Faktor yang dapat mempengaruhi fleksibilitas otot antara lain usia, latar belakang penyakit,
cidera yang pernah diderita, pola hidup. Contohnya seorang atlet lebih fleksibel daripada orang
awam yang tidak pernah olah raga, anak-anak lebih fleksibel dari pada orang dewasa di atas 45
tahun. Pada diri seseorang pun fleksibilitas tiap ototnya berbeda beda di mana sangat
dipengaruhi olah kegiatan sehari hari tergantung pada penggunaan otot otot. Ada bagian otot yang
selalu menerima beban berlebihan. Sebagai contoh seorang perawat yang dalam aktifitas sehari
hari banyak berdiri, jalan, mengangkat dan memindahkan pasien atau mendororng kursi roda.
Kegiatan ini memerlukan fleksibilitas otot hamstring yang memadai agar kualitas kerjanya bagus.
Dalam percobaan, gerakan gerakan seperti standing trunk flexion, trunk extension, dan sit and
reach merupakan beberapa contoh gerakan yang dilakukan untuk menguji fleksibilitas otot otot
hamstring. Menurut Stephen (2010), Hamstring merupakan suatu grup otot sendi panggul dan lutut
yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, dan
membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip. Grup otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu
: M. biceps femoris, M. semitendinosus, M. semimembranosus. M. biceps femoris mempunyai
dua caput, yaitu caput longum dan caput brevis. M. biceps femoris caput longum bekerja pada dua
sendi, berasal dari tuberositas ischiadicum bersama sama dengan M. semitendinosus.
2. METODA
2.1
2.2
Tata Kerja
a. Persiapan Alat
Whole Body Reaction Time
Sebelum memulai praktikum pastikan kabel AC sudah terhubung ke sumber listrik, kabel
Reaction Key dan Stimulus Display Unit sudah terhubung dengan regulator, dan setelah itu
baru tombol ON siap dinyalakan.
Standing Trunk Flexion
Sebelum memulai praktikum box di tempatkan di tempat yang mudah dijangkau. Dalam
artian praktikan bisa menaiki box dengan mudah serta asisten dapat melihat angka pada
connector.
Trunk Extension
Sebelum memulai praktikum Chin Finger di letakkan di depan praktikan, kemudian Chin
Finger diposisikan pada angka 10 cm (dianggap nilai pertama pada kondisi sejajar yang
tertera pada display).
Sit and Reach Test
Laporan Praktikum - Laboratorium Ilmu Faal Fak. Kedokteran Univ. Airlangga
Sebelum memulai praktikum Scale arm diposisikan menghimpit kaki praktikan serta ujung
telapak tangan bisa menyentuh slide-nya pada kondisi duduk tegak lurus.
b. Persiapan Orang Coba
Whole Body Reaction Time
o
Orang coba hanya boleh melihat ke arah Stimulus Display Unit, tidak boleh melihat ke
arah regulator
Subyek berdiri di atas box, dengan posisi kedua tumit saling bersentuhan dan jarak
antara kedua ibu jari sekitar 5 cm.
Trunk Extension
o
Seperti yang tampak pada gambar di buku praktikum, asisten meletakkan tubuhnya di
antara kaki subyek dan menahan lutut subyek dengan lututnya, dan menahan paha
subyek dengan tangannya. Jangan sampai mendorong panggul subyek.
Subyek duduk di lantai sambil meluruskan kakinya (telapak kai menempel pada bantalan
karet alat). Kepala punggung atas dan bawah harus menempel di dinding.
Subyek meluruskan kedua lengannya ke depan. Posisi telapak tangan kanan di atas
telapak tangan kiri, dimana jari tengah keduanya saling menempel dan berhadapan.
c. Pelaksanaan
Whole Body Reaction Time
o
Aksi
a. Operator memilih frekuensi suara yang dikehendaki lalu menekan tombol auditory.
b. Pada stimulus display unit akan keluar suara degan frekuensi tersebut, orang coba
segera memencet tombol pada Reaction Key sesuai dengan frekuensi suara yang
terdengar.
Pengukuran
a. Operator mencatat angka yang tertera pada regulator
b. Percobaan dilakukan sebanyak lima kali, hasilnya dimasukkan dalam tabel dan
dihitung rata-ratanya.
Aksi
a. Dengan kedua kaki dan tangan lurus, bungkukkan badan ke depan pelan-pelan dan
turnkan cursor sepanjang penyangganya.
b. Tidak boleh menggunakan momentum atau menekuk lutut.
Pengukuran
a. Pemeriksa mencatat hasil yang tertera pada cursor.
Gambar 1 Posisi
Standing Trunk
Flexion
Trunk Extension
o
Aksi
a. Subyek
berusaha
menaikkan
dagunya
setinggi
membengkokkan opunggungnya ke arah atas.
mungkin
dengan
cara
Pengukuran
Aksi
a. Subyek menggerakkan tangannya ke depan sejauh mungkin (dengan cara menekuk
tubuh pada pinggang) sehingga ujung jari tengah akan mendorong scale arm.
b. Jika lutut subyek menekuk, atau menggunakan momentum untuk meningkatkan
jarak tempuh, maka pengukuran dinyatakan gagal dan harus diulang.
Pengukuran
Auditory
Stimulus
500H
z
1000H
z
3000H
z
No
1
2
3
4
5
Rata-Rata
3.2.
Hana
0,442
s
0,574
s
0,529
s
0,561
s
0,535
s
0,528
s
Tarikh
0,636
s
0,478
s
0,519
s
0,463
s
0,422
s
0,504
s
3.3.
3.4.
Juju
0,610
s
0,310
s
0,388
s
1,139
s
0,531
s
0,595
s
STF 1 (cm)
15,7
23,1
15,7
STF 2 (cm)
14,8
23,1
16,4
SFT 3 (cm
13,4
23,6
16
Trunk Extension
Nama Praktikan
TF 1 (cm)
TF 2 (cm)
TF 3 (cm
Tarikh Omar
29,7
29,5
25,5
Hana Zahra
25,6
30
35,5
Jualita Kusuma
37,4
40,6
38,2
SaRT 1 (cm)
35
37,5
46,5
SaRT 2 (cm)
40
39,5
51
SaRT 3 (cm
42,5
42,5
51,5
4. PEMBAHASAN
4.1.
Reaction Time
Pada percobaan ini kami hanya dapat menggunakan satu stimulus yaitu Auditory dikarenakan
alat tidak dapat menampilkan warna pada stimulus visual.
Lord Rutherford, menyatakan bahwa gelombang suara menyebabkan seluruh membran
basiralis bergetar dan kecepatan getaran membran menentukan kecepatan impuls serabut saraf
disaraf auditoris. Jadi, nada 1000Hz menyebabkan membran basilaris bergetar 1000 kali perdetik,
yang menyebabkan saraf disaraf auditoris memincu 1000 impuls perdetik dan otak
menginterpretasikan hal ini sebagai nada tertentu karena teori ini menyatakan bahwa
pendengaran nada tergantung pada bagaimana suara bervariasi menurut waktu dengan
dinamakan teori temporal atau teori frekuensi.
Percobaan visual menggunakan alat yang memiliki Regulator, Stimulus Display Unit, dan
Reaction Key. Dari gabungan alat itu orang coba dapat mendengar auditory yang muncul pada
Stimulus Display Unit dan kemudian orang coba menentukan dengan menekan tombol pada
Reaction Key. Regulator berisi stimulus yang akan disimulasikan melewati Stimulus Display Unit.
Regulator ini berisi tombol untuk visual dan auditory. Ketika kursor di Regulator diarahkan ke
frekuensi tertentu dan dipencet, maka akan terdengar suara sesuai dengan frekuensi di Stimulus
Display Unit. Pada Reaction Key ada tiga tombol, urutan frekuensi dari paling kiri sampai kanan
yaitu 500Hz, 1000Hz dan 3000Hz. Pada saat percobaan keadaan jari dan tangan harus di luar
Reaction Key, untuk menghindari kecurangan yaitu menekan semua tombol secara bersamaan.
Tiap orang coba melakukan tes Auditory sebanyak lima kali. Orang coba tidak diberitahu
berapa frekuensi yang akan didengar pada Stimulus Display Unit. Maka dari itu orang coba harus
berkonsentrasi lalu menekan tombol, jika tombol yang ditekan orang coba salah , maka waktu akan
terus berputar hingga orang coba menebak secara benar.
Di data hasil pengamatam didapatkan hasil percobaan dari tiga orang coba, orang pertama
perempuan (Hana) memiliki rata-rata response time 0,528 s, orang kedua laki-laki (Tarikh) memiliki
rata-rata response time lebih baik yaitu 0,504 s, dan orang coba ketiga perempuan (Juju) memiliki
rata-tara lebih rendah yaitu 0,595 s. Data yang dihasilkan tidak jauh berbeda antara ketiga orang
coba, namun dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki response time yang lebih baik daripada
perempuan.
Sebenarnya, terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi response time dari praktikan,
yakni :
Fleksibilitas
Laporan Praktikum - Laboratorium Ilmu Faal Fak. Kedokteran Univ. Airlangga
Pada percobaan fleksibilitas, pengukuran dilakukan terhadap jarak terjauh yang berhasil diraih
praktikan dalam melakukan percobaan standing trunk flexion, trunk extension, dan sit and reach
test. Pengukuran dilakukan berulang, sebanyak tiga kali dan diambil jarak terjauhnya. Berikut
adalah hasil percobaan:
Nama Praktikan
STF (cm)
TE (cm)
SaRT (cm
15.7
29.7
23.6
35.5
16.4
38.2
untuk pria dan wanita berusia 20 tahun
42.5
42.5
51.5
adalah
STF (cm)
TE (cm)
13.1
15.5
54.9
54.7
Pria
Wanita
Dari data hasil percobaan dan literature, nilai fleksibilitas pada perempuan lebih besar dari
pada laki laki, seperti yang tercantum dalam buku panduan praktikum. Fleksibilitas seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: aktivitas, kegemukan, usis, gender, latihan angkat beban,
struktur tulang, otot, struktur sendi, dan jaringan ikat sekitar sendi. Akan tetapi, jika dibandingkan
antara hasil percobaan dengan literatur yang ada, maka fleksibilitas praktikan saat percobaan
standing trunk flexion berada diatas rata rata. Ini mungkin saja terjadi karena aktivitas atau
kebiasaan kebiasaan praktikan yang sehingga otot otot harmstring menjadi lebih elastis.
Sedangkan pada percobaan trunk extension, hasil percobaan berada jauh dibawah literatur. Ada dua
perbedaan yang bertolak belakang dalam pengukuran sifat fleksibilitas otot otot harmstring ini.
Kemungkinan kemungkinan ini bisa saja berasal dari faktor faktor eksternal seperti:
1. Alat yang sudah tua
2. Alat yang tidak dapat di kalibrasi
3. Pemasangan yang tidak pas saat percobaan
4. Kesalahan dalam membaca data
Oleh karena itu, untuk percobaan selanjutnya pastikan alat alat yang digunakan berada dalam
kondisi yang baik, tidak karatan, dan bisa di kalibrasi. Secara garis besar, perobaan percobaan
standing trunk flexion, trunk extension, dan sit and reach test ini sudah cukup bisa mewakili
pengujian fleksibilitas otot otot harmstring.
5. KESIMPULAN
5.1.
Reaction Time
Dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki response time yang lebih baik daripada perempuan.
Terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi response time dari praktikan, yakni : tingkat
ketegangan praktikan; latihan sebelum uji; tingkat kelelahan praktikan; gangguan dan pengalihan
perhatian; urutan stimuli; dan kebiasaan olahraga praktikan
5.2.
Fleksibilitas
Dari data hasil percobaan dan literature, nilai fleksibilitas pada perempuan lebih besar dari pada
laki laki. Fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: aktivitas, kegemukan,
usia, gender, latihan angkat beban, struktur tulang, otot, struktur sendi, dan jaringan ikat sekitar
sendi.
Ucapan terima kasih kami peruntukkan untuk para dosen pembimbing praktikum, terutama dr. Irfiansyah
Irwadi, M.Si selaku dosen pembimbing percobaan Response Time dan Fleksibilitas.
Kami sampaikan pula ucapan terima kasih sebesar-besarnya terhadap Departemen Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga atas kesempatannya sehingga kami bisa menggunakan fasilitas
laboratorium praktikum Ilmu Faal.
Adapun terhadap segala kekurangan pada laporan ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran agar bisa menjadi acuan untuk karya yang lebih baik.
Semoga Laporan Praktikum Response Time dan Fleksibilitas ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta: EGC
[2]
Heward, William L. John O. Cooper. Timothy L.Heward. 2006. Applied Behavior Analysis, 2/E. Online
Publication date : 28-Dec-2006
[3]
Pui W.Kong, Stephen F.Burns.2010. Bilateral diffrerence in hamstrings to quadriceps ratio in healthy
males and females. Physical Therapy in Sport 11, 12-17. Online publication date: 1-Feb-2010
[4]
Wismanto. 2011. Pelatihan Metode Active Isolated Stretching lebih efektif daripada Contract Relax
Stretching dalam Meningkatkan Flexibilitas Otot Hamstring. Bandung. Jurnal Fisioterapi.
[5]
Purwanto, Bambang dkk. 2015. Panduan Praktikum Fisiologi Manusia. Surabaya: PT Revka Petra
Media.