OLEH
NUR FAUZIA ASMI
P1803215010
KONSENTRASI GIZI
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Masalah hipertensi adalah masalah yang terus berkembang. Pola
hidup dan kebiasaan makanan merupakan beberapa factor penyebab
hipertensi. Pola hidupp yang jarang berolahraga dengan konsumsi
makanan yang tidak terkendali seperti tinggi natrium dan msg dapat
memicu timbulnya penyakit hipertensi.
Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya
hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli
masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup
mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan
terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non
farmakologis dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi
ekonomis maupun manfaatnya (Lastri, 2009).
Menurut penelitian Soedarya (2009), bahwa buah belimbing
mempunyai kadar potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang
rendah sebagai obat hipertensi yang tepat. Sehingga, diharapkan
dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah tertentu
(3 buah) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Selain itu Dari hasil penelitian oleh Rahmawati, dkk (2012) dengan
judul “Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu Terhadap
Penurunan Tingkat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Desa Karangrejo
RT09 RW 04 Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik” diperoleh hasil hasil
ada Pengaruh Pemberian Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan Madu
Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi pada Pasien Hipertensi.
Oleh karena hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana efektifitas
buah dan sayur terhadap penurunan tekanan darah di Kecamatan
Tamalanrea Kota Makassar.
C. Tujuuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melihat analisis efektifitas jus seledri dan jus belimbing
terhadap penurunan tekanan darah di kecamatan Tamalanrea kota
Makassar.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektifitas jus seledri kombinasi wortel dan madu
terhadap penurunan tingkat hipertensi.
2. Untuk mengetahui efektifitas buah belimbing terhadap penurunan
tingkat hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan tentang metode penelitian
di bidang farmakologi serta menerapkan ilmu yang didapat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi
karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat
mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah
didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh
tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah
didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang
minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri).
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk
pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka
prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung
hanya pada penduduk umur ≥18 tahun. Mengingat pengukuran
tekanan darah dilakukan pada penduduk umur ≥15 tahun maka
temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC
VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan
informasi (Riskesdas, 2013).
2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberikan gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung
dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, 2007). Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro,
2006). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama
di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,115 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting
Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiostensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, rennin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiostensin I diubah manjadi angiostensin II. Angiostensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama (Yogiantoro, 2006).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan
multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah
fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber
vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam
diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala
hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ matayang dapat
mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2001).
Gejala-gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-
debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban
kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telinga
bordering (tinnitus) dan dunia terasa berputar (Sustrani, 2004).
4. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi di bagi menjadi dua, yaitu (Widiantari, 2013) :
1) Hipertensi primer ialah suatu kondisi terjadinya tekanan darah
yang tinggi akibat dari dampak gaya hidup dan faktor lingkungan
seseorang.
2) Hipertensi sekunder ialah terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita
penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal atau
kerusakan sistem hormon tubuh.
Tabel 2.1. Klaifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa yang berumur
18 Tahun ke atas berdasarkan tekanan sistol dan diastol
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hipertensi yaitu (Kristanti, 2013):
Penglihatan kabur karena kerusakan retina
Nyeri pada kepala
Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra cranial
Edema dependent
Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
Gampang marah
Leher belakang sering kaku
Sulit berkonsentrasi
7. Penanggulangan hipertensi
1) Penanggulangan Farmakologis (terapi dengan obat) (Widiantari,
2012):
a. Diuetika merupakan golongan antihipertensi yang
merangsang pengeluaran garam dan air. Dengan mengkonsumsi
diuretik dapat terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh
darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembluh darah.
b. Beta Bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa
oleh jantung.
c. ACE-inhibitor dapat mencegah terjadinya penyempitan dinding
pembuluh darah.
d. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah.
2) Penanggulangan Non-farmakologi (terapi herbal) (Syaifuddin,
2013):
Menurut Halberstein (2005) pengobatan hipertensi dengan
menggunakan tanaman obat adalah menurunkan tekanan darah
ketingkat normal serta mengobati hipertensi dengan memperbaiki
penyebabnya atau membangun organ yang rusak yang
mengakibatkan terjadinya hipertensi. Menurut Xingjiang Et al,
(2013) tanaman obat juga memiliki kelebihan dalam pengobatan
hipertensi karena umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain
mengobati hipertensi juga mengobati penyakit komplikasi sebagai
akibat tekanan darah tinggi dan mempunyai efek samping yang
sangat kecil. Tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat
dalam mengatasi hipertensi antara lain adalah:
a. Mengkudu (Morinda citifolia)
Buah mengkudu memiliki kandungan scopoletin, senyawa ini
berfungsi mengatur tekanan darah. Mekanisme kerja scopoletin
untuk menurunkan tekanan darah adalah sebagai vasodilator
yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan otot
polos vaskuler sehingga tekanan darah arteri menurun
tekanan darah juga menurun. Selain itu, mengkudu juga
mengandung xeronine yang berfungsi sebagai zat diuretik yaitu
dengan mengurangi volume darah dengan mengeluarkan
simpanan natrium dari dalam tubuh. Mengkonsumsi mengkudu
sebanyak 2 ons dua kali sehari selama satu bulan mampu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. (Afa
Kehaati Palu, Et al, 2008)
b. Daun Salam (Eugenia polyantha)
Daun salam mengandung senyawa tanin, saponin, dan
vitamin C. Tanin bereaksi dengan protein mukosa dan sel
epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak.
Sedangkan saponin berfungsi mengikat kolesterol dengan
asam empedu sehingga menurunkan kadar kolesterol.
Kandungan vitamin C di dalamnya membantu reaksi
hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu, akibat reaksi itu
meningkatkan ekskresi kolesterol. Mengkonsumsi 15 lembar
daun salam dengan cara di rebus dalam 2 gelas sampai tersisa
satu gelas. Angkat, lalu saring. Minum 2 kali sehari masing-
masing ½ gelas dinilai dapat menurunkan tekanan darah.
(Setiawan, 2009)
c. Kunyit (Curcuma longa)
Kunyit memiliki zat aktif berupa curcumin. Kandungan
curcumin dalam kunyit dapat menurunkan kolesterol dalam
tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah. Kurkumin memiliki
kemampuan dalam mencegah pengumpalan darah, mencegah
oksidasi kolesterol LDL, serta mampu menghambat
pembentukan plak didalam pembuluh darah. Mengkonsumsi
kunyit 100 mg/kg BB/perhari dapat menurunkan kadar
kolesterol didalam tubuh. (Maryam & Shanin,2011)
d. Ketumbar (Coriandrum sativum)
Kandungan flavanoid di dalam ketumbar terbukti dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Flavanoid
beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau
menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi
agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah
mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada
dinding pembuluh darah Mengkonsumsi ketumbar sebanyak
500 mg/ kg BB/hari selama 4 bulan berturut-turut dapat
menurunkan kadar kolesterol didalam tubuh. (Suresh, Et al,
2012)
e. Jeruk sitrun (Citrus limon)
Jeruk sitrun mengandung pektin jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya. Satu jus jeruk
sitrun mengandung lebih dari 3,9 persen pektin. Setiap 15 gram
pektin dapat menurunkan 10 persen tingkat kolesterol. Pektin
berperan menurunkan kadar kolesterol jahat atau LDL yang
dapat menyumbat pembuluh darah. Pada saat yang
sama, pektin juga menaikkan kadar kolesterol baik atau
HDL. Mengkonsumsi jus jeruk sitrun sebanyak 1ml/kg BB/day
selama 4 minggu dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh.
Sehingga mengkonsumsi jus jeruk sitrun setiap hari dapat
menghindari dari penyakit hipertensi. (Yasmin, Et al,
2010)
Selain tanaman herbal yang disebut di atas masih banyak lagi
tanaman herbal yang bisa digunakan untuk mengobati hipertensi
yaitu: seledri, daun alpukat, belimbing, murbei, tapak dara,
manggis, mentimun, pepaya, teratai, jambu biji, labu, ketepeng
cina, mindi, bunga matahari, dan masih banyak lagi jenis tanaman
herbal lainnya yang bisa digunakan sebagai obat hipertensi. (Paul
Bergner, 2004).
B. Tabel Sintesa
2 Q Chan, et. al 2014 Konsumsi sayur mentah dan sayur yang di masak Journal of Human
bisa menurunkan tekanan darah. Hypertension
3 Kai Liu et. al 2013 Konsumsi jus buah borderlinely mengurangi PLoS One
tekanan darah diastolik (DBP) oleh 2,07 mm Hg
(95% CI: -3,75, -0,39 mm Hg; p = 0,02), tetapi tidak
menunjukkan efek yang signifikan terhadap
kolesterol total (TC), high density lipoprotein-
kolesterol (HDL-C), low-density lipoprotein
kolesterol (LDL-C) konsentrasi atau nilai-nilai
tekanan darah sistolik (SBP)
4 Keiko Wada et. al 2011 Anak perempuan yang mengonsumsi rumput laut Nutrition Journal
dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah
tekanan darah
5 JM Nun˜ez-Cordoba, et. 2009 Konsumsi buah dan sayur yang di campurkan European Journal of
Al dengan minyak zaitun dapat menurunkan tekanan Clinical Nutrition
darah
6 Lu Wang, et. al 2012 Terdapat banyak zat gizi dalam buah dan sayur Jurnal Of Hypertension
seperti magnesium, zat besi, asam folat, vitamin C
yang dapat menurunkan tekanan darah
7 Ni kadek wisiantari, dkk 2012 Jus seledri memiliki hubungan signifikan Jurnal
dengan penurunan tekanan darah
8 Putri Indah Dwipayanti 2011 terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Skripsi
Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin
II oleh ACE (Angiostensin I – Converting Enzyme)
yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan
darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya
cairan intraseluler dan meningkatnya cairan
ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan
pemberian terapi buah belimbing yang tinggi
kalium dan rendah natrium kepada responden
yang menderita hipertensi, maka 2 aksi utama
tersebut telah mengalami perubahan arah dari
semula
9 Afrianti 2010 Buah belimbing mengandung kadar kalium Skripsi
yang tinggi serta natrium yang rendah sebagai
obat anti hipertensi. Kandungan kalium
(potassium) dalam 1 buah belimbing (127 gram)
adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan
bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai
jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral
yang ada dalam
kandungan 1 buah belimbing
10 Muh. Syaifuddin 2013 Tanaman herbal yang dimanfaatkan atau skripsi
digunakan dalam pengelolaan hipertensi adalah
belimbing wuluh, belimbing manis, teh hijau,
bawang putih, melon, mentimun, dan seledri
11 Nuryanto 2012 Dengan mengkonsumsi daun seledri mampu thesis
menurunkan tekanan darah. Pada 100 gram
seledri terkandung 344 mg kalium. Didalam tubuh
kalium berfungsi sebagai diuretik yaitu
merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh
yang diikat oleh garam. Selain itu, kandungan
apiin dalam seledri, berperan sebagai diuretic
(memperlancar air kencing yaitu membantu
kerja ginjal dalam mengeluarkan cairan dan
garam dari dalam tubuh, berkurangnya cairan
dalam darah akan menurunkan tekanan darah.
Penatalaksanaan Hipertensi
Penderita hipertensi
menggunakan metode
alternative herbal
Bagan 2.1
Kerangka Teoritis
Dalimartha (2008), Hayens (2003), Lenny (2008), Wikipedia (2008),
Palmer dan Williams, (2007), Sheps dan Sheldon (2005),
Wiryowidagdo dan
Sitanggang (2002)
D. Kerangka Konsep
Pemberian
Jus Seledri
Tekanan darah
- Sistolik
- Diastolik
Pemberian
Jus Belimbing
Keterangan :
: yang di teliti
penderita hipertensi.
hipertensi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Design penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan
rancangan yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest –
Postest Design tanpa adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (postest),
(Notoatmodjo, 2002, h. 164). Desain Quasi Eksperimen merupakan desain
yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat pada randomisasi dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman – ancaman validitas,
(Notoatmodjo, 2002, h.167).
Rancangan One Group Pretest – Postest Design menggunakan satu
kelompok subyek. Pertama – tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan
perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran
untuk ke dua kalinya, (Suryabrata, 2003, h. 101). Bentuk rancangan
penelitian ini sebagai berikut:
O1 O2
rebusan seledri
rebusan seledri
C. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi targetnya adalah semua
penderita hipertensi primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang
(Data Kecamatan Tamalanrea Januari-November tahun 2015). Populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi primer yang
rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Tamalanrea sebanyak 43
orang.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian
(Alimul, 2003).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
Lansia yang sakit
Lansia yang menolak atau tidak mau berpatisipasi dalam penelitian.
E. Variabel Penelitian
Definisi
No Variabel Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
1. Bebas: Pemberian jus Diukur dengan Hasil ukur Nominal
Pemberia seledri pada cara dibagi
n jus penderita memberikan jus menjadi 2
seledri hipertensi di seledri pada kategori
Kecamatan penderita yaitu 1.
Tamalanrea hipertensi yang Diminum
Makassar. dijadikan bila dalam
Cara penyajian: sebagai setiap hari
sediakan responden dan penderita
seledri telah diperiksa mengkonsu
sebanyak 16 tekanan msi rebusan
tangkai lalu darahnya. seledri
dicuci bersih. Kemudian minimal 1
Rebus seledri diperoleh juga gelas per
tersebut dengan dari hasil hari selama
400 ml air cheklist yang 1 minggu.
hingga menjadi diisi oleh 2. Tidak
300 ml. lalu keluarga yang diminum
diminum pagi telah peneliti bila dalam
dan sore berikan sebelum setiap hari
masing-masing dan sesudah penderita
150 ml. pemberian mengkonsu
Diminum rebusan seledri. msi rebusan
selama 7 hari seledri
secara teratur. kurang dari
1 gelas per
hari atau
tidak minum
selama 1
minggu.
2 Pemberia Pemberian jus Diukur dengan Hasil ukur Nominal
n jus belimbing pada cara dibagi
belimbing pasien memberikan jus menjadi 2
penderita belimbing pada kategori
hipertensi di penderita yaitu 1.
Kelurahan hipertensi yang Diminum
Kecamatan dijadikan bila dalam
Tamalanrea sebagai setiap hari
Makassar. responden dan penderita
Cara penyajian: telah diperiksa mengkonsu
sebanyak 10 tekanan msi jus
buah belimbing darahnya. belimbing
dicuci bersih. Kemudian minimal 1
blender diperoleh juga gelas per
belimbing dari hasil hari selama
tersebut dengan cheklist yang 1 minggu.
400 ml air diisi oleh 2. Tidak
hingga menjadi keluarga yang diminum
300 ml. lalu telah peneliti bila dalam
diminum pagi berikan sebelum setiap hari
dan sore dan sesudah penderita
masing-masing pemberian mengkonsu
150 ml. rebusan seledri. msi jus
Diminum seledri
selama 7 hari kurang dari
secara teratur. 1 gelas per
hari atau
tidak minum
selama 1
minggu.
3 Terikat: Tekanan pada Diukur dengan Sesuai Rasio
Tekanan pembuluh arteri cara mengukur dengan
Darah darah ketika tekanan darah hasil
darah dipompa menggunakan pengukuran
oleh jantung spygnomanome tekanan
keseluruh -ter air raksa darah
anggota tubuh dan stetoskop - Systolik
manusia. dengan posisi - Diastolik
Terdapat dua berbaring
tekanan darah (supine) setelah
yaitu, sistole 1 minggu
(tekanan atas), pemberian
normalnya 120 rebusan seledri.
mmHg dan Kemudian hasil
diastole pengukuran
(tekanan tekanan darah
bawah) dicatat dan
normalnya 80 dimasukan
mmHg. kedalam hasil
ukur
1. Data primer
dari pasien hipertensi berupa tekanan darah pasien yang sudah diukur
juga diperoleh dari hasil cheklist yang sudah diberikan sebelum dan
2. Data sekunder
I. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat
dipahami, dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kemudian
ditarik kesimpulan sehingga menggambarkan hasil penelitian (Suyanto,
2005).
Adapun teknik penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan data (editing)
Editing dimaksudkan agar sebelum diolah, data sudah tertata, dan
terinci dengan baik. Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data
yang dikumpulkan dari kuesioner dibaca dan diperbaiki, apabila terdapat
hal-hal yang salah atau meragukan.
2) Pemeriksaan Kode (coding)
Pemberian kode pada setiap atribut dari setiap variabel yang diteliti
untuk mempermudah waktu saat mengadakan tabulasi dan analisis.
3) Pemberian Nilai (scoring)
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan skor atau nilai jawaban
dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah dari kuesioner yang
dianjurkan kepada para responden.
4) Tabulasi (tabulating)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh
ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
RISKESDAS 2013
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut
untukTenaga Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Fadem, S. 2009. Why does salt cause high blood pressure?. [serial online].
http://www.aakp.org/aakp-library/why-does-salt-cause-high-blood-
pressure- [2 november 2015].
Baliwati, Y.F., Khomsan, A., dan Dwiriani, C.M. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi.Jakarta: Penebar Swadaya.