penilaian pada faktor-faktor penyebab penyakit secara kualitatif da kuantitas dalam lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan sebagai dasar tindakan
korektif terhadap lingkungan tersebut serta bila diperlukan juga dapat digunakan sebagai bentuk
pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat
kerja serta dapat mencapa derajat kesehatan setinggi-tingginya. Secara umum, sifat-sifat Higene
Perusaah ada dua, yakni:
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan Kedokteran beserta praktiknya
yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya baik fisik atau mentak, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit–penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja. Serta terhadap penyakit-penyakit umum. Secara umum, sifat Kesehatan
Kerja ialah sebagai berikut :
Pengabungan kedua istilah Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam satu kesatuan
berarti kemampuan dua “discipline” medis dan teknik secara serasi, sehingga terbukalah
kemungkinan sebesar-besarnya, bahwa kedua golongan menurut keahlian yang sangat berlainan
itu bercampur dan bekerja sama yang sehingga menjadi “conditio sine qua non” untuk
kesempurnaan penyelenggaraan Higene Perusaahn dan Kesehatan Kerja. Secara pendek dapatlah
dipakai semboyan : “Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah kerjasama antara stetoskop
da garis hitung.”
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan
pengertian erupakan terjemahan resmi dari “Occuptional Health” yang cenderung diartikan
sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh dari para
tenaga kerja. Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaianfaktor manusiawi
terhadap pekerjaannya dan higene dan lain-lain. Istilah Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
tertulis secara resmi dari kekuatan perundang-undangan dalam Undang-undang Nomor 14 tahun
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Poko mengenai Tenaga Kerja (pasal 9 dan 10), yang
dimaksud dengan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalama undang-undang tersebut adala
lapangan kesehatan yang ditujuan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan
tenaga kerja, yang dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja
yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma
hogene perusahaan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik akibat pekerjaan maupun
penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.
TUJUAN UTAMA
Hakekat Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja terbagi menjadi dua hal:
a. Sebagai alau untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja ang setinggi-tingginya baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atai pekerja-pekerja bebas, dengan demikian
ditujukan untuk kesejahteraan tenaga kerja
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya
effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat
tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujua pembangunan di dalam sutau egara, maka
Higene Perusaan dan Kesehatan Kerja harus selalu diikut sertakan dalam pembagunan
tersebut.
Tujuan utama dari Gigene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah mencipakan tenaga kerja
yang sehata dan produktif. Tujuan tersebut kemungkinan dapat dicapai dengan adanya korelasi
diantara dejarata kesehatan yang tinggi terhadapa produkvitas kerja atau perusahaan yang
didasarkan ada kenyataan sebagai berikut:
1. Untuk efesiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus dilakukan
dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memnuhi syarat-syarat kesehatan.
Lingkungan dan cara yang dimaksud meliputi diantaranya tekanan padas, penerangan di
tempat kerja, debu di ruang kerja, sikap badan, penyesuaian manusia dan mesin,
pengekonomisan upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan dengan tingkat
kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang
meningkat jumlahnya karena bahaya yang timbul lingkungan kerja adalah sangat mahal
dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal seperti
itu meliputi pengobatan, perawatan di ruma sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan
mesin, peralatan dan bahan akibat kecelakan, terganggunya pekerjaan dan cacat yang
menetap.
Lembaga Nasional Higene Perusahaan dan Kesahatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja
telah mencoba mengumpulkan data-data kesehatan yang berhubungan dengan produktivitas
kerja, oleh karena luasnya Indonesia dan tersebarnya tenaga kerja di seluruh tanah air serta
berbagai sektor kegiatan ekonomi, maka tidak dapay disajikan data menyeluruh, melainkan data-
data dari survey-survey terbatas dan pengamatan di berbagai tempat dan sektor kerja. Namun
demikian, sangat jelas terlihat adanya kondisi-kondisi kesehatan yang ditinjau dari sudt
produktivitas tenaga kerja sangat tidak menguntungkan. Adapun kondisi tersebut diantaranya:
1. Penyakit umum
Biasanya terjadi baik pada sektor pertanian, pertambangan, industri dan lain sebagainya.
Penyakit yang paling banyak ialah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit
parasit.
2. Penyakit akibat kerja
Penyakit seperti pneumoconiosis, dermatosis akibat kerja, keracunan baan kimima,
gangguan mental psikologis akibat kerja dan lain lain. Penyakit-penyakit tersebut
khususnya di Indonesia kurang nampak di depan umum, hal ini terjadi karena tidak
adanya laporan, tidak dibuatnya diagnosa ke arah penyakit tersebut atau dikarenakan
labour turnover yang tinggi dan belum cukupnya fullempployment.
3. Keadaan gizi para tenaga kerja masih kurang, hal ini disebabkan karena penyakit-
penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan
pengupahan yang rendah, dan beban pada suasana panas dan berdebu di lingkungan
kerja. Kurangnya pemenuhan gizi dapat menurunkan berat badan sehingga menurunkan
produktivitas tenaga kerja.
4. Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivtas optimal tenaga kerja.
Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif di luar semangat
kerja. Hal ini akan mempengaruhi kenyamanan pekerja dalam beraktivitas dan dalam
kondisi lingkungan kerja yang cenderung ekstrim dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan serta produktivitas pekerja.
5. Ketidaksesuaian antara manusia dengan mesin yang digunakan. Biasanya mesin yang
digunakan merupakan mesin import dari luar negeri sehingga tidak jarang ukuran-kuran
mesin atau peralatan kerja tidak sesuai dengan ukuran tenaga kera, sehingga untuk
meningkatkan kesehatan kerja yang optimal pemilihan mesin juga akan mempengaruhi
produktivitas pekerja.
6. Kondisi lapangan kerja akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis tenaga kerja.
Utamanya terkait dengan hubungan antar rekan kerja dan sikap tenaga kerja dalam
lingkungan kerja.
7. Fasilitas kesehatan di lingkungan kerja juga akan mempengaruhi keoptimalan kesehatan
kerja. Bilaterjadi suatu kasus kecelakaan akibat kerja, harus ada penanganan pertama
untuk kecelakaan tersebut sebelum selanjutnya dirujuk kepada perawatan yang lebih baik
di rumah sakit.
8. Elah banyak perundang-undangan mengenai higene, kesehatan dan keselamatan kerja,
tetapi implementasinya sering mengalami kesulitan. Sehingga diperlukan pengawasan
lebih dalam penerapan higene, kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan kerja.
Agar seorang tenaga kerja ada dalam kesetimbangan yang berarti terjamin keadaan kesehatan
dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu kseimbangan yang menguntungkan dari
faktor :
a. Beban kerja.
b. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja.
c. Lapasitas kerja.
Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik,
mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar muat barang di
pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisk daripada beban mental atau sosial. Sebaliknya
seorang pengusaha, mungkin tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relatif jauh
lebih besar. Adapun petugas sosial merekalebih menghadapi beban sosial.
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendriri dalam hubungannya dengan beban
kerja. Mungkin diantara mereka lebh cocok untuk beban fisik, atau mental maupun sosial.
Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu
berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi sesorang. Inilah maksud dari
penempatan seorang tenga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Atau pemilihan tenaga
kerja tersehat untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu penempatan meliputi
kecocokan pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Higene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja membantu mengurangi beban kerja dengan modifikasi cara kerja atau
perencanaan mesin serta alat kerja.
Suatu pekerjaan biasanya ilakuakn dalan suatu lingkungan atau situasi, jika dalam pekerjaan
terdapat beban tambahan akibat kerja yang sebenarnya maka akan berakibat pada tambahan
beban pada jasmani dan rohai tenaga kerja. Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan, yakni :
1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara,
suara, vibrasi mekanis, radiasi, dan tekanan udara .
2. Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, “fume”, asap, awan, cairan dan benda padat.
3. Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan maupun hewan.
4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan
pengusaha, pemilihan kerja dan lain sebagainya.
Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup mengganggu daya kerja seoran tenaga
kerja dapat mengakbatkan beberapa dampak, seperti penerangan yang kurang dapat
menyebabkan kelelahan mata, kegaduhan menurunkan daya ingat, konsetrasi pikiran dan
berakibat pada kelelahan psikologis. Gas dan debu dapat mengganggu kesehatan saluran
pernapasan serta parasit biologi dapat bersifat racun bagi tubuh. Apabila faktor-faktor tersebut
dikendalikan dengan menciptakan keserasian dengan memanfaatkan beberapa hal, diantaranya:
Kapasitas Kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu sama lain, tergantung ada
ketrampilan, kesesuaian minat dan pekerjaan, keadaan gizi, usia dan ukuran tubuh. Semakin
tinggi ketrampilan kerja yan dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa dalam bekerja, sehingga
beban kerja relatif sedikit. Tidaklah heran, apabila angka sakit dan mangkir kerja jarang ditemui
pada mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, seangat kerja dan berdedikasi tinggi terhadap
pekerjaan.
Kebugaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseoran dalam
kerjanya. Kebugaran tesebut dimulai dari sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama
bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Tidak hanya mencermnkan kesehatan fisik dan
mental, kebugaran tubuh juga menggambarkan kesetimbagan seserang dengan pekerjaannya
yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang
dimilikinya. Kebugaran tubuh juga akan dipengaruhi oleh pemenuhan gizi, makanan menjadi
sumber tenaga kerja dalam bekerja. Begitu pula dengan usia dan jenis kelamin, jika laki-lak lebih
mengedepankan fisik dalam bekerja,tidak demikian dengan perempuan, mereka lebih
menggunakan kemampuan sosial dan psikis untuk membuat nyaman dirinya saat bekerja.
Gangguan-gangguan kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan
bisa dihindari sedini mungkn, asalkan pada pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik
untuk mencegahnya. cara pengendalian sebagai bentuk pencegahan bayaha diantaranya ialah;
a. Substitusi, yaitu menggant bahan yang lebih berbaaya dengan bahan yang kurang
berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya dengan mengganti carbon
tetrachlorida dengan trichor etilen atau mengganti sandblasting dengan “iroshot”.
b. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan uadara sebanyak menurut perhitungan kdalam ruang
kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih
rendah dari kadar yang membahayakan, yaitu adar Nilai Ambang Batas (NAB). NAB
adalah kadar yang bila berada dibawahnya (NAB) saat pekerja menerima paparan selama
8 jam sehari, 5 hari dalam seminggu, tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.
c. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat yang biasanya menghisap udara di
suatu tenpat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari ruang atau tempat kerja tersebut yang
bersifat membahayakan dapat dihisap dan dialirka keluar.
d. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusaaan uang membahayakan,
misal isolasi mesin yang menghasilkan suara bisisng, agar kegaduhan yang dihasilkan
dapat diturunkan dan tidak mengganggu pekerja.
e. Pakaian pelindung (APD), misalnya dengan pemakaian masker, kacamata, sarung
tangan , sepatu, topi serta pakaian khusus.
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, yakni pemeriksaan kesehatan keapsa calon pekerja
untuk mengetahui apakah calon pekerja sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan
baik fisik maupun mental.
g. Pemeriksaan kesehatan berkala/ ulangan, untuk evaluas, apakah faktor-faktor penyebab
itu telah menimbulkan gangguan-gangguan atau kelain-kelainan kerja pada tubuh pekerja
atau tidak.
h. Penjelasan sebelua, agar pekerja mengethui dan mentaati peraturan dan agar merek lebih
berhati-hati saat bekerja.
i. Pendidikn tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada pekerja secara kontinyu, agar
pekerja-pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
Dalam ruang atau tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab
terjadinya peyakit akibat kerja, diantaranya adalah:
1. Golongan fisik, seperti:
- Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli
- Radiasi sinar radioaktif yang menyebabkan penyakit kelainan susunan darah dan
kelainan kulit
- Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan “heat stroke”, “ heat cramps”, atau
“hyperpyrexia” sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan
“frostbile”.
- Tekanan yang tinggi menyebabkan “casion disease”.
- Penerangan lampu yang kurang baik menyebabkan kelainan kepada indera
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
DIAGNOSA
Cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja berlainan dari pada diagnosa penyakit-
ptnyakit umum, oleh karena itu diperlukan adanya pemeriksaan klinis dan laboratorium, selin itu
perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap tempat, cara dan syarat-syarat kerja. Selain itu
sebagai tambahan kepada cara anamnesa yang biasa harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan
dari si sakit.
Dibawah ini merupakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menegakkan suatu
diagnosa penyakit akibat kerja:
FAKTOR-FAKTOR FISIK
A. KEBISINGAN
1. Umum
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran
melalui media rambat atau elastis dan kietika bunyi-bunyi tersebut tidak kehendaki
kehadirannta maka dinyatakan sebagai kebisingan.
Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yakni frejuensi dan
intensintas bunyi. Frekuensi dinyatakan sebagai jumlah getaran perdetik dan disebut
dalam satuan Herzt (Hz), yaitu jumlah dari gelombang-gelombang bunyi yang sampai
ditelinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisisngan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi
persatuan luas dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut dengan desibel (dB)
dengan membandingkan dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm 2 yaitu kekuatan dari
suatu bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang dapat didengar telinga normal. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
P
dB=2010 log
Po
P = tegangan suara yang bersangkutan atau diukur
Po = tegangan suara standar (0,0002 dyne / cm2)
- Ruang generator
- Mesin potong dan mesin gerinda di bengkel
- Ruang radiologi/MRI
- Ruang IPAL
- Ruang Dapur
2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan di Rumah Sakit
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO
1204/MENKES/SK/X/20004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
menyatakan bahwa nilai ambang batas kebisingan untuk masing-masing ruangan atau
unit ialah sebagai berikut:
3. Pengukuran kebisingan
Tujuan dari pegukuran kebisingan adalah:
a. Memperoleh data kebisingan di suatu perusaan atau dimana saja
b. Mengurangi tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan.
c. Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh tipe dari kebisingan yang diukur. Jenis-
jenis kebisingan yang sering ditemui ialah:
i. Kebisingan yang bersifat kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan
lain sebagainya.
ii. Kebisingan yang bersifat kontinu dengan spektrum frekuensi sempit ( steady
state, narrow band noise), misalnya gergaji sekuler, katup gas, dan lainnya.
iii. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas jalan, suara
pesawat di udara.
iv. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan, tembakan
meriam atai pistol, ledakan.
v. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
5. Pengendalian kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan beberapa cara, diantaranya ialah dengan:
a. Pengurangan kebisingan pada sumber
Penguarangan kebisingan pada umbernya daoat dilakuakan dengan menempatkan
peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya halini dilakukan dengan penelitian
dan perencanaan mesin baru. Hal ini berkaitan dengan pengalaman yang
menunjukkan bahwa modifikasi mesin atau bangunan sangat mahal dan kurang
efektif, maka dari itu perlu adanya perencanaan sejak awal pembangunan.
Suhu nyaman sekitar 26-28oC dan kelembaban 70 % bagi orang Indonesia, suhu terlalu
dingin akan mengurangi efisiensi kerja dengan adanya kelhian kaku atau kurangnya koordinasi
otot. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mengurangi semangat kerja dengan cenderung
malas bergerak lncah, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi syaraf dan motork serta mudah untuk
diperngaruhi dengan hal lain.
Kebanyakan untuk mengendalikan panas dari luar yang diterima dalam ruang dipasang
air conditining. Namun kadang kala terdapatkesalahan dalam pengaturan suhu ruang yang diatur
sangat dingin dengan tujuan untuk mengusir panas yang masuk kerungaan. Namun jika kondisi
dingin tersebut berlangsung cukup lama, hal ini akan menyebabkan pekerja kedinginan disertai
dengan keluhan dan kadang diikuti gejala penyakit pernapasan. Untuk itu perlu perhatikan
beberapa hal berikut ini:
Untuk menilai hubungan antara cuaca kerja (suhu, kelembaban, radiasi) dan efek-efek
terhadap perorangan atau kelompok tenaga kerja, maka erlu memperhatikan seluruh faktor yang
meliputi faktor lingkungan, manusiawi, pekerjaan:
- Gangguan kenyamanan pada tenaga kerja san kekurangan cairan tubuh, seperti rasa
tidak enak/ serba salah, lelah, mual, mudah marah, dan suhu kulit panas/ basah karena
berkeringat/kering karena keringat terus menguap.
