebagai
suatu kemungkinan peristiwa yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi tercapainya
suatu tujuan.
Terdapat berbagai risiko di dunia ini baik kematian, bencana alam, teknologi, sosial,
ekonomi dan lain-lain. Dalam dunia usaha pun terdapat berbagai macam risiko yang
dihadapi, dan setiap perusahaaan akan menghadapi risiko yang berbeda-beda. Menurut
Linsley dan Shrives (2006) yang dikutip dari Nazila (2011) menyatakan bahwa resiko yang
dihadapi perusahaan dibagi menjadi:
-

Resiko keuangan, merupakan resiko yang berkaitan dengan instrumen keuangan

perusahaan seperti resiko pasar, kredit, likuiditas, serta tingkat bunga atas arus kas.
Resiko operasi, yaitu berkaitan dengan kepuasan pelanggan, pengembangan produk,

pencarian sumber daya, kegagalan produk, dan lingkungan.


Resiko kekuasaan berkaitan dengan manajemen dan kepemimpinan, komunikasi,

insentif kinerja.
Resiko teknologi, berkaitan dengan akses, ketersediaan, dan infrastruktur.
Resiko integritas, berkaitan dengan kecurangan manajemen dan karyawan, tindakan

ilegal, dan reputasi.


Resiko strategi, berkaitan dengan pengamatan lingkungan, industri, portofolio bisnis,
pesaing.
7

Setiap perusahaan memiliki cara mengukur berbeda terhadap resiko-resiko yang


dihadapinya. Bagi perusahaan yang dapat mengukur resiko lebih baik berarti perusahaan
tersebut mengetahui seberapa besar tingkat resiko yang dihadapinya. Dengan demikian
perusahaan dapat merencanakan bagaimana cara mengantisipasi resiko-resiko tersebut.
Manajemen resiko adalah proses dinamis untuk mengambil semua langkah yang
wajar untuk mengetahui dan menangani resiko yang berdampak pada tujuan. Ini adalah
respon terhadap resiko dan keputusan yang dibuat sehubungan pilihan yang tersedia dalam
hubungannya dengan sumber daya yang tersedia. Jadi sumber daya organisasi dan proses
yang selaras dapat menangani resiko di mana pun saat diidentifikasi.
Proses manajemen risiko dimulai dengan suatu metode untuk mengidentifikasi semua
risiko yang dihadapi sebuah organisasi. Hal ini harus melibatkan semua pihak yang memiliki
keahlian, tanggung jawab dan berpengaruh atas wilayah yang dipengaruhi oleh risiko yang
bersangkutan. Semua risiko yang telah dibayangkan harus diidentifikasi dan dicatat. Resiko
bisnis adalah benar-benar tentang semua jenis masalah yang berhubungan dengan bisnis yang
dijalakan, dan bukan hanya resiko seperti bencana alam. Tahap berikutnya adalah untuk
menilai pentingnya risiko yang telah diidentifikasi.
Pengetahuan tentang apa risiko yang signifikan dan yang kurang signifikan
membutuhkan pengembangan strategi sehingga nantinya akan didahulukan untuk mengelola
resiko yang berdampak tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa hanya resiko
utama yang ditangani dan bahwa sumber daya disalurkan ke daerah-daerah yang paling
mengkhawatirkan, maupun yang telah diidentifikasi melalui metodologi terstruktur. Proses
manajemen risiko keseluruhan dan output harus dikaji dan ditinjau ulang secara terus
menerus. Hal ini harus melibatkan proses memperbarui strategi manajemen risiko dan
meninjau validitas dari proses yang sedang diterapkan di seluruh organisasi.
Manajemen

resiko

merupakan

bagian

penting

dari

siklus

resiko,

karena

memungkinkan organisasi untuk menetapkan dan meninjau kontrol internal mereka, dan
melaporkan kembali ke dewan serta pemilik perusahaan. Kerangka pengendalian internal
terdiri dari semua pengaturan, dan rutinitas kontrol tertentu dan proses yang mendorong
sebuah organisasi untuk mencapai tujuan. Mengelola

resiko harus memprioritaskan

perubahan kontrol, dengan mempertimbangkan dampak pada kegiatan dan ketersediaan


sumber daya. Perubahan kontrol yang dipilih harus dialokasikan dan jadwal pelaksanaannya
harus disiapkan. Kemajuan terhadap pelaksanaan pengendalian perubahan harus dipantau.
Pengendalian yang diterapkan harus didokumentasikan. Setelah perubahan kontrol telah

dilaksanakan dan menjadi mungkin untuk mengumpulkan data tentang risiko residual yang
sebenarnya, tingkat risiko residual harus dinilai.
Jenis Audit Manajemen
Audit manajemen dapat dibagi dalam 3 kategori (Arens et al., 2012), yaitu audit
fungsional, audit organisasional, dan penugasan khusus. Dalam tiap audit, tujuan utamanya
adalah mengevaluasi pengendalian internal terkait efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi.
1. Audit Fungsional
Fungsi adalah salah satu cara untuk membagi aktivitas bisnis, contohnya adalah
fungsi produksi, fungsi keuangan, fungsi sumber daya manusia. Audit fungsional
melakukan audit atas fungsi yang ada di perusahaan terkait dengan efisiensi,
efektivitas, dan ekonomisasi. Keuntungan melakukan audit fungsional adalah dapat
meningkatkan spesialisasi auditor dalam bidang tertentu sehingga dapat lebih efektif
dan efisien dalam melakukan audit. Kelemahan dari audit fungsional adalah kurang
dapat mengevaluasi keterkaitan antar fungsi di perusahaan.
2. Audit Organisasional
Audit manajemen atas organisasi adalah mengaudit suatu unit dalam organisasi,
seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Audit organisasi mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas dari interaksi antar fungsi.
3. Penugasan Khusus
Manajemen dapat memberikan penugasan khusus untuk melakukan audit manajemen,
seperti menentukan penyebab dari tidak efektifnya sistem teknologi informasi di
perusahaan atau menginvestigasi kemungkinan terjadinya kecurangan pada suatu
divisi.
Tahap-tahap Kegiatan Audit Manajemen
Dalam setiap pelaksanaan audit manajemen tentu menggunakan tahap tahap yang
sistematis. Tahap-tahap yang biasanya dilakukan dalam audit manajemen adalah sebagai
berikut:
1.

Perencanaan
Area dan tujuan audit manajemen umumnya ditentukan oleh manajemen puncak.

Setelah mengetahui area dan tujuan audit manajemen maka auditor manajemen kemudian
merencanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Suatu survei
pendahuluan merupakan prosedur umum yang dilakukan auditor untuk mengenal operasi

perusahaan yang akan diaudit. Audit dapat menggunakan daftar pertanyaan, flowchart, tanya
jawab, laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan survei pendahuluan.
Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi operasi. Auditor,
kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh dan mengumpulkan bukti-bukti untuk
memperkuat jawaban yang diterima.
Untuk membantu auditor dalam memahami arus barang, jasa, dan arus transaksi
dalam operasi, auditor dapat menelaah atau menyiapkan flowchart. Pada waktu mempelajari
flowchart, auditor akan mencari inefisiensi dan kelemahan pengendalian, seperti adanya
duplikasi operasi, formulir yang tidak diperlukan, belum layaknya pemisahan tugas, dan
kekurangan pengawasan.
Auditor juga akan menelaah laporan manajemen seperti laporan keuangan, anggaran,
laporan produksi, dan laporan penjualan. Hal-hal khusus yang akan menarik perhatian
auditor, seperti adanya variansi anggaran (perbedaan antara aktual dengan anggaran),
peningkatan biaya, kekurangan persediaan, persediaan yang usang, dan kerusakan produksi.
Pada saat melakukan survei pendahuluan, auditor harus mengamati sekelilingnya. Karyawan
atau peralatan yang menganggur, aset yang tidak dijaga, seperti kas dan persediaan, lay out
pabrik atau kantor yang tidak efisien dapat merupakan area yang potensial untuk diperbaiki
untuk meningkatkan efektivitas,efisiensi, dan ekonomisasi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini, auditor akan dapat
menentukan beberapa kriteria yang objektif untuk menilai operasi. Auditor juga akan dapat
merancang suatu audit program yang akan digunakannya untuk mengumpulkan bukti dalam
penilaian suatu operasi.
2.

Mengumpulkan Bukti-bukti
Tujuan pengumpulan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar faktual dalam

menilai kriteria kinerja yang sebelumnya telah diidentifikasi. Wawancara merupakan alat
penting untuk mendapatkan bukti-bukti selama melakukan audit manajemen. Wawancara
harus direncanakan sehingga memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin melalui wawancara. Selama dan setelah selesai wawancara, perlu disiapkan memo
untuk mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari wawancara. Memo ini akan memperkuat
bukti-bukti informasi yang diperoleh melalui wawancara. Auditor akan mengumpulkan bukti
yang diperoleh dalam suatu arsip. Bukti dokumentasi ini disebut kertas kerja.
3.

Analisis dan Penyelidikan Penyimpangan/Deviasi

10

Pada saat mengumpulkan bukti-bukti, auditor harus waspada atas deviasi dari
kebijakan perusahaan dan kinerja yang tidak efektif dan efisien. Auditor harus membedakan
deviasi yang tidak signifikan dengan deviasi yang signifikan. Deviasi yang terjadi di masa
lampau, mungkin dapat dikoreksi dan mungkin juga tidak dapat dikoreksi, tetapi yang harus
diperhatikan oleh auditor adalah pengaruh dari deviasi tersebut terhadap masa yang akan
datang. Analisis dan penyelidikan auditor harus didokumentasikan dalam arsip auditor karena
merupakan dasar untuk menentukan tindakan korektif.
4.

Menentukan Tindakan Korektif


Setelah melakukan analisis dan penyelidikan suatu deviasi, auditor harus menjawab

dua pertanyaan berikut:


a. Tindakan korektif apa yang harus diambil?
b. Apakah tindakan korektif yang dapat diterapkan?
Pertanyaan kedua paling sering sulit dijawab karena auditor perlu mempertimbangkan
faktor-faktor, seperti hubungan biaya-manfaat, pengaruh terhadap moral karyawan, dan
konsistensi dengan kebijakan perusahaan yang lain.
5.

Melaporkan Hasil Audit Manajemen dan Tindak Lanjut


Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir dalam audit

manajemen, laporan informal harus dibuat selama melakukan audit. Suatu laporan audit harus
berisi laporan tertulis yang menjelaskan temuan audit dan rekomendasi perbaikan untuk
mengatasi temuan-temuan tersebut. Auditor manajemen juga harus memonitor tindak lanjut
dari rekomendasi yang diberikannya ke manajemen untuk mengetahui apakah rekomendasi
tersebut telah dilakukan, dan jika tidak apa alasan dari tidak menerapkan rekomendasi
tersebut.
Teknik-teknik dalam Audit Manajemen
Dalam melakukan auditnya, auditor manajemen menggunakan teknik-teknik seperti
berikut ini:
1.

Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan merupakan langkah pertama dalam proses audit manajemen.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang informasi dan perspektif yang
memadai mengenai auditee agar audit yang dilakukan mencapai tujuannya. Survei
pendahuluan yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan audit program yang baik juga.
Demikian juga sebaliknya, audit program yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan

11

audit yang baik juga sehingga dapat dikatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan audit sangat
tergantung pada survei tersebut.
Survei pendahuluan akan memberikan pemahaman kepada auditor tentang tujuan,
proses, risiko, dan kontrol yang terkait dengan audit. Untuk itu, dari survei pendahuluan,
diharapkan auditor akan mendapatkan informasi umum dan latar belakang yang memadai,
termasuk mengenal industri perusahaan yang akan diaudit (auditee) sehingga dapat
membantu dalam pelaksanaan audit. Ada 2 jenis informasi yang perlu dikumpulkan dalam
proses pengenalan industri auditee, yaitu:
a. Informasi-informasi mengenai aspek-aspek di dalam perusahaan, seperti struktur
organisasi, rencana kebijakan manajemen, sistem akuntansi, dan lain-lain yang
berhubungan dengan perusahaan.
b. Informasi mengenai aspek-aspek lingkungan di luar perusahaan, meliputi latar
belakang industri, seperti pengaruh barang substitusi, posisi industri tersebut dalam
perekonomian, jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri yang bersangkutan.
Tahapan-tahapan utama dalam melakukan survei pendahuluan adalah sebagai berikut:
-

Pembelajaran awal/studi awal


Studi awal dapat dilakukan di kantor pusat dengan mempelajari berbagai dokumen
yang ada di perusahaan maupun dengan cara mengakses secara elektronik. Dalam
tahap studi awal, auditor manajemen dapat melakukan reviu atas kertas kerja dan
temuan audit tahun sebelumnya, mempelajari bagan organisasi, dan dokumendokumen lain untuk memperoleh pemahaman mengenai subjek audit. Penelaahan atas
kertas kerja dan temuan audit tahun sebelumnya akan membantu auditor dalam
memperoleh pemahaman terutama tentang pendekatan yang dilakukan oleh auditor
tahun sebelumnya. Penelaahan atas bagan organisasi akan membantu auditor dalam

memahami posisi aktivitas klien pada hierarki perusahaan.


Dokumentasi
Auditor manajemen dapat melakukan langkah-langkah dokumentasi, yaitu dengan
membuat beberapa daftar dan kuesioner berikut ini:
1. Daftar pengingat (to do list) yang memuat langkah-langkah/hal-hal yang harus
dilakukan oleh auditor saat penugasan audit. Daftar ini akan membantu auditor
dalam melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan lebih sederhana serta
mengorganisasi kertas kerja.
2. Daftar masalah-masalah yang harus ditangani yang dibuat sebelum tahap
perencanaan audit, yang akan membantu auditor dalam mengidentifikasi masalahmasalah dan untuk membuat acuan kertas kerja.

12

3. Kuesioner, yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke auditee.


Kuesioner ada 2 jenis, yaitu berikut ini.
a. Kuesioner informal, jika audit yang diusulkan bersifat organisasional maka
pertanyaan yang diajukan berorientasi kepada manusia atau jika audit yang
diusulkan bersifat fungsional maka pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan alur kerja, hubungan dengan orang lain, dan umpan balik.
b. Kuesioner formal, biasanya diberikan kepada klien sebelum auditor datang
untuk mengaudit. Hal ini dimaksudkan agar klien dapat melakukan persiapan
terutama dalam mempersiapkan lembar evaluasi diri yang efektif maupun
-

menyiapkan data-data yang diperlukan untuk menanggapi kuesioner tersebut.


Pertemuan dengan klien
Sebelum mengadakan pertemuan dengan klien, sebaiknya auditor manajemen
memberitahukan terlebih dahulu jadwal pertemuan kepada klien (kecuali untuk
surprise audit). Hal ini dilakukan karena jika klien sudah mempersiapkan terlebih
dahulu maka informasi yang akan diperoleh akan lebih banyak dan bermanfaat.
Dalam pertemuan ini, auditor manajemen dapat menjelaskan ke manajer auditee

tujuan dari audit manajemen dan pendekatan audit yang akan dilakukan.
Mengumpulkan informasi
Dengan mendiskusikan aktivitas dengan pegawai dan mendapatkan dokumendokumen yang diperlukan, auditor manajemen mengumpulkan informasi mengenai
sistem dan proses dalam bagian yang diauditnya. Tahap ini juga akan membantu

auditor dalam merencanakan tahap audit berikutnya.


Observasi
Auditor manajemen dapat melakukan observasi dengan mengidentifikasi hal-hal yang
terkait dengan klien yang meliputi tujuan dari aktivitas, mengobservasi arus kerja,
ritme aktivitas, bagaimana orang-orang menjalankan fungsinya, pengawasan yang
dilakukan manajer dan penyelia, dan apakah pegawai terlihat nyaman dalam
melaksanakan tugasnya. Auditor manajemen juga dapat mengidentifikasi risiko dan

pengendalian yang terkait.


Membuat bagan alir/flowchart
Pembuatan bagan alir/flowchart membutuhkan waktu yang lama. Meskipun demikian,
tetap harus dilakukan karena bagan alir/flowchart dapat memberikan gambaran sistem
yang akan membantu auditor manajemen dalam melakukan analisis operasi yang

kompleks secara terperinci.


Pelaporan
Hasil survei pendahuluan dituangkan dalam bentuk laporan dan dilaporkan secara
informal kepada manajemen. Terdapat beberapa kesimpulan dari laporan hasil survei,
yaitu:
13

a. Jika hasil survei memberikan keyakinan adanya sistem, kontrol, pengawasan, dan
manajemen yang baik maka dapat menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya
audit.
b. Jika hasil survei auditor manajemen merekomendasikan perbaikan maka hal ini
harus dibahas dengan manajer auditee. Apabila dari pembahasan tersebut manajer
auditee bersedia untuk mengambil tindakan perbaikan maka hasil survei dianggap
final.
c. Jika hasil survei menyimpulkan diperlukannya audit maka auditor manajemen
harus membuat ringkasan yang mencakup langkah-langkah audit yang disarankan
dan tentunya rasional bagi klien. Selain itu, auditor juga harus mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya kepada
2.

manajer auditee.
Audit Program
Audit program adalah panduan bagi auditor manajemen dan bersamaan dengan

pengawasan audit untuk memastikan bahwa langkah-langkah audit yang sesuai telah
dilakukan. Langkah-langkah audit tersebut dirancang untuk:
a. mengumpulkan bukti audit, dan
b. memungkinkan auditor manajemen untuk membuat laporan dan menyimpulkan
mengenai efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi dari aktivitas yang sedang direviu.
Audit program merupakan alat penghubung antara survei pendahuluan dan pekerjaan
lapangan. Dalam penyiapan audit program, auditor manajemen harus mempertimbangkan
hasil-hasil dari langkah-langkah yang dilakukan selama survei pendahuluan. Prosedur audit
adalah teknik-teknik yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah tujuan operasi
telah dicapai. Audit program harus dirancang untuk menjadi pedoman auditor mengenai
prosedur apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan audit. Audit program akan
menjadi acuan bagi auditor manajemen pada saat melakukan pekerjaan lapangan.
3.

Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan adalah proses sistematis untuk mengumpulkan bukti-bukti secara

objektif mengenai operasi perusahaan dan mengevaluasinya. Pengumpulan bukti-bukti secara


objektif mengenai operasi perusahaan tersebut bermanfaat untuk (1) mengetahui apakah
operasi tersebut memenuhi standar yang ditetapkan dan (2) memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan manajemen. Tujuan dari pekerjaan lapangan adalah untuk
menyelesaikan prosedur audit yang dinyatakan dalam audit program, terkait dengan tujuan
audit. Dalam pekerjaan lapangan, auditor manajemen mengumpulkan bukti-bukti mengenai

14

efektivitas sistem pengendalian, efisiensi operasi, pencapaian tujuan, dan pengaruh dari risiko
terhadap perusahaan.
4.

Membuat Kertas Kerja


Kertas kerja mendokumentasikan proses audit. Kertas kerja mencatat informasi yang

diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja dibuat mulai dari
pertama auditor menjalankan tugasnya sampai merekomendasikan tindakan korektif dan
mengakhiri proyek audit. Kertas kerja mencakup hal-hal berikut.
a. Rencana audit, termasuk audit program.
b. Pemeriksaan serta evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal.
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang
dicapai.
Melaporkan Temuan Audit

5.

Temuan audit adalah kondisi penyimpangan-penyimpangan dari norma/kriteria yang


dapat diterima, yang diidentifikasi oleh auditor manajemen, dan memerlukan tindakan
korektif. Tidak semua kesalahan yang ditemukan auditor manajemen perlu dilaporkan karena
beberapa kesalahan mungkin tidak signifikan (tidak material) dan tidak memerlukan
perhatian manajemen. Kesalahan lain mungkin sangat signifikan (sangat material) dan
memerlukan tindakan perbaikan. Karakteristik temuan audit yang dapat dilaporkan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

cukup signifikan (cukup material),


relevan dengan masalah-masalah yang menjadi fokus audit,
secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka,
didokumentasikan dengan fakta disertai dengan bukti yang memadai dan relevan, dan
berdasarkan pertimbangan cost-benefit (manfaat dari perbaikan lebih besar dibanding
biaya untuk melakukan perbaikan), cukup meyakinkan untuk mengharuskan
dilakukannya tindakan perbaikan terhadap kelemahan yang ada.

Laporan Audit Internal


Beberapa auditor berpendapat bahwa laporan audit adalah produk akhir dari setiap
audit dan IIA Standar Kinerja 2400 menyatakan bahwa: Auditor internal harus
mengkomunikasikan hasil keterlibatannya. Pada kenyataannya dampak audit harus menjadi
perubahan aktual yang diciptakan sebagai hasil investasi sumber daya audit dan di sini
bentuk-bentuk laporan adalah bagian dari proses ini. Apapun pandangannya, kenyataannya
adalah bahwa pelaporan audit merupakan salah satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh
auditor. Sawyer menyatakan dengan jelas bahwa laporan adalah kesempatan auditor untuk
mendapatkan perhatian penuh dari manajemen. Maka dari itu, auditor harus menganggap

15

pelaporan sebagai sebuah kesempatan, tidak suram membosankan, yang sempurna untuk
menunjukkan manajemen bagaimana hasil kerja yang telah ia lakukan.
Ada banyak komponen dan prinsip-prinsip yang mendasari pelaporan audit, yang
paling penting adalah kualitas pekerjaan audit yang telah dilakukan sebelum tahap pelaporan.
Pelaporan memang penting dan frase yang berguna untuk mengungkapkan pentingnya ini
berasal dari IIA Handbook Series: Ide terbesar auditor atau penemuan hanya seefektif
kemampuannya untuk mengekspresikan konsep kepada orang lain dan mendapat respon yang
diinginkan.
Laporan Audit Interim
Sebelum laporan audit penuh diproduksi salah satu yang bisa dilakukan adalah
membuat laporan interim terutama pada proyek-proyek yang lebih besar. Laporan audit
interim memiliki tiga kegunaan utama:
1. Memaksa auditor untuk membangun laporan sebagai pekerjaan yang berkembang.
2. Menjaga manajer audit agar tetap up to date dan memungkinkan ulasan interim atas
pekerjaan yang dilakukan.
3. Laporan audit interim dapat diberikan kepada klien dan bertindak sebagai perangkat
laporan izin terus menerus serta membawa klien ke dalam proses audit itu sendiri.
Laporan Tugas Audit
Ini adalah apa yang kebanyakan auditor pikirkan ketika mempertimbangkan topik
laporan audit, bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Executive Summary. Ringkasan dua atau tiga halaman dapat dilampirkan ke depan
laporan atau dikeluarkan sebagai dokumen terpisah. Ini memberikan account ringkas
tujuan, kesimpulan utama dan langkah-langkah yang manajemen harus mengambil.
Ini mengakui bahwa manajer sibuk dan ingin mengambil jalan pintas dalam
mendapatkan untuk mengatasi dengan masalah materi yang mungkin timbul dari
audit.
2. Follow up reports. Semua pekerjaan audit harus ditindaklanjuti dan itu adalah
mungkin untuk membangun format pelaporan standar untuk memeriksa rekomendasi
audit yang luar biasa. Audit ini cenderung sederhana untuk dilakukan, membentuk
pandangan tentang apakah manajemen telah melakukan semua yang dianggarkan.
3. Fraud Investigation Reports. Laporan-laporan ini berisi rinciian tuduhan, pekerjaan
yang dilakukan dan mengapa, serta temuan-temuan utama.
4. Laporan lisan. Auditor dibebankan dengan melaporkan hasil audit dan ini mungkin
dalam format oral. Laporan lisan dirancang untuk menghemat waktu dan dapat

16

memiliki dampak yang lebih langsung pada penerima. Mereka juga memungkinkan
klien audit untuk memberikan umpan balik instan kepada auditor.
Tujuan dari Laporan Audit
Sumber daya yang ada dapat dibelanjakan untuk melakukan audit dan klien dapat
melihat produk akhirnya berupa laporan audit yang diterbitkan. Oleh karena itu penting
bahwa tujuan dari dokumen akhir ini dibuat secara jelas dan empat fungsi utama dari laporan
audit adalah:
-

Untuk menjamin manajemen bahwa risiko bisnis terkontrol dengan baik


Untuk mengingatkan manajemen daerah mana saja yang tidak dan terjadi resiko
Untuk menasihati manajemen terkait langkah yang diperlukan untuk meningkatkan

strategi manajemen risiko


Untuk mendukung rencana aksi yang disusun oleh manajemen
Auditor harus menuntun manajemen ke arah yang benar dan merangsang manajemen

untuk menemukan tindakan atau solusi yang efektif atas setiap resiko atau kelemahan yang
ditemukan. Maka dari itu ketika membuat laporan, auditor dapat memilih nada rekomendasi
seperti berikut:
-

Kami merekomendasikan. . .
Kami sangat menyarankan. . .
Dianjurkan bagi manajemen untuk. . .
Adalah penting bagi manajemen. . .
Manajemen harus segera menangani. . .
Manajemen harus mempertimbangkan. . .

Konsep Sistem Pengendalian Manajemen


Pada saat penugasan, auditor manajemen harus benar-benar memahami peran
manajemen perusahaan yang akan diperiksa. Hal ini dapat membantu auditor, khususnya
pada saat berada di lingkungan yang belum dikenal dan dalam kegiatan operasi yang belum
dipahami. Pemahaman terhadap peran manajemen tersebut juga dapat membantu auditor
manajemen dalam mengidentifikasi masalah dan mengarahkan perbaikan.
Jika berbicara sistem pengendalian manajemen berarti berbicara tentang sistem
pengendalian internalnya. menurut COSO sistem pengendalian internal adalah suatu proses
yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini:
-

Efektivitas dan efisiensi operasi


Keandalan pelaporan keuangan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Komponen-komponen pengendalian internal menurut COSO antara lain:


17

a. Control environment (lingkungan pengendalian)


Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan jelas nilainilai integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi.
b. Risk assessment (penaksiran resiko)
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menciptakan
resiko bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya mengelola resiko tersebut.
c. Control activities (kegiatan pengendalian)
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang kebijakan
dan prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi perusahaan.
d. Information and communication (informasi dan komunikasi)
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada seluruh
karyawan perusahaan dari atas hingga bawah.
e. Monitoring (pemantauan)
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi
kekurangan yang signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen puncak dan
dewan komisaris.
Salah satu dari tujuan pengendalian manajemen adalah memastikan pencapaian tujuan
perusahaan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Ketiga istilah tersebut kadang-kadang
digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan di antara ketiga istilah
tersebut.
Efektivitas adalah produksi aktual sesuai dengan yang diharapkan atau kemampuan
suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan efisiensi adalah meminimalkan
jumlah sumber daya yang terbuang pada saat melakukan produksi atau menggambarkan
berapa banyak masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran
(output) tertentu. Adapun ekonomisasi adalah penggunaan sumber daya secara bijak
berdasarkan penggunaan terbaiknya. Dengan kata lain, efektivitas adalah ukuran keluaran
(output measure), efisiensi adalah ukuran dari hubungan antara masukan dan keluaran,
sedangkan ekonomisasi adalah ukuran masukan (input measure).
Manajemen harus menyadari bahwa situasi selalu berubah. Pengendalian yang
sebelumnya diperlukan dan efektif pada suatu waktu mungkin akan dianggap tidak perlu atau
tidak efektif lagi karena adanya perubahan dalam operasi perusahaan atau dalam lingkungan
eksternal. Oleh karena itu, sangat penting bagi manajemen untuk melakukan penelaahan
secara periodik sistem pengendalian manajemennya, memodifikasi sistem jika diperlukan
untuk memastikan bahwa pengendalian tersebut tetap efektif, dan mengeliminasi atau
mengubah pengendalian yang tidak lagi diperlukan atau menjadi sangat memberatkan.
18

Auditor manajemen dapat memberikan banyak bantuan dalam melakukan penilaian tersebut
dan memberikan saran untuk mengatasi kelemahan yang ada.
Profesionalisme Auditor Internal
Peran internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam
suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk membantu para anggota organisasi agar mereka dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Profesi internal auditor sangat
dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan
dan diperintahkan oleh manajemen tertinggi organisasi.
Untuk meningkatkan kualitas peran auditor internal dalam mengungkapkan temuan
audit, auditor internal memerlukan kemampuan profesional yaitu kemampuan individu dalam
melaksanakan tugas, yang berarti kualifikasi personalia yang sesuai dengan bidang tugas
internal audit dan berkaitan dengan kemampuan profesionalnya dalam bidang audit serta
penguasaan atas bidang operasional terkait dengan kegiatan perusahaan.
Auditor internal yang profesional juga harus memiliki independensi untuk memenuhi
kewajiban profesionalnya yaitu memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak
dibatasi, serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif
atau lembaga (Sawyer, 2006)
Sikap profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor internal adalah:
1. Kesesuaian dengan standar profesi
Para auditor internal harus mematuhi

standar

profesi

dalam

melakukan

pemeriksanaan. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi
pelaksanaannya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap
objektif, ketekunan dan loyalitas yang harus di penuhi oleh auditor internal.
2. Pengetahuan dan kecakapan
Para auditor internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin
ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. Sikap internal auditor harus
memiliki pengetahuan dan kecakapan sebagai berikut:
a. Keahlian internal auditor dalam menerapkan berbagai standar, prosedur, dan
teknik audit yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Keahlian berarti
kemampuan dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumnya
dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu mempelajari kembali
secara luas dan bantuan atau asestensi yang berarti dari pihak lain.

19

b. Keahlian dalam prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi yang diperlukan oleh


auditor yang pekerjaannya secara luas berhubungan dengan berbagai catatan dan
laporan keuangan
c. Memahami prinsip-prinsip manajemen yang diperlukan untuk mengenal dan
mengevaluasi dari penyimpangan atau deviasi dalam praktek usaha yang baik.
Pemahaman berarti kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang luas dalam
situasi yang umumnya dihadapi dan mampu melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk mendapatkan pemecahan atau solusi yang tepat.
d. Diperlukan pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti
akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode
kuantitatif, dan sistem informasi yang terkomputerisasi. Pemahaman disini berarti
kemampuan untuk mengetahui berbagai persoalan yang ada atau mungkin timbul
dan untuk memecahkan lebih lanjut yang akan di lakukan atau bantuan yang akan
diperoleh.
3. Hubungan antar manusia dan komunikasi
Para auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan
berkomunikasi secara efektif.
a. Para internal auditor haruslah memahami hubungan antar manusia dan
mengembangkan hubungan baik dengan pihak yang diperiksa.
b. Para internal auditor haruslah memiliki kecakapan dalam komunikasi lisan dan
tulisa sehingga mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal
seperti tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi.
4. Pendidikan berkelanjutan
Para auditor internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan
yang berkelanjutan.
5. Ketelitian professional
Auditor internal harus melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam
melaksanakan pemeriksaan.

20

REVIEW JURNAL
AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI SUMBER DAYA
MANUSIA
(STUDI KASUS PADA FAKULTAS X)
Brenda Tiffani
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset potensial yang dimiliki organisasi dan
berperan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia diibaratkan
sebagai motor penggerak sebuah organisasi. Sebagus apapun tujuan, visi, misi, dan strategi
organisasi tidak akan berguna apabila sumber daya manusianya tidak diperhatikan dan
dikelola dengan baik. Sebuah organisasi juga tidak akan berkembang apabila sumber daya
manusia di dalamnya tidak memiliki rasa memiliki dan keinginan untuk memajukan
organisasi dari dalam diri mereka. Disamping itu, SDM yang berkualitas tinggi akan menjadi
nilai tambah bagi organisasi dan membantu organisasi dalam pengambilan keputusan yang
optimal sehingga memberikan kontribusi bagi keunggulan bersaing organisasi.
Untuk memastikan bahwa fungsi SDM telah berjalan dan memberikan kontribusinya
dengan baik dalam pencapaian keberhasilan perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan
penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan program-program SDM yang telah dikembangkan
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penilaian atau evaluasi ini digunakan
untuk mengukur apakah karyawan sudah bekerja secara efektif dan apa saja yang kontribusi
karyawan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pleh perusahaan.
Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan audit atas sumber daya manusia yang dilaksanakan
secara komprehensif untuk menciptakan sebuah perbaikan atas kekurangan-kekurangan dan
mencari solusi atas hambatan-hambatan yang ditemukan dalam mencapai tujuan dari fungsi
SDM.
Penelitian pada Fakultas X (nama entitas disamarkan) dari sebuah Universitas Negeri
di Malang, Jawa Timur ini dilakukan untuk memastikan apakah pelaksanaan fungsi SDM
pada entitas yang bersangkutan telah berjalan secara efektif, mengidentifikasi hambatanhambatan yang ditemukan selama pencapaian tujuan fungsi SDM, serta memberikan
rekomendasi tindakan korektif yang perlu dilakukan perusahaan untuk mencapai efektivitas
fungsi sumber daya manusia demi mencapai keunggulan bersaing sebagaimana pada
perusahaan sektor swasta.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian yaitu: 1) Bagaimana efektivitas fungsi sumber daya manusia pada Fakultas X? 2)
Kelemahan apa saja yang dapat ditemukan dan rekomendasi atau alternatif apa yang dapat
diberikan untuk mencapai efektivitas fungsi SDM pada Fakultas X?
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas maka penelitian ini terbatas pada audit
fungsi sumber daya manusia yang meliputi : a) Perencanaan sumber daya manusia b)
Rekrutmen sumber daya manusia c) Seleksi sumber daya manusia d) Pelatihan dan
pengembangan tenaga kerja e) Perencanaan dan pengembangan karier f) Penilaian kinerja g)
21

Kompensasi h) Perlindungan tenaga kerja i) Pemutusan hubungan kerja (PHK) dan


pemensiunan. Penilaian efektivitas dilakukan dengan membandingkan output dari
pelaksanaan fungsi SDM dengan tujuan Fakultas atau program/kebijakan pada fungsi SDM.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi
kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah fungsi sumber daya manusia di
dalam entitas telah berjalan secara efektif sehingga mampu mencapai tujuan entitas. Objek
penelitian ini adalah fungsi sumber daya manusia di Fakultas X di salah satu Universitas
Negeri di Malang yang berlokasi di Jalan Veteran, Malang. Penelitian ini difokuskan pada
fungsi personalia (SDM) pada Fakultas X yang meliputi audit manajemen terhadap fungsifungsi SDM yang diselenggarakan oleh entitas, yang mencakup a) Perencanaan sumber daya
manusia; b) Rekruitmen sumber daya manusia; c) Seleksi sumber daya manusia; d) Pelatihan
dan pengembangan tenaga kerja; e) Perencanaan dan pengembangan karier; f) Penilaian
kinerja; g) Kompensasi; h) Perlindungan tenaga kerja; i) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan pemensiunan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu
data yang tidak berbentuk angka yang merupakan landasan pemikiran teoritis dan berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 9 fungsi sumber daya
manusia yang telah diaudit, 7 diantaranya yaitu perencanaan SDM, seleksi sumber daya
manusia, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, perencanaan dan pengembangan karier,
penilaian kinerja, perlindungan tenaga kerja, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
pemensiunan telah berjalan efektif, sedangkan fungsi sumber daya manusia yang tidak efektif
adalah fungsi perekrutan tenaga kerja dan kompensasi. Berdasarkan kelemahan yang
ditemukan dalam fungsi sumber daya manusia Fakultas X, maka penulis memberikan
beberapa rekomendasi dan alternatif perbaikan untuk dijadikan pertimbangan Fakultas
sebagai umpan balik dalam pengelolaan manajemen sumber daya manusia dimasa yang akan
datang, yaitu adalah agar mempertimbangkan penambahan jumlah mahasiswa sebelum
membuat kebijakan mengenai perekrutan, Fakultas juga dapat mempertimbangkan untuk
melakukan penilaian kepuasan karyawan sebagai umpan balik pembentukan rencana SDM
berikutnya, dilibatkannya pihak Fakultas dalam prosedur perekrutan dan seleksi tenaga kerja
untuk memberikan keyakinan bahwa output telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang
dibutuhkan Fakultas, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia agar dilaksanakan
dengan memperhatikan kebutuhan karyawan dan dilaksanakan secara berkesinambungan,
dokumentasi program perencanaan dan pengembangan karier untuk memudahkan evaluasi,
pemberian reward dan punishment sebagai umpan balik bagi karyawan dalam meningkatkan
kinerjanya, pemberian insentif jangan hanya didasarkan pada absen karena hanya akan
memotivasi kedisiplinan karyawan, insentif bisa diberikan dari hasil penilaian kinerja dan
produktivitas karyawan, prosedur PHK yang terkendala masalah birokrasi sebaiknya
diantisipasi dengan sikap tanggap baik dari pihak Fakultas maupun Universitas.
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya manusia yang dapat digunakan sebagai pertmbangan dalam memperbaiki permasalahan
yang ada, antara lain Fakultas X hendaknya dapat menjadikan hasil audit sebagai bahan
koreksi demi mencapai perbaikan dalam pengelolaan sumber daya manusia, rekomendasi
22

yang diberikan penulis hendaknya dipertimbangkan untuk dilakukan tidak lanjut perbaikan,
pihak Fakultas diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan dari kelemahan yang ada
untuk menciptakan pengelolaan manajemen sumber daya manusia yang lebih baik.

23

REFERENSI
Brenda Tiffani & Akie Rusaktiva Rustam, SE., MSA., Ak. (2012). Audit Manajemen Untuk
Menilai Efektivitas Fungsi Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada Fakultas X).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, Malang.
Dr.

Sylvia

Veronica

N.P.

Siregar.

Modul

Konsep

Dasar

Audit

Manajemen.

(www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/EKSI4413-M1.pdf)
K.H. Spencer Picket. (2005). The Essential Handbook of Internal Auditing. John Wiley &
Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chicester, West Sussex PO198SQ, England.
The Institute of Internal Auditor. (2008). International Professional Practices Framework
(Bahasa Indonesia, revisi 2012).

24

Anda mungkin juga menyukai