Anda di halaman 1dari 41

Proposal Penelitian

EFEKTIFITAS JUS SELEDRI DAN JUS BELIMBING TERHADAP


PENURUNAN HIPERTENSI DI KECAMATAN TAMALANREA
KOTA MAKASSAR

OLEH
NUR FAUZIA ASMI
P1803215010

KONSENTRASI GIZI
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit hipertensi setiap tahunnya telah mebunuh 9.4 juta jiwa
penduduk di seluruh dunia. WHO juga telah memperkirakan bahwa jumlah
pengidap hipertensi akan terus meningkat seiiring pertambahan jumlah
penduduk.
Hipertensi dijuluki “silent killer” karena 80% kejadian tidak
menimbulkan gejala. Keluhan sakit kepala atau rasa kenceng di tengkuk
yang seringkali dikeluhkan pasien-pasien pun tidak semata-mata
disebabkan hipertensi, melainkan bisa disebabkan manifestasi penyakit
lain. Modifikasi gaya hidup memiliki peran yang penting baik pada pasien
hipertensi dan bukan hipertensi. Pada pasien hipertensi, pola hidup sehat
dapat berguna sebagai terapi awal sebelum memulai terapi dengan obat-
obatan. Sedangkan bagi pasien hipertensi yang telah mengkonsumsi obat-
obatan, pola hidup sehat dapat menjadi terapi pendamping. Perlu diketahui
bahwa sedikit saja penurunan tekanan darah, misalnya penurunan 3
mmHg pada tekanan darah sistolik dapat menurunkan angka kematian
akibat stroke sebesar 8% dan akibat penyakit jantung koroner sebesar 5%.
Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah
tinggi ditemukan dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59
juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya
61% medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga
mencapai target darah yang optimal atau normal (Artikel Kesehatan,
2009). Di Indonesia belum ada data nasional, namun pada studi INA-
MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinants In
Cardiovascular Disease) 2000 di daerah perkotaan Jakarta
memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC II) adalah
sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk sebesar
16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2% penderita di
daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006).
Menurut Margaret Chan mengatakan tekanan darah tinggi harus
ditangani secara serius. Hipertensi merupakan peringatan keras dan tidak
bisa diabaikan karena ada risiko pada kesehatan, sehingga harus ada
langkah yang dilakukan. Hipertensi bisa jadi tidak memperlihatkan gejala-
gejala selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Oleh sebab
itu, sangat penting kita mengetahui tanda-tanda peringatan dini dengan
memeriksakan tekanan darah secara teratur.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan meliputi 1 miliar
orang . Ada sekitar 7 juta kematian per tahun yang mungkin berhubungan
dengan diagnosis hipertensi . Prevalensi hipertensi di Amerika Serikat
diperkirakan mencakup 65 juta orang dan menyumbang diperkirakan
59700000000 dolar per tahun dalam biaya langsung dan tidak langsung.
Prevalensi hipertensi berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin , dan etnis .
Individu 55 tahun yang tidak memiliki hipertensi diperkirakan memiliki risiko
seumur hidup 90 % dari akhirnya berkembang hipertensi.
Menurut Dr. Khncit Limpakarnjanarat, perwakilan Organisasi
Kesehatan Dunia WHO untuk Indonesia, terdapat peningkatan yang cukup
tajam dari pengidap hipertensi di Indoneisa. Dari 18% pria mengidap
hipertensi meningkat menjadi 31%. Sedangkan wanita yang menderita
hipertensi 16% meningkat menjadi 29%.
Riset Kesehatan Nasional Indonesia 2013 menunjukkan bahwa terjadi
penurunan hipertensi dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen
tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari
alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat
sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Akan tetapi, terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah
pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen
tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke
berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah
didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007)
menjadi 12,1 per1000 (2013).
Menurut WHO hipertensi apabila tidak ditangani akan menyebabkan
penyakit jantung dan stroke, dan jika digabungkan, kedua penyakit ini
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi juga
meningkatkan risiko gagal ginjal, kebutaan, dan beberapa kondisi lain.
Hipertensi kerap terjadi bersamaan dengan faktor-faktor risiko lain seperti
obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi yang meningkatkan risiko
kesehatan.
Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya
adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi
garam serta alkohol (Beevers, D. G, 2000). Tekanan darah yang
meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila
berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan
sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan
kematian karena aliran darah tidak lancar, sehingga suplai oksigen
yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat (Putri Indah,
2011).
Pengelolaan hipertensi dapat dilakukan menggunakan berbagai
metode baik yang bersifat farmakologi maupun nonfarmakologi.
Pengelolaan hipertensi lansia secara farmakologi dapat dilakukan
menggunakan obat- obat modern yang bersifat kimiawi maupun
pengobatan secara herbalis. Pengobatan secara herbal tergolong
pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat
ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi
herbal, akupunktur, dan bekam. Pemanfaatan herbal merupakan salah
satu alternative pengobatan yang dipilih masyarakat selain pengobatan
secara konvensional (medis). (Syaiffuddin, 2013)
Pemanfaatan herbal untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan
penyakit hingga saat ini sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan,
terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan. Dengan maraknya
gerakan kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan
bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut
dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan
perkembangan pola penyakit. (Paulus, 2012).
Menurut penelitian Q Chan, dkk (2013) mengemukakan bahwa
konsumsi sayuran dan buah memiliki hubungan signifikan terhadap
penurunan tekanan darah. . Sayuran mentah memiliki hubungan lebih kuat
daripada sayuran yang dimasak dengan tekanan darah. Sayuran mentah,
tomat, wortel, dan daun bawang yang berhubungan secara signifikan
berhubungan terhadap tekanan darah. Dan sayuran yang dimasak yang
biasa dikonsumsi adalah tomat, kacang polong, seledri, dan daun bawang
yang berhubungan secara signifikan terhadap BP.

B. Rumusan Masalah
Masalah hipertensi adalah masalah yang terus berkembang. Pola
hidup dan kebiasaan makanan merupakan beberapa factor penyebab
hipertensi. Pola hidupp yang jarang berolahraga dengan konsumsi
makanan yang tidak terkendali seperti tinggi natrium dan msg dapat
memicu timbulnya penyakit hipertensi.
Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya
hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli
masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup
mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan
terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non
farmakologis dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi
ekonomis maupun manfaatnya (Lastri, 2009).
Menurut penelitian Soedarya (2009), bahwa buah belimbing
mempunyai kadar potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang
rendah sebagai obat hipertensi yang tepat. Sehingga, diharapkan
dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah tertentu
(3 buah) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Selain itu Dari hasil penelitian oleh Rahmawati, dkk (2012) dengan
judul “Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu Terhadap
Penurunan Tingkat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Desa Karangrejo
RT09 RW 04 Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik” diperoleh hasil hasil
ada Pengaruh Pemberian Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan Madu
Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi pada Pasien Hipertensi.
Oleh karena hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana efektifitas
buah dan sayur terhadap penurunan tekanan darah di Kecamatan
Tamalanrea Kota Makassar.

C. Tujuuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melihat analisis efektifitas jus seledri dan jus belimbing
terhadap penurunan tekanan darah di kecamatan Tamalanrea kota
Makassar.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektifitas jus seledri kombinasi wortel dan madu
terhadap penurunan tingkat hipertensi.
2. Untuk mengetahui efektifitas buah belimbing terhadap penurunan
tingkat hipertensi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan tentang metode penelitian
di bidang farmakologi serta menerapkan ilmu yang didapat.

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan


Dapat menambah pengetahuan baru tentang tanamanan obat untuk
hipertensi

3. Manfaat peneliti (pengalaman)


Dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penanggulangan
hipertensi dengan cara alami.

4. Manfaat pada Masyarakat


Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi masyarakat tentang
penurunan tekanan darah secara alami tanpa membutuhkan biaya
mahal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi
karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat
mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah
didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh
tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah
didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang
minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri).
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk
pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka
prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung
hanya pada penduduk umur ≥18 tahun. Mengingat pengukuran
tekanan darah dilakukan pada penduduk umur ≥15 tahun maka
temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC
VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan
informasi (Riskesdas, 2013).
2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberikan gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke
untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung
dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, 2007). Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro,
2006). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama
di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,115 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).

3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting
Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiostensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, rennin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiostensin I diubah manjadi angiostensin II. Angiostensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama (Yogiantoro, 2006).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan
multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah
fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber
vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam
diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala
hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ matayang dapat
mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2001).
Gejala-gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-
debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban
kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telinga
bordering (tinnitus) dan dunia terasa berputar (Sustrani, 2004).

4. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi di bagi menjadi dua, yaitu (Widiantari, 2013) :
1) Hipertensi primer ialah suatu kondisi terjadinya tekanan darah
yang tinggi akibat dari dampak gaya hidup dan faktor lingkungan
seseorang.
2) Hipertensi sekunder ialah terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita
penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal atau
kerusakan sistem hormon tubuh.
Tabel 2.1. Klaifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa yang berumur
18 Tahun ke atas berdasarkan tekanan sistol dan diastol
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hipertensi yaitu (Kristanti, 2013):
 Penglihatan kabur karena kerusakan retina
 Nyeri pada kepala
 Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra cranial
 Edema dependent
 Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
 Gampang marah
 Leher belakang sering kaku
 Sulit berkonsentrasi

6. Faktor Resiko Hipertensi


Selain factor resiko umur, jenis kelamin, genetik, etnis, terdapat faktor
modifikasi yang menyebabkan hipertensi, yaitu :
1) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
dalam rokok dapat memacu pengeluaran hormone adrenalin yang
dapat merangsang peningkatan denyut jantung dan CO memiliki
kemampuan lebih kuat daripada sel darah merah (hemoglobin)
dalam hal menarik atau menyerap O2, sehingga menurunkan
kapasitas darah merah tersebut untuk membawa O2 ke jaringan
termasuk jantung, untuk memenuhi kebutuhan O2 pada jaringan
maka diperlukan peningkatan produksi Hb dalam darah agar dapat
mengikat O2 lebih banyak untuk kelangsungan hidup sel. Merokok
juga dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.
Jika kadar HDL turun maka jumlah kolesterol dalam darah yang
akan diekskresikan melalui hati juga akan berkurang. Hal ini dapat
mempercepat proses arteriosklerosis penyebab hipertensi
(Sustrani, 2004).
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Rokok akan mengakibatkan vaokonstriksi pembuluh darah
perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan
tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20
kali per menit (Mangku, 1997). Rokok dapat meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol
pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja
lebih keras. Pasien yang terkena hipertensi essensial biasanya
menghabiskan rokok lebih dari satu bungkus per hari dan telah
berlangsung lebih dari satu tahun (Vita Health, 2004).
2) Kegemukan
Menurut Arjatmo Tjakronegoro (2001) dari
penyelidikanepidemiologis di buktikan bahwa kegemukan
merupakan ciri khas pada populasi hipertensi, dan di buktikan
bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya
hipertensi di kemudian hari. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa
curah jantung dan sirkulasi volume darah, penderita obesitas
dengan hipertensi, lebih tinggi di bandingkan dengan penderita
dengan berat badan normal (Widyaningrum, 2012).
3) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan
peninggian tekanan darah yang menetap. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stress emosional benar-benar meningkatkan
tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut
lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stress
tersebut. Hanya jika stress menjadi permanen, dan tampaknya
tidak ada jalan untuk mengatasinya atau menghindarinya, maka
organ yang demikian akan mengalami hipertensi sedemikian terus-
menerus sehingga stress menjadi resiko (Armilawaty, 2007).
4) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga dapat menjaga tubuh tetap sehat,
meningkatkan mobilitas, menghindari faktor risiko tulang keropos,
dan mengurangi stres. Penelitian membuktikan bahwa orang yang
berolahraga memiliki faktor risiko lebih rendah untuk menderita
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Orang
yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30- 50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, latihan fisik antara 30-45
menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi (Cortas, 2008).
Salah satu bentuk latihan fisik adalah dengan berolahraga.
Prinsip terpenting dalam olahraga bagi orang yang menderita
hipertensi adalah mulai dengan olahraga ringan yang dapat
berupa jalan kaki ataupun berlari-lari kecil (Widyaningrum, 2012).
Program latihan fisik yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan menjaga kesehatan dibuat berdasarkan
rumus FIT. Pengukurannya didasarkan pada tiga hal yaitu
frekuensi (seberapa sering misalnya berapa hari dalam seminggu),
intensitas (seberapa berat latihan yang dilakukan apakah ringan,
sedang, atau sangat aktif), dan time yaitu berapa lama misalnya
sebulan untuk masing-masing sesi (Depkes, 2002).
5) Faktor Asupan Garam (Natrium)
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur
hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi
garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Telah
ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua,
yang terjadi pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari
banyaknya garam yang di makan (Altmatsier, 2003).
Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola
makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang
meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat
yang konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami
peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan
bertambahnya usia (Widyaningrum, 2012).
Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan
menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang
lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun
mereka mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain,
meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa yang mereka
makan (Beevers, 2002).
Garam membantu menahan air di dalam tubuh, the American
Heart Association step II menganjurkan, seseorang rata-rata
mengkonsumsi tidak lebih dari 2400mg garam per hari, terutama
orang yang peka terhadap garam. Diet garam yang berlebihan
dapat menyebabkan baik hipertensi. Karena garam menahan air
akan meningkatkan volume darah yang akan mengakibatkan
bertambahnya tekanan dalam arteri (Douglas, 2001). Natrium atau
disebut juga sodium mengatur keseimbangan air di dalam sistem
pembuluh darah. Sebagian natrium dalam diet datang dari
makanan dalam bentuk garam dapur, MSG (Mono Sodium
Glutamate), soda pembuat roti. Mengkonsumsi garam dapat
meningkatkan volume darah di dalam tubuh, yang berarti jantung
harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan
ini berakibat pada ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam
dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan
pengeluaran (Output) dalam sistem pembuluh darah, jantung
harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi (Soeharto,
2004).
Patofisiologi garam sehingga menyebabkan hipertensi dimulai
melalui konsumsi makan. Makan dapat mengumpulkan lebih
banyak garam dan air daripada ginjal kita dapat menangani.
Beberapa orang memiliki gen yang mengontrol saluran selular,
enzim dan hormon di berbagai tempat di ginjal, misalnya untuk
adaptasi di wilayah padang rumput dan gurun. Dalam rangka
untuk tetap aktif, orang harus mengontrol suhu tubuh. Jika
kandungan air dan garam sedikit, ginjal akan menghemat garam
untuk mempertahankan cairan yang digunakan dengan melapisi
tubuh melalui keringat selama aktivitas. Hal ini mengakibatkan
keringat menguap dari kulit, sehingga kulit akan dingin dan
menjaga suhu tubuh tetap normal. Tanpa berkeringat, tubuh akan
cepat panas selama kegiatan (Fadem, 2009).
6) Faktor Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Lemak pada Hipertensi
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembentuk berbagai senyawa tubuh, bahan pembentuk asam
amino esensial, metabolisme normal lemak, menghemat protein,
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak
usus, meningkatkan konsumsi protein, mineral dan vitamin
(Baliwati, et al., 2004).
Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah
dalam lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Hal ini berkaitan
dengan intake lemak dan karbohidrat dalam jumlah yang
berlebihan dalam tubuh. Keadaan tersebut akan menimbulkan
resiko terjadinya artherosklerosis. Metabolisme karbohidrat
menyebabkan terjadinya hiperlipidemia adalah mulai dari
pencernaan karbohidrat di dalam usus halus berubah menjadi
monosakarida galaktosa dan fruktosa di dalam hati kemudian
dipecah menjadi glikogen dalam hati dan otot. Kemudian glikogen
dipecah menjadi glukosa dirubah dalam bentuk piruvat dipecah
menjadi asetil KoA sehingga akhirnya terbentuk karbondioksida,
air dan energi. Bila energi tidak diperlukan, asetil KoA tidak
memasuki siklus TCA tetapi digunakan untuk membentuk asam
lemak, melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi dalam
glikolisis) dan menghasilkan trigliserida. Pembuluh darah koroner
yang menderita artherosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga
mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam
pembuluh koroner juga naik, yang nantinya akan memicu
terjadinya hipertensi (Hull, 2001).
Ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan
kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan
dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi akan
menimbulkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi dalam
tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan
normal, jaringan lemak ditimun dalam beberapa tempat tertentu,
diantaranya di jaringan subkutan dan didalam jaringan usus
(omentum). Jaringan lemak subkutan didaerah dinding perut
bagian depan (obesitas sentral) sangat berbahaya daripada
jaringan lemak di pantat. Karena menjadi resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Yuniastuti, 2007)
Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia. Lemak
dalam bahan makanan berfungsi sebagai sumber energi,
menghemat protein dan thiamin,membuat rasa kenyang lebih lama
(karena proses pencernaan lemak lebih lama), pemberi cita rasa
dan keharuman yang lebih baik. Fungsi lemak dalam tubuh adalah
sebagai zat pembangun, pelindung kehilangan panas tubuh,
penghasil asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai
prekusor dari prostaglandin yang berperan mengatur tekanan
darah, denut jantung dan lipofisis (Yuniastuti, 2007).
Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah
dalam lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Metabolisme lemak
sehingga menyebabkan hipertensi adalah Lipoprotein sebagai alat
angkut lipida bersirkulasi dalam tubuh dan dibawa ke sel-sel otot,
lemak dan sel-sel lain begitu juga pada trigliserida dalam aliran
darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim
lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler.
Reseptor LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati akan
mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL oleh reseptor
LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Di samping
itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat
merusak LDL, yaitu melalui jalur sel-sel perusak yang dpat
merusak LDL. Melalui jalur ini (scavenger pathway), molekul LDL
dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran
darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan
menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot
dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi artherosklerosis.
Pembuluh darah koroner yang menderita artherosklerosis selain
menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga
tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Naiknya
tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya
tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga
tekanan darah tinggi atau hipertensi (Vilareal, 2008).
7) Tingkat Konsumsi Serat
Serat dapat dibedakan atas serat kasar (crude fiber) dan serat
makanan (dietary fiber). Serat makanan adalah komponen
makanan yang berasal dari tanaman yang tidak dapat dicerna oleh
enzim pencernaan manusia. Serat makanan total terdiri dari
komponen serat makanan yang larut (misalnya: pektin, gum) dan
yang tidak dapat larut dalam air (misalnya selulosa, hemiselulosa,
lignin). Kadar serat makanan berkisar 2-3 kali serat kasar. Serat
bukanlah zat yang dapat diserap oleh usus. Namun peranannya
sangat penting karena pada penderita gizi lebih dapat mencegah
atau mengurangi resiko penyakit degeneratif. Serat larut lebih
efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu LDL dan
meningkatkan kadar HDL (Baliwati, et al., 2004).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kerusakan pembuluh
darah bisa dicegah dengan mengkonsumsi serat. Serat pangan
dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui
feces dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan
melalui usus kecil. Selain itu, konsumsi serat sayuran dan buah
akan mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini menguntungkan
karena dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas, dan
akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi (Yuniastuti, 2007).
Dalam sebuah penelitian Harvard terhadap lebih dari 40.000
laki-laki, para peneliti menemukan bahwa asupan serat tinggi
berpengaruh terhadap penurunan sekitar 40% risiko penyakit
jantung koroner, dibandingkan dengan asupan rendah serat. Studi
lain pada lebih dari 31.000 orang menemukan bahwa terjadi
penurunan risiko penyakit jantung koroner nonfatal sebesar 44%
dan mengurangi resiko penyakit jantung koroner fatal sebesar 11%
bagi mereka yangmakan roti gandum dibandingkan dengan
mereka yang makan roti putih. Salah satu perubahan kecil dalam
diet mereka memberikan efek perlindungan yang bisa
menyelamatkan nyawa mereka (Yuniastuti, 2007).
8) Konsumsi Alkohol
Perlu diperhatikan oleh penderita penyakit kardiovaskuler
adalah konsumsi alkohol, karena adanya bukti yang saling bertolak
belakang antara keuntungan dan resiko minum. Para pakar setuju
bahwa mengkonsumsi alkohol adalah yang berlebihan sepanjang
waktu akan menimbulkan pengaruh yang berlebihan, termasuk
tekanan darah tinggi, serosis hati dan kerusakan jantung
(Yuniastuti, 2007).

7. Penanggulangan hipertensi
1) Penanggulangan Farmakologis (terapi dengan obat) (Widiantari,
2012):
a. Diuetika merupakan golongan antihipertensi yang
merangsang pengeluaran garam dan air. Dengan mengkonsumsi
diuretik dapat terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh
darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembluh darah.
b. Beta Bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa
oleh jantung.
c. ACE-inhibitor dapat mencegah terjadinya penyempitan dinding
pembuluh darah.
d. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah.
2) Penanggulangan Non-farmakologi (terapi herbal) (Syaifuddin,
2013):
Menurut Halberstein (2005) pengobatan hipertensi dengan
menggunakan tanaman obat adalah menurunkan tekanan darah
ketingkat normal serta mengobati hipertensi dengan memperbaiki
penyebabnya atau membangun organ yang rusak yang
mengakibatkan terjadinya hipertensi. Menurut Xingjiang Et al,
(2013) tanaman obat juga memiliki kelebihan dalam pengobatan
hipertensi karena umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain
mengobati hipertensi juga mengobati penyakit komplikasi sebagai
akibat tekanan darah tinggi dan mempunyai efek samping yang
sangat kecil. Tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat
dalam mengatasi hipertensi antara lain adalah:
a. Mengkudu (Morinda citifolia)
Buah mengkudu memiliki kandungan scopoletin, senyawa ini
berfungsi mengatur tekanan darah. Mekanisme kerja scopoletin
untuk menurunkan tekanan darah adalah sebagai vasodilator
yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan otot
polos vaskuler sehingga tekanan darah arteri menurun
tekanan darah juga menurun. Selain itu, mengkudu juga
mengandung xeronine yang berfungsi sebagai zat diuretik yaitu
dengan mengurangi volume darah dengan mengeluarkan
simpanan natrium dari dalam tubuh. Mengkonsumsi mengkudu
sebanyak 2 ons dua kali sehari selama satu bulan mampu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. (Afa
Kehaati Palu, Et al, 2008)
b. Daun Salam (Eugenia polyantha)
Daun salam mengandung senyawa tanin, saponin, dan
vitamin C. Tanin bereaksi dengan protein mukosa dan sel
epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak.
Sedangkan saponin berfungsi mengikat kolesterol dengan
asam empedu sehingga menurunkan kadar kolesterol.
Kandungan vitamin C di dalamnya membantu reaksi
hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu, akibat reaksi itu
meningkatkan ekskresi kolesterol. Mengkonsumsi 15 lembar
daun salam dengan cara di rebus dalam 2 gelas sampai tersisa
satu gelas. Angkat, lalu saring. Minum 2 kali sehari masing-
masing ½ gelas dinilai dapat menurunkan tekanan darah.
(Setiawan, 2009)
c. Kunyit (Curcuma longa)
Kunyit memiliki zat aktif berupa curcumin. Kandungan
curcumin dalam kunyit dapat menurunkan kolesterol dalam
tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah. Kurkumin memiliki
kemampuan dalam mencegah pengumpalan darah, mencegah
oksidasi kolesterol LDL, serta mampu menghambat
pembentukan plak didalam pembuluh darah. Mengkonsumsi
kunyit 100 mg/kg BB/perhari dapat menurunkan kadar
kolesterol didalam tubuh. (Maryam & Shanin,2011)
d. Ketumbar (Coriandrum sativum)
Kandungan flavanoid di dalam ketumbar terbukti dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Flavanoid
beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau
menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi
agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah
mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada
dinding pembuluh darah Mengkonsumsi ketumbar sebanyak
500 mg/ kg BB/hari selama 4 bulan berturut-turut dapat
menurunkan kadar kolesterol didalam tubuh. (Suresh, Et al,
2012)
e. Jeruk sitrun (Citrus limon)
Jeruk sitrun mengandung pektin jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya. Satu jus jeruk
sitrun mengandung lebih dari 3,9 persen pektin. Setiap 15 gram
pektin dapat menurunkan 10 persen tingkat kolesterol. Pektin
berperan menurunkan kadar kolesterol jahat atau LDL yang
dapat menyumbat pembuluh darah. Pada saat yang
sama, pektin juga menaikkan kadar kolesterol baik atau
HDL. Mengkonsumsi jus jeruk sitrun sebanyak 1ml/kg BB/day
selama 4 minggu dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh.
Sehingga mengkonsumsi jus jeruk sitrun setiap hari dapat
menghindari dari penyakit hipertensi. (Yasmin, Et al,
2010)
Selain tanaman herbal yang disebut di atas masih banyak lagi
tanaman herbal yang bisa digunakan untuk mengobati hipertensi
yaitu: seledri, daun alpukat, belimbing, murbei, tapak dara,
manggis, mentimun, pepaya, teratai, jambu biji, labu, ketepeng
cina, mindi, bunga matahari, dan masih banyak lagi jenis tanaman
herbal lainnya yang bisa digunakan sebagai obat hipertensi. (Paul
Bergner, 2004).
B. Tabel Sintesa

No. Nama Jurnal / Tahun Isi Jurnal Kesimpulan


1 Lijie Shi at. al 2014 Konsumsi buah dan sayur menurunkan tekanan British Journal of
darah Nutrition

2 Q Chan, et. al 2014 Konsumsi sayur mentah dan sayur yang di masak Journal of Human
bisa menurunkan tekanan darah. Hypertension

3 Kai Liu et. al 2013 Konsumsi jus buah borderlinely mengurangi PLoS One
tekanan darah diastolik (DBP) oleh 2,07 mm Hg
(95% CI: -3,75, -0,39 mm Hg; p = 0,02), tetapi tidak
menunjukkan efek yang signifikan terhadap
kolesterol total (TC), high density lipoprotein-
kolesterol (HDL-C), low-density lipoprotein
kolesterol (LDL-C) konsentrasi atau nilai-nilai
tekanan darah sistolik (SBP)

4 Keiko Wada et. al 2011 Anak perempuan yang mengonsumsi rumput laut Nutrition Journal
dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah
tekanan darah

5 JM Nun˜ez-Cordoba, et. 2009 Konsumsi buah dan sayur yang di campurkan European Journal of
Al dengan minyak zaitun dapat menurunkan tekanan Clinical Nutrition
darah
6 Lu Wang, et. al 2012 Terdapat banyak zat gizi dalam buah dan sayur Jurnal Of Hypertension
seperti magnesium, zat besi, asam folat, vitamin C
yang dapat menurunkan tekanan darah

7 Ni kadek wisiantari, dkk 2012 Jus seledri memiliki hubungan signifikan Jurnal
dengan penurunan tekanan darah
8 Putri Indah Dwipayanti 2011 terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Skripsi
Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin
II oleh ACE (Angiostensin I – Converting Enzyme)
yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan
darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya
cairan intraseluler dan meningkatnya cairan
ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan
pemberian terapi buah belimbing yang tinggi
kalium dan rendah natrium kepada responden
yang menderita hipertensi, maka 2 aksi utama
tersebut telah mengalami perubahan arah dari
semula
9 Afrianti 2010 Buah belimbing mengandung kadar kalium Skripsi
yang tinggi serta natrium yang rendah sebagai
obat anti hipertensi. Kandungan kalium
(potassium) dalam 1 buah belimbing (127 gram)
adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan
bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai
jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral
yang ada dalam
kandungan 1 buah belimbing
10 Muh. Syaifuddin 2013 Tanaman herbal yang dimanfaatkan atau skripsi
digunakan dalam pengelolaan hipertensi adalah
belimbing wuluh, belimbing manis, teh hijau,
bawang putih, melon, mentimun, dan seledri
11 Nuryanto 2012 Dengan mengkonsumsi daun seledri mampu thesis
menurunkan tekanan darah. Pada 100 gram
seledri terkandung 344 mg kalium. Didalam tubuh
kalium berfungsi sebagai diuretik yaitu
merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh
yang diikat oleh garam. Selain itu, kandungan
apiin dalam seledri, berperan sebagai diuretic
(memperlancar air kencing yaitu membantu
kerja ginjal dalam mengeluarkan cairan dan
garam dari dalam tubuh, berkurangnya cairan
dalam darah akan menurunkan tekanan darah.

12 Anitha et. al 2011 Belimbing wuluh memiliki kandungan vitamin jurnal


C yang sangat banyak yang bermanfaat untuk
menurunkan atau mencegah terjadinya hipertensi
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori dapat dikembangkan menjadi kerangka
sebbagai berikut:

Penatalaksanaan Hipertensi

Farmakologi Penatalaksanaan Non


Farmakologis

a. Diuretic a. Mengontrol Pola Makan


b. Antagonis kalsium b. Olahraga
c. Penghambat enzim c. Bantuan dari kelompok
konversi angiotensin pendukung
(penghambat ACE) d. Obat herbal
d. Vasodilator
e. Penghambat adrenergik

Penderita hipertensi
menggunakan metode
alternative herbal

Bagan 2.1
Kerangka Teoritis
Dalimartha (2008), Hayens (2003), Lenny (2008), Wikipedia (2008),
Palmer dan Williams, (2007), Sheps dan Sheldon (2005),
Wiryowidagdo dan
Sitanggang (2002)
D. Kerangka Konsep

Pemberian
Jus Seledri
Tekanan darah
- Sistolik
- Diastolik
Pemberian
Jus Belimbing

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang mempengaruhi


mempengaruhi penurunan tekanan darah secara
penurunan tekanan non farmakologis antara lain :
darah secara Diet rendah garam, berhenti
farmakologis antara lain : merokok dan alcohol, latihan fisik
Diuretik, beta, blockers, secara teratur, menghindari stress,
calcium chanel blokers, memperbaiki gaya hidup yang
angiotensin II, Alpha kurang sehat, trapi komplementer
Blokers, clonidin dan (terapi herbal, terapi nutrisi,
vasodilator. relaksasi, meditasi, akupuntur,
akupresur, homeopati, aromaterapi,
terapi black flower remedy,
refleksiologi)

Keterangan :

: yang di teliti

: yang tidak diteliti (dikontrol saat penelitian)


E. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini :

Ho : Tidak ada perbedaan kadar tekanan darah sebelum dan

sesudah pemberian jus seledri dan jus belimbing pada

penderita hipertensi.

Ha : ada perbedaan kadar tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian jus seledri dan jus belimbing pada penderita

hipertensi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Design penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan
rancangan yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest –
Postest Design tanpa adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (postest),
(Notoatmodjo, 2002, h. 164). Desain Quasi Eksperimen merupakan desain
yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat pada randomisasi dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman – ancaman validitas,
(Notoatmodjo, 2002, h.167).
Rancangan One Group Pretest – Postest Design menggunakan satu
kelompok subyek. Pertama – tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan
perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran
untuk ke dua kalinya, (Suryabrata, 2003, h. 101). Bentuk rancangan
penelitian ini sebagai berikut:

Input Proses Output

(Pre-Test) Intervensi (Post-Test)

O1 O2

Bagan 4.1 Desain Penelitian


B. Keterangan :

O1 : Tekanan darah penderita hipertensi sebelum diberikan

rebusan seledri

O2 : Tekanan darah penderita hipertensi sesudah diberikan

rebusan seledri

O1-O2 : Perbedaan tekanan darah penderita hipertensi antara

sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri

X : Intervensi berupa pemberian rebusan daun seledri

C. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi targetnya adalah semua
penderita hipertensi primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang
(Data Kecamatan Tamalanrea Januari-November tahun 2015). Populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi primer yang
rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Tamalanrea sebanyak 43
orang.

D. Teknik Pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
responden. Purposive sampling merupakan penelitian ini ditentukan
dengan pertimbangan peneliti dengan menggunakan criteria sebagai
berikut:
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek peneliti dapat mewakili
dalam sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel atau
persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat
diikutkan dalam penelitian (Alimul, 2003).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
 Tidak mempunyai cacat fisik.
 Tidak mengalami gangguan dimensia.
 Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai penelitian
(Alimul, 2003).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
 Lansia yang sakit
 Lansia yang menolak atau tidak mau berpatisipasi dalam penelitian.

E. Variabel Penelitian

Definisi
No Variabel Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
1. Bebas: Pemberian jus Diukur dengan Hasil ukur Nominal
Pemberia seledri pada cara dibagi
n jus penderita memberikan jus menjadi 2
seledri hipertensi di seledri pada kategori
Kecamatan penderita yaitu 1.
Tamalanrea hipertensi yang Diminum
Makassar. dijadikan bila dalam
Cara penyajian: sebagai setiap hari
sediakan responden dan penderita
seledri telah diperiksa mengkonsu
sebanyak 16 tekanan msi rebusan
tangkai lalu darahnya. seledri
dicuci bersih. Kemudian minimal 1
Rebus seledri diperoleh juga gelas per
tersebut dengan dari hasil hari selama
400 ml air cheklist yang 1 minggu.
hingga menjadi diisi oleh 2. Tidak
300 ml. lalu keluarga yang diminum
diminum pagi telah peneliti bila dalam
dan sore berikan sebelum setiap hari
masing-masing dan sesudah penderita
150 ml. pemberian mengkonsu
Diminum rebusan seledri. msi rebusan
selama 7 hari seledri
secara teratur. kurang dari
1 gelas per
hari atau
tidak minum
selama 1
minggu.
2 Pemberia Pemberian jus Diukur dengan Hasil ukur Nominal
n jus belimbing pada cara dibagi
belimbing pasien memberikan jus menjadi 2
penderita belimbing pada kategori
hipertensi di penderita yaitu 1.
Kelurahan hipertensi yang Diminum
Kecamatan dijadikan bila dalam
Tamalanrea sebagai setiap hari
Makassar. responden dan penderita
Cara penyajian: telah diperiksa mengkonsu
sebanyak 10 tekanan msi jus
buah belimbing darahnya. belimbing
dicuci bersih. Kemudian minimal 1
blender diperoleh juga gelas per
belimbing dari hasil hari selama
tersebut dengan cheklist yang 1 minggu.
400 ml air diisi oleh 2. Tidak
hingga menjadi keluarga yang diminum
300 ml. lalu telah peneliti bila dalam
diminum pagi berikan sebelum setiap hari
dan sore dan sesudah penderita
masing-masing pemberian mengkonsu
150 ml. rebusan seledri. msi jus
Diminum seledri
selama 7 hari kurang dari
secara teratur. 1 gelas per
hari atau
tidak minum
selama 1
minggu.
3 Terikat: Tekanan pada Diukur dengan Sesuai Rasio
Tekanan pembuluh arteri cara mengukur dengan
Darah darah ketika tekanan darah hasil
darah dipompa menggunakan pengukuran
oleh jantung spygnomanome tekanan
keseluruh -ter air raksa darah
anggota tubuh dan stetoskop - Systolik
manusia. dengan posisi - Diastolik
Terdapat dua berbaring
tekanan darah (supine) setelah
yaitu, sistole 1 minggu
(tekanan atas), pemberian
normalnya 120 rebusan seledri.
mmHg dan Kemudian hasil
diastole pengukuran
(tekanan tekanan darah
bawah) dicatat dan
normalnya 80 dimasukan
mmHg. kedalam hasil
ukur

F. Prosedur Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data diperoleh dari:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil

data secara langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang


dicari (Sugiyono 2008). Data primer penelitian ini diperoleh langsung

dari pasien hipertensi berupa tekanan darah pasien yang sudah diukur

menggunakan spignomanometer air raksa dan stetoskop. Kemudian,

juga diperoleh dari hasil cheklist yang sudah diberikan sebelum dan

sesudah pasien diberikan rebusan seledri, dimana cheklist tersebut

diisi oleh keluarga yang memantau pasien.

Sebelum dilakukan pemberian rebusan seledri pada pasien

hipertensi, pasien terlebih dahulu di ukur tekanan darahnya untuk

mengetahui hasil tekanan darah pasien hipertensi dan keluarga

mengisi cheklist yang sudah diberikan (pre-test) yang dilakukan satu

hari sebelum pemberian rebusan seledri. Post-test pengukuran

tekanan darah pada pasien hipertensi dilakukan setelah satu minggu

diberi rebusan seledri untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan

keluarga menyerahkan cheklist yang sudah diisi.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lingkungan

penelitian berupa data dari keluarga, hasil pengukuran tekanan darah

dan sumber lain yang menunjang penelitian seperti nama, umur,

tingkat pendidikan dan agama.


G. Metode pengumpulan data
Pemberian terapi jus belimbing dan jus seledri dilakukan selama 3 hari
berturut-turut dengan frekuensi 2x dalam sehari. Setelah proses pemberian
terapi buah belimbing dan jus seledri dilakukan, tepatnya pada hari ketiga,
peneliti kembali mengukur tekanan darah responden. Setelah itu peneliti
mencatat kembali hasil tekanan darah dalam lembar observasi tekanan
darah dan dilakukan penyeleksian untuk selanjutnya dilakukan pengolahan
data.
Setelah data terkumpul melalui observasi, kemudian data ditabulasi dan
dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk hasil MAP
yang telah dihitung kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas dan
diketahui data berdistribusi normal, maka untuk selanjutnya dilakukan uji
statistik t sampel berpasangan (Paired T Test) atau uji komparasi 2
sampel berpasangan dengan SPSS 22.0 dan dengan tingkat kemaknaan p
≤ 0,05. Apabila data tidak berdistribusi normal maka dilakukan transformasi
data, apabila setelah dilakukan tranformasi data dihasilkan data
berdistribusi normal maka dilanjutkan untuk dilakukan uji Paired T test,
tetapi apabila data masih belum berdistribusi normal maka dilakukan
Wilcoxon Match Pairs Test. Bila dari hasil uji statistik didapatkan p value
≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya buah belimbing
efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Kelurahan Tamalanrea Kota Makassar

H. Teknik dan Alat Perolehan Data


Data pada penelitian ini akan dikumpulkan dengan cara sebagai
berikut.
a. Wawancara
Data primer yang terdiri dari karakteristik laki-laki dan perempuan
(umur, jenis kelamin,genetik), tingkat konsumsi (karbohidrat, lemak,
natrium, serat), pola konsumsi (konsumsi makanan pemicu dan
pencegah hipertensi) diperoleh melalui wawancara dengan lansia.
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orangtersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2005). Wawancara
akan dilakukan secara terpimpin yaitu dengan menggunakan bantuan
kuesioner.
b. Pengukuran
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan sphygmomanometer yang mempunyai ketelitian
milimeter air raksa (mmHg).
Adapun prosedurnya adalah :
1) Melingkarkan manset alat pengukur pada lengan bagian atas
pasien.
2) Menempelkan stetoskop pada arteri tepat di bawah manset
tersebut.
3) Memompa manset sehingga menggelembung dan memblokade
aliran darah melalui arteri, hingga pulsa pada lengan tidak terasa
lagi.
4) Melepaskan udara dari manset.
5) Mencatat tekanan darah dimana detak jantung terdengar pertama
kali yang disebut tekanan sistolik.
6) Mencatat tekanan darah dimana bunyi menghilang yang disebut
tekanan diastolik.

I. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat
dipahami, dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kemudian
ditarik kesimpulan sehingga menggambarkan hasil penelitian (Suyanto,
2005).
Adapun teknik penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan data (editing)
Editing dimaksudkan agar sebelum diolah, data sudah tertata, dan
terinci dengan baik. Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data
yang dikumpulkan dari kuesioner dibaca dan diperbaiki, apabila terdapat
hal-hal yang salah atau meragukan.
2) Pemeriksaan Kode (coding)
Pemberian kode pada setiap atribut dari setiap variabel yang diteliti
untuk mempermudah waktu saat mengadakan tabulasi dan analisis.
3) Pemberian Nilai (scoring)
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan skor atau nilai jawaban
dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah dari kuesioner yang
dianjurkan kepada para responden.
4) Tabulasi (tabulating)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh
ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Beveers D.G. 2001. ABC of Hypertension. USA: Blackwell Publishing Inc.

Beveers D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Indah, Utri. 2011. Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sumolepen Kelurahan
Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan. Volume 01:01

Syaifuddin, Muhammad. 2013. Penggunaan Tanaman Herbal Pada Lansia


Penderita Hipertensi Di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan

Paulus, H. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat. Vol 10. Depok. Trubus


Swadaya.

Q Chan, dkk (2013). Relation Of Raw And Cooked Vegetable Consumption


To Blood Pressure. Jurnal of hypertension. 28: 353-359

RISKESDAS 2013

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya


dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.

Sustrani et al. 2005. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Widiantari, Ni Kadek . 2012. Pengaruh Kombinasi Jus Seledri, Worteldan


Madu Terhadap Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ii Denpasar
Barat. Jurnal Dunia Kesehatan Volume 3. Nomor 2

Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati Penyakit Kronis.


Citra Pustaka:Yogyakarta

Sustrani et al. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Vita Health. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Widyaningrum, Siti. 2012. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Di Upt Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember). Universitas jember: Fakultas kesehatan
Masyarakat Bagian Gizi

Cortas, K. 2008. Hypertension. [serial online]. http://www.emedicine.com [2


november 2015].

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut
untukTenaga Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat.

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Fadem, S. 2009. Why does salt cause high blood pressure?. [serial online].
http://www.aakp.org/aakp-library/why-does-salt-cause-high-blood-
pressure- [2 november 2015].

Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Edisi Kedua. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Baliwati, Y.F., Khomsan, A., dan Dwiriani, C.M. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi.Jakarta: Penebar Swadaya.

Hull, A. 2001. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Yuniastuti, A. 2007. Gizi dan Kesehatan. Semarang: Graha Ilmu

Vilareal, H. 2008. Hypertension. A Wiley Medical Publication. New York.


[serialonline] http://MedicineNet.com [2 November 2015].

Anda mungkin juga menyukai