PENDAHULUAN
Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, konsumsi
mempunyai peran penting di dalamnya serta
mempuyai pengaruh yang sangat besar terhadap
stabilitas perekonomian. Semakin tinggi tingkat
konsumsi, semakin tinggi tingkat perubahan kegiatan
ekonomi dan perubahan dalam pendapatan nasional
suatu negara. Konsumsi keluarga merupakan salah
satu kegiatan ekonomi keluarga untuk memenuhi
berbagai kebutuhan barang dan jasa.
Di dalam sebuah rumah tangga terkadang terjadi
masalah-masalah yang terjadi dalam alokasi pangan
keluarga yang dapat berpengaruh terhadap tingkat
konsumsi pangan keluarga. Makalah ini membahas
PEMBAHASAN
Alokasi makanan pada keluarga dengan ibu single parent dimana terdapat
remaja laki-laki yang belum bekerja dalam keluarga tersebut.
Alokasi makanan pada keluarga dengan istri sebagai tulang punggung
pencari nafkah ekonomi dalam keluarga dan suami tidak bekerja
(pengangguran).
Alokasi makanan pada keluarga dengan anak yang masih muda yang
bekerja secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Alokasi makanan pada kekurangan pangan marginal dan berat.
ALOKASI MAKANAN
PADA KELUARGA
SINGLE PARENT
PENELITIAN
Gideon (2016)
Lisnini (2012)
Kathleen Ziol-Guess
(2006)
alokasi makanan pada
keluarga yang lengkap
lebih teratur dan
konsumsinya lebih
beragam,
pada keluarga single
parent, alokasi
makanan kurang
teratur
LATAR BELAKANG
Perempuan Indonesia saat ini banyak yang menjadi pencari
nafkah utama dalam keluarga, bahkan kepala keluarga. Peran
itu dijalani lantaran berbagai sebab seperti suami meninggal,
bercerai dan harus menghidupi anak-anaknya, ditelantarkan
suami, tidak menikah tapi menjadi tulang punggung ekonomi
keluarga, suami sakit atau mengalami kondisi yang
membuatnya sama sekali tidak mampu mencari nafkah.
Badan Pusat Statistik dalam Sensus 2014 mencatat,
perempuan kepala keluarga di Indonesia sebanyak 14,84% dari
total keluarga Indonesia. Angka ini mengalami kenaikan dari
periode sebelumnya. Tahun 2001, rumah tangga yang dikepalai
perempuan ada 13%, dan tahun 1985 masih 7,54%. Peran
perempuan Indonesia dari beragam kalangan dan latar
belakang dalam membangun ekonomi keluarga Indonesia
adalah fakta yang tak terbantahkan (badriyah Faumi).
Perempuan mempunyai peran dalam sistem nafkah rumah tangga di wilayah pedesaan tersebut.
Kontribusi para istri yng menggantikan para suami dalam mencari nafkah sangat besar. Banyak
usaha yang mereka lakukan yaitu menjual hasil laut mereka kepasar sehingga mereka mampu
menghasilan uang untuk memenuhi keutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Sehingga
kebutuhan pangan mereka tercukupi dan dsitribusi makanan dalam keluarga terpenuhi.
( SLAMET WIDODO,2012)
Artini ( 2009) menjelaksan besarnya motivasi bperempuan bekerja untuk memperbaiki kebutuhan
ekonmi keluarga serta untuk memberikan kehidupan yang baik untuk ana-anak mereka.
Tingginya kehidupan mempengaruhi mereka untuk bekerja beberapa pekerjaan sekligus. Hal ini
terkait jumlah anak mereka yang banyak serta ketidak mampuan suami mereka dalam mencari
nafkah.
KESIMPULA
N
PENDAHULUAN
Pekerja anak merupakan isu global yang sangat besar dan luas.
Diperkirakan di seluruh dunia jumlah pekerja anak meningkat
sebanyak 80.000 anak tiap harinya. Tahun 2002, ILO
memperkirakan jumlah pekerja anak di dunia sebanyak 246 juta
anak dan sebagian besar dari mereka tidak bekerja pada sektor
formal melainkan berada disektor domestik dan disektor
informal lain, seperti dijalanan
Menurut Indonesia Child Labour Survey (ICLS) atau survei
pekerja anak Indonesia tahun 2009 yang dilakukan oleh ILO
bekerja sama dengan Satuan Kerja Nasional (SAKERNAS) di 248
kabupaten di Indonesia, menunjukkan bahwa jumlah anak
Indonesia dengan usia 5-17 tahun yaitu sekitar 58,8 juta anak
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama timbulnya pekerja
anak. Ketidakmampuan ekonomi keluarga berpengaruh pada
produktifitas kerja menjadi rendah, gizi kurang, perawatan kesehatan
kurang sehingga hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas kerja,
cepat lelah, rentan terhadap kecelakaan dan penyakit. Penghasilan
orang tua yang rendah, menyebabkan anak terpaksa mengikuti jejak
orang tuanya untuk bekerja meskipun tanpa mempunyai bekal
ketrampilan.
Masalah Kesehatan
dan Tumbuh
Kembang
Pekerja Anak
Jalanan di Jakarta
(2004) - Fransisca
Handy,
Soedjatmiko
Gambaran Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Makassar (2012) Indina Dwinoviza Delaputri Isbach, Ridwan Amiruddin, Jumriani
Ansar
Pekerja anak pada umumnya berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah atau
kondisi rumah tangga miskin. Rumah tangga dengan sosial ekonomi baik,
mungkin tidak ada masalah dengan penyediaan makanan sehari-hari sehingga
semua anggota rumahtangga mendapat makanan secukupnya. Tetapi, bagi
rumahtangga miskin dengan penyediaan makanan terbatas, ada kemungkinan
anggota rumahtangga yang satu lebih diprioritaskan dalam pemberian makanan
dibandingkan dengan anggota rumahtangga yang lain.
perempuan.
KEKURANGAN PANGAN
MARGINAL DAN BERAT
PENDAHULUAN
Kesehatan masyarakat selama beberapa decade terakhir terancam oleh
krisis ekonomi dan pangan global
Kramer MS.
Intrauterine
growth and
gestational
duration
determinants.
Pediatrics.
Gross, D. and B.
Underwood (1971).
Technological Change
and
Caloric Cost; Sisal
Agriculture
in Northeastern Brazil
Lebih dari 2 dekade yang lalu ibu dengan factor gizi kurang
dapat menjelaskan 0.50% dari penyebab berat lahir
dinegara-negara berkembang, factor-faktor gizi ibu seperti
stunting, berat badan rendah selama kehamilan, dan
kekurangan zat gizi mikro menghasilkan pertumbuhan yang
buruk pada janin dan penurunan durasi kehamilan. Asupan
energi yang cukup dan berat badan sangat penting selama
kehamilan. Asupan suplemen protein energi yang seimbang
dalam kehamilan berdasarkan uji terkontrol terbukti
mengurangi pertumbuhan janin oleh 32% dan
menyebabkan kematian.
Progress Diagram
Phase
Phase 11
Bersifat
deskriptif
dengan desain cross
sectional. Berdasarkan
survei
awal
yang
dilakukan oleh peneliti
jumlah keluarga yang
memiliki lansia adalah
53 KK. Sampel adalah
seluruh keluarga yang
memiliki lansia yang
bertempat
tinggal
bersama keluarga di
Desa Aek Nabara Tonga
Kecamatan Aek Nabara
Barumun.
Phase
Phase 22
hasil
penelitian
penyediaan
makan
lansia masih kurang.
Hal ini terjadi karena
keluarga tidak punya
banyak waktu untuk
membedakan makanan
lansia dengan makanan
keluarga.
Phase
Phase 33
Kekurangan
kalsium
akan
meningkatkan
risiko
osteoporosis
pada masa dewasa dan
lansia, yaitu gangguan
yang
menyebabkan
penurunan
secara
bertahap
terhadap
jumlah dan kekuatan
jaringan tulang.
Progress Diagram
Phase
Phase 11
Desain penelitian yang
digunakan
adalah
penelitian deskritif analitik
dengan
menggunakan pendekatan
studi
Cross
Sectional.
Sampel dalam penelitian
ini menggunakan tehnik
Total
Sampling
adalah
seluruh
keluarga
yang
memiliki lansia yang
Mempunyai
ketergantungan fisik yang
berjumlah 40 orang
Phase
Phase 22
Phase
Phase 33
Dukungan
keluarga
merupakan
berupa
bantuan yang diberikan
oleh anggota keluarga.
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah asupan
nutrisi
yang
harus
dipenuhi
untuk
mengoptimakan
kebutuhan tubuh. Oleh
karena itu dukungan
keluarga
sangatlah
diperlukan
dalam
pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada lansia.
Kesimpulan
Diharapkan
pengetahuan
yang baik diiku
ti dengan sikap
positif
yang
akhirnya
dapat
menimbulkan
tindakan
yang
tepat
dalam
menyediakan
makanan
untuk
lansia.
KESIMPULAN
Alokasi makanan pada
keluarga dengan ibu single
parent adalah tidak ada
perbedaaln alokasi makanan,
ibu tetap mengutamakan
anak-anaknya
TERIMA KASIH