Anda di halaman 1dari 14

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah menentukan kesadahan total,


kesadahan tetap, dan kesadahan sementara.
Mahasiswa dapat menganalisis kadar kalsium (Ca) dengan analisa secara
kompleksometri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi

kompleksometri

yaitu

titrasi

berdasarkan

pembentukan

persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),


Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks,

membentuk

hasil

berupa

kompleks.

Reaksireaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan


penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks

demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti
di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion
pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat,
EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak
selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA
tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies
seperti CuHY. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion
logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg,
Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang
berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator

metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T;


pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN,
zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan
kimia adala ion sianida, CN, karena sifatnya yang dapat membentuk
kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion
sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion
nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaianpemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk
kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan
bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu
indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik
akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau
sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada
titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam
ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
(yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan

dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome


black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam
membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan
kadmium (Harjadi, 1993).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian
yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi

CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka
titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
Titrasi

kompleksometri

yang

berdasarkan pembentukan

persenyawaan

kompleks(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri


merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi,
selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang
menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan
(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10
EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang
juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat.
(Khopar, 2002)
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi
pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii
merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks
yang mudah larut dalam air ditemukan.
Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah
pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA
akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan

memiliki nilai yang berbeda dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini
dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi.
(Sodiq, 2005)
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksomtri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin tetraasetat ( dinatrium
EDTA) (Hidayanti,2010).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra
asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek
dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam
alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada nilai
pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10
( Watson,2000).
Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.
Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah
agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan,
dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam
dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium
ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.
Hampir semua lohgam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia
dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan
berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S
atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion
logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa

lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,
akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok
pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam
titrasi adala EDTA.
(Christian, 2009)
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas
pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara ion
logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan
(fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena senyawa
organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air
dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasil lambat dalam air (Khopar,2002).

Pembahasan
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas
pembentukan senyawa kompleks yang larut yang berasal dari reaksi antara ion
logam atau kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai
ligan (pentiter). Ligan adalah sebuah ion atau molekul netral yang mampu
mengikat secara koordinasi atom atau ion logam pusat dalam senyawa kompleks.
Titrasi kompleksometri terbagi menjadi 4 macam yaitu titrasi langsung, kembali,
substitusi dan tidak langsung. Titrasi langsung untuk ion logam yang dapat
berikatan dengan indikator ion logam (pada pH tertentu), ikatannya dengan
indikator logam kurang stabil dibandingkan ikatannya dengan EDTA. Titrasi
kembali untuk ion logam yang tidak dapat berikatan dengan indikator atau
ikatannya dengan indikator lebih kuat atau stabil dengan ikatannya dengan EDTA.
Titrasi substitusi untuk ion logam yang tidak dapat berikatan dengan indikator
tetapi kompleksnya dengan EDTA sangat stabil dibandingkan dengan indikator
logam lain yang dapat berikatan dengan indikator. Titrasi tidak langsung untuk ion
atau senyawa yang tidak bereaksi dengan EDTA.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi dari pembentukan
kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat peka terhadap pH. Karena reaksi
pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+ maka H+ di dalam larutan akan
meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang sedikit ini akan berakibat
menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tertentu. Untuk menghindari hal
tersebut maka perlu diberikan penahan (buffer). EBT digunakan untuk titrasi
dengan suasana pH 7-11 untuk penetapan kadar dari logam Cu,Al,Fe,Co,Ni,Pt
digunakan cara tidak langsung sebab ikatannya dengan EBT cukup stabil.
Percobaan ini bertujuan untuk dapat menganalisis kadar kalsium (Ca) dengan
analisa secara kompleksometri. Bahan yang digunakan adalah indikator EBT,

larutan baku MgSO4 0,01 M,larutan buffer pH=10, cuplikan, larutan EDTA 0,01 M
dan NH3pekat. Percobaan pertama yaitu pembakuan larutan EDTA dengan larutan
baku MgSO4 0,01 M. Standarisasi merupakan suatu reaksi asidometri yakni
penentuan konsentrasi titran menggunakan larutan baku primer. Tujuan standarisasi
adalah untuk mengetahui konsentrasi dari EDTA. EDTA perlu distandarisasi
terlebih dahulu karena EDTA tidak stabil dalam penyimpanannya , EDTA
merupakan larutan baku sekunder selain itu EDTA juga digunakan untuk dapat
menstabilkan ion logam Mg, sehibgga konsentrasi EDTA perlu diketahui secara
pasti menggunakan larutan baku primer yaitu MgSO4. Larutan baku primer adalah
suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan
murni yang dilarutkan atau dengan penimbanagan langsung. Sedangkan larutan
baku sekunder adalah larutan yang tidak diketahui konsentrasinya dan
dapatbdiketahui dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer. Adapun
syarat larutan baku adalah harus mudah didapat, sederhana dalam penggunaannya,
juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah. Larutan
MgSO4 dimasukkan ke dalam erlenmeyer disebut titrat dan EDTA di dalam buret
disebut titran.
Larutan MgSO4 10 ml dalam erlenmeyer ditambahkan buffer salmiak pH 10
dan sedikit indikator EBT beberapa tetes. Fungsi dari larutan buffer untuk
menyangga pH larutan sehingga logam-logam alkali dan alkali tanah dapat
bereaksi dengan EDTA. Jika pH kurang dari 10 maka magnesium akan membentuk
kompleks yangvtidak stabil dengan EDTA dan jika pH lebih besar dari 10 maka
akan terbentuk endapan hidroksi Mg(OH)2 yang dapat memperlambat kerja EDTA.
Sedangkan indikator EBT (Eriochrom Black T) adalah indikator yang biasanya
dihadirkan dalam bentuk H3In. Spesies asam sulfonatbpada EBT akan terionisasi
dalam larutan berair sehingga strukturnya menjadi ion H2In- yang berwarna merah.
Ikatan terbentuk dengan EBT dengan hilangnya ion-ion hidrogen dari fenolat

gugus OH dan pembentukan ikatan antara ion logam, atom oksigen dan gugus azo.
H2In- terurai menjadi HIn- yang berwarna biru. Mg+ akan bereaksi dengan HInyang berwarna biru dan membentuk senyawa kompleks kuat yaitu MgIn- yang
berwarna merah anggur dan pelepasan H+. Kemudian dititrasi dengan EDTA,
garam EDTA yang larut dalam air Na2H2Y akan terionisasi menjadi 2Na+ dan
H2Y-. MgIn- akan bereaksi dengan H2Y- dan membentuk kompleks MgY- dan
HIn- dan pelepasan H+. Jika semua Mg+ telah bereaksi dengan EDTA maka warna
merah akan hilang dan kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik
akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru. Titik akhir titrasi adalah titik ketika
titran dan titratbtepat habis bereaksi dengan adanya perubahan warna sehingga
proses titrasi harus dihentikan agar titik ekuivalen dapat tercapai. Titik ekuivalen
adalah kesetaraan antara mol titran dan titrat. Kestabilan Mg-EDTA lebih besar
dibandingkan Mg-In- sehingga MgIn- mudah bereaksi

dengan EDTA dan

menyebabkan Mg2+ pada kompleks bereaksi dengan EDTA.


Ketika titrasi dilakukan terjadi dua prinsip yaitu reaksi suatu pembentukab
kompleks dan prinsip kestabilan kompleks. Reaksi pembentukan kompleks dimana
terjadi saat ditambahkan EDTA- terbentuk Mg-EDTA atau MgY-. Sedangkan
prinsip dari jestabilan ion kompleks terjadi ketika ikatan dari Mg dengan EDTA
harus lebih kuat dari ion Mg dengan EBT, sehingga ion logam dapat bereaksi
dengan EDTA- atau H2Y- dan jimlah penggunaan EDTA yang dijadikan larutan
standar bakubsekunder dapat ditebtukan. Jadi ikatan indikatorbdengannikatan
logam harus lebih lemah dari ikatan ion logam dengan EDTA -. Tahapan
standarisasi dilakukan sebanyak 3 kali agar memperoleh volume titran rata-rata
dari volume ketiganya dan hasil konsentrasi akan lebih akurat yang akan mewakili
semua konsentrasi larutan ketiga-tiganya yang telah distandarisasi tadi. Diperoleh
volume titran yang dibutuhkan pada erlenmeyer I yaitu 5,5 mL, pada erlenmeyer II
yaitu 5,3 mL dan pada erlenmeyer III yaitu dibutuhkan 5,7 ml volume EDTA untuk

mencapai titik akhir titrasi, dan diperoleh volume rata-ratanya 5,5 mL dan setelah
dihitung maka diperoleh konsentrasi EDTA yaitu 0,009 M. Konsentrasi antara
EDTA 0,009 M dengan MgSO4 0,01 M selisihnya tidak terlampau jauh hanya
0,001 maka titik ekuivalennya hampir tercapai. Kesetaraan mol titran dan titrat
tidak tercapai dapat disebabkan banyak hal diantaranya karena penambahan
indikator terlalu banyak atau karena larutan titran dan titratnya terlalu pekat salah
satunya.
Percobaan kedua yaitu penentuan kadar kalsium dalam cuplikan. Sebanyak
10 mL cuplikan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2 mL
buffer pH 10 dan beberapa tetes indikator EBT. Larutan buffer dibuat dengan
mencampurkan NH4Cl 0,047 gram dengan 50 mL NH4OH. Fungsi larutan
buffer adalah untuk menyangga pH larutan karena pada setiap titrasi akan ada
pelepasan H+ saat pembentukab kompleks sehingga H+ dalam larutan akan
meningkat walaupun sedikit, namun ini akan mengakibatkan menurunnya
stabilitas kompleks maka dari itu perlu diberikab larutan buffer sehingga logam
dalam cuplikan dapat bereaksi dengan EDTA karena pada umumnya logam
dapat bereaksi pada pH 7-10 dan membentuk kompleks. Penambahan indikator
EBT berfungsi sebagai suatu indikator pH dan akan memberi warna pada saat
titik akhir titrasi. Dengan penambahan indikator EBT maka terbentuk CaInyang berwarna merah anggur. Jika telah terbentuk larutan berwarna merah
anggur maka proses titrasi dengan EDTA dilakukan. Molekul EDTA
mengandung enam siklus basa, empat karboksilat dan dua nama spesies asam
dapat hadir yaitu H6Y+, H5Y+, H4Y, H3Y-, H2Y- dan HY-. CaIn- akan bereaksi
dengan H2Y- dari EDTA yang akan membentuk larutan berwarna biru CaY dan
terbentuk juga HIn- dan H+. CaY2 merupakan senyawa kompleks yang larut
dan berasal dari reaksi antara ion logam Ca + atau kation dengan zat pembentuk
kompleks yaitu EDTA sebagai ligan. Ligan adalah ion atau molekul yang

mampu mengikat suatu ion dan gugusnya terikat pada ion pusat. EDTA
merupakan ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan ion logam
Ca+ melalui gugus dua nitrogen dan empag gugus karboksil. Kedua atom
nitrogen

memiliki

sepasang

elektron

tak

terpakai

bersamaan.

Ion

Ca+membentuk kompleks dengan dua molekul EDTA. Cincin heterosiklik akan


terbentuk oleh suatu ion logam Ca dengan dua atau lebih gugus fungsional
dalam ligan dinamakan cincin khelat. Mekanisme pengkelatan terjadi karena
penggunaan elektron bersama antara ion logam dengan ion pengkelat. Titrasi ini
dilakukan sebanyak 3 kali dan diperoleh volume penitrasi secara berturut-turut
0,8 mL ketiga-tiganya. Setelah dihitung diperoleh berat Ca 0,288 mg dan
kadarnya Ca 20 ppm. Manfaat titrasi kompleksometri pada penerapan di bidang
farmasi adalah sering digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat
yang

mengandung

suatu

ion-ion

logam

Pada percobaan ini mencoba menentukan tingkat kesadahn suatu sampel air
dengan

menggunakan

reaksi

pembentukkan ion

kompleks.

Mula-mula

melakukan standarisasi titran dalam hal ini adalah EDTA. Titran ini
distandarisasi menggunakan larutan ZnCl2yang volume dan molaritasnya telah
diketahui. Dari hasil titrasi ternyata molaritas EDTA yang terukukur
adalah 6,986.10 -3 M.Langkah selanjutnya adalah penentuan kesadahan cuplikan
air yaitu pada kesadahan tetap, kesadahan sementara, dan kesadahan totaldari
air sumur yang diamati. Pada penentuan kesadahan tetap didapatkan nilai CaO
sebesar 1,2145 mg dengan nilai ppm sebesar24,29. Sedangkan kesadahan
total didapatkan massa CaO sebesar3,761 mg dan nilai ppm CaO sebesar
75,22, dan yang terahkir kesadahan sementara dalam air sumur sebagai CaO
didaptkan nilia ppm yang didapatkan dari kesadahan tetap dengan kesdahan
total sebesar 50,93 ppm. Dalam air sumur selalu terlarut sejumlah garam
kalsium dan atau magnesium baik dalam bentuk garam klorida maupun garam

sulfat. Adanya garam-garam ini menyebabkan air menjadi sadah yaitu tidak
dapat menghasilkan busa jika dicampur dengan sabun. Ukuran kesadahan air
dinyatakan dalam ppm (satu per sejuta bagian). Bila ion kalsium dititrasi
dengan EDTA, terbentuk suatu kompleks kalsium yang relatif stabil.
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Pada percobaan ini seharusnya larutan sampel jika dititrasi akan mengalmi
perubahan warna dari merah menuju biru. Hal itulah yang menjadi bukti bahwa
terdapat kesadahan di dalm sampel air yang digunkana. Namun ternyata pda
percobaan ini, air sampel yang digunakan langsung berubah menjadi biru
setelah ditambahkan indikator EBT-NaCl. Titrasi in sendiri seharusnya
dilakukan pada pH 10 dan konstan sepanjang titrasi. Sedangkan EBT-NaCl itu
sendiri dapat menjadi indikator logam dapat juga mnejadi indiktor pH. Oleh
karena itu, pH larutan perlu dijaga dengan menambahkan larutan buffer pada
larutan yang akan dititrasi. Seperti kita ketahui air ayang sadah berarti
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+ akan lebih dahulu bereaksi dan
kemudian disusul dengan ion Mg2+sehingga menimbulkan perubahan warna
darimerah menjai biru. Reaksi pada ion Mg2+ yang akan terjadi sandainya
dialakukan penitrasian adalah :
MgD (merah) + H2Y2- MgY2- + HD2- (biru) + H+
Adanya perubahan warna dari merah menjadi biru pada tanpa penitrasian pada
percobaan ini mungkin disebabkan oleh adanya pengompleks yang lebih kuat di
alam (dalam sampel air sumur), atau mungkin juga memang di dalam sampel
tersebut tidak memiliki atau mengandung ion Ca2+ dan Mg2+.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan

percobaan

yang

telah

dilakukan

dapat

disimpulkan

bahwapenentuan kadar Ca dalam cuplikan didapatkan hasil rata-ratanya adalah 0,8


mL dan kadar Ca adalah 20 ppm.
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Kesadahan merupakan besar konsentrasi Ca dan Mg dalam air ataupun
dapat diartikan sebagai daya serap air untuk mengendapkan sabun.
2. Kesadahan total dari sampel air sumur pada percobaan ini sebesar 75,22
ppm.
3. Kesadahan tetap dari sampel air sungai sumur sebesar 24,29 ppm.
4. Kesadahan sementara diperoleh dari selisih besarnya kesadahan total
dengan kesadahan tetap yaitu sebesar 50,93 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Basset,

J.

dkk.

1994. Buku Ajar

Vogel:Kimia

Analisis

Kuantitatif

Anorganik.Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Praktikum Fitokimia I
    Laporan Praktikum Fitokimia I
    Dokumen24 halaman
    Laporan Praktikum Fitokimia I
    Arin Rizky
    0% (1)
  • Makalah Eksipien Sediaan Semisolid
    Makalah Eksipien Sediaan Semisolid
    Dokumen7 halaman
    Makalah Eksipien Sediaan Semisolid
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Dasar Teori Gravimetri
    Dasar Teori Gravimetri
    Dokumen5 halaman
    Dasar Teori Gravimetri
    Martin C P Manurung
    100% (2)
  • Jurnal Skripsi
    Jurnal Skripsi
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Skripsi
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • KKN RS Bu Devi
    KKN RS Bu Devi
    Dokumen66 halaman
    KKN RS Bu Devi
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Rawat Inap
    Kelompok Rawat Inap
    Dokumen20 halaman
    Kelompok Rawat Inap
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • File Priska
    File Priska
    Dokumen4 halaman
    File Priska
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Kejang Demam
    Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Kejang Demam
    Dokumen11 halaman
    Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Kejang Demam
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Bab I Wahyu
    Bab I Wahyu
    Dokumen15 halaman
    Bab I Wahyu
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • PKM K
    PKM K
    Dokumen12 halaman
    PKM K
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Proposal Ad-Art Bem Bhamada
    Proposal Ad-Art Bem Bhamada
    Dokumen8 halaman
    Proposal Ad-Art Bem Bhamada
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    100% (1)
  • Role Play Ronde Keperawatan
    Role Play Ronde Keperawatan
    Dokumen5 halaman
    Role Play Ronde Keperawatan
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • KUNYIT
    KUNYIT
    Dokumen5 halaman
    KUNYIT
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • PKM P
    PKM P
    Dokumen3 halaman
    PKM P
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Nosi 1
    Nosi 1
    Dokumen17 halaman
    Nosi 1
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Secang
    Secang
    Dokumen3 halaman
    Secang
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Pa Agung
    Pa Agung
    Dokumen13 halaman
    Pa Agung
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Makalah Minyak Atsiri
    Makalah Minyak Atsiri
    Dokumen8 halaman
    Makalah Minyak Atsiri
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Farmasetika Laporan
    Farmasetika Laporan
    Dokumen25 halaman
    Farmasetika Laporan
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Pif Iski
    Pif Iski
    Dokumen17 halaman
    Pif Iski
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Dokumen10 halaman
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Anissa Florensia
    100% (1)
  • Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Dokumen10 halaman
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Anissa Florensia
    100% (1)
  • Secang
    Secang
    Dokumen3 halaman
    Secang
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Dokumen10 halaman
    Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Klorofom
    Anissa Florensia
    100% (1)
  • Hukum Mendel
    Hukum Mendel
    Dokumen10 halaman
    Hukum Mendel
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen25 halaman
    Bab 1
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen12 halaman
    Malaria
    DhanyDesember
    Belum ada peringkat
  • Indri
    Indri
    Dokumen16 halaman
    Indri
    Iski Ristiani Chinaxiadaaprilma
    Belum ada peringkat
  • Kesmas
    Kesmas
    Dokumen16 halaman
    Kesmas
    Dhika Popy
    Belum ada peringkat