Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

GEA Disertai Dehidrasi Ringan Sedang

Oleh :
Putu Widyaningrum Amritadatta, S.Ked
NIM: FAA 110 040

Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian


Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY


MEDICINE
FK UNPAR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
Gastroenteteritis akut merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak dan
orang dewasa dan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab dengan variasi penyakit
dari yang ringan hingga berat. Gastroenteritis biasanya disebabkan oleh karena infeksi,
meskipun demikian diet makanan yang tidak sesuai, terjadinya malabsorpsi makanan, dan
berbagai macam gangguan pada saluran cerna juga dapat menyebabkan keadaan tersebut.
Penyakit gastroenteritis ini biasanya merupakan penyakit yang sembuh dengan sendirinya
(self-limited), tetapi manajemen dan tatalaksana yang tidak baik dari infeksi akut tersebut
dapat menyebabkan keadaan yang berlarut-larut.1
Komplikasi yang paling sering terjadi akibat gatroenteritis adalah kehilangan cairan
dari tubuh atau yang disebut dengan dehidrasi.1 Cairan akan masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pencernaan dan kemudian akan diabsorpsi di dalam tubuh. Jika kemampuan untuk
minum untuk mengkompensasi kehilangan cairan akibat diare dan muntah terganggu maka
dehidrasi akan terjadi. Kematian yang terjadi akibat gastroenteritis pada anak-anak dan orang
dewasa terutama disebabkan karena kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang besar.2

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1

PRIMARY SURVEY
An. S, perempuan

Vital Sign :
Nadi

: 124x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

Suhu

: 37,6 0C

Pernapasan

: 27 x/menit, torako-abdominal

Airway

: bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas

Breathing

: spontan, 27x/menit, torako-abdominal, pergerakan thoraks simetris


kanan & kiri

Circulation

: Nadi 124 x/menit reguler,kuat angkat, isi cukup

Disability

: GCS (Eye 4,Verbal 5,Motorik 6) pupil isokor +/+ (diameter 3 mm/3


mm)

Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam Priority sign yaitu
pasien datang dengan keluhan muntah dan mencret, sehingga memerlukan penanganan
segera dengan ditempatkan diruang non bedah dan diberikan oksigenasi. Pasien diberi
label Kuning.
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non
bedah dan oksigenasi.
2.2

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. S

Usia

: 3 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Alamat

: Jl. Manunggal, Kalampangan

Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2015


2.3

Anamnesis
Aloanamnesis
1. Keluhan Utama

: Mencret dan muntah sejak 8 jam SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


3

Pasen Rujukan Puskesmas Kalampangan dengan dehidrasi sedang-berat. 1


hari SMRS pasien muntah sebanyak >6 x berisi cairan dan makanan,
muntah setiap diberi makan, muntah gelas aqua dan tidak disertai
darah. Pasien juga mengeluhkan mencret >4 x sehari. Setiap mencret
gelas, BAB lembek, berampas, warna kecoklatan, bau khas, lendir (+),
tidak disertai darah.

Keluhan lain : demam (+) pada awal keluhan mencret, pasien


mengeluhkan demam, demam tidak terlalu tinggi, terus menerus,
menggigil (-), keringat dingin (-). BAK terakhir 4 jam yang lalu, kurang
lebih gelas aqua. Setelah mulai diare, pasien sering haus, menjadi lebih
rewel dari biasanya. Batuk, pilek (-), kejang (-),

3. Riwayat Penyakit Dahulu


-

Pasien pernah mengalami hal serupa tetapi tidak dirawat di RS.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


2.4

Riwayat sakit serupa pada keluarga disangkal.

Pemeriksaan Fisik
-

Keadaan umum : Tampak lemas

Kesadaran

Status gizi BB/U : gizi baik

Vital sign (IGD)

: Compos mentis

Nadi

: 124x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

Suhu

: 37,6 0C

Pernapasan

: 27 x/menit, torako-abdominal.

Kepala dan Leher


-

UUB datar

Konjungtiva anemis (-/-)

Sklera ikterik (-/-), mata cekung (+/+)

Bibir kering (+)

Pembesaran KGB di leher (-).

Thoraks
-

Paru-paru

Inspeksi

: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, penggunaan otot

bantu pernapasan (-)


-

Palpasi

: Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi

: Vesikuler +/+, wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Auskultasi

: Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-), gallop (-).

Abdomen
Inspeksi

: datar

Auskultasi

: Bising usus (+) meningkat

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Turgor cepat kembali.


Ekstremitas

2.5

Akral hangat

CRT < 2 detik

Edema (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Leukosit
Eritrosit
Hb
Ht
Trombosit
GDS

: 9980/uL
: 3.96 x 106 /uL
: 11.0 g/dL
: 32.8 %
: 314.000/uL
:73 mg/dL

Usulan Pemeriksaan
5

2.6

Feses lengkap
Elektrolit

Diagnosis

Diagnosis Klinis
GEA disertai dehidrasi Ringan-sedang.
2.7

Penatalaksaan IGD
-

2.8

Oksigenasi nasal canul 3 lpm


IVFD RL guyur 120 cc/jam dilanjutkan KAEN 4B 15 tpm
Inj. Ondansetron 3 x 1/3 A
Inj. Ranitidin 3 x 1/3 A
Oralit ad libitum
Pasien dianjurkan dirawat di bangsal anak.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

BAB 3
PEMBAHASAN
Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan
gejala diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah dan seringkali disertai peningkatan
suhu tubuh. Gastoenteritis terdiri dari peradangan pada lambung (gastritis) dan usus
(enteritis).3 Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa atau sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis merupakan penyakit
yang sering ditemukan dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan lokal.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol dan aspirin merupakan
pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering dianggap penyebab gastritis
akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS), sulfonamid, steroid juga
diketahui menggangu sawar mukosa lambung.4
Sedangkan enteritis merupakan peradangan pada usus yang ditandai dengan gejala diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24 jam. Definisi lain buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari, buang air besar
tersebut bisa/tanpa disertai oleh lendir ataupun darah.5
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World
Gastroenterology Organisation Global Guidlines 2005, diare akut didefenisikan sebagai
pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari. Sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15
hari.5
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien muntah >6x, mencret >4x dan juga disertai
dengan demam. Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah
Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus,
Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
diare adalah Aeromonas hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli
enteroinvansive, E. coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
Parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,
7

Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis,


dan Trichuris trichiura
Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, bibir
kering termasuk kategori dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
dimana di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan seperti keadaan
umum gelisah dan cengeng, ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering, turgor kurang, dan akral hangat. Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis mengarah pada GEA disertai dehidrasi Ringansedang.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium didapatkan Leukosit
9980/uL, Eritrosit 3.96 x 106 /uL, Hb 11.0 g/dL, Ht 32.8 %, Trombosit 314.000/uL, GDS 73
mg/dL.
Penatalaksanaan yang diberikan di IGD yaitu pemberian O2 nasal kanul 3lpm, IVFD
RL 120cc/ jam diguyur, inj. ondansetron dan ranitidine 3 x 1/3 Ampul, dan diberikan L-bio
dan oralit. Penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan acuan MTBS. Dimana
memberikan oralit 75 ml/kg BB dalam 3 jam pertama, bila berat badan anak tidak diketahui
atau untuk memudahkan di lapangan pemberian oralit paling sedikit sesuai umur 1-5 tahun
jumlah oralit 600ml tetapi bila anak masih mau minum lagi boleh diberikan lebih memantau
pengobatan dengan cek secara teratur bahwa ibu memberikan larutan oralit dengan benar,
catat jumlah larutan yang diminum dan berapa kali buang air besar perhatikan bila ada
masalah seperti tanda-tanda dehidrasi atau meningkatnya volume tinja, perhatikan adanya
sembab pada kelopak mata tanda adnya overhidrasi, pengobatan oralit harus dihentikan.
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti:
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
d. Hipoglikemi
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
8

g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.3
Pengobatan penderita diare dibagi sebagai berikut:
1. Rencana pengobatan A untuk mengobati diare di rumah:
Prinsipnya adalah:
1) Pemberian cairan lebih banyak dari biasanya
a) Cairan yang diberikan harus memenuhi kritria:
-

aman bila diberikan dalam jumlah besar

mudah menyiapkannya

dapat diterima

efektif

b) Jumlah yang dapat diberikan adalah sebanyak yang anak mau dan
meneruskan penggunaan URO sampai diarenya berhenti. Sebagai petunjuk
pemberian cairan yang diberikan di rumah setiap kali buang air besar adalah
sebagai berikut:
-

anak di bawah umur 1-4 tahun: 100-200 ml

>5 tahun: 200-300ml

dewasa:300-400ml

2) Pemberian makanan yang cukup pada anak


a) jenis makann yang dapat diberikan:
-

ASI terus diberikan tanpa selingan

Untuk anak yang sudah mendapt makanan lunak dan padat, makanan
harus diberikan paling tidak setengah dari kalori dietnya. Bila mungkin
makanan yang asin harus diberikan juga.

b) jumlah dan frekuensi pemberian makanan:


-

berikan makanan sebanyak yang anak mau

menawarkan makanan tiap 3-4jam. Pemberian makanan sedikit-sedikit


tapi sering lebih mudah diterima oleh anak

setelah diare berhenti makanan diberikan paling tidak satu kali lebih
banyak daripada biasa setiap hari selama 2 minggu

c) Obat-obatan:

beberapa obat anti diare tidak mempunyai efek yang nyata dan beberapa
diantaranya dapat membahayakan. Obat-obat tersebut tidak boleh
diberikan pada anak di bawah 5 tahun. Obat-obt tersebut antara lain:
antimotilitas (loperamide, diphenoxylate, codein, opium), adsorben
(norit, kaolin, attapulgit, smectie) dan biakan bakteri hidup (lactobacillus,
streptococcus faecalist).

Antibiotik juga tidak boleh digunakan secara rutin, kecuali pada


penderita disentri, kolera dan pada beberapa penderita diare persisten

d) Membawa anak ke sarana kesehatan


2.
1)

Rencana pengobatan B untuk mengobati dehidrasi ringan sedang


memberikan oralit 75 ml/kg BB dalam 3 jam pertama,
bila berat badan anak tidak diketahui atau untuk memudahkan di lapangan
pemberian oralit paling sedikit sesuai dengan di bawah ini:
a) umur < 1 tahun jumlah oralit 300ml
b) umur 1-5 tahun jumlah oralit 600ml
c) >5 tahun jumlah oralit 1200ml
d) dewasa jumlah oralit 2400ml.
Tetapi bila anak masih mau minum lagi boleh diberikan lebih.
ASI tetap diberikan.

2)

Memantau pengobatan
a) cek secara teratur bahwa ibu memberikan larutan oralit dengan benar
b) catat jumlah larutan yang diminum dan berapa kali buang air besar
perhatikan bila ada masalah seperti tanda-tanda dehidrasi atau meningkatnya
volume tinja
c) perhatikan adanya sembab pada kelopak mata tanda adnya overhidrasi.,
pengobatan oralit harus dihentikan tetapi ASI dan penberian air harus terus.

3)

Menilai kembali penderita:


a) bila tidak ada dehidrasi lagi, ganti ke rencana A.
b) Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi
penderita ditawarkan makanan, susu dan sari buah seperti rencana A.
c) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti rencana C.

4)

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:


a) tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di
rumah.
10

b) Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dn untuk 2 hari lagi seperti seperti
dijelaskan dalam rencana A
c) Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.
d) Jelaskan 3 cara dalam rencana A untuk mengobati anak di rumah.
e) Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti.
f) Memberi makan anak.
g) Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.
3.

Rencana Pengobaan C, pengobatan penderita dengan dehidrasi berat:

Tugas utama dalam rencana C adalah:


1) Menentukan bagaimana cara pemberian cairan:
a)Penggantian cairan melalui intra vena
b) memilih cairan intra vena yang tepat:
larutan yang lebih disukai adalah larutan Ringer laktat. Larutan iv yang
mengandung hanya glukosa tidak diperkenankan.
c) Memberikan tetesan iv:
Vena yang sering digunakan adalah vena ante cubiti. Pada keadaan syok
hipovolemik bisa dipasang pada 2 vena untuk mengembalikan volume darah
dalam jumlah yang cepat. Penggantian cairan melalui selang nasogastrik.
Penderita dehidrasi berat harus menerima paling sedikit 20 ml/kgBB larutan
oralit selama 6 jam, dimasukkan dengan kecepatan konstan 20ml/kgBB
perjam, dan harus dikurangi bila ada muntah berulang-ulang atau perut
kembung.
d) Penggantian cairan melalui oral.
Bila pengobatan iv dan NGT tidak memungkinkan atau akan terlambat
sedangkan anak dapat minum diberikan oralit oral 20m/kgBB/jam
2) Menentukan jumlah cairan yang harus diberikan.
a) kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10% berat badan
(100ml/kg).
b) Bayi harus diberikan cairan 30ml/kgBB pad 1 jam pertama, diikuti
70ml/kgBB pada 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100ml/kgBB dalam 6
jam.
c) Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB dalam 30 menit
pertama, diikuti dengan 70ml/kgBBbdalam 2,5 jam berikutnya sehingga
seluruhnya 100ml/kgBB selama 3 jam.
11

d) Bila nadi masih lemah pada pemberian 30ml/kg pertama maka harus
diulang lagi dalam waktu yang sama.
e) Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut segera
setelah penderita dapat minum untuk memberi tambahan kalium dan basa.
3) Menilai kembali penderita
Yang harus diperhatikan adalah:
a) tanda-tanda dehidrasi
b) jumlah dan sifat tinja yang dikeluarkan
c) setiap kesulitan dalam pemberian cairan

12

BAB 4
KESIMPULAN
Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan
gejala diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah dan seringkali disertai peningkatan
suhu tubuh. Gastoenteritis terdiri dari peradangan pada lambung (gastritis) dan usus
(enteritis).
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami GEA dengan dehidrasi ringan-sedang. Secara
keseluruhan untuk penanganan pasien ini sudah sesuai, tetapi masih perlu dipertimbagkan
pemeriksaan penunjang seperti feses lengkap untuk megetahui penyebab dari diare tersebut.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 1, Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. Hal. 410 415.
2. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. In :Harrison's Principles of
Internal Medicine 16th Edition. Mc-Graw-Hill Professional. 2004.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Indonesia, Jakarta.
4. Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan WHO dan UNICEF.2009. Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.2010. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai