Anda di halaman 1dari 39

PERCOBAAN 20 : AKTIVITAS ENZIM INTRASELULAR

UJI IMViC dan TSI


I.

TUJUAN
a. Mempelajari prosedur untuk membedakan antar anggota family Enterobacteriaceae
b. Membedakan antar bakteri Enterobacteriaceae dengan group atau kelompok bakteri
susu atau bakteri intesina berbentuk batang lainnya.

A. UJI IMViC
II.

PRINSIP
Bakteri yang ditemukan pada jalur intestinal manusia dan mamalia diklasifikasikan
dalam Enterobacteriaceae yang berbentuk batang pendek, gram negative dan tidak
berspora. Balteri ini dapat di identifikasikam dengan uji IMViC yang terdiri dari uji
Indol, uji Metl Merah, Voges-Proskauver, dan penggunaan Sitrat.

III.

TEORI DASAR
Aktivitasmetabolisme tidak lepas dari adanya enzim begitu pula dengan
mikroorganisme, sebagai makhluk hidup juga mereka melakukan metabolism untuk
keberlangsungan hidupnya.Sifat metaboisme bakteri dalam uji biokimia biasanya
dilihat dari interaksi metabolit-metaboli yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia.
Selain itu dilihat dari sumber energi, interaksi dari metabolit yang dilakukan ileh
mikroorganisme (bakteri) dapat digunakan untuk pengidentifikasikan bakteri itu
sendiri, karena pada dasarnya setiap mikroorganisme memiliki metabolisme yang
berbeda dan khas.
Uji IMViC merupakan salah satu metode yang digunakan untuk identifikasi
mikroorganisme dalam suatu bahan dan menjadi salah satu teknik yang digunakan
dilaboratorium. Uji IMViC didasarkan pasa teknik identifikasi terhadap reaktan
teaktan uji IMViC sehingga akan menunjukan hasil positif (+) atau negative (-) pada
sampel.
Uji IMViC juga digunakan untuk melakukan serangkaian uji mikrobiologi untuk
mengindentifikasi mikroorganisme group coliform (bakteri gram negative, bakteri
aerob, atau anaerob fakultatif). Uji IMViC terdiri dari serangkaian uji, yakni:
a. Uji Indol
Uji Indol digunakan untuk mengetahui apakah dalam proses pertumbuhan bakteri
dapat membentuk indol dari asam amino essential triptofan. Triptofan digunakan
sebagai sumber karbon. Uji indol akan memperlihatkan kemampuan
mikroorganisme dalam mendegradasikan asam amino triptofan secara enzimatis.
Senyawa triptofan terkonveksi menjadi senyawa indol, asam piruvat dan ammonia
dengan adanya enzin triptofanase. Dalam uji ini, digunakan pereaksi kovacs
segar yang akan menghasilkan cincin merah pada permukaan media bila hasil
positif.

Uji bernilai positif merupakan indikasi bahwa akteri mampu memecah asam
amino tryptofan membentuk senyawa para amino benzaldehid yang tidak larut
dalam air dan membentuk warna merah padapermukaan medium setelah
enambahan reagen Kovach yang mengandung dimetilbenzaldehid.
Berikut reaksi dalam produksi indol

Gambar 1. Gambar reaksi produksi indol


b. Reaksi Metil Merah
Kemampuan mikroorganisme dalam memodifikasi asam amino dapat digukana
untuk mengindentifikasi suatu bakteri. Termasuk salah satunya dengan uji metil
merah, uji ini dapat digunakan untuk mengdentifikasi kelompok bakteri yang
menenpati saluran percernaan, seperti golongan coliform dan enterobacteriaceae.
Uji MR bertujuan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme untuk
mengoksidasi glukosa dan menstabilkan konsentrasi asam yang tinggi ebagai
produk akhir. Bila warna medium berubah menjadi merah artinya terbentuk asam
(pada lingkungan dengan pH 4,4) dan akan terbentuk warna kuning pada suasan
basa (lebih dari sama drngan 6,2)
Berikut ini reaksi biokimia yang terjadi pada penguraian glukosa
yang menghasilkan berbagai asam yang mampu mengubah pH sehingga
mampu mengubah warna indicator pada Uji Metil merah :

c. Reaksi Vogus-Proskauer
Uji Voges-Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
melakukan fermentase dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri
memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama,
akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Pada uji VP
ini dilakukan penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol pada saat
pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil karbinol),
suatu senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.Dengan adanya penambahan
KOH 40 %, keberadaan setoin ditunjukkan dengan perubahan warna medium
menjadi merah, dan perubahan ini makin jelas dengan penambahan alfa naftol
beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk
mengetahui adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin,
dan seperti yang kita ketahui bahwa asetoin adalah senyawa pemula dalam

sintesis 2,3 butanadiol, sehingga dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin
dalam media berarti menunjukkan adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil
fermentasi.
Mekanisme terjadinya reaksi pada Uji Voges-Proskueur dapat
digambarkan sebagai berikut :
40% KOH

Acetoin + -naftol

diasetil + keratin (kompleks pink)


Alkohol absolute

d. Penggunaan Sitrat enzimatis.


Uji sitrat merupakan salah satu pengujian dari kelompok tes IMViC. Pengujian ini
digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini digunakan medium
sitrat koser (SCA) yang merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai
satu- satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan indikator BTB (Brom
Timol Blue) yang merupakan indikator pH.Bila mikroba mampu menggunakan
sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan
peningkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru.
Citrat permease

Natrium sitrat

Asam piruvat + Asam oksaloasetat + CO2


Citratase

Kelebihan natrium dari Na.sitrat + CO2 + H2O


Na2CO3
(alkali), pH meningkat (indicator BTB menunjukkan warna biru).

A.1 Uji Reaksi INDOL


IV. ALAT DAN BAHAN
Alat

Bahan

V.
Bakteri

Jarum
Inokulasi
Pembakar
Bunsen

Biakan bakteri A, B, E.coli, Pseudomonas aeroginusa,


Bacillus subtilis
1 tabung medium kaldu Trypthopan 1 %
1 tabung medium kaldu Trupton 1% + glukosa 1%
Larutan kovac segar

HASIL PENGAMATAN
Gambar

Keterangan
Tanggal : 26 Maret 2015.
keterangan: sesaat setelah inokulasi
bakteri A ke masing-masing media,
terlihat belum ada tanda-tanda
perubahan pada media.

Gambar 20.A.1.1.1.a kondisi awal sesaat


setelah inokulasi bakteri ke media tryptophan 1
%

Tanggal : 26 Maret 2015


keterangan: sesaat setelah inokulasi
bakteri A ke masing-masing media,
terlihat belum ada tanda-tanda
perubahan pada media
Bakteri A

Gambar 20.A.1.1.1.b kondisi awal sesaat


setelah inokulasi bakteri ke media trypton
1% + glukosa 1%

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan: pada uji indol dengan
media tryptophan 1% dengan bakteri
A, setelah inkubasi selama sehari
dengan suhu 37 C terlihat media
kaldu Tryptophan dengan bakteri A
menjadi keruh

Gambar 20.A.1.1.2.a. (tryptophan) kondisi

setelah inkubasi namun belum ditambah


apapun

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan: pada uji indol dengan
media trypton 1% + glukosa 1%
dengan bakteri A, setelah inkubasi
selama sehari dengan suhu 37 C
terlihat media kaldu tersebut dengan
bakteri A menjadi keruh

Gambar 20.A.1.1.2.b (trypton +glukosa)


kondisi setelah inkubasi namun belum
ditambah apapun

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan: pada uji indol dengan
media tryptophan 1% dengan bakteri
A, setelah ditetesi larutan kovac
terlihat adanya cincin namun bukan
berwarna merah melainkan warna
cokelat tua

Gambar
20.A.1.1.3.a.
Kondisi
akhir
(tryptophan 1%) setelah ditetesi larutan
kovac

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan: pada uji indol dengan
media trypton 1% + glukosa 1%
dengan bakteri A, setelah ditetesi
larutan kovac terlihat adanya cincin
namun bukan berwarna merah
melainkan warna cokelat tua

Gambar 20.A.1.1.3.b. Kondisi akhir (trypton


1%+glukosa 1%) setelah ditetesi larutan
kovac

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Kaldu trypton dan glukosa terlihat
bening setelah diinokulasi dengan
bakteri B.

Gambar 20.A.1.2.1.a Kondisi Awal Bakteri B


dalam Kaldu Trypton dan Glukosa

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Terlihat ada cincin berwarna merah
pada permukaan kaldu.

Bakteri B

Gambar 20.A.1.2 .1.b.Kondisi Kaldu


Trypton dan Glukosa Setelah Diuji dengan
Larutan Kovac

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Kaldu trypton yang mengandung
bakteri B terlihat bening.
Gambar 20.A.1.2.2a Kondisi Awal
Bakteri B dalam Kaldu Trypton

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Terlihat ada lapisan cair berwarna
merah pada bagian permukaan kaldu
trypton.

Gambar 20.A.1.2.2b. Kondisi Kaldu


Trypton Setelah Diuji dengan Larutan
Kovac

Tanggal Pengamatan:
Gambar 26 Maret 2015

Bakteri
coli

E.

20A.1.3.1a.
Kondisi
tryptophan 1%

awal

kaldu
Keterangan :
Medium Kaldu Tryptophan 1% masih
terlihat bening
Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015
Keterangan : setelah inkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC
Terlihat adanya pertumbuhan bakteri
ditandai dengan gumpalan memanjang
berwarna

putih

pada

kaldu

Tryptophan 1%.
Gambar 20A.1.3.1b Kondisi
tryptophan 1% setelah diinkubasi

kaldu

Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015
Keterangan :
Terlihat adanya cincin merah di bagian
Gambar 20A.1.1.3.1c.
Kondisi
kaldu
tryptophan 1% setelah ditambahkan larutan
kovac

Gambar

permukaan

atas

medium

kaldu

tryptophan 1%
Tanggal Pengamatan:
26 Maret 2015
Keterangan :
Medium Kaldu Tryptophan 1% +
Glukosa 1% masih terlihat bening

20A.1.1.3.2a. Kondisi awal


tryptophan 1% + Glukosa 1%

kaldu

Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015
Keterangan :
setelah diinkubasi selama 24 jam pada
suhu

37oC.Terlihat

adanya

pertumbuhan bakteri ditandai dengan


Gambar 20A.1.1.3.2b. Kondisi
perubahan kaldu tryptophan 1% +
kaldu tryptophan 1% + Glukosa 1%
glukosa 1% menjadi lebih keruh

Gambar 20A.1.1.3.2c. Kondisi Tanggal Pengamatan:


kaldu tryptophan 1% + glukosa 1% 27 Maret 2015
setelah ditambahkan larutan kovac
Keterangan :
Terlihat adanya cincin merah di bagian
permukaan

atas

medium

kaldu

tryptophan 1% + glukosa 1%.


Gambar

Kondisi awal:
Media berupa kaldu dan berwarna
bening.

20A.1.1.4.1a. kondisi awal Kaldu tripton


1%+ glukosa

Tanggal pengamatan : 27 Maret 2015


Keterangan :

Bakteri
Bacillus
subtilis

Setelah dilakukan pengujian dengan


menggunakan larutan Kovac di ruang
asam dan dibiarkan di bagian ruangan
yang terkena sinar matahari selama
kurang lebih 20 menit, ternyata tabung
yang berisi kaldu trypton dan bakteri
Bacillus subtilis dengan waktu
Gambar 20A.1.1.4.1b .kondisi akhir
inkubasi 24 jam tidak menghasilkan
Kaldu Trypton 1% + glukosa
cincin merah
Kondisi awal:
Media berupa kaldu dan berwarna
bening.

Gambar 20A.1.1.4.2a.
Kaldu tripton 1%

kondisi

awal
Tanggal pengamatan : 27 Maret 2015
Keterangan :

Gambar 20A.1.1.4.2b kondisi akhir


Kaldu Trypton 1%

Setelah dilakukan pengujian dengan


menggunakan larutan Kovac di ruang
asam dan dibiarkan di bagian ruangan
yang terkena sinar matahari selama
kurang lebih 20 menit, ternyata tabung
yang berisi kaldu trypton dan bakteri
Bacillus

subtilis

dengan

waktu

inkubasi 24 jam tidak menghasilkan


cincin merah

Tanggal : (26/03/2015)
Kaldu trypton 1% yang baru diinokulasi
Pseudomonas masih berwarna kuning
muda (agak bening)

Pseudomona
s

Gambar 20A.1.5.1a.Percobaan 20 A-1


inokulasi Pseudomonas di kaldu trypton 1%)
Tanggal: (27/03/2015)
Kaldu trypton 1% yang sudah diinkubasi
selama sehari berwarna kuning muda
keruh

Gambar 20A.1.5.1b. Percobaan 20 A-1


Pseudomonas di kaldu trypton 1% setelah
diinkubasi 37 selama 1 hari
Tanggal: 27 Maret 2015
Kaldu trypton 1% berwarna kuning pekat
dengan warna merah di atas berbentuk
seperti cincin

Gambar 20A.1.5.1c.Percobaan 20 A-1


Pseudomonas setelah ditetesi larutan Kovac

segar
Tanggal : 26 Maret 2015
Kaldu trypton 1% + glukosa 1% yang
baru diinokulasi Pseudomonas masih
berwarna bening agak kekuningan

Gambar 20A.1.5.2a. Percobaan 20 A-1


inokulasi Pseudomonas di kaldu trypton 1%
+ glukosa 1%
Tanggal: 27 MARET 2015
Kaldu trypton 1% + glukosa 1% yang
sudah diinkubasi selama sehari berwarna
putih keruh

Gambar 20A.1.5.2b. Pseudomonas di


kaldu trypton 1% + glukosa 1% setelah
diinkubasi 37 selama 1 hari
Tanggal: 27 Maret 2015
Kaldu trypton 1% + glukosa 1% berwarna
kuning pekat dengan warna merah di atas
berbentuk seperti cincin

Gambar 20A.1.5.2c Pseudomonas setelah


ditetesi larutan Kovac segar
VI.

ANALISA

Berdasarkan hasil percobaan dengan 5 jenis bakteri diatas, terlihat uji indol
memberikan berbagai hasil uji yang berbeda di setiap jenis bakteri. Uji indol
merupakan salah satu uji untuk menentukan jenis bakteri intestinal , karena
ciri khas bakteri intestinal adalah mampu memproduksi indol. Uji indol
dideteksi dengan menggunakan reagen kovac. Senyawa indol akan terikat
pada senyawa reagen membentuk komplek dengan p-dimetilbenzaldehida
mengasilkan warna merah muda.

Pada percobaan uji indol dengan bakteri A, suatu bakteri yang tidak diketahui
jenisnya, terlihat uji indol dengan media kaldu tryptophan 1% dan uji indol
dengan media kaldu trypron 1% + glukosa 1%, setelah ditambahkan reagen
kovac, bakteri A dalam masing-masing media tidak menghasilkan cincin
merah, melainkan cincin berwarna cokelat. Hal ini mengindikasikan bahwa
bakteri A tidak mampu memproduksi indol. Sehingga uji indol pada bakteri A
memberikan hasil negatif (-). Selain bakteri A, uji indol juga memperlihatkan
hasil negatif atau tidak menghasilkan cincin merah pada bakteri Bacillus
subtilis. Sementara itu uji indol memberikan hasil cincin merah pada bakteri
Pseudomonas, E.coli, bakteri B. sehingga hasil uji indol untuk ketiga bakteri
tersebut adalah positif (+)
Berdasarkan literature yang diperoleh, uji indol akan memberikan hasil positif
pada bakteri E.coli, sehingga percobaan yang dilakukan sesuai dengan
literature yang ada. Sementara untuk bakteri Baciluus subtilis percobaan yang
dilakukan telah memberi hasil yang sesuai dengan literature, yakni tidak
mampu mnghasilkan indol
VII.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

A
B
E.coli

Hasil uji indol


(terbentuk
cincin merah )
+
+

Pseudomonas aeruginosa

Bacillus subtilis

Bakteri

VIII.

Keterangan
Bakteri A tidak dapat memproduksi indol
Bakteri B mampu memproduksi indol
Bakteri E.coli mampu memproduksi indol
BakteriPseudomonas mampu memproduksi
indol
Bakteri Bacillus subtilis tidak mampu
memproduksi indol

DAFTAR PUSTAKA
Cowan and Steels. manual for thr Identification of Medical Bacteria. 2003.
Cambridge: Cambridge University Press
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The
MC-Graw Hill Companies. New York ; 126, 139.
Anisa Widyastuti . Karakterisasi Mikroba Dengan Reaksi Reaksi Biokimia1 |.
Dalam
https://www.academia.edu/8433093/KARAKTERISASI_MIKRO
BA_DENGAN_REAKSI_REAKSI_BIOKIMIA1. Diakses pada
tanggal 29 Maret 2015 pukul 13.00

A.2 Uji Metil Merah


IV. ALAT DAN BAHAN
Alat
-

V.
No

Jarum inokulasi
Pembakar Bunsen

Bahan
- Biakan bakteri A, B, E.coli, Pseudomonas
aeroginusa, Bacillus subtilis
- Medium kaldu MR-VP
- Reagen metil merah

HASIL PENGAMATAN
Gambar

Keterangan

Bakteri A

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan : sesaat setelah inokulasi
bakteri A ke media, terlihat belum ada
tanda-tanda perubahan pada media, masih
berwarna kuning bening kecokelatan.

Gambar 20.A.2.1.1. kondisi awal sesaat


setelah inokulasi bakteri ke media

Tanggal: 27 Maret 2015


Keterangan : sesaat setelah inkubasi
selama sehari di ruangan bersuhu 37 C.
terlihat perubahan warna pada media
metil merah yang telah diinokulasi bakteri
A. terlihat media menjadi lebih pekat dan
keruh, tidak se kuning kondisi awal.

Gambar 20.A.2.1.2.
setelah inkubasi

kondisi

sesaat

Tanggal: 27 Maret 2015


Keterangan : sesaat setelah inkubasi
selama sehari di ruangan bersuhu 37 C.
dan ditetesi metil merahsebanyak 5 tetes,
terlihat adanya cincin berwarna merah
bagian atas media.

Gambar 20.A.2.1.3. kondisi setelah


inkubasi dan ditambahkan dengan 5
tetes metil merah

Bakteri B

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Kaldu MR-VP terlihat berwarna kuning
kecoklatan.

Gambar 20.A.2.2.1 Kondisi Awal


Bakteri B dalam Kaldu MR-VP

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Kaldu MR-VP terlihat berwarna kuning
pekat.

Gambar 20.A.2.2.2. Kondisi Kaldu


MR-VP Setelah Diuji dengan Metil
Merah

Bakteri
coli

E.

Tanggal Pengamatan:
26 Maret 2015
Keterangan :
Medium MR-VP masih berwarna oren
bening.

Gambar 20A.2.3.1. Kondisi awal


medium MR-VP
Gambar 20A.2.3.2 Kondisi medium Tanggal Pengamatan:
MR-VP diinkubasi selama 24 jam 27 Maret 2015
pada suhu 37oC

Keterangan :

Terlihat adanya gelembung udara di


bagian atas permukaan medium
Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015
Keterangan :
Gambar 20A.2.3.3 Kondisi medium Masih terlihat adanya gelembung udara.
MR-VP setelah ditambahkan reagen
Saat awal baru ditetesi terdapat cincin
metil merah

merah, setelah ditunggu 5 menit cincin


merah hilang menyisakan gelembung
udara.

Bakteri
Bacillus
subtilis

Tanggal: 26 Maret 2015


Media berupa kaldu dan berwarna kuning
bening.

Gambar 20A.2.4.1. kondisi awal bakteri


pada medium MR-VP

Tanggal pengamatan : 27 Maret 2015


Keterangan :
Setelah

dilakukan

menggunakan

pengujian

reagen

metil

dengan
merah,

ternyata tabung yang berisikan kaldu MRVP dan bakteri Bacillus subtilis dengan
waktu
Gambar 20A.2.4.2.Kondisi akhir

inkubasi

24

jam

tidak

menghasilkan perubahan warna menjadi


merah di bagian atas tabung.

bakteri dalam media Kaldu MR-VP


Tanggal : 26 Maret 2015
MR-VP Metil Merah yang baru diinokulasi
Pseudomonas masih berwarna kuning agak
oranye

Bakteri
Pseudomona
s

Gambar 20A.2.5.1 inokulasi


Pseudomonas di MR-VP Metil Merah
MR-VP Metil Merah yang sudah diinkubasi
selama sehari berwarna kuning agak muda

Gambar 20A.2.5.2.Percobaan 20 A-2


Pseudomonas di MR-VP Metil Merah
setelah diinkubasi 37 selama 1 hari
(Kelompok 12) (27/03/2015)
MR-VP Metil Merah berwarna kuning muda
dengan warna merah di atas berbentuk seperti
cincin

Gambar 20A.2.5.3. Percobaan 20 A-2

Pseudomonas setelah ditetesi metil


merah (Kelompok 12) (27/03/2015)

VI.

ANALISA
Berdasarkan hasil percobaan, uji metil merah memberikan hasil yang berbeda
bagi setiap jenis bakteri. Walau semua bakteri usus mempunyai kemampuan
melakukan fermentasi glukosa dengan menghasilkan asan organic, uji ini penting
untuk membedakan Escherchia coli dan Enterobacter aerogenes . Berikut ini
reaksi biokimia yang terjadi pada penguraian glukosa yang menghailkan berbagai
asam yang mampu mengubah pH sehingga mampu mengubah warna indikastor
pada metil merah. Indikator metil merah akan menghasilkan cincin merah pada
bakteri yang hidup dilingkungan asam (pH sekitar 4), dan akan menghasilkan
warna kuning di lingkungan basa (pH sekitar 6).

Pada percobaan yang telah dilakukan, bakteri A dan bakteri Pseudomonas


menghasilkan cincin warna merah ketika ditambahkan dengan reagen metil
merah. Sementara itu untuk bakteri B, E.coli, dan Bacillus subtilis tidak
menghasilkan cincin merah pada penambahan reagen metil merah. Sehingga uji
metil merah positif (+) untuk bakteri A dan Pseudomonas serta negatif (-) untuk
bakteri B, E.coli, dan Bacillus subtilis.
Sementara itu, berdasarkan literatur diperolah hasil bahwa uji metil merah hanya
menghasilkan nilai positif pada bakteri E.coli, Pseudomonas aeroginusa, namun
dalam percobaan, bakteri E.coli tidak menghasilkan cincin merah, kemungkinan
terjadi kesalahan dalam cara kerja percobaan atau kemungkinan terkontaminasi
lingkungan.
VII.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

Bakteri

A?
B?
E.coli

Hasil uji MR Keterangan


(cincin
merah)
+
bakteri A memiliki kemampuan mempertahankan
kondisi asam hingga akhir masa inkubasi
Bakteri B tidak mampu mempertahankan kondisi
asam sehingga produk akhirnya asetilmetilcarbinol
Bakteri E.coli tidak mampu mempertahankan kondisi
asam sehingga produk akhirnya asetilmetilcarbinol

Pseudomona
s aeruginosa

Bacillus
subtilis

VIII.

bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki


kemampuan mempertahankan kondisi asam hingga
akhir masa inkubasi
Bakteri Bacillus subtilis tidak mampu
mempertahankan kondisi asam sehingga produk
akhirnya asetilmetilcarbinol

DAFTAR PUSTAKA
Cowan and Steels .2003.manual for thr Identification of Medical
BacteriaCambridge: Cambridge University Press
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The MC-Graw
Hill Companies. New York ; 126, 139

A.3 Reaksi Vogus-Proskauer


IV.

ALAT DAN BAHAN


Alat
-

V.
No
Bakteri A

Pembakar Bunsen
Jarum inokulasi

Bahan
- Biakan bakteri bakteri A, B, E.coli,
Pseudomonas aeroginusa, Bacillus subtilis
- Medium MR-VP
- Reagen Barrit (alfanaftol, larutan KOH 40%
mengandung 0,3% kreatin

HASIL PENGAMATAN
Gambar

Keterangan
Tanggal : 26 Maret 2015
Keterangan : sesaat setelah inokulasi
bakteri A ke media, terlihat belum ada
tanda-tanda perubahan pada media,
masih
terlihat
berwarna
kuning
kecokelatan terang.

Gambar 20.A.3.1.1 kondisi sesaat


setelah inokulasi bakteri A ke
media MR-VP
Tanggal : 27 Maret 2015
Keterangan : setelah di inkubasi selama
sehari dalam suhu 37 C, terlihat warna
media menjadi lebih keruh dan ada

sedikit gelembung dibagian atas media.

Gambar 20.A.3.1.2.kondisi
setelah inkubasi

sesaat

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan : setelah di inkubasi selama
sehari dalam suhu 37 C dan
ditambahkan dengan alfanaftol, KOH 40
% dan keratin 0,3 % terlihat adanya
cincin di bagian atas media berwarna
cokelat tua, dan dibawah cincin cokelat
tersebut terlihat juga cincin berwarna
orange tua, membentuk gradasi warna
Gambar 20.A.3.1.3. kondisi akhir
setelah penambahan alfanaftol, KOH
40 % dan keratin 0,3 %

Bakteri B

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Kaldu
MR-VP
terlihat
kecoklatan.

Gambar 20A.3.2.1. Kondisi Awal


Bakteri B dalam Kaldu MR-VP

kuning

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Terlihat suspensi dalam kaldu MR-VP
dan terlihat ada lapisan berwarna hitam
pada permukaan kaldu MR-VP.

Gambar 20A.3.2.2 Kondisi Kaldu


MR-VP Setelah Diuji dengan Reagen
Barritt

Bakteri
E.coli

Tanggal Pengamatan:
26 Maret 2015
Keterangan :
Medium MR-VP masih berwarna oren
bening.

Gambar 20A.3.3.1 Kondisi awal


medium kaldu MR-VP
Gambar
20A.3.3.2
Kondisi Tanggal Pengamatan:
medium kaldu MR-VP 27 Maret 2015
diinkubasi selama 24 jam
Keterangan :
pada suhu 37oC
Terlihat adanya gelembung udara di
bagian atas permukaan medium.
Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015
Keterangan :
Gambar 20A.3.3.3 Kondisi Masih terlihat adanya gelembung udara.
medium
kaldu
MR-VP Gelembung udara tidak mengakibatkan
setelah ditambahkan reagen
terbentuknya cincin merah. Namun
metil merah

gelembung

udara

berubah

menjadi

berwarna kecoklatan.
MR-VP Vogus-Proskauer yang baru
diinokulasi Pseudomonas masih berwarna
kuning agak bening

Bakteri
Pseudomona
s

Gambar 20A.3.4.1.Percobaan 20 A-3


inokulasi Pseudomonas di MR-VP
Vogus Proskauer (Kelompok 11)
(26/03/2015)
Tanggal pengamatan: 27 Maret 2015
Keteranagan: setelah diinkubasi 37
selama 1 hari, MR-VP Vogus-Proskauer
yang sudah diinkubasi selama sehari
berwarna kuning keruh

Gambar 20 A.3.4.2. Pseudomonas di


MR-VP Vogus-Proskauer
MR-VP Vogus-Proskauer berwarna kuning
muda

Gambar 20A.3.4.3.Percobaan 20 A-3


Pseudomonas setelah ditetesi larutan
alfa naftol, KOH 40%, dan kreatin
0,3% (Kelompok 12) (27/03/2015)

Bakteri
Bacillus
subtilis

Tanggal pengamatan : 27 Maret 2015


Setelah dilakukan pengujian dengan
menggunakan reagen

Barritt, ternyata

tabung yang berisikan kaldu MR-VP dan


bakteri Bacillus subtilis dengan waktu
inkubasi 24 jam tidak menghasilkan
perubahan warna menjadi merah di

Gambar 20A.3.5.1. kondisi akhir


bakteri dalam medium MR-VP
VI.

bagian atas tabung.

ANALISA
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, uji Vogus-Proskauer
memberikan hasil yang berbeda untuk setiap jenis bakteri. Uji ini mendeteksi
kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan produk senyawa bukan asam
seperti asetimetilkarbinol sebagai hasil akhir dari fermentasi glukosa. Reaksi ini
merupakan karakteristik bakteri E. aerogenes . hasil yang didapat dari reaksi metil
merah harus sejalan dengan reaksi Vogus Proskauer. Dengan reaksi sebagai
berikut:
40% KOH

Acetoin + -naftol

diasetil + keratin (kompleks pink)


Alkohol absolute

Dengan menggunakan reagen Barrit, yang terdiri dari alfanaftol, KOH 40 % dan
keratin 0,3 %, deteksi asetikmetilkarbinol diperlukan karena produk akhir ini
dapat teroksidasi menjadi senyawa diasetil. Diasetil akan terbentuk dengan katalis
alfanaftol dan grup yang ada pada pepton dari medium MR-VP. Hasilnya adalah
kompleks warna merah muda pada medium.
Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan tidak ada bakteri
dalam media yang menghasilkan cincin merah. Uji VP pada bakteri A
menghasilkan cincin warna cokelat tua dengan gradasi warna kuning pekat di
bawahnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena penambahan reagen yang
sembarangan, penetesan reagen tidak urut. Namun demikian, reaksi VP pada
bakteri A sejalan dengan reaksi metil merah, sama-sama tidak menghasilkan
cincin merah. Sementara bakteri B menghasikan suspense berwarna hitam,

bakteri Pseudomonas, E.coli dan Bacillus tidak menghasilkan cincin sama sekali,
hanya terjadi perubahan warna, sementara berdasarkan literature diperoleh hasil
bakteri Bacillus dan Pseudomonas dapat membentuk cincin merah (Cowan and
Steels: 1993). Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena adanya kesalahan dalam
percobaan atau kemungkinan ketika inkubasi media tersebut telah terkontaminas
dengan lingkungan disekitarnya. Untuk E.coli yang tidak menghasilkan cincin
merah sesuai dengan literature (Cowan and Steels: 1993) yang menyatakan
bahwa bakteri intestinal ini memang tidak bisa membentuk cincin merah.
Sehingga dari semua bakteri menghasilkan hasil negative (-) terhadap uji VP.
VII.

KESIMPULAN
Bakteri

A?
B?
E.coli
Pseudomona
s aeruginosa
Bacillus
subtilis
VIII.

Hasil uji VP Keterangan


(cincin
merah)
bakteri A tidak menghasilkan senyawa
asetilmetilkarbinol ( senyawa bukan asam)
Bakteri B tidak menghasilkan senyawa
asetilmetilkarbinol ( senyawa bukan asam)
Bakteri E.coli tidak menghasilkan senyawa
asetilmetilkarbinol ( senyawa bukan asam)
bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak menghasilkan
senyawa asetilmetilkarbinol ( senyawa bukan asam)
Bakteri Bacillus subtilis tidak menghasilkan senyawa
asetilmetilkarbinol ( senyawa bukan asam)

DAFTAR PUSTAKA
Cowan and Steels. 2003. Manual for thr Identification of Medical Bacteria.
Cambridge: Cambridge University Press
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The
MC-Graw Hill Companies. New York ; 126, 139.

A.4. Penggunaan Sitrat


IV. ALAT DAN BAHAN
Alat
-

Jarum inokulasi
Pembakar Bunsen

Bahan
- Biakan bakteri A, B, E.coli, Pseudomonas
aeroginusa, Bacillus subtilis
- Agar miring Simmons Sitrat dalam tabung

V. HASIL PENGAMATAN
No
Bakteri A
1

Gambar

Keterangan
Tanggal : 26 Maret 2015
Keterangan : sesaat setelah inokulasi
bateri A kea gat miring simmons sitrat,
belum terlihat adanya perubahan, medium
masih berwarna hijau

Gambar 20.A.4.1.1 kondisi awal


sesaat setelah inokulasi bakteri A ke
media simmons sitat
Tanggal : 27 Maret 2015
Keterangan : setelah inkubasi selama
sehari dalam suhu 37 C, terlihat adanya
perubahan warna media yang tadinya
berwarna hijau menjadi biru tua dengan
warna hijau di bagian bawah media.

Gambar 20.A.4.1.2 kondisi akhir


bakteri A dalam media setelah inkubasi

Bakteri B

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Agar miring simmon sitrat berwarna
hijau.

Gambar 20.4.2.1 Kondisi Awal Bakteri


B pada Agar Simmon Sitrat

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Agar Simmon Sitrat berwarna biru pada
bidang yang terbuka.

Gambar 20.4.2.2 Kondisi Akhir Bakteri


B pada Agar Simmon Sitrat

Bakteri
E.coli

Tanggal Pengamatan:
26 Maret 2015
Keterangan :
Medium Simmons berwarna hijau bening.

Gambar 20A.4.3.1 Kondisi awal


medium Simmons
Tanggal Pengamatan:
27 Maret 2015

Keterangan :
Medium simmons secara keseluruhan
berubah menjadi warna biru. Semakin
mendekati dasar tabung, warna biru
Gambar 20A.4.32 Kondisi medium
Simmons setelah diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC
Bakteri
Bacillus
subtilis

menjadi semakin tua.

Kondisi awal:
Media berupa agar miring dan berwarna
hijau tua.

Gambar A4.4.1. kondisi awal bakteri


bacillus dalam agar simmons sitrat
Tanggal pengamatan : 27 Maret 2015
Keterangan :
Agar

Simmons

Sitrat

mengalami

perubahan warna, menjadi biru tua dan


terdapat koloni bakteri pada permukaan
agar miring sesuai dengan pola streak
yang diberikan oleh praktikan. Saat
Gambar 20A.4.4.2. kondisi akhir
setelah inkubasi

tampak samping terlhat dengan jelas


bekas dari metode stab.

Simmons Sitrat yang baru diinokulasi


Pseudomonas masih berwarna hijau

Bakteri
Pseudomona
s

Gambar 20A.4.5.1 Percobaan 20 A-4


inokulasi Pseudomonas di agar miring
Simmons Sitrat (Kelompok 12)
(26/03/2015)
Simmons Sitrat tetap berwarna hijau

Gambar 20A.4.5.2.Percobaan 20 A-4


Pseudomonas di agar miring Simmons
Sitrat setelah diinkubasi 37 selama 1
hari (Kelompok 12) (27/03/2015)

VI. ANALISA
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, uji penggunaan sitrat pada
bakteri memberi hasil yang berbeda untuk tiap bakteri. Penggunaan sitrat
dilakukan mikroorganisme sebagai sumber karbon untuk menghasilkan energi.
Sitrat bereaksi dengan bantuan enzim sitrase dan menghasilkan asam oksaloasetat.
Produk ini secara enzimatik dikonversi menjadi asam piruvat dan karbondioksida,

selama reaksi ini, medium akan beubah menjadi basa karena karbondioksida yang
dihasilkan dengan sodium dan air membentuk sodium karbonat yang basa.
Kehadiran sodium inilah yang membuat indicator bromtimol biru yang
merupakan komponen medium mengubah medium dari warna hijau menjadi biru
keunguan. Dalam percobaan ini, kultur yang positif sitrat dapat diidentifikasi
dengan adanya pertumbuhan pada permukaan agar miring dengan warna medium
biru keunguan. Sedangkan kultur yang negative tidak akan memperlihatkan
pertumbuhan dan medium tetap berwarna hijau.
Citrat permease

Natrium sitrat

Asam piruvat + Asam oksaloasetat + CO2


Citratase

Hasil percobaan memperlihatkan bakteri A,B, Bacillus, dan E.coli dalam


medium berhasil mengubah warna medium setelah medium yang berwarna hijau
diinkubasi selama sehari. Warna medium berubah menjadi biru tua dan positif (+)
jika dalam media warna biru yang dihasilkan tidak merata hingga kebawah
kemungkinan saat inokulasi bakteri, streak yang dilakukan tidak sampai bawah.
Sehingga bakteri yang tumbuh juga tidak sampai bawah dan menyebabkan warna
dasar medium tetap hijau, walau sudah terpengaruh dengan warna biru yang
dihasilkan bakteri. Sementara untuk bakteri Pseudomonas tidak menghasilkan
perubahan warna sehingga uji penggunaan Psoudomonas negative (-).
Literatur yang ada (Cowan and Steels: 1993), memperlihatkan adanya
perbedaan antara hasil percobaan dengan literatur, seperti dalam literatur bakteri
E.coli merupakan bakteri yang memberi hasil (-) terhadap uji simmons sitrat.
Namun dalam percobaan bakteri E.coli membentuk indikator biru yang
menandakan bakteri positif terhadap uji simmons sitrat. Demikian pula pada
bakteri Pseudomonas , literatur yang ada menjelaskan bahwa bakteri
Pseudomonas (+) terhadap uji simmons sitrat, namun dalam percobaan
didapatkan media Pseudomonas tidak menghasilkan indikator biru, sehingga
hasil uji bakteri ini negative (-). Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena adanya
kesalahan dalam percobaan atau kontaminasi dalri luar. Sementara bakteri
Bacillus subtilis memberikan hasil yang sama dengan literature yakni positif
terhadap uji penggunaan sitrat.

VII KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa:
Bakteri

A?
B?
E.coli
Pseudomona
s aeruginosa
Bacillus
subtilis

Hasil uji sitrat Keterangan


(biru
keunguan)
+
bakteri A mampu menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon
+
Bakteri B mampu menggunakan sitrat sebagai
sumber karbon
+
Bakteri E.coli mampu menggunakan sitrat sebagai
sumber karbon
bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
+
Bakteri Bacillus subtilis mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon

VIII.DAFTAR PUSTAKA
Cowan and Steels. 2003. Manual for thr Identification of Medical Bacteria.
Cambridge: Cambridge University Press
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The MC-Graw Hill
Companies. New York ; 126, 139.
Anisa Widyastuti . Karakterisasi Mikroba Dengan Reaksi Reaksi Biokimia1 |. Dalam
https://www.academia.edu/8433093/KARAKTERISASI_MIKRO
BA_DENGAN_REAKSI_REAKSI_BIOKIMIA1. Diakses pada
tanggal 29 Maret 2015 pukul 13.00

B. UJI AGAR TRIPLE SUGAR IRON

II. PRINSIP DASAR


Uji ini untuk membedakan bakteri family Enterobacteriaceae dengan bakteri
intestinal gram negative berbetuk batang lainnya. Perbedaan ini didasarkan pada
fermentasi karbohidrat hydrogen sulfide oleh berbagai organisme intestinal.
III. TEORI DASAR
Uji ini didesain untuk membedakan kelompok atau genus yang merupakan family
Enterobacteriaceae, yang merupakan bakeri gram negatif berbentuk batang yang
mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan asam, selain itu juga untuk
membedakan bakteri family Enterobacteriaceae dengan bakteri intestinal gram
negative berbentuk batang lainnya. Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi
karbohidrat dan produksi hydrogen sulfide oleh berbagai macam kelompok organisme
intestinal. Bakteri dapat memetabolisme karbohidrat aerobik (dengan oksigen) atau
fementatively (tanpa oksigen). TSI membedakan bakteri berdasarkan fermentasi
mereka laktosa, glukosa dan sukrosa dan produksi hidrogen sulfida. TSI paling
sering digunakan dalam identifikasi Enterobacteriaceae, meskipun berguna untuk
bakteri gram negatif lainnya.
Untuk memfasilitasi pengamatan pola penggunaan karbohidrat, agar TSI berisi
laktosa dan sukrosa dengan konsentrasi 1 % dan glukosa 0.1% yang akan diamati
penggunaannya. Indikator fenol merah juga dimasukkan dalam medium untuk
mendeteksi fermentasi karbohidrat yang diindikasikan dengan perubahan warna
medium dari warna orange merah menjadi kuning bila ada asam terbentuk.
Prosedur yang digunakan adalah inokulasi dengan cara stab sampai dasar tabung
maupun streak dipermukaan agar miring, sehingga jarum inokulasi harus benar-benar
steril. Aktivitas fermentasi organisme dapat ditentukan dengan cara berikut:
1. Pada permukaan agar miring basa (merah) dan pada dasar tabung, agar dalam
kondisi asam (kuning) dengan atau tanpa produksi gas (memecah agar pada
dasar tabung): hanya terjadi fermentasi glukosa
2. Permukaan agar miring dalam kondisi asam (kuning) dan agar pada dasar
tabung juga asan (kuning) dengan atau tanpa produksi gas. Fermentasi laktosa
dan atau sukrosa terjadi.
3. Permukaan agar miring (merah) dan agar dasar tabung basa (merah) atau tidak
ada perubahan warna pada agar di bagian dasar tabung. Tidak terjadi
fermentasi karbohidrat sama sekali.
Medium agar TSI juga mengandung sodium tiosulfat, substrat untuk produksi H 2S
dan ferrous sulfat untuk mendeteksi produkakhir yang tidak berwarna. Setelah
inkubasi hanya organisme yang mampu menghasilkan H2S yang memperlihatkan
warna kehitaman pada ujung tabung karena adanya presipitasi ferrous sulfide
yang tidak terlarut. Berikut ini hasil reaksi agar TSI untuk membedakan kelompok
bakteri usus.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat
-

Jarum inokulasi
Pembakar Bunsen

Bahan
- Biakan
bakteri
A,
B,
E.coli,
Pseudomonas
aeroginusa,
Bacillus
subtilis
- Agar miring TSI dalam tabung
- Agar tegak TSI dalam tabung

V. HASIL PENGAMATAN
No
Bakteri A

Gambar

Gambar 20.B.1.1 kondisi awal sesaat setelah


inokulasi bakteri A ke dalam media TSI
(stab)

Keterangan
Tanggal: 26 Maret 2015
Keterangan:
Sesaat setelah inokulasi bakteri A
ke media, terlihat belum ada
tanda-tanda
perubahan
pada
media

Gambar 20.B.1.2 kondisi awal sesaat setelah


inokulasi bakteri A ke dalam media TSI
(streak)
Tanggal : 27 Maret 2015
Keterangan : setelah di inkubasi
selama 1 hari dalam ruangan
bersuhu 37 C, terlihat adanya
perubahan warna, ada warna
merah di bagian atas media, selain
itu terlihat adanya bakteri yang
tumbuh mengikuti pola stab

Gambar 20.B.1.3 kondisi akhir media TSI


setelah inkubasi (stab)
Tanggal : 27 Maret 2015
Keterangan : setelah di inkubasi
selama 1 hari dalam ruangan
bersuhu 37 C, terlihat adanya
perubahan warna, ada warna
merah di bagian atas dan bawah
media, sedangkan dibagian tengah
masih tetap sama yakni kuning ke
orangean , selain itu terlihat
adanya bakteri yang tumbuh
Gambar 20.B.1.4 kondisi akhir media TSI mengikuti pola streak
setelah inkubasi (streak)
Bakteri B

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Agar Tegak TSI terlihat berwarna
merah.

Gambar 20.B.2.1 Kondisi Awal Bakteri B pada


Agar Tegak TSI

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Agar Tegak TSI terangkat dan
bewarna coklat kekuningan.

Gambar 20.B.2.2 Kondisi Akhir Bakteri B pada


Agar Tegak TSI

Tanggal : 26 Maret 2015


Keterangan :
Agar miring TSI berwarna merah.

Gambar 20.B.2.3 Kondisi Awal Bakteri B pada


Agar Miring TSI

Tanggal : 27 Maret 2015


Keterangan :
Agar miring TSI berwarna coklat
kekuningan dan terlihat adanya
gelembung pada bagian dasar
agar miring dan pada daerah agar
miring yang tertutup.

Gambar 20.B.2.4. Kondisi Akhir Bakteri B pada


Agar Miring TSI

Bakteri
Bacillus
subtilis

Kondisi awal:
Media berupa agar miring dan
berwarna hijau tua.

Gambar 20.B.3.1. kondisi awal bakteri


dalam medium TSI (stab)
Tanggal : 27 Maret 2015
Terlihat media tidak berubah
warna, tetap merah baik itu media
agar miring ataupun agar tegak.

Gambar 20.B.3.2. kondisi akhir bakteri


setelah inkubasi (stab)

Gambar 20.B.3.3. kondisi akhir setelah


inkubasi selama sehari

Bakteri
E.coli

Tanggal : 26 Maret 2015


Metode : Stab
Keterangan :
Agar tegak TSI terlihat berwarna
orange gelap.
Sumber : Kelompok 11

Gambar 20B.4.1 Kondisi Awal Agar Tegak TSI

Tanggal : 27 Maret 2015


Metode : Stab
Keterangan :
Terlihat gelembung dan agar TSI
hancur dan terpisah-pisah.
Sumber : Kelompok 11

Gambar 20.B.4.2 Kondisi Akhir Agar Tegak TSI

Tanggal : 26 Maret 2015


Metode : Streak
Keterangan :
Agar miring TSI terlihat berwarna
orange gelap.
Sumber : Kelompok 11

Gambar 20.B.4.3 Kondisi Awal Agar Miring TSI

Tanggal : 27 Maret 2015


Metode : Streak
Keterangan :
Terlihat gelembung dan agar TSI
hancur.
Sumber : Kelompok 11

Gambar 20.B.4.4 Kondisi Akhir Agar Miring


TSI

TSI agar miring yang baru


diinokulasi Pseudomonas dengan
cara streak, masih berwarna merah
agak oranye

Bakteri
Psudomonas

Gambr 20.B.5.1 Percobaan 20 B inokulasi


Pseudomonas di TSI agar miring (Kelompok 12)
(26/03/2015)
TSI agar miring yang sudah
diinkubasi selama sehari berwarna
oranye gradasi ke kuning (bagian
bawah ke atas), terdapat gelembung
udara, dan warna putih mengikuti zig
zag inokulasi

Gambar 20.B.5.2 Percobaan 20 B Pseudomonas


di TSI agar miring setelah diinkubasi 37
selama 1 hari (Kelompok 12) (27/03/2015)
TSI agar tegak yang baru diinokulasi
Pseudomonas dengan cara stab,
masih berwarna merah agak oranye

Gambar 20.B.5.3.Percobaan 20 B inokulasi


Pseudomonas di TSI agar tegak (Kelompok 12)
(26/03/2015)

TSI agar tegak yang sudah


diinkubasi selama sehari berwarna
oranye muda, terdapat gelembung
udara di bawah, tengah, dan atas.
Agar TSI naik ke atas dari posisi
semula

Gambar 20.B.5.4. Pseudomonas di TSI agar


tegak setelah diinkubasi 37 selama 1 hari
(Kelompok 12) (27/03/2015)

VI. ANALISA
Berdasarkan percobaan, uji TSI terhadap bakteri yang ada menunjukkan
hasil yang berbeda untuk setiap bakteri. Hal ini terjadi karena reaksi tiap bakteri
terhadap karbohidrat juga berbeda. Pengujian ini menggunakan fenol merah yang
merubah warna merah menjadi orange jika digunakan dalam lingkungan asam.
Hasil percobaan dengan menggunakan bakteri A dalam media TSI setelah
diinkubasi selam sehari menghasilkan perubahan warna. Untuk inokulasi stab atau
media agar tegak, menghasilkan perubahan warna dari merah menjadi kuning,
dengan ada sedikit merah dipermukaan atas media. Selain itu juga tidak terlihar
adanya produksi gas yang terjadi. Untuk inokulasi streak atau agar miring
menghasilkan warna merah dipermukaan agar miring dan dasar tabung, serta
warna kuning dibagian tengah hal ini terjadi karena inokulasi bakteri tidak sampai
bagian bawah tabung sehingga bagian bawah masih berwarna merah. Namun
media dalam tabung tidak mengalami pengangkatan yang mengindikasikan tidak
adanya produksi gas H2S . sementara itu warna merah mengindikasikan basa
sementara warna kuning mengindikasikan asam. Pada permukaan agar miring
basa (merah) dan pada dasar tabung dalam kondisi basa (kuning) dengan atau
tanpa produksi gas artinya bakteri tersebut hanya memfermentasi glukosa.
Organisme yang bersangkutan lebih suka mendegradasi glukosa terlebih dahulu.
Karena substrat ini hadir dalam konsentrasi yang minimal, sejumlah kecil asam
yang dihasilkan pada permukaan agar miring segera dioksidasi/ pepton yang ada
di medium juga menghasilkan kondisi basa.
Selain bakteri A, percobaan bakteri B dan E.coli serta bakteri Bacillus
lebih menghasilkan warna kunig saja serta dengan pengangkatan media agar yang
mengindikasikan gas H2S. hal ini mengindikasikan bahwa ketiga bakteri tersebut

dalam kondisi asam. Sehingga fermentasi laktosa dan atau sukosa terjadi. Karena
kedua substrat ini tersedia dalam konsentrasi yang banyak, maka berfungsin
sebgai substrat untu fermentasi lanjutan yang menghasilkan reaksi asam baik pada
permukaan maupun ujung agar.
Sementara itu, bakteri Pseudomonas tidak menghasilkan perubahan
warna, hingga inkubasi terakhir, media bakteri ini tetap berwarna merah, tanpa
pengangkatan media. Sehingga bakteri Pseudomonas tidak terjadi fermentasi
sama sekali. Namun pepton mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob
dan anaerob yang menghasilkan pH basa karena pembentukna amoniak. Jika
degradasi aeron pepton yang terjadi, reaksi basa hanya hanya dapat diamati pada
permukaan agar miring. Sedangkan jika penggunaan pepton dalam kondisi aerob
dan aerob, eaksi basa pada diamati dengan baik pada ujung maupun permukaan
ujung agar.
IX.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Bakteri A hanya memfermetasikan glukosa
b. Bakteri B, E.coli, dan Bacillus subtilis mampu memfermentasikan laktosa
dan atau sukrosa
c. Bakteri Pseudomonas tidak mampu memfermentasikan glukosa
X.

DAFTAR PUSTAKA
Cowan and Steels. 2003. Manual for thr Identification of Medical Bacteria.
Cambridge: Cambridge University Press
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The MC-Graw
Hill Companies. New York ; 126, 139.
Microbe Library. 2013. Triple Sugar Iron Agar Protocols. Dalam
http://www.microbelibrary.org/component/resource/labor
atory-test/2842-triple-sugar-iron-agar-protocols diakses
pada tanggal 29 Maret 2015 pukul 13.00

Anda mungkin juga menyukai