Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH

: NUTRITION DAN GLOBAL HEALTH

DOSEN

: Prof. Dr. dr. Abd. Razak Thaha, MSc.

BIOTERORISME

OLEH :
SITI HADRAYANTI ANANDA H.
(P1803215002)

KONSENTRASI GIZI
PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

RESUME DAN REVIEW GLOBAL NUTRITION REPORT


Masalah gizi tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi terjadi hamper
sebagian besar negara di dunia sehingga menjadi masalah global. PBB
menyerukan agar pendekatan perbaikan gizi di setiap negara harus terbukti efektif,
mengedepankan kerjasama lintas sektor baik pemerintah ataupun pihak non
pemerintah.
GNR 2014 berfokus pada peningkatan status gizi pada seluruh masyarakat
dengan mengidentifikasi hambatan serta peluang yang memiliki kontribusi untuk
memperkuat akuntabilitas pemenuhan zat gizi melalui beberapa pertimbangan
yaitu:
1.

Masalah gizi adalah masalah global. Hampir setiap negara di dunia


mengalami beberapa bentuk kekurangan gizi,

2.

Karena tujuan global memerlukan tindakan nasional diperlukan


keterlibatan pembuat kebijakan, praktisi, ilmuwan, dan pendukung di semua
negara.

3.

Fokus utama menyangkut bagaimana memperkuat akuntabilitas


pemenuhan gizi.

GNR 2014 memuat Tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 yaitu


mengakhiri segala bentuk kekurangan gizi termasuk mencapai target penurunan
angka stunting dan wasting pada balita, perbaikan gizi remaja, wanita hamil,
menyusui dan lansia yang disepakati tercapai pada tahun 2025 .
Laporan GNR 2014 menawarkan sejumlah temuan mengenai kemajuan yang
telah dibuat dalam meningkatkan status gizi, scaling up gizi dan komitmen yang
dibuat untuk mengurangi kesenjangan data. Data ini dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi pembuat kebijakan, pelaksana program, masyarakat dan
keluarga untuk memantau masalah gizi dan meberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang gizi global untuk mengkatalis tindakan baru yang menghasilkan
komitmen politik untuk peningkatan gizi. Untuk memperkuat akuntabilitas gizi
diperlukan kejelasan tugas antar pemangku kepentingan serta setiap individu
sebagai konsumen.
Laporan GNR 2015 menyediakan banyak contoh di berbagai Negara dalam
mengatasi masalah gizi sehingga dapat memenuhi target SDG yaitu mengakhiri
segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030.
Masyarakat dunia saat ini menghadapi banyak masalah gizi. Setiap orang bisa
menghadapi lebih dari satu jenis masalah gizi. Hampir seperdua dari seluruh
Negara menghadapi beban malnutrisi ganda yang serius seperti pertumbuhan anak

yang buruk, defisiensi mikronutrien dan overweight pada orang dewasa. Saat ini
diperkirakan besarnya masalah gizi dunia sebagai berikut :
1.

2 Milyar orang mengalami kekurangan zat gizi mikro

2.

1,9 milyar orang dewasa mengalami overweight atau obesitas

3.

161 juta anak balita pendek menurut umurnya atau stunted, 51 juta tidak
cukup berat badan menurut tinggi badannya (kurus atau wasted)

4.

42 juta mengalami overweight

5.

794 juta penduduk diduga mengalami kekurangan kalori

6.

Satu diantara 12 orang dewasa di seluruh dunia menderita Diabetes Tipe 2

Dalam Laporan Gizi Global 2015, untuk mengukur kemajuan dalam gizi ibu
dan anak, data yang dilacak berupa:
1.

Stunting,

2.

Wasting,

3.

Overweight pada anak di bawah 5 tahun,

4.

Anemia pada wanita 15-49 tahun dan

5.

Angka ASI Esklusif pada bayi kurang dari 6 bulan.

Global Nutrition Report 2015 mengidentifikasi 7 area aksi, yang melibatkan


sejumlah besar stakeholder untuk mempercepat penurunan malnutrisi..
1.

Membangun lingkungan politik yang mendukung pengurangan


malnutrisi

2.

Memastikan intervensi gizi menjangkau orang orang yang


membutuhkan

3.

Merekrut lebih banyak sektor ke dalam untuk peningkatan gizi

4.

Membuat lingkungan pangan yang sehat

5.

Meningkatkan
memaksimalkan dampak

pendanaan

terhadap

program

6.

Melibatkan aktor baru dalam melawan malnutrisi

7.

Memperkuat akuntabilitas di bidang gizi

gizi

dan

GNR 2016 berfokus pada komitmen SMART, dimana penting bagi suatu
Negara untuk mendukung kemajuan gizi salah satunya membuat pengaturan target
skala nasional, subnasional dan perusahaan. Penetapan target nasional dapat

membantu komitmen SMART (specific, measurable, achievable, relevant, and


time bound) dapat membantu memastikan fokus dan akuntabilitas.
Intervensi gizi spesifik pada saat ini untuk gizi tidak merata. Wacana global
dan nasional yang menerangkan isu-isu SDGs (yaitu memastikan hidup sehat dan
mempromosikan kesejahtraan bagi semua pada segala usia) dan perawatan
kesehatan menjadi hal penting.
Sistem kesehatan perlu dilengkapi untuk lebih mengintegrasikan intervensi
gizi di cakupan yang lebih tinggi dalam rangka peningkatan pelayanan primer, dan
kesehatan reproduksi anak, ibu. Mengingat tujuan bersama antara gizi dan
kesehatan adalah memperkuat system gizi kesehatan sehingga dapat menjadi
potensi kebijakan program dan penelitian masyarakat yang terlibat dalam
memperkuat kesehatan.
Untuk masalah peningkatan status gizi, terdapat dua hal yang mendasari yaitu
dilihat dari indikator proses dan hasil. Lingkungan kesehatan tentunya harus
berkualitas dan mendukung akses yang luas dan terjangkau untuk tindakan
preventive dan kuratif. Lingkungan hidup yang baik tentunya harus tersedia akses
terhadap ruang, air dan sanitasi yang mendorong untuk aktivitas fisik dengan
konteks aman dan sehat, lingkungan sosial seperti budaya dan norma-norma
terhadap bayi dan pemberian makan anak, pendidikan, status pekerjaan dan
lingkungan makanan seperti keterjangkauan dan akses terhadap makanan baik di
tingkat rumah tangga maupun individu mendorong untuk gizi yang adekuat.
Interaksi dari beberapa lingkungan ini merupakan indikator hasil, namun
dibalik indikator hasil tersebut, terdapat indikator proses yang mendasarinya yaitu
Pendapatan, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, perlindungan
sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, pemberdayaan perempuan.
Kombinasi dari indikator hasil dan proses membentuk Underlying Drivers atau
penggerak yang mendasari peningkatan status gizi.
Dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), 12 berisa indikator yang
sangat relevan dengan gizi. Ini berarti bahwa mereka mendorong akuntabilitas gizi
harus memfokuskan pada upaya untuk melampaui SDG. Saat memikirkan
tentang relevansi SDGs untuk gizi, kita hanya akan melihat SDG 2 (mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi, dan mempromosikan pertanian
berkelanjutan) untuk indikator yang dicatat sebagai input dan output gizi. SDG 2
mencakup 3 indikator dari WHA untuk gizi yaitu stunting, wasting dan kelebihan
berat badan pada anak-anak di bawah 5 tahun. Namun SDGs memberikan banyak
kesempatan akuntabilitas bagi mereka yang ingin memeprcepat perbaikan gizi.
Untuk menilai kemajuan terhadap sasaran global yaitu negara-negara yang
memenuhi target tujuan global yang dapat memberikan bimbingan dan inspirasi

tentang bagaimana untuk mengurangi kekurangan gizi; menyediakan lebih banyak


data sehingga dapat menilai kemajuan; mulai menilai kemajuan nasional tentang
gizi setiap tahunnya, dimana negara harus mempertimbangkan laporan tahunan
tentnag gizi terkait dengan menilai kemajuan beserta buktinya, mengatur taktik
dan anggaran, mengubah rencana gizi nasional, dan bertanggung jawab untuk
semua kemajuan.
Sedangkan untuk membuat komitmen SMART yaitu harus menetapkan target
yang lebih SMART; menetapkan target yang lebih subnasional; perusahaan
makanan dan minuman harus menetapkan dan melaporkan seberapa besar dari
target SMART untuk meningkatkan status gizi; membuat semua komitmen
SMART; membuat komitmen yang membahasa segala bentuk kekurangan gizi;
menggunakan semua peluang untuk komitmen SMART; setuju pada satu
mekanisme pelaporan global yang kuat dan independen untuk nutrisi dalam segala
bentuk; dan laporan komitmen.
GNR 2014, 2015, dan 2015 secara keseluruhan membahas mengenai masalah
gizi yang merupakan fokus pembangunan berkelanjutan karena berbagai masalah
gizi telah menjadi masalah global.dan untuk memperbaikinya diperlukan aliansi
antar sector tanpa mengabaikan akuitas, demografi, transisi iklim, system pangan
dan sumber daya yang dimiliki. Ketika status gizi individu membaik, maka dapat
membantu memutus siklus kemiskinan antargenerasi, menghasilkan pertumbuhan
ekonomi, dan mengarah ke sejumlah manfaat bagi individu, Keluarga, komunitas,
dan Negara. Agenda utama dalam pembangunan berkelanjutan dibagi menjadi dua
yaitu perbaikan gizi secara inheren melalui investasi dalam 1000 HPK yang
melibatkan seluruh siklus kehidupan dan lintas generasi , dan peningkatan status
gizi secara tidak langsung sebagai wujud dari pembangunan.
Studi kasus di beberapa negara menunjukkan tindakan multisektoral
merupakan kunci utama penanggulangan masalah gizi melalui program gizi
sensitive dengan pendekatan determinan masalah gizi seperti makanan, keamanan,
pelayanan kesehatan, lingkungan melalui dukungan berbagai bidang kebijakan
seperti pertanian, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, perlindungan sosial
dan
pemberdayaan
perempuan,
pemberdayaan
masyarakat
dengan
menggabungkan berbagai tindakan sebagai tujuan gizi eksplisit meskipun
peningkatan gizi bukan merupakan tujuan utama mereka.
GNR mengadakan proses dan menyoroti kemajuan yang telah dilakukan
dalam memerangi kekurangan gizi dan mengidentifikasi kesenjangan dan
mengusulkan cara untuk mengisinya. Melalui ini, laporang dapat membantu untuk
membimbing tindakan, membangun akuntabilitas dan memicu peningkatan
komitmen untuk kemajuan lebih lanjut dalam mengurangi kekurangan gizi jauh
lebih cepat.

Kesepakatan global dalam bidang gizi menetapkan sasaran program perbaikan


gizi yang harus dicapai oleh setiap newara. Dimana sasaran global tesebut sampai
saat ini masih menjadi acuan pokok di semua negara termasuk Indonesia.
Pembangunan program gizi di Indonesia selama 30 tahun terakhir menunjukkan
hasil yang positif.
Peran Global dalam GNR 2014, 2015, dan 2016 adalah meningkatkan
kesehatan negaranya karena secara global, hampir setiap negara di dunia
mengalami tingkat malnutrisi yang merupakan risiko kesehatan
masyarakat yang serius. Sekitar 2-3 milyar masyarakat malnutrisi
mengalami beberapa bentuk kekurangan gizi, overweight atau
obesitas, atau memiliki kekurangan zat gizi mikro. Terakhir, gizi buruk
merupakan tantangan yang berdampak panjang dari generasi ke
generasi yang mempengaruhi semua orang terutama anak-anak.

Dengan mengimplementasikan program-program yang ada di GNR seperti dengan


mengadakan aturan-aturan pada sektor-sektor terkait yang maka diharapkan
negara dapat terbebas dari masalah-masalah gizi yang terjadi.
Penanganan gizi sangat terkait dengan strategi suatu bangsa dalam
menciptakan SDM yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya dalam peningkatan
SDM Indonesia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan
dan perkembangan anak dengan asupan dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan yang sehat, makan infeksi menular ataupun penyakit masyarakat dapat
dihindari. Peningkatan factor-faktor kesehatan pada masyarakat seperti
lingkungan yang higienis, kesehatan keluarga, pola asuh terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang
tahan gizi buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi dan
koordinasi antar sektor dari pemerintahan Indonesia dan semua stakeholder atau
pemangku keputusan untuk menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan kemiskinan, petahanan pangan, dan
pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan
paradigm di dataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga.
Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia yang di upayakan oleh
pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM).
SDM yang berkualitas adalah SDM dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang
prima, dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Indicator yang antara
lain indeks kualitas hidup atau yang lebih dikenal dengan indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks kemiskinan manusia (IKM).

Anda mungkin juga menyukai