DIARE
oleh :
dr. Hari Subagiyo
Pembimbing:
dr. Indra Himawan Sp.A (K)
RSUD BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN
Daftar isi
BAB I...........................................................................................................
BAB II..........................................................................................................
BAB III........................................................................................................
26
BAB IV........................................................................................................
41
BAB V..........................................................................................................
47
BAB I
PENDAHULUAN
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu diare
juga menjadi masalah kesehatan yang paling umum bagi negara-negara
berkembang, terutama yang berada di daerah tropis. Perkiraan konservatif
menempatkan angka kematian global dari penyakit diare sekitar dua juta kematian
pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian), merupakan peringkat ketiga diantara semua
penyebab kematian penyakit menular di seluruh dunia.2
Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare
sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding
pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare
25,2% dibanding pneumonia 15,5%.1 Dari daftar urutan penyebab kunjungan
Puskesmas/ Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam kelompok 3
penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5
tahun (+ 40 juta kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari
satu kalo kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam
dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.3
3
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita
penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah
ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh
penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga diantara 8
penyakit utama, ternyata persentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi,
yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang
memperoleh pengobatan.3
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada
sebagian besar kasus penyebanya adalah infeksi akut intestinum
yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi
berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut. 1
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dari ruang rawat inap anak RSUD
Banjarbaru, atas nama An. N usia 5 bulan dengan permasalahan yaitu diare.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi
tinja(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.3
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk
bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair,
keadaaan ini sudah dapat disebut diare.1
pembentukan
imunitas
aktif.
pada
infeksi
semua golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera
0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia,
timur tengah, dan beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun waktu
yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di amerika
tengah dan terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal
strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia dan lebih
dari 11 negara mengalami wabah.1
yang
merupakan flora
usus
normal.
mungkin merupakan hasil dari reaksi cross imunity terhadap antigen yang sama
yang terdapat pula pada beberapa mikroorganisme.
2. Pertahanan imunologik lokal 3
Saluran pencernaan dilengkapi dengan system imunologik terdapat penetrasi
antigen ke dalam epitel usus. Limfosit dan sel plasama terdapat dalam jumlah
yang berlebihan dalam usus, baik sebagai bagian dari plaque peyeri di ileum dan
apendiks maupun tersebar secara difus di dalam lamina propria usus kecil dan
usus besar. Reaksi imunologik local ini tidak tergantung dari system imunologik
sistemik.Reaksi ini terjadi karena rangsangan antigen dari permukaan epitel usus.
Yang termasuk dalam pertahanan imunologik lokal adalah:
a. Secretory Immunoglobulin A (SIgA)
10
IgA diketahu terbanyak terdapat pada sekresi eksternal sedangkan IgG dalam
cairan tubuh internal. Strukur SIgA berlainan dengan antibody yang terdapat
dalam serum, berbentuk dimer dari IgA yang diikat oleh rantai polipeptida. Dimer
IgA ini dibuat dalam sel plasma yang terdapat dibawah permukaan epitel usus
yang kemudian akan diikat lagi oleh suatu glikoprotein yang dinamakan sekretori
komponen (SC). Dengan ikatan yang terakhir SIgA akan lebih tahan terhadap
pengrusakan oleh enzim proteolitik (tripsin dan kemotripsin) yang terdapat dalam
usus. Bagaiman proses proteksi dari SIgA ini yang sesungguhnya belum jelas,
walaupun ada yang menyatakan bahwa SIgA yang terdapat dalam lapisan mukosa
usus halus dapat mencegah melekatnya mikroorganisme dan antigen pada epitel
usus sehingga bakteri tidak dapat berkembangbiak. Sejumlah SIgA terdapat pula
pad kolostrum.Hal ini sangat penting sebagai proteksi terhadap usus bayi yang
baru lahir.
b. Cell Mediated Immunity (CMI)
Dikemukakan bahwa peranan limfosit dalam CMI terletak pada plaque
peyeri di ileum. walaupun demikian peranan CMI dalam proteksi usus masih
dalam taraf penelitian.
c. Imunoglobulin lain
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam
lumen usus. Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG bersama-sama
dengan sel plasma terdapat dalam jumlah cukup banyak di usus dan merupakan
proteksi temporer terhadap kerusakan usus lebih lanjut. IgM dapat menggantikan
11
fungsi IgA bila karena suatu sebab terjadi defisiensi IgA. IgE tidak jelas
peranannya dalam protersi usus.
Sel Goblet
Merupakan sel penghasil mucus yag terpolarisasi. Mukus yang disekresi
12
Sel Kripta
Sel kripta yang tidak berduferensiiasi merupakan tipe sel yang paling
Sel Paneth
Terdapat di basis kripta. memiliki granula eosinophilic sitoplasma dan
Sel Enteroendokrin
Merupakan sekumpulan sel khusus meuroskretori, sel enteroendokrin
terdapat di mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, villus, dan kripta usus.
Sel enteroendokrine mensekresi neuropeptide seperti gastrin, sekretin, motilin,
neurotensin, glucagon, enteroglukagon, VIP, GIP, neurotensin, cholesistokinin dan
somatostatin.
E. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya
adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh
karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.1
14
F. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.1,8
1. Diare osmotik
15
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen
usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan
mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus.
Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul
cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena
ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose
di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare.
Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung
sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan
pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera. 7
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda
osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium
16
( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas
diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan
angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare,
maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai
kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90
mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20 mOsm/L.6
Beberapa
bahan-bahan
yang
menstimulasi
sekresi
lumen
yaitu
enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia,
garam empedu bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin
penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi
intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein
kinasi. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilase membrane
protein sehingga megakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di
kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk
ke dalam lumen usus bersama Cl-.1
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas
jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, teatpi perubahan motilitas
mempunyai pengaruh terhadap absorbs. Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan
transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas
usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi
17
garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang
terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon
irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.1
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
laina seprti diare osmotik dan sekretorik.1
Bakteri enteral pathogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bacterial pada tight junction akan memepengaruhi susunan
anatomis dan funsi absorbs yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein.
penelitian oleh Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral
pathogen pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh toksin atau
produk kuman yaitu perubahan pada cellualar cytoskeleton dan spesifik tight
junction. Pengaruh ini bias pada kedua komponen tersebut atau salah satu
komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti
natrium dan air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi kerusakan
cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi
proteolitik protein tight junction, V. cholera mempengaruhi distribusi protein tight
junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton.1,9
18
G. Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic.
Gejala gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,
dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat.1
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen
antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala
neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,
19
20
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering
atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat
dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan
sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
21
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
22
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa,
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga
mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan
sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau
tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau
obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
23
berkilat
menunjukan
adanya
lemak
dalam
tinja.
Lendir
dalam
tinja
24
25
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama penderita
: An. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 5 bulan
Ibu
Nama
: Tn. M
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
: Banjarbaru
Nama
: Ny. S
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Banjarbaru
26
II.
ANAMNESIS
Kiriman dari
: Datang sendiri
Dengan diagnosis
: -
Aloanamnesis dengan
Tanggal/jam
1. Keluhan utama
: BAB cair
1 hari sebelum datang ke RS Banjarbaru keluhan anak berupa mencretmencret sebanyak 4 kali/hari warna hijau, ampas (+), bau yang khas
(berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB sebanyak 1/4
gelas. Mual/Muntah (-/-). BAK lancar dan tidak ada keluhan, warna
kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah, tidak sakit saat BAK. Anak
terlihat lemas dengan intake makan dan minum yang mulai sulit.
Keluhan lain: demam (+) 2 hari sebelum datang ke RS, hilang timbul, hilang
ketika diberi obat penurun panas. Batuk/pilek (-/-).
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama (-)
3. Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat Antenatal
27
Ibu pasien mengaku tidak ada gangguan selama kehamilan. Ibu melakukan
ANC (Ante Natal Care) di posyandu selama lebih dari 4x selama masa
kehamilan.
Spontan/tidak spontan
: Spontan
Nilai APGAR
: 2900 gram
: 49 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Penolong
: Bidan
Tempat
: Rumah
Riwayat Neonatal
Kesimpulan: pasien lahir dengan spontan, dan tidak didapatkan kelainan ketika
pasien dilahirkan.
4. Riwayat perkembangan
Tiarap
: 3 bulan
Merangkak
: 5 bulan
Duduk
: - bulan
Berdiri
: - bulan
Berjalan
: - bulan
Saat ini
28
Riwayat imunisasi :
Ulangan
Nama
BCG
Polio
Bulan
-
Bulan
Hepatitis B
Bulan
DPT
Bulan
Campak
Kesimpulan : Imunisasi lengkap sesuai usia (usia 5 bulan), dengan campak belum.
5. Makanan :
Dari lahir sampai umur 4 bulan, pasien menyusu tiap 2 jam sekali,
dan pasien hanya minum ASI.
Dari 4 6 bulan, pasien menyusui ASI tiap 2 jam sekali, tetapi malam
hanya 3-4 jam sekali.
29
6. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan :
Keluarga ayah
Keluarga ibu
Keterangan :
= Laki-laki, ( X, meninggal)
= Perempuan, (X, meninggal)
= pasien
= penderita yang memiliki riwayat
Susunan keluarga :
No.
Nama
Umur
L/P
Keterangan
1.
Tn. M
36 th
Sehat
2.
Ny. S
34 th
Sehat
3.
An. Nayla
5 bulan
Sakit
30
bahwa
lingkungan
disekitar
pasien
mendukung
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran
2. Pengukuran :
Tanda vital : Tensi
Berat badan
: sde
Nadi
Suhu
: 37,8 oC
Respirasi
: 26 x/menit
: 6 kg
Tinggi badan : 60 cm
Lingkar Lengan Atas (LLA) : - cm (untuk 5 tahun ketas)
31
3. Kulit :
Warna
: kuning langsat
Sianosis
: tidak ada
Hemangiom
: tidak ada
Turgor
: cepat kembali
Kelembaban
: cukup
Pucat
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
4. Kepala : Bentuk
Rambut :
: mesosefali
UUB
: datar
UUK
: datar
Lain-lain
: tidak ada
Warna
: hitam
Tebal/tipis
: tebal
Mata :
Alopesia
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
Palpebra
: tidak edema
Konjungtiva
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
32
: mulai kurang
Pupil : Diameter
: 3 mm/3 mm
Simetris
: normal/normal
: jernih
: simetris
Sekret
: tidak ada
Serumen
: minimal
Nyeri
: tidak ada
Hidung : Bentuk
: simetris
Mulut :
Epistaksis
: tidak ada
Sekret
: tidak
Lain-lain
: tidak ada
Bentuk
: normal
Bibir
: Kering
Gusi
Lidah :
Gigi-geligi
: belum tumbuh
Bentuk
: normal
Pucat/tidak
: tidak pucat
33
Faring :
Tremor/tidak
: tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: merah muda
Hiperemi
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Warna
: merah muda
Pembesaran
: tidak ada
Abses/tidak
: tidak ada
5. Leher :
Vena Jugularis :
Pulsasi
: tidak terlihat
Tekanan
: tidak meningkat
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Masa
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
6. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk
: simetris
34
Retraksi
: tidak ada
Dispnea
: tidak ada
Pernafasan
: thorakal
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi :
7. Abdomen
Inspeksi
: Bentuk
Lain-lain
Palpasi
Perkusi
: agak cembung
: tidak ada
: Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: tidak teraba
Masa
: tidak teraba
: Timpani/pekak : timpani
Asites
Auskultasi
: tidak ada
: bising usus (+) meningkat
8. Ekstremitas :
Umum
9.
Genetalia
10.
Anus
35
IV. RESUME
Nama
: An. N
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 5 bulan
Berat badan
: 6 Kg
Keluhan Utama
: BAB Cair
Uraian
BAB cair 1 hari SMRS, sebanyak 4 kali perhari, sebanyak 1/4 gelas tiap
BAB.
Demam (+) 2 hari SMRS, batuk/pilek (-/-), muntah (-)
Tidak ditemukan riwayat kejang sebelumnya
Pemeriksaaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Frekuensi Jantung
Frekuensi Pernafasan
: 26 kali/menit
Suhu
: 37,8 C (demam)
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
36
Telinga
Mulut
Toraks/Paru
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia
Anus
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 3 April 2016
Nilai
Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Satuan
9,3
12.0 16.0
g/dl
13.300
4.0-10
ribu/ul
Hematokrit
24
32.00 44.00
vol%
Trombosit
338
150 450
ribu /u l
0-20
mm/jam
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Leukosit
LED
37
VI.
Hijau
Lembek
(-)
(+)
(+) 3-4
(+) 2-3
(-)
(-)
(-)
DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja
ringan-sedang
PENATALAKSANAAN
a) IVFD RL 24 tpm (mikro)
b) PO. Oralit (75 cc/kgbb = 450 cc dalam 3 jam)
c) PO. Probiotik 1 X 1/2 sachet
d) PO. Zink 1 X 10 mg (selama 10 hari)
e) PO. Paracetamol drop (10-15 mg/kgbb = 60-90 mg, 0,6ml = 60mg) 3 X 1
drop (0,6ml)
f) teruskan pemberian ASI
Follow up:
Tanggal
38
3/4/2016
4/4/2016
Suhu : 37,8C
Suhu : 37,6C
RR : 26 x/m.
Mata cekung (+/+),
produksi air mata
kurang. mukosa bibir
kering
RR : 24 x/m.
Mata cekung (-/-),
produksi air mata
cukup. mukosa bibir
lembab
5/4/2016
Suhu : 37,5C
nadi : 120 x/m
RR : 24 x/m.
Mata cekung (-/-),
produksi air mata
cukup. mukosa bibir
lembab
6/4/2016
Suhu : 37,0C
nadi : 140 x/m
RR : 26 x/m.
Mata cekung (-/-),
produksi air mata
cukup. mukosa bibir
lembab
7/4/2016
Suhu : 37,8C
nadi : 140 x/m
IVFD RL
(mikro)
PO. Oralit
dalam 3 ja
PO.Zink 1
PO. PCT d
3x0,6 ml (
PO. Probio
sachet
ASI terusk
IVFD RL
(mikro)
PO. Oralit
setiap BAB
PO.Zink 1
PO. PCT d
3x0,6 ml (
PO. Probio
sachet
ASI terusk
R/ Pemeri
IVFD RL
(mikro)
PO. Oralit
setiap BAB
PO.Zink 1
PO. PCT d
3x0,6 ml (
PO. Probio
sachet
ASI terusk
IVFD RL
(mikro)
PO. Oralit
setiap BAB
PO.Zink 1
PO. PCT d
3x0,6 ml (
PO. Probio
sachet
ASI teruska
Diare akut sudah
terehidrasi
39
IVFD RL
(mikro)
PO. Oralit
setiap BAB
PO.Zink 1
PO. PCT d
3x0,6 ml (
PO. Probio
sachet
ASI terusk
BLPL
RR : 26 x/m.
Mata cekung (-/-),
produksi air mata
cukup. mukosa bibir
lembab
BAB IV
PEMBAHASAN
40
Pada kasus diatas atas nama: An. N, usia: 5 bulan dari anamnesis
didapatkan keluhan: BAB cair 1 hari SMRS dengan frekuensi 4 kali perhari
sebanyak 1/4 gelas berwarna hijau bercampur dengan lendir disertai dengan
demam, tanpa adanya keluhan muntah (-). Pada pemeriksaan fisik, didapatkan:
mukosa bibir kering, produksi air mata kurang, trugor kulit masih bagus, badan
tampak lemas, dan intake oral mulai sulit. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa anak tersebut diare akut disertai dengan dehidrasi ringansedang.
Untuk penanganan diare, Departemen kesehatan mulai melakukan
sosialisasi panduan Tata Laksana pengobatan Diare pada balita yang baru
didukung baru didukung oleh ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk
pada panduan WHO. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga
menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan
menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yang
diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah
sakit, yaitu: 1,10
1
2
3
4
5
41
persediaan 24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama
diare.2
42
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak: 2
Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya. 10
Probiotik
43
44
infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan dengna reseptor pada epitel usus
untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri
probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi
antibakteri misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty
acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen. 8
45
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus dari bangsal anak RSUD Banjarbaru dengan
pasien: An. N, umur: 5 bulan dengan diagnosis: diare akut dengan dehidrasi
ringan-sedang. Pasien dirawat di RSUD Banjarbaru selama 5 hari dan
diperbolehkan pulang pada hari kelima dalam keadaan sehat.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo
dan
Santoso
NB.
Diare
akut
dalam
Buku
Ajar
2009).
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index
In
html.
47
in
Children
in
Europe.
Journal
of
Pediatric
48