Abstrak: Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta merupakan salah satu rumah sakit ortopedi
dan rehabilitasi medik yang ditunjuk sebagai Pusat Rujukan Nasional untuk ortopedi. Kegiatan pelayanan
dan penunjang pelayanan di tiap instalasi rumah memiliki potensi dan resiko bahaya bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya. Tingkat bahayanya tergantung pada alur kegiatan, alat dan bahan yang digunakan.
Faktor bahaya fisik, kimia, biologi, psikologi, ergonomi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja
dan penularan penyakit akibat kerja. Terdapat Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3 yang mengontrol dan
mengawasi pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Evaluasi dilakukan dengan pengamatan secara
langsung pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk pemantauan kualitas lingkungan fisik. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. Evaluasi dapat menjadi acuan untuk
pengembangan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R
Soeharso Surakarta.
Kata Kunci: Rumah Sakit Ortopedi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, K3, identifikasi bahaya, temperatur,
kebisingan dan pencahayaan.
Abstract: Orthopedic Hospital Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta is one orthopedic hospital and medical
rehabilitation designated as the National Reference Centre for orthopedics. Service and support activities at
each installation Orthopedic Hospital Prof. Dr. R Soeharso Surakarta has potential hazards that causes a
risk to workers or hospital employees and environment. It depends on the flow of activities, tools and
materials used. Physical, chemical, biological, psychological, and ergonomics factor causes of occupational
accidents and occupational disease transmission. Health and Safety Environment Installation controls the
implementation of occupational health and safety. Evaluation is done by direct observation of health and
safety implementation including monitoring the quality of the physical environment. The measurement results
compared with the prevailing regulations. Evaluation can be a reference for the development of the
implementation of the health and safety at Orthopedic Hospital Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Keywords: Orthopaedic Hospital, Occupational Health and Safety, hazard identification, temperature, noise
and lighting.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta merupakan salah satu rumah sakit ortopedi dan
rehabilitasi medik besar di Indonesia dan menjadi rumah sakit rujukan nasional. Selain pelayanan terhadap
pasien rumah sakit juga mengelola lingkungannya seperti pengelolaan limbah, pengelolaan sanitasi serta
pengembangan dan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS). Pengelolaan
lingkungan dan K3RS dilaksanakan di bawah pengawasan Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sudah diterapkan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso
Surakarta. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap potensi bahaya yang terdapat di rumah
sakit yang menimbulkan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja bagi pekerja. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja sendiri merupakan salah satu upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Selain itu kualitas lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja
di rumah sakit salah satunya diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
PENGUKURAN KUALITAS FISIK LINGKUNGAN
Faktor bahaya fisik terdiri dari beberapa parameter seperti temperatur, kelembaban, kebisingan, pencahayaan,
tekanan dan lainnya. Namun, untuk pemantauan di rumah sakit, dilakukan pengukuran terhadap temperatur,
kelembaban, kebisingan dan pencahayaan ruangan. Pengukuran dilakukan beberapa unit atau instalasi yang
ada di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso. Dengan menggunakan alat ukur tertentu, didapatkan
hasil pengukuran yang ditunjukkan tabel berikut:
Tabel Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Lingkungan
Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan dengan mengarahkan Luxmeter kearah sumber cahaya, alat akan
menangkap tingkat cahaya yang ditunjukkan pada layar monitor. Didapatkan hasil pengukuran seperti yang
terlihat pada tabel hasil pengukuran kualitas fisik lingkungan rumah sakit. Jika nilai pengukuran pencahayaan
dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) pencahayaan dalam Kepmenkes No 1204 tahun 2004
terlihat masih ada beberapa ruangan yang memiliki nilai pencahayaan lebih kecil daripada NAB yang
ditetapkan. Ketidaksesuaian nilai pengukuran dapat terjadi karena jumlah lampu yang menerangi ruangan
tidak cukup untuk menyebarkan cahaya secara merata ke seluruh ruangan, jenis lampu yang digunakan juga
akan mempengaruhi kualitas cahaya yang dipancarkan. Akses masuknya cahaya dari luar ke dalam juga akan
mempengaruhi jumlah cahaya dalam ruangan. Kaca jendela atau ventilasi dalam ruangan yang sengaja
ditutup atau dihalangi untuk membuat cahaya matahari tidak masuk menyebabkan cahaya dalam ruangan
dapat berkurang. Cahaya yang masuk dipagi, siang dan sore hari berbeda-beda. Cahaya matahari di pagi hari
bersifat hangat sehingga tidak menimbulkan masalah, namun ketika sudah menjelang siang, cahaya yang
masuk sudah bersifat panas sehingga pekerja biasanya menutup tirai pada kaca jendela untuk mengurangi
silau dan panas yang masuk. Cuaca yang cerah juga membuat cahaya matahari yang masuk optimal namun
berbeda jika cuaca sedang mendung atau hujan, cahaya yang masuk berkurang karena cahaya matahari
terhalang oleh awan.
Pemantauan dan pengukuran kualitas fisik lingkungan untuk parameter temperatur, kelembaban, kebisingan
dan pencahayaan yang dilakukan di beberapa unit satuan kerja atau instalasi menunjukkan masih terdapat
ruangan atau instalasi yang memiliki nilai temperatur, kelembaban, kebisingan dan pencahayaan tidak
memenuhi standar dari Keputusan Menteri Kesehatan No 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kualitas
Lingkungan Rumah Sakit. Untuk mengatasinya, berikut saran yang dapat diterapkan:
1. Temperatur dan Kelembaban: Optimalisasi penggunaan kipas angin maupun Air Condition (AC),
mengurangi penggunaan mesin dalam ruangan dan panas yang dirasakan orang bersifat subyektif,
sehingga untuk mencegah kelelahan karena panas seperti minum yang cukup, istirahat cukup dan
memakai pakaian yang nyaman.
2. Kebisingan: subtitusi sumber bising seperti penggantian mesin, memasang media penghalang dari
sumber bising ke manusia seperti adanya tanaman dan dinding absorpsi, membiasakan pemakaian ear
plug / ear muff secara rutin, sosialisasi bahaya, efek dan pengendalian kebisingan
3. Pencahayaan: mengganti lampu dengan jenis lampu LED atau Fluoresen yang memiliki kualitas nyala
lebih baik dan hangat, pemerataan cahaya lampu, optimalisasi fungsi ventilasi dan jendela, pemilihan dan
pemasangan amatur yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1024/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2004
Standar Nasional Indonesia. SNI 7231:2009 Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan d Tempat Kerja. Badan
Standarisasi Nasional. 2009
Sumamur. Higeane Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji Masagung, 1998