PENDAHULUAN
perawatan
secepat
mungkin.
Tujuan
dari
triage
adalah
untuk
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
LBM 1
DOKTER SIAGA
Empat orang pasien datang secara bersamaan ke UGD dengan keluhan yang
berbeda. Keempat orang pasien tersebut merupakan korban ledakan tabung gas yang
terjadi pada perumahan padat penduduk. Berdasarkan hasil primary survey didapatkan:
Pasien pertama, An. DM laki-laki 5 tahun, pasien mengeluhkan nyeri akibat
mengalami luka bakar pada punggung dan kedua lengan atasnya dengan luas sekitar
18%. Pasien tampak rewel dan tidak kooperatif. GCS E4V5M6, Nadi: 112x/menit,
RR:22x/menit, temperatur: 38,5oC.
Pasien kedua, Ny. SR wanita 21 tahun, mengeluhkan nyeri pada paha
kanannya akibat tertimpa kayu saat akan menyelamatkan diri. Krepitasi (-), hematom
(+) femur dextra, combusio (+) < 5%, dissability (-). GCS E4V5M6, Tensi: 110/70
mmHg, Nadi: 96x/menit, temperatur: 36oC.
Pasien ketiga, Tn. I laki-laki 35 tahun datang tak sadarkan diri, tampak kepala,
leher dan dada menderita luka bakar derajat 3. Menurut keluarga, pasien sempat
tersengat listrik akibat menyentuh kabel saat akan menyelamattkan diri. Pasien tidak
dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan dan bernafas tidak
teratur. GCS E1V1M2, Tensi: 50/palpasi, N: 20x/menit lemah, RR: 6x/menit,
temperatur: 35oC.
Pasien keempat, Tn. PD laki-laki 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
wajah, dada, perut, punggung, dan kedua tangannya akibat terbakar saat akan
menyelamatkan isterinya. Keluarga pasien mengatakan keadaan pasien semakin lemah
dan kesulitan bernafas. Tampak combusio grade 2 pada wajah, leher, dada, punggung,
dan lengan pasien dengan luas sekitar 30%. Sedangkan pada daerah perut tampak
combusio grade 1 engan luas 9%. Paensi jalan nafas terganggu akibat menghirup
udara panas. GCS E2V4M5, tensi: 80/50 mmHg, nadi: 128x/menit, RR: 32x/menit,
temperatur: 38,5oC.
Anda selaku dokter jaga harus dapat melakukan triage untuk memprioritaskan
penanganan pasien-pasien tersebut.
2.2 Terminologi
Primary survey adalah penilaian cepat oleh tenaga kesehatan terhadap keadaan
yang mengancam nyawa.
Combusio (luka bakar) adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas.
c. Kategori triase
Ada 4 sistem level untuk kategori triase:
1. Segera Immediate (I) MERAH Pasien mengalami cedera
mengancam jiwa yang kemungkinan dapat hidup bila ditolong segera.
Misalnya:
-
Tension pneumothorax
Perdarahan hebat
Cardiac arrest
Komplikasi diabetes
Keracunan
Tidak sadar
Fraktur terbuka
Perdarahan sedang
Laserasi minor
Untuk mengetahui dan menilai pasien sadar atau tidak, kita menilai dengan
mengajak bicara pasien. Jika pasien dapat menjawab dengan baik maka
dapat dinilai kesadaran pasien dan tidak adanya sumbatan pada jalur
pernapasan pasien.
Salah satu tanda adanya sumbatan pada pasien adalah :
2. Stridor (crowing) = obstruksi karena benda padat dan terjadi pada URT.
Penanganan pertama nya dengan penggunaan endotracheal tube (ETT)
Gelisah (hipoksia)
10
Orofaringeal tube
Nasofaring tube
11
Necklift
(Necklift, jawthrust dan chinlift kontraindikasi pada pasien dengaan trauma
cervikal).
Chinlift
Jawthrust
12
Cricotiroidotomy
Obstruksi terbagi menjadi 2, yaitu :
13
korban trauma yang tidak sadar adan atau tidak diketahui mekanisme
terjadinya trauma dengan pasti, meskipun tidak ditemukan adanya tanda
cedera leher, patut dicurigai mengalami cedera leher.
Tindakan yang menyebabkan bergeraknya servikal pada cedera
leher dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung seketika.
Kontrol servikal dapat dilakukan dengan bantuan colar neck atau
dengan bantuan benda keras lainnya yang dapat menahan kepala dan
leher untuk tidak bergerak. Dapat pula menggunakan kedua tangan atau
paha penolong (jika penolong lebih dari 1 orang) sambil melakukan
control pada jalan napas korban.
-
14
Lihat keadaan torak pasien, ada atau tidak cyanosis, dan kalau pasien
sadar maka pasien mampu berbicara dalam satu kalimat panjang. Keadaan
dada pasien yang mengembung apalagi tidak simetris mungkin disebabkan
pneuomotorak atau pleurahemorage. Untuk membedakannya dilakukan
perkusi di daerah paru. Suara paru yang hipersonor disebabkan oleh
pneumotorak sementara pada pleurahemorage suara paru menjadi redup.
Penanganan pneumotorak ini antara lain dengan menusukan needle 14 G di
daerah yang hipersonor atau pengguanan chest tube.
15
Memeriksa denyut nadi (radialis atau carotis). Pada orang dewasa dan
anak-anak, denyut nadi diraba padaarteri radialis dan arteri carotis
(medial dari M. Sternocleidomastoideus). Sedangkan pada bayi,
meraba denyut nadi adalah pada A.Brachialis, yakni pada sisi medial
lengan atas. Frekuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60100 kali/menit. Bila kurang dari 50 kali/menit disebut bradikardi dan
lebih dari 100 kali/menit disebut takikardi. Bradikardi normal sering
ditemukan pada atlit yang terlatih. Pada bayi frekuensi denyut jantung
adalah 85-200 kali/menit sedangkan pada anak-anak adalah 60-140
kali/menit. Pada syok bila ditemukan bradikardi merupakan tanda
diagnostic yang buruk.
Periksa perdarahan
Selain itu, kesadaran yang menurun dapat digunakan sebagai
16
Awake (A)
Unresponsive (U)
Pada tahap ini dokter diharapkan menilai keadaan neurologic
pasien. Status neurologic yang dinilai melalui GCS (Glasgow Coma Scale)
dan keadaan pupil serta kecepatannya.
Hal yang dinilai dari GCS antara lain (E-V-M)
Eye
4. Membuka spontan
17
18
Secondary
Survey
Pelayan
Kesehatan
diharapkan
: Alergi
: Last meal
2. Pemeriksaan fisik
- Kepala
- Abdomen
19
- Maxilo-facial
- Perineum/vagina/rektum
- Leher
- Muskulo-skeletal
- Thorax
- Pemeriksaan neurologis lengkap
Tambahan Secondary Survey
Pemeriksaan
lanjutan
hanya
dilakukan
setelah
ventilasi
dan
20
Deviasi trachea
Vena leher yang mengembang
Pemeriksaan neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
Pemeriksaan dada
Clavicula dan semua tulang iga
Suara napas dan jantung
Pemantauan ECG (bila tersedia)
Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali
bila ada trauma wajah
Periksa dubur (rectal toucher)
Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
Pelvis dan ekstremitas
Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan
tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan)
Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
Cari luka, memar dan cedera lain
Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk :
Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak)
Pelvis dan tulang panjang
Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak
disertai deficit neurologis fokal
Foto atas daerah yang lain dilakukan secara selektif.
Foto dada dan pelvis mungkin sudah diperlukan sewaktu survei primer
Pemantauan & re-evaluasi berlanjut
21
Untuk memantau penurunan keadaan dengan evaluasi ulang terusmenerus, sehingga gejala yang baru timbul segera dapat dikenali dan dapat
ditangani secepatnya. Bila perlu lakukan primary survey (ABCDE) dan
Resusitasi ulang (ABC).
Penanganan definitif
Dimulai setelah primary survey dan sekunder selesai. Misalnya
menangani keluhan-keluhan pasien lain (selain yang trauma berat). Atau
tindakan operatif, serta konsultasi ke dokter spesialis, termasuk dalam tahap
ini.
Rekam Medis & Rujukan
Catat data pasien di rekam medik. Bila fasilitas RS kurang memadai
untuk menangani pasien trauma, dapat dirujuk ke RS yang lebih lengkap
fasilitasnya.
3. Jelaskan tentang luka bakar !
Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas, kimia, elektrik, radiasi dan thermal.
Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan
dengan tubuh atau jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas
atau suhu dan lamanya terkena.
Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik.
a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
b. Seperti Gas,cairan, bahan padat (solid)
c. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
22
23
b.
c.
d.
Derajat IV
a.
b.
c.
Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah
sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi
yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui
kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta
edema
jaringan
yang
diikuti
dengan
penurunan
curah
jantung
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema
menyeluruh.
Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan
GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal
ginjal.
Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
Respon Imonologi
24
yang
masuk.
Terjadinya
gangguan
integritas
kulit
akan
Klasifikasi
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Luka bakar mayor
a. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih
dari 20% pada anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
c. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
d. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat dan luasnya luka.
e. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2. Luka bakar moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak.
b. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
3. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
b.
c.
d.
e.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan
jaringan parut. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus di lakukan adalah
menjatuhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang
25
panas dengan air. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus, walau api telah di padamkan, sehingga destruksi
tetapi meluas. Proses tersebut dapat di hentikan dengan mendinginkan daerah
yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin pada jam pertama.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Lakukan resusitasi dengan memberikan jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi, yaitu:
- Periksa jalan nafas
- Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan
pembersihan jalan nafas ( suction, dsb ), bila perlu lakuan
-
mengatasi syok.
Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada
ileus paralitik
Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP), untuk pemantauan
2.
3.
26
memandikan
pasien
dengan
Antiseptik
lokal
yang
dapat
dipakai
yaitu
27
konfirmasi
laboratorium
untuk
melakukan
terapi
terhadap
2.
3.
4.
5.
28
6.
7.
8.
9.
29
dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf pusat serta medula spinalis.
Syok septik juga harus dipertimbangkan pada pasien-pasien trauma yang
datang terlambat untuk mendapatkan pertolongan.
b. Jenis Syok
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung).
Disebabkan
oleh
kegagalan
fungsi
pompa
jantung
yang
30
Mubin
(2008),
diagnosis
syok
kardiogenik
adalah
berdasarkan:
A.
B.
2.
3.
2.
3.
Takikardi.
4.
5.
6.
7.
Sianosis.
8.
9.
Ekstremitas dingin.
intraselular
dan
ekstraseluler.
Cairan
intra
seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular.
31
kardiovaskuler pada
awalnya
berespon
terhadap
syok
32
2.
3.
syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :
A. Syok Neorugenik
Disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif,
Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh
tampung (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi
pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf
(seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
33
34
obat-obat
NSAID
atau
pemberian
gama-globulin
intramuscular
C. Syok Septik
Shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa
organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu
umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan ketidakadekuatan perfusi
jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol.3, edisi
8, 2002)
Menurut M. A Henderson (1992), Shock septik adalah shock
akibat infeksi berat dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran
darah .Escherichia coli merupakan kuman yang sering menyebabkan
shock ini.Secara umum shock septik adalah infasi aliran darah oleh
beberapa
organisme
mempunyai
potensi
untuk
menyebabkan
35
ikatan
dengan
CD14.1,2
Kompleks
CD14-LPS
36
Demam tinggi
Vasodilatasi
Peningkatan HR
Penurunan TD
37
c. Stadium Syock
1. Kompensasi
Komposisi tubuh dengan meningkatkan reflek syarpatis yaitu
meningkatnya resistensi sistemik dimana hanya terjadi detruksi selektif
pada organ penting. TD sistokis normal, dioshalik meningkat akibat
resistensi arterial sistemik disamping TN terjadi peningkatan skresi
vaseprsin dan aktivasi sistem RAA. menitestasi khusus talekicad, gaduh
gelisah, kulit pucat, kapir retil > 2 dok.
2. Dekompensasi
Mekanisme komposisi mulai gagal, cadiac sulfat made kuat perfusi
jaringan memburuk, terjadilah metabolisme anaerob. karena asam laktat
menumpuk terjadilah asidisif yang bertambah berat dengan terbentuknya
asan karbonat intrasel. Hal ini menghambat kontraklilitas jantung yang
terlanjur pada mekanisme energi pompo Na+K di tingkat sel. Pada syock
juga terjadi pelepasan histamin akibat adanya smesvar namun bila syock
berlanjut akan memperburuk keadaan, dimana terjadi vasodilatasi disfori
& peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volumevenous retwn
berkurang yang terjadi timbulnya depresi muocard. Maniftrasi klinis : TD
menurun, porfsi teriter buruk olyserci, asidosis, napus kusmail.
3. Irreversibel
Gagal kompensasi terlanjut dengan kematian sel dan disfungsi
sistem multiorgan, cadangan ATP di keper dan jantung habis (sintesa baru
2 jam). terakhir kematian walau sirkulasi dapat pulih manifestasi klinis :
TD taktenkur, nadi tak teraba, kesadaran (koma), anuria.
38
Prioritas
Keterangan
Prioritas
tertinggi
(merah)
Contoh
o
1
Kelainan pernapasan
(obstruksi jalan napas, henti
napas, sukar bernapas hebat);
henti jantng; perdarahan tak
terkontrol atau lebih dari 2
liter; cedera kepala hebat
(korban tidak sadar); luka
dada terbuka dan luka hancur
pada abdominopelvic (perutpinggul; syok hebat dan
tekanan sistolik kurang dari
80 mmHg; luka bakar yang
mengenai saulran napas;
serangan jantung,troke, heat
stroke, hipotermi berat, dan
masalah medis lainnya;
kemungkinan fraktur vertebra
cervical; luka terbuka pada
mata; fraktur femur dan
fraktur tanpa pulsus distal;
dan lain-lain
(kuning)
39
Prioritas
sedang (hijau)
Prioritas
terakhir
meninggal
(hitam)
40
DM, 5 tahun
Luk bakar pada punggung dan kedua lengan atas, luas sekitar 18%.
Pasien pertama termasuk dalalm prioritas tinggi (kuning) karena luka bakar
yang dialami pasien termasuk luka bakar berat, tanda vital masih dalam batas
normal hanya terjadi sedikit peningktan suhu dan kesadaran masih baik.
2. Pasien kedua
Krepitasi : (-), hematom (+) femur dextra, combusio (+) < 5%, disability
(-), GCS : E4V5M6, tensi : 110/70 mmHg, nadi : 96x/menit, temperature :
360C
Pasien kedua termasuk dalam prioritas sedang (hijau) karena luka bakar yang
dialami pasien termasuk luka bakar ringan, tanda vital dan kesadaran baik.
Pasien tidak memerlukan tindakan segera.
3. Pasien ketiga
41
Pasien ketiga termasuk dalam prioritas tertinggi (merah) karena luka bakar
yang dialami pasien termasuk luka bakar berat, pasien daam keadaan koma,
tekanan daran kurang dari 80 mmHg, kesukaran untuk bernapas. Pasien
memerlukan tindakan segera.
4. Pasien keempat
Nyeri pada wajah, dada, perut, dan kedua tangannya akibat luka bakar
Luka bakar derajat 2 pada wajah, leher, dada, punggung dan lengan pasien
dengan luas sekitar 30%
Pasien keempat termasuk dalam prioritas tertinggi (merah) karena luka bakar
yang dialam pasien termasuk dalam luka bakar berat, kesadaran menurun
(somnolen), penurunan tekanan darah. Pasien memerlukan tindakan segera
URUTAN PENANGAN PASIEN
42
Cardiovascular
Life
Support
adalah
serangkaian
43
Hidup Dasar Primer adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara
efektif dan benar, diikuti dengan pemberian ventilasi yang efektif sampai
didapatkan kembalinya sirkulasi sistemik secara spontan atau tindakan
dihentikan karena tidak ada respon dari penderita setelah tindakan dilakukan
beberapa saat. Jikalau setelah dilakukan survei Bantuan Hidup Dasar Primer
secara efektif didapatkan kembalinya sirkulasi secara spontan, maka tindakan
Survei Bantuan Hidup Dasar Primer langsung dilanjutkan Survei Bantuan
Hidup Jantung Lanjut.
Tujuan survei Bantuan Hidup Dasar Primer adalah berusaha
memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi, dan oksigenasi tubuh secara
efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau
telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan Bantuan Hidup
Jantung Lanjut.
Survei Bantuan Hidup Dasar Primer dilakukan baik untuk penderita
yang mengalami henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita
saksikan atau datang ke Rumah Sakit sudah tidak sadarkan diri. Kita
memeriksa respon penderita dengan memanggil dan menepuk-nepuk pundak
atau menggoyangkan badan penderita bertujuan untuk mengetahui respon
kesadaran penderita (Check responsiveness). Setelah yakin bahwa penderita
dalam keadaan tidak sadar, maka kita meminta bantuan orang lain
menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat Rumah Sakit terdekat dan
meminta bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis yang
lengkap (Call for Help). Jika saat melakukan pertolongan hanya seorang diri,
setelah
melakukan
pemeriksaan
respon
kesadaran,
penolong
segera
44
melakukan
pemeriksaan
terlebih
dahulu.
Setelah
dilakukan
45
1.
2.
3.
Mati klinis : Keadaan tanpa napas dan nadi yang baru terjadi sekitar 4-6
menit (bersifat reversible) belum terjadi kerusakan sel-sel otak.
Mati biologis : suatu keadaan tanpa napas dan denyut nadi yang terjadi
lebih dari 8 menti, atau adanya tanda-tanda mati.
46
Gangguan
Mati dalam
Airway
Sumbatan
3-5
Breathing
Henti nafas
3-5
Circulation
Shock berat
1-2 jam
Disability
Coma
1-2 minggu
Doktrin pertolongan pasien gawat adalah Time saving is life saving, dimana
waktu dan data dasar untuk bertindak sangat terbatas. Sehingga diperlukan
konsep berpikir sederhana, tindakan sistematik dan ketrampilan yang memadai
dalam menolong pasien. Prognosis pasien trauma paling baik pada jam
pertama atau yang disebut The Golden Hour.
Trauma meruupakan salah satu yang membutuhkan tindakan bantuan
dasar, trauma di negara berkembang banyak menghadapi kendala sehingga
menyebabkan perbedaan konsep penanganan. Yang disebabkan oleh berbagai
macam kendala berupa sumber dana, sumber fasilitas dan komunikasi yang
terbatas. Karena oleh karena keterbatasan ini maka tetap berarah ke
pertolongan individu, membantu dan mengembangkan sistem dan melihat ke
arah prevensi.
Pedoman penanganan Hidup dasar (Basic and Advance Life Therapy Support)
adalah A, B, C.
Basic and Advance Life Therapy Support (dulu) :
Airway
Breathing
Circulation
Drugs
ECG
Fibrilation Treatment
Airway
47
Breathing
Circulation
Disabilty
Exposure/ Enviroment
Tujuan ATLS :
1. Evaluasi korban dengan cepat dan tepat
2. Resusitasi & stabilisasi korban sesuai prioritas.
3. Menentukan kebutuhan korban cukup/melebihi fasilitas yang ada.
4. Mengatur cara rujukan antar rumah sakit.
5. Menjamin bahwa penanganan korban sudah optimum.
ATLS terdiri dari Initial Assesment. Initial Assesment adalah penilaian
awal yang cepat tepat dan sistematis terhadap pasien trauma. Initial Assesment
terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
V Persiapan :
V 1.Triase
V 2. Primary survey (ABCDE)
V 3. Resusitasi
V 4. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
V 5. Secondary survey
V 6. Tambahan terhadap secondary survey
V 7. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
V 8. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas
pasien (atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Triase biasa digunakan
jika terjadi bencana masal, yang memerlukan penolongan segera pada korban dengan
melakukan triase. Prosedur triase yang paling banyak digunakan adalah START
(Simple Triage and Rapid Treatment).
Pada skenario, terdapat empat orang korban yang memiliki derajat luka yang
berbeda-beda. Pasien pertama, anak DM yang berusia 5 tahun termasuk dalam triase
kuning karena pada pasien didapatkan luka bakar yang cukup luas, pasien tampak
rewel dan tidak kooperatif. Pasien kedua, Ny. SR 21 tahun termasuk dalam triase
hijau karena luka bakar yang dialami tidak terlalu luas, dan pasien hanya
mengeluhkan nyeri dan sedikit krepitasi. Pasien ketiga, Tn. I 35 tahun termasuk
dalam triase merah karena didapatkan luka bakar derajat tiga dan pasien tidak
memberi respon terhadap rangsangan. Sedangkan pasien keempat, Tn. PD 25 tahun
termasuk dalam triase merah karena didapatkan luka bakar derajad dua namun
terletak pada daerah sensitive atau daerah yang berbahaya, pada pasien juga
didapatkan patensi jalan napas.
Pasien atau korban ketiga dan keempat merupakan pasien yang seharusnya
mendapat penanganan terlebih dahulu, dikarenakan kondisi pada pasien tersebut
sangat mengancam jiwa (waktu penanganan tidak boleh lebih dari satu jam).
49
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Kuliah Ilmu Bedah : Combustio/Luka Bakar, Aksara Medisina, Jakarta : 2010
Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), Advanced Trauma Live Support (ATLS) untuk
Dokter, Edisi 6, American College of Surgeons : 2013
Kinsella J, Rae CP. Clinical pain management acut pain. In : Macintyre PE, editor. Akut
pain management in burns. 2nd rd. London: Hodder & Stoughton Limited ; 2008:
399-405.
Mansjoer A, Trijanti K, Luka Bakar , dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid 2,
Media Eusculapius, FK-UI : 2013
Moenajat Y, Luka Bakar, pengetahuan klinik praktis , Edisi 2, FK- UI, Jakarta: 2012
Munster A, Luka Bakar, dalam Cameron J : Terapi Bedah Mutakhir, Edisi 4, jilid dua,
BinaRupa Aksara, Jakarta :2010
Rab H. Agenda gawat darurat (Critical Care) : pengetasan kritis pada intergumenter- luka
bakar. Bandung : PT. Alumni; 1998: 963-73.
50