Anda di halaman 1dari 5

ICU

Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat


resiko kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat
dan tepat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan
keputusan yang cepat ditunjang data yang merupakan hasil observasi dan
monitoring yang kontinu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan standar
perawatan yang tinggi membutuhkan peralatan tehnologi tinggi yang
menunjang. Peralatan yang ditemukan di ICU antara lain bed side monitor,
oksimetri, ventilator, dll yang jarang ditemukan di ruangan lain dan
peralatan tersebut ditunjang oleh tehnologi tinggi. Inovasi tehnologi tetap
dibutuhkan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
ICU seiring dengan bertambahnya kompleksitas masalah di ICU. Tele-ICU
sudah digunakan 25 tahun yang lalu dengan metode remote telemedicine
pada 395 pasien di ICU yang terdapat pada 100 bed di RS. Proyek
tersebut menunjukan bahwa konsultasi televisi memberikan pengaruh
lebih besar pada tataran klinik dan pendidikan dari pada konsultasi via
telepon. Secara historis demonstrasi tersebut menunjukan bahwa tele-ICU
consultation memiliki keuntungan klinis yang lebih besar seperti
mengurangi lama hari rawat (lenght of stay), meningkatkan pengelolaan
dan tranfer pasien trauma, dan meningkatkan konsultasi untuk
pasien kritis.
Definisi
Ruang rawat di RS dengan staf & perlengkapan khusus ditujukan untuk
mengelola pasien dengan penyakit trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwa( T.E.Oh, 1997)
Ruang rawat di RS dengan staf & perlengkapan khusus untuk merawat
dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh karena kegagalan/
disfungsi suatu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidup reversibel( RSS)
2.2 Fungsi ICU
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola
pasien yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia
umumnya berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU (Jantung),
Unit dialisis dan neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini adalah segi
ekonomis dan operasional dengan menghindari duplikasi peralatan dan
pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICU Medik dan Bedah.
Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :
1. ICU Medik
2. ICU trauma/bedah
3. ICU umum
4. ICU pediatrik

5. ICU neonatus
6. ICU respiratorik
2.3 Macam Macam ICU
Mengingat bahwa kemampuan dan sarana ditiap rumah sakit sangat
bervariatif maka ICU dikategorikan berdasar kemampuannya, yaitu
sebagai berikut :
1. ICU PRIMER.
a. Memiliki kriteria pasien masuk, keluar & rujukan.
b. Memiliki dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala
c. Mempunyai dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan
resusitasi
jantung paru (A-B-C-D-E-F).
d. Konsulen yang membantu harus bisa dihubungi dan dipanggil setiap
saat.
e. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
f. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratrium tertentu (Hb,
Ht,
elektrolit, gula darah & trombosit), sinar-X, fisioterapi.
2. ICU SEKUNDER.
a. Seperti persyaratan ICU PRIMER
b. Ada konsultan intensiv care
c. Mampu merawat dengan alat bantu nafas (ABN).
d. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan 1:1 untuk
pasien dg ABN, CRRT (continuous renal replacement therapy) dan 2:1
untuk lainnya.
e. > 50% tenaga perawat bersertifikat perawat ICU (minimal pengalaman
kerja di ICU > 3 th).
f. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
g. Laboratorium dan penunjang bekerja 24 jam
3. ICU TERTIER.
a. Memiliki dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dapat dihubungi
dan
segera datang bila diperlukan.
b. Dikelola oleh intensivist.
c. Kualitas tenaga perawat : > 75% bersertifikat perawat ICU.
d. Mampu melakukan pemantauan invasif.
e. Memiliki minimal satu tenaga pendidik untuk medis ataupun para
medis.
f. Memiliki prosedur pelaporan dan pengkajian.

g. Memiliki staf tambahan lain (tenaga administratif untuk kepentingan


ilmiah / penelitian.
2.4 Syarat Ruangan ICU
Jumlah Bed ICU di Rumah Sakit idealnya adalah 1-4 % dari kapasitas bed
Rumah Sakit. Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU
sebaiknya di wilayah penanggulangan gawat darurat (Critical Care Area),
jadi ICU harus berdekatan dengan Unit Gawat Darurat, kamar bedah, dan
akses ke laboratorium dan radiologi. Transportasi dari semua aspek
tersebut harus lancar, baik untuk alat maupun untuk tempat tidur.
Syarat Ruangan ICU yaitu diantaranya:
1. Ruangan
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. untuk
kamar isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka
dengan kamar isolasi tergantung pada jenis rumah sakit.
2. Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan oksigen, 2
udara tekan, 4 penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu
penerangan. Peralatan tersebut dapat menempel di dinding atau
menggantung di plafon.
3. Monitor dan Emergency Troli
Monitor dan emergency troli harus mendapat tempat yang cukup. Di
pusat siaga, sebaiknya ditempatkan sentral monitor, obat-obatan yang
diperlukan, catatan medik, telepon dan komputer.
4. Tempat Cuci Tangan
Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan perawat untuk
mencapainya setiap sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien
(bla memungkinkan 1 tempat tidur mempunyai 1 wastafel)
5. Gudang dan Tempat Penunjang
Gudang meliputi 25 30 % dari luas ruangan pasien dan pusat siaga
petugas. Barang bersih dan kotor harus terpisah.
2.5 Sarana dan Prasarana
Sarana.
Agar pengelolaan pasien bisa berhasil diperlukan sarana yang memadai.
Sarana peralatan dan kemampuan yang seyogyanya dimiliki oleh ICU
antara lain :
1. Mampu resusitasi jantung paru otak.
2. Mampu mengelola jalan nafas & ventilasi
3. Sarana terapi oksigen
4. Pacu jantung temporer
5. Monitor yang kontinyu
6. Laboratorium yang cepat & komprehensif
7. Pelayanan nutrisi

8. Intervensi dengan pompa infus


9. Alat portabel untuk transportasi
Prasarana
Untuk mencapai sistem pelayanan yang demikian maka SDM yang
berkecimpung dalam pelayanan di ICU perlu mendapat pendidikan khusus
(tambahan), karena mengelola pasien sakit kritis di ICU tidak sama
dengan mengelola pasien sakit tidak kritis di bangsal perawatan biasa.
Disamping alasan tersebut diatas, pendidikan tambahan diperlukan agar
bahasa yang digunakan dalam mengelola pasien di ICU (yang secara
tim) sama dan tujuan yang sama pula.
2.6 Indikasi dan Kontra Indikasi Pasien Masuk ICU
INDIKASI MASUK ICU
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam
jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multple
organ atau sistem dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan
kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif. Selain
adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi sosial yang
memungkinkan seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU.
Ada 3 prioritas pasien masuk ICU yaitu :
Prioritas I
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan bantuan ventilasi,
monitoring obat obatan vosoaktif secara kontinyu.
Misal : px bedah kardiotoraksik, px shock septic.
Prioritas II
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU, karena
memerlukan terapi inkusif segera. misalnya : pada pasien penyakit dasar
jantung, paru / ginjal acut & berat / telah mengalami pembedahan mayor.
Prioritas III
Pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana kemungkinan kesembuhan atau
mendapat manfaat dari terapi ICU.
Misalnya : Px dengan keganasan metastase fisik disertai infeksi pericardial
tamponade / sumbatan jalan nafas dll.
KONTRAINDIKASI MASUK ICU
Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang
sangat menular, misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang
masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai riwayat penyakit menular
INDIKASI PASIEN KELUAR ICU
Ada 3 kriteria pasien keluar ICU yaiutu :

1.Pasien prioritas 1
Px dipindahkan apabila tidak membutuhkan lagi perawatan intensif / jika
terapi mengalami kegagalan, proguasa jangka pendek buruk.
Contoh : px dengan tiga / lebih gagal sistim program
2. Pasien Prioritas 2
Apabila hasil pemantauan insentif menunjukkan bahwa perawatan insentif
tidak dibutuhkan lagi
3. Pasien Prioritas 3
Bila kebutuhan untuk terapi telah tidak ada lagi, dan kemungkinan
kemungkinan kesembuhan sangat kecil. Misal : penyakit paru kronis,
penyakit lever terminal, karsinama yang telah menyebar luas.

Anda mungkin juga menyukai