- Heat disorder yang merupakan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh
dan mengakibat kekurangan cairan tubuh, seperti “heat cramps”, “heat exhaustion”,
“heat stroke” dan miliaria.
- Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan gangguan sistem sara pusat.
C. PENCAHAYAAN
Pencahyaan yang seimbang di ruang kerja sangat diperlukan mengingat bahwa pekerja
memerlukan melihat dengan jelas kondisi operasional. Tugas penglhatan dangat variatif, kadang
harus eihat benda yang sangat kecil atau sangat besar, di ruang gelap atau terang,
bening/transparan atau buram, permukaan yang mengilat, kasar, dan harus dapat melihat kontur
dan lain sebagainya.
Pada umumnya, orang melihat karena adanya refleksi cahaya, transmisi dan
silhouette/bayangan hitam suatu benda. Silhouette meruapakan deteksi visual dari adanya suatu
benda hitan terhadap sekelilingnya. Transmisi memperlihatkan adanya detailasi benda karena
adanya variasi transmisi cahaya pada suatu benda atau perubahan warna yang menembus
berbagai material. Jadi, secara umum mata melihat karena adanya perbedaan refleksi cahaya,
dimana area hitam dan terang atau detailasi tampak karena adanya perbendaan refleksi, dan
menampakkan kontur tiga dimensi.
Viabilitas suatu obyek atau benda ditentukan oleh ukurannta, kontras, periode/lamanya
melihat, dan kecerahan/ brightness. Faktor-faktor ni saling memperngaruhi sehingga tidak
adanya satu faktor akan dikompensasi oleh faktor yang lain. Missal semakin besar suatu obyek,
semakin mudah dlihat, sebaliknya semakin kecil suatu obyek semakin sulit dilihat sehingga perlu
cahay yang lebih terang/cerah.
Agar suatu benda muda dilihat, detailasi benda harus berbeda warna atau kecerahannya.
Bila diskriminasi detailasi benda hanya bergantung pada kecerahan, penglihatan kana maksimum
apabila kontras antara benda dengan latar belakangnya paling besar. Di industry, kontras harus
tinggi agar benda dapat terlihat. Begitu pula di rumah sakit, pencahayaan menjadi sangat penting
bukan hanya untuk keselamatan pekerja namun juga keselamatan pasien. Utamanya ketika
memeriksa atau menangani pasien dalam kondisi darurat misalnya kegiatan operasi atau bedah.
Selain kagar pekerja dapa melihat benda dengan jelas, pencahayaan juga memperngaruhi
kecepatan seorang pekerja atau produktivitasnya.
Silau
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan dari
interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum adalah kecerahan yang
berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui pantulan. Ada
dua macam silau, yaitu disability glare yang dapat mengurangi kemampuan melihat, dan
discomfort glare yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan. Kedua macam
silau ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
D. RADIASI
- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat, hemopoetik dan
gastrointestinal
- Karsinogenik
- Gangguan mata dan kulit
- Leukimia
FAKTOR BIOLOGI
Bahaya bilogi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, jamur, riketsia, dan parasit.
Sumber bahaya biologi di rumah sakit
- Penyakit infeksi menular yang diseabkan bakteri, parasit, virus, atau jamur.
- Berbagai bahan yang berasal dari penderita/ apasien, misalnya darah, dahak, dan
tinja.
- Peralatan medis yang terkontaminasi oleh mkroorganisme.
1. Infeksi Nosokomial
Merupakan suatu keadaan infeksi yang diperoleh dari dalam lingkungan rumah sakit
akibat ruangan instalasi dalan rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan
miikrobiologis, kontaminasi oleh mikroorganisme dan adanya perubahan daya tubuh.
2. Tubercolasis Paru
Penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh yang
disebabkan kuman Mycobacterium tubercolasis.
3. Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang penularannya dapat
melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Sumber penularan adalah HBV dan HbsAG.
4. HIV/AIDS
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan
virus HIV yang penularannya dapat melalui darah, jaringan, sekreta dan ekskreta yang
mengandung virus.
Masalah Psikososial yang berisiko terhadap gangguan keselamatan da kesehatan kerja adalah
stress, kerja bergilir (shift), penyalahgunaan obat-obatan, perokok berat dan pelecehan seksual.
1. Stress
Merupakan tekanan kondisi fisik dan psikis individu yang berasal dari faktor lingkungan
kerja. Keadaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan stress yaitu, tuntutan dan beban
kerja yang berat, konflik kerja dengan rekan kerja atau atasan, tekanan waktu dan
tanggung jawab yang kurang atau lebih. Dampak negatif stress kerja pada kesehatan
berupa depresi, anxietas, sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan, hilang nafsu makan dan
buang air tak teratur.
2. Kerja bergilir (shift)
Kerja bergikir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan diuar jam kerja yang
biasa/ normal, dengan ciri adanya kontinuitas, pergantian gilir dan jadwal kerja khusus.
Kerja bergilir dikatakan mempunyai kontinuitas apabila dikerjakan selama 24 jam setiap
hari termasuk hari minggu dan hari lbur.
Dampak negatif kerja bergilir
- Perubahan irana Circadian tubuh
- Perubahan kebiasaan dan pola kehidupan sosial
- Gangguan gastrointestinak seperti Gastro duodenitis, pepticuler dan colitis
- Penyakit-penyakit kardiovaskuler
- Shift mal Adaption syndrom, yaitu ketidakmapuan tenaga kerja daam beradaptasi
dengan pekerjaan bergilir. Hal ini dapat menimbulkan insomnia, gangguan emosi,
kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya menimbulkan kecelakaan kerja,
absenteisme, dann timbulnya masalah keluarga/sosial.
- Diabetes melitus
- Gangguan jiwa
KECELAKAAN KERJA
Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan berpotensi
mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Kecelkaan kerja yang terjadi di rumah dakit
dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung dan kerusakan aset rumah sakit.
b. Penyebab Dasar
Faktor Perorangan:
- Kemampuan fisik, psikis/mental yang terbatas
- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
- Motivasi yang keliru
Faktor kerja :
- Kepemimpinan/ pengawasan yang kurang
- Kurangnya rekayasa
- Kurangnya peralatan dan standar kerja
- Penyalahgunaan
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..
FASILITAS DAN PERALATAN
A. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan di RS yaitu:
- Telepon dengan menggunakan sistem PABX
- Handy Talky yang digunakan oleh Petuga Keamanan, Petugas Unit Pemeliharaan dan
Petugas Kebersihan
- Pangging yang dioperasikan oleh operator
B.2 Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja :
a. Analisa kebutuhan, merupakan lagkah awal. Terlebhi dahulu ditentukan jenis baaya
yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan
yang berlaku.
b. Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuha, dapar ditentukan
jenis alat apa saja yang siperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah
melalui proses pengujian dan memenuhi proses pengujian dan memenuhi standar
yang berlaku.
c. Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan
pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau
mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya merasa
membutuhkan pemakaian APD.
d. Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja APD harus
digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara
formal dan informal.
e. Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.
Alat pelidung diri yang digunakan ooleh perugas rumah sakit dapat dikategorikan
berdasarkan tempat atau lokasi kerja, diantaranya ialah sebagai berikut:
Upaya penyembuhan pasien idak hanya faktor medis semata, melainkan faktor
pendukung lain yang membuat pasien merasa nyaman dan aman, sehingga pasien memiliki
motivasi lebih untuk sembuh. Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien di rumah
sakit, diantaranya: