Anda di halaman 1dari 31

ALOKASI MAKANAN

SITI HADRAYANTI ANANDA P1803215002


ATI PATANDUK P1803215003
SUKMAWATI ARSYADP1803215006
MAESARAH
P1803215011
DARMAYANTI WALUYO P1803215401

PENDAHULUAN
Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, konsumsi
mempunyai peran penting di dalamnya serta
mempuyai pengaruh yang sangat besar terhadap
stabilitas perekonomian. Semakin tinggi tingkat
konsumsi, semakin tinggi tingkat perubahan kegiatan
ekonomi dan perubahan dalam pendapatan nasional
suatu negara. Konsumsi keluarga merupakan salah
satu kegiatan ekonomi keluarga untuk memenuhi
berbagai kebutuhan barang dan jasa.
Di dalam sebuah rumah tangga terkadang terjadi
masalah-masalah yang terjadi dalam alokasi pangan
keluarga yang dapat berpengaruh terhadap tingkat
konsumsi pangan keluarga. Makalah ini membahas

PEMBAHASAN
Alokasi makanan pada keluarga dengan ibu single parent dimana terdapat
remaja laki-laki yang belum bekerja dalam keluarga tersebut.
Alokasi makanan pada keluarga dengan istri sebagai tulang punggung
pencari nafkah ekonomi dalam keluarga dan suami tidak bekerja
(pengangguran).
Alokasi makanan pada keluarga dengan anak yang masih muda yang
bekerja secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Alokasi makanan pada kekurangan pangan marginal dan berat.

Alokasi makanan pada anggota keluarga yang berusia lanjut.

ALOKASI MAKANAN
PADA KELUARGA
SINGLE PARENT

Keluarga Single Parent

Single parent adalah keluarga yang


hanya terdiri dari satu orang tua
yang dimana mereka secara
sendirian membesarkan anakanaknya tanpa kehadiran,
dukungan, tanggung jawab
pasangannya dan hidup bersama
dengan anak-anaknya dalam satu
rumah.

Wanita Single Parent


peranan wanita sebagai
istri, ibu rumah tangga,
peranan wanita sebagai
pencari nafkah

PENELITIAN
Gideon (2016)

Lisnini (2012)

tingkat sosial ekonomi


keluarga ibu yang
menjadi orang tua
tunggal masih
tergolong baik
dikarenakan
kebutuhan dasar
mereka seperti
sandang, pangan,
papan, kesehatan juga
rekreasi masih
tercukupi meskipun
masih bisa dikatakan
sangat minimal,
kebutuhan mereka
juga dibantu oleh
program program dari
pemerintah.

pola konsumsi pangan


lebih banyak
dikeluarkan untuk
kebutuhan sehari-hari
seperti membeli
beras, sayur-sayuran
dan bumbu-bumbuan
(garam, penyedap
rasa, kunyit, jahe dan
lain-lain). Pola
konsumsi non pangan
dikeluarkan untuk
membeli bahan bakar,
membayar listrik dan
air PAM.
Pola pemberian
makanan didalam
keluarga tidak
membeda-bedakan
bahwa ibu lebih

Kathleen Ziol-Guess
(2006)
alokasi makanan pada
keluarga yang lengkap
lebih teratur dan
konsumsinya lebih
beragam,
pada keluarga single
parent, alokasi
makanan kurang
teratur

PERAN ISTRI SEBAGAI


PENCARI NAFKAH
TUNGGAL DAN DAMPAK
PADA SOSIAL DAN
EKONOMI

LATAR BELAKANG
Perempuan Indonesia saat ini banyak yang menjadi pencari
nafkah utama dalam keluarga, bahkan kepala keluarga. Peran
itu dijalani lantaran berbagai sebab seperti suami meninggal,
bercerai dan harus menghidupi anak-anaknya, ditelantarkan
suami, tidak menikah tapi menjadi tulang punggung ekonomi
keluarga, suami sakit atau mengalami kondisi yang
membuatnya sama sekali tidak mampu mencari nafkah.
Badan Pusat Statistik dalam Sensus 2014 mencatat,
perempuan kepala keluarga di Indonesia sebanyak 14,84% dari
total keluarga Indonesia. Angka ini mengalami kenaikan dari
periode sebelumnya. Tahun 2001, rumah tangga yang dikepalai
perempuan ada 13%, dan tahun 1985 masih 7,54%. Peran
perempuan Indonesia dari beragam kalangan dan latar
belakang dalam membangun ekonomi keluarga Indonesia
adalah fakta yang tak terbantahkan (badriyah Faumi).

Perempuan sebagai bagian dari rumah


tangga mempunyai peran yang cukup
penting dalam system nafkah ini.
Ellis
(2000),
menyatakan
bahwa
pemahaman terhadap mata pencaharian
(livelihood) merupakan bagian dari
strategi mata pencaharian (livelihood
strategies). Suatu mata pencaharian
meliputi pendapatan, lembaga-lembaga
sosial,
relasi
gender,
hak-hak
kepemilikan yang diperlukan guna
mendukung dan menjamin kehidupan.

BEBERAPA PENELITIAN YANG


TELAH DILAKUKAN UNTUK
MENGETAHUI PERAN ISTRI
UNTUK BEKERJA DALAM
MEMBANTU PEREKONOMIAN
KELUARGA

Perempuan mempunyai peran dalam sistem nafkah rumah tangga di wilayah pedesaan tersebut.
Kontribusi para istri yng menggantikan para suami dalam mencari nafkah sangat besar. Banyak
usaha yang mereka lakukan yaitu menjual hasil laut mereka kepasar sehingga mereka mampu
menghasilan uang untuk memenuhi keutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Sehingga
kebutuhan pangan mereka tercukupi dan dsitribusi makanan dalam keluarga terpenuhi.
( SLAMET WIDODO,2012)
Artini ( 2009) menjelaksan besarnya motivasi bperempuan bekerja untuk memperbaiki kebutuhan
ekonmi keluarga serta untuk memberikan kehidupan yang baik untuk ana-anak mereka.
Tingginya kehidupan mempengaruhi mereka untuk bekerja beberapa pekerjaan sekligus. Hal ini
terkait jumlah anak mereka yang banyak serta ketidak mampuan suami mereka dalam mencari
nafkah.

ayal kmihi (2004) menyebutkan adanya perbedaan asupan


kalori pada pria dibandingkan dengan asupan kaori wanita,
serta adanya pengaruh pendapatan ibu terhadap status gizi
anak mereka

KESIMPULA
N

Peran istri yang bekerja rata-rata untuk memperbaiki


perekonomian keluarga mereka. Apa lagi mereka sebagai
pencari nafkah utama, waluapun sebagian besar merka
mmemiliki suami namun kondisi fisik suami mereka yang
tidak mendukung sehingga mereka diharuskan untuk
bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Serta
penghasilan ibu sangat berpengaruh pada status gizi
anak mereka.

ALOKASI MAKANAN PADA ANAKANAK YANG MASIH MUDA


SECARA EKONOMI
MENGHASILKAN

PENDAHULUAN
Pekerja anak merupakan isu global yang sangat besar dan luas.
Diperkirakan di seluruh dunia jumlah pekerja anak meningkat
sebanyak 80.000 anak tiap harinya. Tahun 2002, ILO
memperkirakan jumlah pekerja anak di dunia sebanyak 246 juta
anak dan sebagian besar dari mereka tidak bekerja pada sektor
formal melainkan berada disektor domestik dan disektor
informal lain, seperti dijalanan
Menurut Indonesia Child Labour Survey (ICLS) atau survei
pekerja anak Indonesia tahun 2009 yang dilakukan oleh ILO
bekerja sama dengan Satuan Kerja Nasional (SAKERNAS) di 248
kabupaten di Indonesia, menunjukkan bahwa jumlah anak
Indonesia dengan usia 5-17 tahun yaitu sekitar 58,8 juta anak
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama timbulnya pekerja
anak. Ketidakmampuan ekonomi keluarga berpengaruh pada
produktifitas kerja menjadi rendah, gizi kurang, perawatan kesehatan
kurang sehingga hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas kerja,
cepat lelah, rentan terhadap kecelakaan dan penyakit. Penghasilan
orang tua yang rendah, menyebabkan anak terpaksa mengikuti jejak
orang tuanya untuk bekerja meskipun tanpa mempunyai bekal
ketrampilan.

Survei yang dilakukan pada pekerja anak


jalanan di Jakarta (2004) di peroleh
bahwa dari 50 pedagang asongan,
sebagian besar dari mereka (38%)
tinggal bersama rekan-rekan kerja mereka
di tempat penampungan yang disediakan
oleh orang yang mempekerjakan mereka,
sementara itu sebanyak 26% tinggal
bersama sanak keluarganya.

Berdasarkan tingkat pendidikan 50


pedagang asongan menunjukkan bahwa
sebanyak 60% tidak lagi bersekolah.
Untuk tingkat pendapatan, 64% di
antaranya memiliki penghasilan di bawah
angka rata-rata ini. Jika dilihat dari
sumber keuangan keluarga mereka,
mereka menyumbang rata-rata 52% dari
seluruh penghasilan keluarga.

Penghasilan yang bisa dibilang relatif kecil


tersebut dilakukan selama berjam-jam
bekerja. Survai terhadap 50 pedagang
asongan mendapatkan mereka biasa
mulai bekerja sejak pukul 6 pagi,
terutama bagi pedagang koran dan
majalah, dan mereka akan bekerja selama
10 jam, bahkan sekitar 52%
menghabiskan 11-14 jam sehari.

Survai status gizi terhadap 50


pedagang asongan di Jakarta,
mendapatkan status gizi berdasarkan
TB/U sebagai berikut; 20% gizi kurang
dan tidak ada yang gizi buruk.

Masalah Kesehatan
dan Tumbuh
Kembang
Pekerja Anak
Jalanan di Jakarta
(2004) - Fransisca
Handy,
Soedjatmiko

Dari evaluasi diet, didapatkan 69% makan


3 kali sehari dan 29% makan 2 kali sehari.
Nasi, sayur, tempe, tahu dan telur
dikonsumsi hampir tiap hari dalam
seminggu (4-7 hari) oleh sebagian besar
anak. Ikan segar dan buah hanya
dikonsumsi 1-2 hari seminggu, dan
sebanyak 72-82% dari mereka jarang
mengkonsumsi daging dan susu.

dilakukan pada pekerja anak di


Pasar Badung Kota Denpasar
(2013) sebagian besar pekerja
anak berjenis kelamin perempuan
dan rata-rata berada pada
kelompok umur 10-15 tahun. Hal
ini berarti sebagian besar sampel
tergolong kelompok anak dan
remaja.

Makanan pokok yang sering


dikonsumsi oleh pekerja anak
adalah nasi (100%) roti (49,9%)
dan mie (40,5%) yang dikonsumsi
sebanyak 2-3 kali sehari,
sedangkan makanan seperti
jagung, kentang dan singkong tidak
pernah dikonsumsi.

Jenis bahan makanan berupa kacangkacangan dan hasil olahannya yang


sering dikonsumsi adalah tahu (31%),
tempe (31%) dan kacang tanah (26,3%)
yang dikonsumsi dengan frekuensi 2-3
kali dalam sehari. Jenis bahan makanan
berupa sayur-sayuran yang sering
dikonsumsi adalah kacang panjang
(23,9%) dan kol (16,7%) yang dikonsumsi
dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari.

Jenis bahan makanan sumber protein


hewani yang sering dikonsumsi oleh
pekerja anak adalah daging ayam
(47,6%) dan telur ayam (28,6%)
dengan frekuensi konsumsi sebanyak
2-3 kali sehari. Jenis bahan makanan
berupa ikan dan hasil olahannya yang
sering dikonsumsi adalah ikan segar
(19%) dengan frekuensi 2-3 kali dalam
sehari.

Jenis bahan makanan berupa buahbuahan yang sering dikonsumsi oleh


pekerja anak adalah jeruk (23,8%),
apel (21,5%) dan pisang (14,3%)
dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Dari
hasil penelitian ditemukan 45,2% anak
pendek atau stunting. Dari jumlah
tersebut terdapat 36,7% anak
perempuan yang stunting.

Kebiasaan Makan, Status


Gizi Dan Kesehatan Pekerja
Anak Di Pasar Badung Kota
Denpasar (2013) - Ni Putu
Indah Mawarni, Kadek Tresna
Adhi.

Gambaran Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Makassar (2012) Indina Dwinoviza Delaputri Isbach, Ridwan Amiruddin, Jumriani
Ansar

Pada 277 anak jalanan di Makassar


sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(80,9%). Sebagian besar anak jalanan
berada pada kelompok umur 10-13 tahun
(70%). Pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan anak jalanan adalah
mengamen (44,8%) dan usaha jasa
sebesar (25,3%). Sebagian besar anak
jalanan berasal dari Kota Makassar
(82,7%). Hampir seluruh anak jalanan
masih tinggal bersama orang tua (96,8%).

Anak jalanan yang tinggal bersama orang


tua 100% berstatus gizi gemuk dan 97,4%
berstatus gizi sangat kurus. Sementara
sebesar 20% anak jalanan yang tidak
tinggal bersama orang tua berstatus gizi
sangat gemuk dan hanya 4,4% yang
berstatus gizi kurus. Lebih banyak anak
jalanan yang masih tinggal dengan orang
tua dan memiliki status gizi gemuk. Ini
dikarenakan lebih banyak anak jalanan
yang masih berumur sangat muda
sehingga masih bergantung dengan orang
tua mereka. Orang tua mampu menjadi
kontrol bagi pemenuhan gizinya. Anak
pekerja yang tinggal bersama orang tua
pemenuhan gizinya karena kebutuhan
makanannya sudah disediakan oleh
keluarga.

Pekerja anak pada umumnya berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah atau
kondisi rumah tangga miskin. Rumah tangga dengan sosial ekonomi baik,
mungkin tidak ada masalah dengan penyediaan makanan sehari-hari sehingga
semua anggota rumahtangga mendapat makanan secukupnya. Tetapi, bagi
rumahtangga miskin dengan penyediaan makanan terbatas, ada kemungkinan
anggota rumahtangga yang satu lebih diprioritaskan dalam pemberian makanan
dibandingkan dengan anggota rumahtangga yang lain.

Hasil wawancara mengenai prioritas pemberian makanan dalam


rumahtangga menunjukkan, separuh (50%) rumahtangga sampel
menyatakan bahwa anak-anak lebih diutamakan atau diprioritaskan
daripada kedua orangtuanya, bila persediaan makanan terbatas.
Sedangkan 40% lainnya menyatakan tidak ada prioritas atau sama
saja dan hanya 4% yang memprioritaskan ayah atau ibu.

Sebaiknya memang anak lebih diprioritaskan karna anak memerlukan


nutrisi yang lebih karna masih dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Apalagi jika anak tersebut aktif bekerja dan turut
membantu perekonomian keluarga.

Distrlbusi Konsumsi Pangan Antar Anggota Rumahtangga Pada Saat Krisis


Ekonomi Di Dua Desa IDT Kabupaten Subang (1999) - Sri Prihatini,
Syafrudin, Vita Kartika dan Herman Sudiman

Gender, education and


child labour: A
sociological perspective
- Bilal Ahmad Bhat
Educational Research
and Reviews Vol. 5 (6),
pp. 323-328, June, 2010

Di India (2010) dikaji


dari aspek sosiologi,
anak perempuan
memiliki status yang
lebih rendah dibanding
anak laki-laki. Preferensi
keluarga cenderung
Artinya, meski samalebih memilih anak lakilaki, termasuk
sama bekerja dalam
keputusan keluarga
keluarga, anak laki-laki
dalam distribusi
tetap akan mendapat
makanan, tenaga kerja, distribusi makanan yang
perawatan kesehatan,
lebih dibanding anak
dan pendidikan

perempuan.

KEKURANGAN PANGAN
MARGINAL DAN BERAT

PENDAHULUAN
Kesehatan masyarakat selama beberapa decade terakhir terancam oleh
krisis ekonomi dan pangan global

Direktur Jenderal WHO , Margaret Chan sebagai berikut : Dunia sudah


menghadapi perkiraan 3,5 juta kematian akibat gizi buruk setiap tahun.
Banyak lagi akan mati sebagai akibat krisis ini .
Di daerah pedesaan, kemiskinan tetap tinggi terutama di kalangan
rumah tangga yang dikepalai oleh anggota keluarga yang bekerja di
sector pertanian (48,2%), serta kalangan rumah tangga yang tidak
memiliki lahan pedesaan (66,6%).
Perubahan harga relative dikombinasikan dengan memburuknya daya beli
rumah tangga yang berhubungan dengan peningkatan pengangguran dan
peurunan ketersediaan dan kualitas pelayanan semua terjadi bersamaan
yang mempengaruhi kesehatan dan status gizi

Bank Sentral, 1998


menjadi salah satu masalah utama di Sri Lanka. Jenis malnutrisi di Sri
Lanka termasuk malnutrisi energi protein dan nutrisi mikro kekurangan
seperti besi, yodium dan vitamin A. Selain itu, kekurangan gizi adalah
menonjol di antara wanita dan anak-anak

Departemen Sensus dan Statistik (1999

sejumlah besar perempuan tidak mendapatkan kebutuhan kalori harian


mereka dan tingkat harian yang direkomendasikan vitamin, zat besi dan
yodium

Bank Sentral 1998

malnutrisi di Sri Lanka adalah karena berpenghasilan rendah dan


kebiasaan diet yang tidak baik

Wijesinghe dan Wilfred, 2001


Ada perbedaan gender yang signifikan . Laki-laki lebih di utamakan
dibanding wanita

Senauer, et al., 1988.

Malnutrisi juga bisa disebabkan alokasi makanan di antara anggota


keluarga

Dalam penelitian klasik dari aliran


energi antara pekerja di Brazil,
menunjukkan bahwa penerima
upah laki-laki menerima
preferensi dalam alokasi kalori
dalam rumah tangga. Mereka
diberi makan pertama, dengan
jumlah yang cukup untuk
mempertahankan pekerjaan
mereka, sering dengan
mengorbankan anak-anak dan
ibu, yang menerima apa yang
tersisa setelah kebutuhan energi
laki-laki. Dengan hal tersebut
menyebabkan kekurangan gizi
pada anak dan ibu.

Kramer MS.
Intrauterine
growth and
gestational
duration
determinants.
Pediatrics.

Gross, D. and B.
Underwood (1971).
Technological Change
and
Caloric Cost; Sisal
Agriculture
in Northeastern Brazil

Lebih dari 2 dekade yang lalu ibu dengan factor gizi kurang
dapat menjelaskan 0.50% dari penyebab berat lahir
dinegara-negara berkembang, factor-faktor gizi ibu seperti
stunting, berat badan rendah selama kehamilan, dan
kekurangan zat gizi mikro menghasilkan pertumbuhan yang
buruk pada janin dan penurunan durasi kehamilan. Asupan
energi yang cukup dan berat badan sangat penting selama
kehamilan. Asupan suplemen protein energi yang seimbang
dalam kehamilan berdasarkan uji terkontrol terbukti
mengurangi pertumbuhan janin oleh 32% dan
menyebabkan kematian.

Click to add your text

Alokasi Makanan Pada Lansia

Di Indonesia, batasan lansia menurut Undang-Undang No. 13 tahun


1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Nugroho
(2000), menyatakan batasan-batasan lansia menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) meliputi: usia pertengahan (middle age)
yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di
atas 90 tahun.
kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga yang dianggap
sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap
memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat (Nugroho, 2008).
Keluarga berperan penting dalam kehidupan lansia, 80% keluarga
akan mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa yang
menjadi sumber support lansia. Sebanyak 75% lansia diatas 65
tahun dirawat oleh anggota keluarganya sendiri, dimana
seperempatnya adalah pasangan hidup dan lebih dari sepertiga
dirawat pasangan dan anak dewasa (Fatimah, 2010).Keluarga
merupakan
support
system
utama
bagi
lansia
dalam
mempertahankan kesehatannya.(Nugroho, 2008).

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA DALAM PENYEDIAAN MAKAN PADA


LANSIA DI DESA AEK NABARA TONGA KECAMATAN AEK NABARA
BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS
Nurmaida Sari Tanjung, Ernawati Nasution, Evawany Y. Aritonang

Progress Diagram

Phase
Phase 11
Bersifat
deskriptif
dengan desain cross
sectional. Berdasarkan
survei
awal
yang
dilakukan oleh peneliti
jumlah keluarga yang
memiliki lansia adalah
53 KK. Sampel adalah
seluruh keluarga yang
memiliki lansia yang
bertempat
tinggal
bersama keluarga di
Desa Aek Nabara Tonga
Kecamatan Aek Nabara
Barumun.

Phase
Phase 22

hasil
penelitian
penyediaan
makan
lansia masih kurang.
Hal ini terjadi karena
keluarga tidak punya
banyak waktu untuk
membedakan makanan
lansia dengan makanan
keluarga.

Phase
Phase 33

Dalam penelitian ini,


pengetahuan
dan
sikap yang sudah
cukup baik (kategori
sedang)
ternyata
belum diaplikasikan
sepenuhnya
dalam
tindakan.
Hal
ini
terjadi
karena
pendapatan keluarga
yang masih kurang.

Gambaran Asupan Kalsium Dan Pola Minum Susu


Pada Lansia

Kalsium adalah sebagai


komponen utama tulang
dan
gigi,
berperan
dalam kontraksi dan
relaksasi otot, menjaga
tekanan
darah
agar
tetap
normal,
serta
imunitas tubuh.

Kekurangan
kalsium
akan
meningkatkan
risiko
osteoporosis
pada masa dewasa dan
lansia, yaitu gangguan
yang
menyebabkan
penurunan
secara
bertahap
terhadap
jumlah dan kekuatan
jaringan tulang.

Dari hasil penelitian


lansia
jarang
mengonsumsi
susu
setiap
hari
karena
keluarga
tidak
menyediakan. Keluarga
menganggap susu tidak
begitu penting untuk
mencukupi
kebutuhan
gizi lansia. Selain itu
juga keluarga merasa
kurang mampu dengan
harga susu yang cukup
mahal.

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Pada Lansia Di Kelurahn Biyonga Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo
Ibrahim H. Moha

Progress Diagram

Phase
Phase 11
Desain penelitian yang
digunakan
adalah
penelitian deskritif analitik
dengan
menggunakan pendekatan
studi
Cross
Sectional.
Sampel dalam penelitian
ini menggunakan tehnik
Total
Sampling
adalah
seluruh
keluarga
yang
memiliki lansia yang
Mempunyai
ketergantungan fisik yang
berjumlah 40 orang

Phase
Phase 22

Berdasarkan hasil analisa


data
yang
telah
dilakukan
dengan
Uji
Fisher Exact dengan
hasil
semua dengan nilai P=
0,000 itu artinya nilai P
Value
<0,005.
Maka
dapat disimpulkan bahwa
terdapat
hubungan
antara
dukungan
keluarga
dengan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi pada lansia.

Phase
Phase 33
Dukungan
keluarga
merupakan
berupa
bantuan yang diberikan
oleh anggota keluarga.
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah asupan
nutrisi
yang
harus
dipenuhi
untuk
mengoptimakan
kebutuhan tubuh. Oleh
karena itu dukungan
keluarga
sangatlah
diperlukan
dalam
pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada lansia.

Kesimpulan

Pada usia lanjut,


salah satu upaya
utama
yang
dilakukan
untuk
mencapai kualitas
hidup agar tetap
baik
adalah
dengan
cara
mempertahankan
status gizi pada
kondisi optimum
dan
konsumsi
makanan bergizi
dan beragam.

Diharapkan
pengetahuan
yang baik diiku
ti dengan sikap
positif
yang
akhirnya
dapat
menimbulkan
tindakan
yang
tepat
dalam
menyediakan
makanan
untuk
lansia.

KESIMPULAN
Alokasi makanan pada
keluarga dengan ibu single
parent adalah tidak ada
perbedaaln alokasi makanan,
ibu tetap mengutamakan
anak-anaknya

Alokasi makanan pada


keluarga dengan istri sebagai
tulang punggung pencari
nafkah ekonomi dalam
keluarga dan suami tidak
bekerja (pengangguran)
adalah ada pengaruh
penghasilan ibu terhadap
status gizi anak

Alokasi makanan pada


kekurangan pangan marginal
dan berat. adalah alokasi
makanan lebih banyak pada
laki-laki sehingga ibu dan
anak banyak yang
kekurangan nutrisi

Alokasi makanan pada


keluarga dengan anak yang
masih muda yang bekerja
secara ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga masih di
prioritaskan pada anak-anak.

Alokasi makanan pada


anggota keluarga yang
berusia lanjut adalah masih
kurang

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai