Anda di halaman 1dari 37

Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TB Paru Dengan Diabetes Melitus Tipe 2

Oleh :
Elly Lutfiasari
1410029048

Pembimbing :
dr. Khairul Nuryanto, M. Kes
Veronica Hinum SKM.,MM
dr. Kasiman

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Puskesmas Palaran Samarinda
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh dunia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2011 mengenai
perkiraan kasus TB secara global disebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat
insidensi TB sebanyak 8,59,2 juta kasus per tahun,1 sedangkan pada tahun 2009
terdapat 1,7 juta kematian akibat TB.1
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor resiko paling penting
dalam terjadinya perburukan TB. Hubungan antara TB dan DM telah lama
diketahui karena pada kondisi diabetes terdapat penekanan pada respon imun
penderita yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya infeksi oleh
mikobakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dan kemudian berkembang
menjadi penyakit tuberkulosis. Pasien dengan diabetes memiliki risiko terkena
tuberkulosis sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. 2
Interaksi antara penyakit kronik seperti TB

dengan DM perlu mendapatkan

perhatian lebih lanjut karena kedua kondisi penyakit tersebut seringkali ditemukan
secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama pada orang dengan risiko tinggi
menderita TB.1-2
Diabetes mellitus telah dilaporkan dapat mempengaruhi gejala klinis TB
serta berhubungan dengan respons lambat pengobatan TB dan tingginya
mortalitas. Peningkatan reaktivasi TB juga telah dicatat pada penderita DM.
Sebaliknya juga bahwa penyakit tuberkulosis dapat menginduksi terjadinya
intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada pasien dengan DM,
namun akan mengalami perbaikan dengan pengobatan anti TB (OAT). Upaya
pencegahan dan pengendalian dua penyakit mematikan DM dan TB sangat
penting untuk menurunkan mortalitas karena TB.1

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. M

Umur

: 46 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang buah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: JL. Mulawarman III RT. 17 Rawa Makmur

2.2.

Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016 pada pukul 16.00

WITA di Rumah Pasien.


2.2.1. Keluhan Utama
Batuk sejak 2 bulan yang lalu.
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Puskesmas dengan keluahn batu sejak 2 bulan yang
lalu. Pasien mengaku batuk tidak sembuh walaupun telah diberi obat antibatuk
yang pasien beli sendiri. Batuk tidak terlalu berdahak dengan warna dahak putih
sampai kuning, dan menurut pengakuan pasien batuk tidak pernah berdarah.
Keluhan batuk ini disertai dengan keluhan lain berupa demam dan keringat
malam. Demam tidak pernah tinggi, hanya sumer-sumer saja menurut pengukuran
pasien. Pasien juga merasakan berat badannya menurut banyak semenjak batukbatuk tersebut, nafsu makan pasien juga berkurang.
Pasien mengatakan bahwa keluhan serupa juga pernah dirasakan oleh istri
1 tahun yang lalu, dan dikatakan bahwa istri pasien terkena TB Paru dan telah
dinyatakan sembuh.

2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal memiliki penyakit paru
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak 3 tahun yang lalu
dan tidak rutin kontrol berobat ke Puskesmas.
Riwayat Hipertensi, Penyakit Jantung dan Alergi disangkal.
2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga ada yang pernah memiliki riwayat keluhan serupa

dengan pasien, yaitu istri dan menantu pasien.


Istri dan menantu pasien pernah menderita TB Paru.
Istri pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.

2.2.5. Riwayat Kebiasaan dan Psikososial


Pasien tinggal bersama istri dan 3 orang anaknya yang belum menikah.
Pasien bekerja sebagai pedagang buah sejak 10 tahun yang lalu. Namun dalam 1
bulan ini, pasien memutuskan untuk berhenti bekerja sementara waktu dan
sekarang anak ke duanya yang membantu berdagang. Sejak berhenti bekerja
pasien lebih sering tinggal dirumah, dan hanya sesekali saja pergi ke kios buah
nya untuk berjualan. Kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dengan porsi yang
sedang. Tidak pernah melakukan olahraga. Tidak merokok, tidak minumminuman beralkohol, tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
2.2.6. Genogram

Keterangan :
+

Laki-laki

Laki-laki pernah TB Paru

Perempuan

Pasien

2.3.

Perempuan pernah TB Paru


Tinggal serumah

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016 di Rumah Pasien.
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Antropometri
BB

: 66kg

TB

: 158 cm

IMT (Indeks Massa Tubuh)

: 26,43 kg/ m2

Status gizi

: Baik

Tanda vital
Tekanan Darah

120/ 70 mmHg

Frekuensi Nadi :

80 kali/menit

Frekuensi Nafas :

20 kali/menit

Suhu

36,1o C

Status generalisata
Kepala/ Leher

: Rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut


Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
Pernafasan cuping hidung (-), bibir sianosis (-)

Mulut

: Mukosa mulut kering, faring hiperemi (-), pembesaran


tonsil (-), sariawan (-), perdarahan gusi (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-/-)

Kulit

: Dermatosis (-), turgor baik

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-),
pelebaran ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris
Perkusi :

D
Sonor
Sonor
Sonor

S
Sonor
Sonor
Sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)


Jantung
Inspeksi : Bentuk dada normal , Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra, batas jantung
kiri : midclavicula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi

: Distensi(-)

Palpasi

: Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)

Perkusi

: Timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Ekstremitas
Atas

: oedem (-/-) akral hangat, sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)

Bawah : oedem (-/-) akral hangat, sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)
Refleks patologis (-)
Refleks fisiologis dalam batas normal

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 29 November 2016
Pemeriksaan Dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) : (+)
2.5. Diagnosa Kerja
TB Paru + Dabetes Melitus Tipe 2
2.6.

Penatalaksanaan

2.6.1. Edukasi
a.

Edukasi kembali mengenai penyakit TB yang bersifat menular , dan


menjelaskan mengenai penyakit Tb dan cara penyebarannya, sehingga
anggota keluarga lain yang saling berinteraksi mengerti akan resiko
dan memiliki kemungkinan penyakit TB. Meminta keluarga pasien
untuk memeriksakan diri apabila memiliki keluhan serupa dengan

b.

pasien.
Edukasi mengenai pengobatan TB dan efek samping dari pengobatan
serta komplikasinya. Diperlukan ketaatan dalam berobat TB dan
kontol rutin untuk memantau perkembangan terapi serta laboratorium
(darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati. Dapat ditunjuk PMO bagi
pasien untuk mengawasi keteraturan pasien mengkonsumsi obat TB

c.

setiap hari.
Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan
menjaga kebersihan rumah. Anggota keluarga juga dianjurkan untuk

d.

meningkatkan gizi dan menjaga daya tahan tubuh.


Pentingnya dukungan keluarga, baik masalah motivasi maupun

e.

kebutuhan sehari-hari pasien.


Edukasi mengenai penyakit diabetes melitus yang diderita serta
pengaruh penyakit diabetes melitus terhadap penyakit TB Paru yang
diderita.

2.6.2. Medikamentosa
OAT Kategori 1 Fase Intensif (FDC) 4 tablet sehari.
Metformin 3 x 500 mg
2.7.

Prognosis

Dubia
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
3.1. Identitas Keluarga
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Keterangan
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
perkawinan
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
lengkap

I. Kepala Keluarga
Tn. M
46 tahun
Laki-laki

II. Pasangan
Ny. PW
40 tahun
Perempuan

Menikah

Menikah

Islam
Jawa
SMP
Pedagang

Islam
Jawa
SMP
Ibu Rumah Tangga

Jl. Mulawarman RT. 17 Rawa Makmur

3.2. Anggota Keluarga


Anggota

No.

Keluarga
Tn. M

1.

Hub.

Stt.

Pedagang

Klrg.
Kepala

Nikah
Menikah

Serumah
Ya
Tdk Kdg
Ya
-

Menikah

Ya

Usia

Pekerjaan

46 th

2.

Ny. PW

40 th

Ibu Rumah

Keluarga
Istri

3.

Ny. N

28th

Tangga
Ibu Rumah

Anak

Menikah

Tdk

4.

An. PTW

26 th

Tangga
Serabutan

Kandung
Anak

Belum

Ya

Serabutan

Kandung
Anak

Menikah
Belum

Ya

SMA

Kandung
Anak

Menikah
Belum

Ya

Kandung

Menikah

5.

An. PBS

6.

An. K

21 tn
15 th

Status Imunisasi di keluarga:


Pasien mengungkapkan untuk anak-anaknyamemilikiriwayat imunisasi yang
lengkap.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Istri dan menantu pasien pernah mengeluhkan keluhan serupa dan
dinyatakan menderita penyakit TB Paru namun telah dinyatakan sembuh. Istri
pasien menderita penyakit kronik yaitu Diabetes Melitus. Keluarga pasien jarang
melakukan pemeriksaan diri untuk kontrol kesehatan ke pelayanan kesehatan.
3.3. Status Fisik, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
No. Ekonomi Keluarga

Keterangan

1.
2.
3.

20 x 27 meter
5x 10 meter
Rumah ialah rumah pasien yang terbuat

Luas tanah
Luas Bangunan
Pembagian ruangan

dari beton,terdiri dari 1 lantai, dengan 1


ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang
makan yang bergabung dengan dapur,
kamar mandi bergabung

dengan WC

dan berada di dalam rumah, berdekatan


4.
5.

Besarnya daya listrik


Tingkat pendapatan keluarga pasien :

dengan tempat dapur.


450 Watt

a. Pengeluaran rata-rata per bulan


Bahan makanan :Beras, Lauk/ikan, Rp 1.200.000,00
sayur, Air minum
Diluar bahan makanan : Pendidikan, Rp 1.000.000,00
Kesehatan, Listrik, Lain-lain
b. Penghasilan keluarga/bulan
Rp 2.000.000,00 4.000.000,00
No. Perilaku Kesehatan
1.
2.

Pelayanan promotif/preventif
Pemeliharaan
kesehatan

Puskesmas
anggota Puskesmas

3.
4.

keluarga lain
Pelayanan pengobatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan

Puskesmas, Rumah Sakit


Tidak ada

No

Pola Makan Keluarga

1.

Pasien

Makan 3 kali sehari (pagi, siang dan


malam). Menu terdiri dari nasi, ikan,
sayur.

No. Aktivitas Keluarga


1.

Aktivitas fisik
a. Pasien

Bangun pagi pukul 05.00 melaksanakan


sholat

subuh

kemudian

pasien

menonton TV dan dilanjutkan dengan


sarapan, kemudian pasien berangkat
bekerja pukul 08.00 dan pulang pukul
17.00. Setelah selesai bekerja pasien
langsung pulang ke rumah.
b. Ny. PW (Istri pasien)

Merupakan ibu rumah tangga, seharihari mengurus pekerjaan rumah tangga


seperti memasak, mencuci piring dan
pakaian serta membersihkan rumah
pada pagi hari.

c. Ny. N (Anak Ke-1)

Merupakan ibu rumah tangga, seharihari mengurus pekerjaan rumah tangga


seperti memasak, mencuci piring dan
pakaian serta membersihkan rumah
pada pagi hari.

d. An. PTW (Anak Ke-2)


Bekerja serabutan, kadang membantu
pasien berdagang buah, kadang menjadi
e. An. PBS (Anak Ke-3)

tukang bangunan.

f. An. K (Anak Ke-4)

Bekerja membantu pasien berdagang

10

buah.

2.

Aktivitas mental

Sekolah dan belajar.


Pasien dan keluarga

melaksanakan

ibadah sholat 5 waktu.


No. Lingkungan
1.

Sosial

2.

Fisik/Biologik :

Hubungan dengan lingkungan sekitar


baik.

Perumahan dan fasilitas

Sederhana

Luas tanah

20x 27 m2

Luas bangunan

5x 10 m2

Jenis dinding terbanyak

Beton

Jenis lantai terluas

Keramik

Sumber penerangan utama

Lampu listrik

Sarana MCK

Kamar mandi tergabung dengan WC.


Mencuci

pakaian

dan

alat

makan

bersebelahan dengan kamar mandi


Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah di alirkan ke parit yang


berada di belakang rumah

Sumber air sehari-hari

Air Sumur

Sumber air minum

Air isi ulang (galon)

Pembuangan sampah

Sampah dikumpulkan kemudian dibakar


di halaman samping rumah.

Lingkungan kerja
- Pasien Tn. M

Risiko kecelakaan kerja (+)

- Ny. PW

Risiko kecelakaan kerja (-)

- Ny. N (Anak ke-1)

Risiko kecelakaan kerja (-)

- An. PTW (Anak ke-2)

Risiko kecelakaan kerja (+)

- An. PBS (Anak ke-3)

Risiko kecelakaan kerja (+)

- An. K (Anak ke-4)

Risiko kecelakaan kerja (-)

3.4 PENILAIAN APGAR KELUARGA

11

Kriteria

Adaptasi

Kemitraan

Pertumbuhan

Kasih sayang

Hampir

Kadang

Selalu
(2)

Kadang
(1)

Pernyataan

Saya puas dengan keluarga


saya karena masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan sesuai dengan
seharusnya

Saya puas dengan keluarga


saya karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi

Saya puas dengan kebebasan


yang diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki

Saya puas dengan kehangatan


dan
kasih
sayang
yang
diberikan keluarga saya

Kebersamaan Saya puas dengan waktu yang


disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Total

Hampir
tidak pernah
(0)

Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor 5= Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 9, artinya keluarga ini menunjukan
fungsi keluarga sehat.
3.5. Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga

12

No

Indikator Pertanyaan

Keterangan

Jawaban
Ya

Tidak

13

A. Perilaku Sehat
1
Tidak merokok

Pasien tidak merokok.

Apakah ada yang memiliki Anak ke-2 dan ke-3


kebiasaan merokok?

pasien merupakan
perokok aktif

Persalinan
Dimana

ibu

melakukan Anak ke-1 lahir ditolong

persalinan?

oleh bidan di rumah.


Anak ke-2 lahir ditolong
oleh bidan di Bidan di
rumah.

Anak ke-3 lahir ditolong


oleh bidan di Bidan di
rumah.
Anak ke-4 lahir ditolong
oleh bidan di Bidan di
rumah
3

Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah di Riwayat imunisasi anak

imunisasi lengkap?
Balita di timbang
Apakah

balita

ibu

lengkap.
sering Balita

ditimbang? Dimana?

ditimbang

Posyandu

di

setiap

bulannya.
5

Sarapan pagi
Apakah

seluruh

anggota Pasien

keluarga memiliki kebiasaan pasien


sarapan pagi?

dan

keluarga

sarapan

sebelum

pagi

memulai

aktivitas.
6

Dana sehat / Askes


Apakah anda ikut menjadi Pasien

dan

peserta jaminan kesehatan?

pasien

kelurga
memiliki
kesehatan,

anggota

tidak
jaminan

dikarenakan

14

tidak

memiliki

uang

untuk mengurus jaminan


7

Cuci tangan
Apakah

seluruh

keluarga
kebiasaan

anggota Seluruh anggota keluarga

mempunyai mencuci tangan dengan


mencuci

tangan air dan sabun sebelum

menggunakan sabun sebelum makan

dan

sesudah

makan dan sesudah buang air buang air besar.


8

besar ?
Sikat gigi
Apakah
memiliki

anggota
kebiasaan

keluarga Seluruh anggota keluarga


gosok melakukan

gigi menggunakan odol?

kebiasaan

menggosok gigi dengan


pasta gigi.

Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga

Pasien dan keluarga tidak

melakukan aktivitas fisik atau

pernah

olahraga teratur?

olahraga.

melakukan

B. Lingkungan Sehat
1

Jamban

Di

rumah

terdapat

Apakah dirumah tersedia

jamban

jamban dan seluruh keluarga

bergabung dengan kamar

menggunakannya?
Air bersih dan bebas jentik

mandi.
Di rumah menggunakan

Apakah dirumah tersedia air

sumber air berasal dari air

bersih dengan tempat/tendon

Sumur

air tidak ada jentik ?

Di kamar mandi terdapat

yang

namun

2 drum penampung air


dan

terdapat

jentik

jentik nyamuk, dan di


WC

terdapat

penampungan
jamban

bak

air

dan

terdapat

jentik

15

nyamuk. Menurut pasien


drum penampungan air
rutin

di

bersihkan

minggu sekali.
3

Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia

Tidak tersedianya tempat

tempat sampah? Dan di

sampah

khusus

lingkungan sekitar rumah

dilingkunan

sekitar,

tidak ada sampah berserakan?

namun terdapat karung


karung

yang

tersedia

untuk mempung sampah


terdapat sedikit sampah
yang

berserakan

di

bagian samping rumah


pasien.
4

SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL

Lingkungan

disekitar rumah?

rumah dekat rawa dan


pesawahan

sekitar
dan

lahan

pertanian.
5

Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara

Ukuran ventilasi cukup

didalam rumah?

1/10 luas lantai untuk tiap

ruangan. Setiap ruangan


terdapat setidaknya 1
ventilasi untuk pertukaran
udara.
6

Kepadatan
Apakah ada kesesuaian

Pengukuran kepadatan

rumah dengan jumlah

dimana 1 orang penghuni

anggota keluarga?

membutuhkan 2x2x2

meter.
7

Lantai
Apakah lantai bukan dari

Seluruh lantai rumah

16

tanah?

terbuat dari keramik,


sebagian dari semen.

C. Indikator tambahan
1
ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6

Semua anaknya

bulan hanya mendapat ASI

mendapatkan asi

saja sejak lahir sampai 6

eksklusif.

bulan
Konsumsi buah dan sayur

Apakah dalam 1 minggu

Semua anggota keluarga

terakhir anggota keluarga

mengkonsumsi sayur dan

mengkonsumsi buah dan

buah

sayur?
Jumlah

12

Klasifikasi :
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18pertanyaan (Biru)
Kesimpulan :
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 12 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya
masuk dalam klasifikasi SEHAT III.

3.6. Resume Faktor Risiko Keluarga

Fisik

Bentuk rumah merupakan rumah permanen dengan


dinding beton pada seluruh dinding dan sedikit

17

lembap, berlantai keramik. Langit-langit rumah


terbuka langsung ke atap pada ruang tamu, ruang
keluarga, dapur, ruang makan dan kamar mandi.
Ventilasi pada rumah ini kurang, hanya terdapat satu
jendela pada ruang tamu dan kamar. Pencahayaan
mataharikedalam

sangat

cukup

rumah,

setiap

ruangan memiliki ventilasi yang kurang mempunyai.


Ukuran 1 kamar tidur berukuran 2x2 m2 dan barangbarang kurang tertata rapi. Penempatan barang
kurang beraturan. Lantai kamar mandi dan WC
terbuat dari semen. Bentuk jamban jongkok dan
terdapat masing masing drum penampung air.
Tempat mencuci piring di dekat kamar mandi.
Tempat memasak dan tempat alat makan juga
diletakkan di dapur (rak piring) tempat menaruh

perkakas bekas yang jarang digunakan.


Di sekitar rumah merupakan lingkungan halaman
tanah. Namun di luar terdapat jalan kecil yang telah

di cor serta banyak tanaman disekitarnya.


Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
tipe 2

Pasien menderita penyakit TB Paru mengungkapkan


bahwa

Biologi

ada

kontak

dengan

pasien

TB

Paru

sebelumnya (Istri dan Menantunya).

Pasien mengalami status gizi baik

Pasien memiliki riwayat merokok, namun telah


berhenti sejak 2 tahun yang lalu, penggunaan obatobatan terlarang disangkal.

Psiko-sosio-

ekonomi

Riwayat penyakit TB di dalam keluarga ada.


Keseharian pasien sering di rumah dan kadang pergi
berdagang buah.

Pasientidak memiliki jaminan kesehatan

18

Perilaku
Kesehatan

Pendapatan keluarga cukup


Higiene pribadi cukup.

Pasien berobat ke Puskesmas untuk kontrol penyakit


diabetes melitusnya, namun pasien jarang kontrol.

Pengetahuan pasien dan istri pasien mengenai pola


hidup bersih dan sehat cukup baik, namun masih
kurang dalam menerapkannya di kehidupan sehari-

Gaya hidup
Lingkungan Kerja

hari.
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu dirumah.
Ada risiko dalam pekerjaan.

3.7. Diagnosa Keluarga (Resume Masalah Kesehatan)


Status Kesehatan dan Faktor Risiko (Individu, Keluarga dan Komunitas)

Secara umum, pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat pada
pasien cukup baik akan tetapi dalam hal penerapannya masih kurang baik.

Pasien selalu meminum obat TB serta kontrol rutin ke Puskesmas.

Pasien memiliki status gizi baik (BMI:26,43kg/m2)

Terdapat riwayat penyakit TB dalam keluarga.

Keluarga mengetahui bahwa pasien menderita TB Paru.

Keluarga pasien telah melakukan pemeriksaan SPS dan terdapat 1 anak


pasien yang positive TB Paru.

Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 yang dapat


mempengaruhi kesembuhan pasien terhadap penyakit TB Parunya.

Anak pasien merokok.

Keluarga pasien dan tetangga pasien memiliki faktor risiko tertular


penyakit yang diderita pasien.

Status Upaya Kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)

Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas, dan Rumah Sakit.

19

Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat

dan memeriksakan kesehatan diri.


Tidak rutin kontrol untuk penyakit diabetes melitusnya.

Status lingkungan

Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Bentuk rumah merupakan
rumah permanen dengan dinding beton pada seluruh dinding dan sedikit
lembab, berlantai keramik. Langit-langit rumah terbuka langsung ke atap
ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan dan kamar mandi..
Pencahayaan matahari kedalam sangat cukup rumah, setiap ruangan
memiliki ventilasi yang kurang mempunyai. Ukuran 1 kamar tidur berukuran
2 x 2 m2 dan barang-barang kurang tertata rapi. Penempatan barang kurang
beraturan. Lantai kamar mandi dan WC terbuat dari beton. Bentuk jamban
jongkok dan terdapat masing masing drum penampung air. Tempat mencuci
piring di dekat kamar mandi. Tempat memasak dan tempat alat makan juga
diletakkan di dapur (rak piring) tempat menaruh perkakas bekas yang jarang

digunakan.
Ventilasi pada rumah ini kurang, hanya terdapat satu jendela pada ruang

tamu dan kamar tempat tidur.


Kondisi rumah cukuprapi dan bersih, tata letak barang di dalam rumah

kurang rapi. Penempatan barang cukup beraturan.


Sumber air minum berasal dari air isi ulang (galon). Mencuci dan mandi
berasal dari air Sumur. Terdapat 1 kamar mandi bergabug dengan WC,
dengan bentuk jamban jongkok dan terdapat 2 drum penampungan air pada

masing masing untuk menampung air.


Lantai kamar mandi terbuat dari semen
Tempat mencuci piring dekat di kamar mandi. Tidak ada westafel.
SPAL melalui saluran air ke parit belakang rumah yang mengalir menuju

parit.
Di sekeliling terdapat tanah luas dan parit.

20

Diagnosis Keluarga:
Sebuah keluarga Tn. M terdiri dari 5 orang anggota keluarga inti. Tn. M
merupakan pasien rawat jalan Puskesmas Palaran yang didiagnosis TB Paru
dengan Diabetes Melitus tipe 2. Keluarga ini menempati rumah yang cukup sehat,
namun masih perlu perbaikan di beberapa bagian, terutama pengelolaan sampah
dan limbah sisa rumah tangga. Keluarga ini juga memiliki penerapan hygiene
pribadi dan sanitasi lingkungan yang cukup baik,namun memerlukan edukasi serta
pengetahuan akan faktor resiko akan penyakit yang diderita. Pengetahuan pasien
akan pemyakit diabetes melitus yang dideritanya dapat mempengaruhi
kesembuhan penyakit TB Paru cenderung kurang, serta pengetahuan akan
penyakit diabetes melitus yang diderita masih kurang sehingga pasien tidak
kontrol teratur ke Puskesmas. Pengobatan terhadap penyakit TB Paru dilakukan
secara rutin oleh pasien. Pasien juga rutin kontrol ke puskesmas untuk
memeriksakan keadaan kesehatannya.
3.8.

Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

No.

Masalah kesehatan

1.

Individu

Pengobatan/Tindakan
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah TP Paru
dengan diabetes melitus tipe 2.
Memotivasi
pasien
agar

tetap

rutin

mengkonsumsi obat TB mengatur pola makan


untuk memjaga kadar gula darah agar dalam
rentang normal, dan menjaga higiene diri dan
lingkungan.
Edukasi pasien untuk melakukan kontrol dan
minum obat gula darah ke Puskesmas.
Merujuk pasien untuk rutin melakukan
pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal untuk mengetahui efek samping obat TB
Rujuk ke Poli Gizi untuk mendapatkan edukasi
2.

Keluarga

mengenai pola makan yang benar


Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup

21

bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan


rumah dan lingkungan sekitarnya. Anggota
keluarga juga dianjurkan untuk meningkatkan
gizi dan menjaga daya tahan tubuh.
Edukasi

keluarga

untuk

tetap

memberi

semangat kepada pasien agar tetap rutin berobat


dan menjadi PMO, memperhatikan keseharian
pasien

untuk

menjaga

kebersihan

dan

kesehatannya, mengingatkan untuk rutin kontrol


kesehatan.
Menganjurkan untuk pemeriksaan kesehatan
guna mengetahui status kesehatan yang dialami
untuk menghindari dampak dari penularan
penyakit yang diderita pasien.
3.9.

Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga

Masalah
Kesehatan

Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)


Individu

TB Paru + Memotivasi pasien


DM Tipe 2

Keluarga
Edukasi mengenai

Komunitas
Edukasi

agar tetap rutin

pentingnya perilaku

mengenai

mengkonsumsi obat

hidup bersih dan

penularan penyakit

TB mengatur pola

sehat dengan

makan untuk

menjaga kebersihan

menjaga kadar gula

rumah dan

darah agar dalam

lingkungan

rentang normal, dan

sekitarnya. Anggota

menjaga higiene

keluarga juga

diri dan lingkungan.


Edukasi pasien

dianjurkan untuk

untuk melakukan

dan menjaga daya

kontrol dan minum

tahan tubuh.

obat gula darah ke

meningkatkan gizi

Edukasi keluarga

TB

Edukasi
mengenai penyakit

diabetes mellitus
Edukasi akan
pentingnya
pemeriksaan
kesehatan

untuk

mendeteksi

serta

mencegah
terjadinya penyakit

22

Puskesmas.
Merujuk pasien

untuk tetap memberi

beserta

semangat kepada

komplikasinya.
Edukasi

untuk rutin

pasien agar tetap

melakukan

rutin berobat dan

mengenai

pemeriksaan darah

menjadi PMO,

pentingnya higiene

lengkap, fungsi hati,

memperhatikan

perorangan

fungsi ginjal untuk

keseharian pasien

sanitasi lingkungan,

mengetahui efek

untuk menjaga

serta

samping obat TB

kebersihan dan

bersih dan sehat.

Paru.
Rujuk ke Poli Gizi

kesehatannya,

untuk mendapatkan
edukasi mengenai
pola makan yang
benar.

pola

dan
hidup

mengingatkan untuk
rutin kontrol
kesehatan.
Menganjurkan untuk
pemeriksaan
kesehatan guna
mengetahui status
kesehatan yang
dialami untuk
menghindari dampak
dari penularan
penyakit yang
diderita pasien.

23

3.10.

Mandala of Health
GAYA HIDUP

PERILAKU KESEHATAN

Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di


rumah.

LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI

Higiene pribadi cukup.


Pasien berobat ke Puskesmas untuk kontrol penyakit
diabetes melitusnya, namun pasien jarang kontrol.
Pengetahuan pasien dan istri pasien mengenai pola hidup
bersih dan sehat cukup baik, namun masih kurang
dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Keseharian pasien sering di rumah dan kadang


pergi berdagang buah.
Pasientidak memiliki jaminan kesehatan
Pendapatan keluarga cukup
FAMILY

BIOLOGI
Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus tipe 2
Ada riwayat kontak dengan keluarga pasien
yang menderita TB Paru

PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah-pusat pelayanan kesehatan: 10
menit, ditempuh dengan kendaraan roda 2

PASIEN
TB Paru + DM Tipe 2

Batuk lebih dari 2 bulan, demam, keringat malam,


penurunan berat badan.
Telah didiagnosis TB Paru + DM Tipe 2 berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
Hasil pemeriksaan September Sputum SPS : (+)
Hasil pemeriksaan GDP bulan Juni : 285 mg/dl

KOMUNITAS

LINGKUNGAN FISIK

Bentuk rumah merupakan rumah permanen dengan dinding beton


dengan lantai keramik.

Langit-langit rumah terbuka langsung ke atap pada ruang tamu,


ruang keluarga, dapur, ruang makan dan kamar mandi.

Ventilasi pada rumah ini masih kurang.


Pencahayaan matahari kedalam cukup baik.
Dapur menjadi satu dengan ruang makan dan kamar mandi.
Di sekitar rumah halaman tanah. Namun di luar terdapat jalan
kecil yang telah di cor serta banyak tanaman disekitarnya.

Tidak ada tetangga atau teman kerja yang


mengalami keluhan serupa.

24

3.11.

Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga


Masalah

Skor

Upaya

Awal

Penyelesaian

Fungsi Biologis
Pasien

riwayat

Pasien

memiliki

penyakit

diabetes

- Motivasi kepatuhan pengobatan.


- Motivasi bagaimana pola makan
dan kegiatan fisik untuk penderita

melitus tipe 2
Ada riwayat kontak dengan

keluarga

pasien

diabetes.
- Motivasi

yang

untuk

pemeriksaan

menderita TB Paru

yang

rutin

kontrol

kesehatan

dianjurkan

sesuai

oleh

pihak

untuk

rutin

pemeriksaan

darah

puskesmas.
- Motivasi
melakukan

pasien

lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal


untuk mengetahui efek samping
obat TB dancek GDS berkala
untuk DM tipe 2 yang diderita
pasien.
- Motivasi bagi anggota kelurga
lain agar menjaga kesehatan, dan
segera

memeriksakan

jika

mengalami keluhan serupa.


Faktor

Perilaku

Kesehatan

Keluarga
- Edukasi

- Kurangnya pengetahuan

higiene

kesehatan akan perilaku hidup

seorang penderita Diabetes.


- Kurangnya kesadaran akan
pemeriksaan kesehatan
- Kurangnnya pengetahuan akan

pentingnya

perorangan

serta

bagaimana cara meningkatkan

bersih dan sehat.


- Kurangnya pengetahuan
bagaimana pola makan untuk

tentang

higiene pribadi.
- Edukasi tentang bagaimana pola
4

makan dan hidup untuk seorang


diabetes.
- Edukasi pentingnya memeriksa
kesehatan

untuk

mengetahui
25

penyakit menular terutama yang

kondisi

di derita oleh pasien

mencegah terjadinya penyakit

- Kurangnya dukungan keluarga

yang

bergizi

untuk

yang tidak diharapkan.


- Edukasi kembali tentang cara

untuk membiasakan konsumsi


makanan

kesehatan

pencegahan penularan TB dan

dan

edukasi bagaimana pola makan

berolahraga teratur.

dan hidup terhadap pasien DM


tipe 2, kontrol ke puskesmas
ataupun

rumah

sakit

untuk

pemantauan pengobatan, minum


obat TB dan DM secara rutin
untuk kesembuhan pasien, serta
agar tidak terjadi komplikasi.
- Edukasi

keluarga

mengingatkan
pentingnya

pasien
makan

untuk
terkait
makanan

bergizi dan teratur berolahraga.


Faktor lingkungan fisik
- Sanitasi
kurang

Lingkungan
baik,

sekitar

pembuangan

limbah sisa rumah tangga masih

- Motivasi agar dapat menisihkan


sedikit

pendapatnya

untuk

memperbaiki sanitasi lingkungan

belum baik.

sekitar rumah.

Faktor ekonomi dan pemenuhan


kebutuhan
-

- Motivasi

Pasien dan keluarga pasien tidak


memiliki jaminan kesehatan

mengenai

perlunya

tabungan dan jaminan kesehatan.


5

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah

Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh
provider.

26

Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang


belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.

Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung


pada upaya provider.

Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.

27

BAB IV
PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. M usia 46 tahun dengan keluhan
batuk sejak 2 bulan. Pasien juga mengeluhkan demam dan keringat malam serta
berat badan yang turun semenjak batuk. Pasien merupakan pasien yang
didiagnosis dengan TB Paru pada akhir bulan Oktober 2016.
Pasien didiagnosis dengan TB Paru berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan yang
didapat, pemeriksaan dahak SPS didapatkan hasil positif TB Paru. Penyakit TB
Paru adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi.1
Diagnosis TB Paru dan Diabetes Melitus Tipe 2 didapatkan atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerikaan penunjang. Guptan dan Shah
(2000) menyatakan bahwa gejala penyakit diabetes mellitus yang disertai oleh
tuberkulosis paru penyakit akan saling menutupi, di antaranya pada kedua
penyakit tersebut secara bersamaan terdapat penurunan berat badan, kehilangan
nafsu makan dan kelelahan umum. Lebih lanjut Guptan dan Shah (2000)
menyatakan bahwa kondisi ini lebih umum terjadi pada usia di atas 40 tahun dan
pria memiliki resiko yang agak lebih besar dari pada wanita. Pasien tuberkulosis
paru yang menderita diabetes mellitus memiliki kondisi klinik yang lebih berat
sewaktu terjadinya onset penyakit, apalagi dengan derajat keterlibatan dan
kerusakan paru yang lebih besar. 4
Gangguan fungsi imun pada pasien diabetes melitus. Pada diabetes
melitus terdapat penurunan jumlah sel limfosit T dan netrofil pada pasien DM
yang disertai dengan penurunan jumlah T helper 1 (Th1) dan penurunan produksi
mediator inflamasi seperti TNF , IL-1 serta IL-6. Limfosit Th1 mempunyai
peranan penting untuk mengontrol dan menghambat pertumbuhan basil M.tb,
sehingga terdapatnya penurunan pada jumlah maupun fungsi limfosit T secara
primer akan bertanggungjawab terhadap timbulnya kerentanan pasien DM untuk
terkena TB. Fungsi makrofag juga mengalami gangguan yang ditandai dengan
ketidakmampuan untuk menghasilkan reactive oxygen species, fungsi kemotaksis

28

dan fagositik yang menurun. Derajat hiperglikemi juga berperan dalam


menentukan fungsi mikrobisida pada makrofag. Pajanan kadar gula darah sebesar
200 mg% secara signifikan dapat menekan fungsi penghancuran oksidatif dari
makrofag. Penderita DM yang kurang terkontrol dengan kadar hemoglobin
terglikasi (HbA1c) tinggi

menyebabkan

TB menjadi lebih parah dan

berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi. Pada umumnya efek


hiperglikemia memudahkan pasien DM terkena infeksi. Hal ini disebabkan karena
hiperglikemia mengganggu fungsi neutrofil dan monosit (makrofag) termasuk
kemotaksis, perlengketan, fagositosis dan mikroorganisme yang terbunuh dalam
intraselular. Hal inilah menjadi salah satu penyebab meningkatnya kepekaan
pasien DM terhadap infeksi.3
Tatalaksana pengobatan TB Paru dengan DM meliputi pengobatan
terhadap DM dan pengobatan TB paru secara bersamaan. Terdapat beberapa
prinsip dalam penatalaksaan pasien TB-DM, yaitu :1-5
1. Paduan OAT (obat anti TB) pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM,
dengan syarat kadar gula darah terkontrol.
2. Pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk harus dirawat untuk
menstabilkan kadar gula darahnya dan pengobatan harus dilanjutkan selama 9
bulan.
3. Insulin sebaiknya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
4. Obat hipoglikemi oral hanya digunakan pada kasus DM ringan karena terdapat
interaksi Rifampisin dengan OHO golongan sulfonilurea sehingga dosisnya
harus dinaikkan.
5. Keseimbangan glikemik harus tercapai karena penting untuk keberhasilan
terapi OAT. Target yang harus dicapai yaitu kadar gula darah puasa <120 mg%
dan HbA1c <7%.
6. Kemoterapi yang efektif dan baik sangatlah penting, lakukan monitoring
terhadap efek samping obat terutama efek samping terhadap hepar dan system
saraf. Pertimbangkan penggunaan piridoksin pada pemberian INH terutama
untuk pasien dengan neuropati perifer.
7. Hati-hati memberikan terapi etambutol sehubungan efek sampingnya pada
mata, karena penyandang DM juga sering terjadi komplikasi pada mata.

29

8. Penanganan penyakit komorbid, malnutrisi dan rehabilitasi pada alkoholisme


harus dilakukan.
9. Berikan terapi suportif secara aktif pada pasien DM.
Telah diberikan edukasi mengenai penyakit TB Paru kepada pasien tentang
penyebaran (limfogen, hematogen, dan komplikasi dan pengobatan yang akan
dilakukan. Pasien juga mengerti pentingnya pengobatan rutin dan teratur serta
menjaga pola makan dan menjaga agar status gizi tetap baik. Pada keadan
lingkungan tempat tinggal yang didiami pasien saat ini, didapatkan ventilasi yang
baik memadai dan pencahayaan matahari ke dalam rumah yang baik.
Pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan status gizi, menjaga kebersihan
rumah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu pasien juga dijelaskan lama
pengobatan, tata cara minum obat, mengenai kepatuhan minum obat, efek
samping ringan hingga berat dari pengobatan, serta jadwal pemeriksaan evaluasi
ulang penting sekali motivasi dari keluarga dalam pengawasan minum obat. Sejak
tanggal 1 November 2016, pasien telah memulai pengobatan TB Kategori 1 Tahap
awal. Pada pasien diberikan OAT kategori 1 dan diperlukan ketaatan dalam
berobat agar tidak terjadi resistensi kuman TB, sehingga motivasi dan dukungan
dari keluarga sangatlah penting. Pada pasien juga diberikan edukasi penyakit
pasien sehingga anggota keluarga lain yang sering berinteraksi dengan pasien juga
perlu memeriksakan dahaknya, karena memiliki kemungkinan tertular. Hingga
saat ini pasien tetap meminum obat TB secara rutin, dan dijadwalkan pada
tanggal.
Pasien secara rutin melakukan kontrol ke puskesmas tiap bulannya untuk
mengambil obat serta melakukan konsultasi mengenai gizi yang dapat
menyebabkan kondisi imunitas pasien menurun serta mempengaruhi keberhasilan
akan terapi yang diberikan. Pasien sebaiknya melakukan rutin dan teratur minu
obat serta perlu peningkatan pemenuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dan keberhasilan terapi.
Pasien telah melakukan kepatuhan dalam berobat untuk penyakit TB Paru
dan DM tipe 2. Pasien sudah mulai merasakan adanya perubahan kondisi dengan
keluhan yang sudah banyak berkurang. Pasien juga telah beraktifitas seperti
biasanya. Pada kasus ini pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam perilaku
hidup sehat dan dukungan moril keluarga sangat perlu ditingkatkan. Oleh karena

30

itu, pendekatan kedokteran keluarga penting dalam penanganan kasus semacam


ini. Hal terpenting dan utama dalam keberhasilan pengobatan TB Paru adalah
kepatuhan akan berobat teratur untuk OAT, kontrol pemantauan terapi serta
pemenuhan gizi seimbang. Pada pasien ini telah diterapkan berbagai upaya untuk
mencapai tujuan pelayanan kedokteran keluarga berupaya pelayanan kesehatan
yang holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

31

1. Prameshwari, A.I. Hubungan Tuberculosis Pada Diabetes Mellitus. 2013.


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respirasi, FKUI/RSUP Persahabatan.
Jakarta; Indonesia.
2. Cahyadi, A, Venty. Tuberculosis Paru Pada Pasien Diabetes Mellitus. 2011.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran universitas
Kristen Atma Jaya- RS Atma Jaya. Jakarta; Indonesia.
3. Sidarta, P. Pengelolaan DM Tipe II yang Disertai TB Paru BTA Positif.
2009. Cited 28 Juni 2014. Available from
http://www.usebrains.wordpress.com/2009/09/29/pengelolaan-dm-tipe-IIyang-disertai-tb-paru-bta-positif.
4. Bonas, A. Tuberkulosis Pada Penderita Diabetes Mellitus.2009. Cited 28
Juni 2014. Available from
http://www.ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/tuberkulosis-dandiabetes-mellitus.
5. Subagyo, Ahmad. TB dan DM Bila Menyerang Bersamaan. 2013. Cited 28
Juni 2013. Available from http://www.klikparu.com/2013/06/tb-dan-dmbagaimana-bila-menyerang.html

32

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Rumah Tampak dari Depan

Saluran Pembuangan Air Limbah

33

Ruang Tamu

Kamar Tidur pasien

34

Dapur dan alat masak

35

Kamar Mandi dan WC

36

Clubbing Finger

Sianosis pada bibir

37

Anda mungkin juga menyukai