Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH KEPERAWATAN UTAMA KLIEN


Gangguan Sensori persepsi : penglihatan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Mata adalah Organ penglihatan. Suatu struktur yang
sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan
data ke korteks serebral (Brunner & Suddarth, 2001)
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai
dengan penurunan tajam penglihatan ataupun menurunnya
luas

lapangan

pandang,

yang

dapat

mengakibatkan

kebutaan (Quigley dan Broman, 2006).


Mata adalah organ sensorik yang
rangsang
dimana

melalui

rasa

jaras

pada

penglihatan

ini

otak

ke

mentransmisikan
lobus

diterima.

oksipital

Sesuai

dengan

proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan


yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat
menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi
temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva
menipis dan berwarna kekuningan,produksi air mata oleh
kelenjar
dan

lakrimalis

melumasi

yang

konjungtiva

berfungsi
akan

untuk

menurun

melembabkan

dan

cenderung

cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih


kering
Pada

mata

bagian

dalam,

perubahan

yang

terjadi

adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya


berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning
dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan
katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima
dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti
coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam
area

yang

berkurang

suram
(

dan

sulit

adaptasi

melihat

terhadap

dalam

kegelapan

cahaya

gelap)

menempatkan lansia pada risiko sedera. Sementara cahaya


menyilaukan

dapat

menyebabkan

nyeri

dan

membatasi

kemampuan

untuk

membedakan

objek-objek

dengan

jelas,

semua hal itu dapat memengaruhi kemampuan fungsional


para lansia.
2. Anatomi Fisiologi Mata
a. Anatomi Mata
1) Struktur Mata Eksternal

a) Alis
Alis

adalah

dua

potong

kulit

tebal

melengkung

yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otototot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi
mata dari sinar matahari.
b) Kelopak mata
Kelopak
mata
merupakan
muskulofibrosa

yang

dapat

dua

buah

lipatan

digerakkan,

dapat

dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan


air mata ke permukaan bola mata dan mengontrol
banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh
kulit tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata
berakhir
batas

pada

kelopak.

plat

tarsal,

terletak

pada

Sisi bawah kelopak mata dilapisi

oleh konjungtiva.
c) Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.
2) Struktur Mata Internal

a) Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian putih
mata).

Bila

sklera

mengalami

penipisan

maka

warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian


posterior, sklera mempunyai lubang yang dilalui
saraf

optikus

sentralis.
kornea.

dan

Dibagian

Permukaan

pembuluh
anterior

anterior

darah

retina

berlanjut

menjadi

sklera

secar longgar dengan konjungtiva.


Sklera melindungi struktur mata
halus

yang

sangat

serta membantu mempertahankan bentuk biji

mata.
b) Khoroid
Lapisan

tengah

Merupakan
cabang

yang

berisi

ranting-ranting

dari

vaskuler

ini

ditengahnya,
mata.

diselubungi

Selaput

memancarkan

arteria
atau

arteria

karotis

membentuk
yang

berpigmen
warnanya

pembuluh

oftalmika,

interna.

iris

darah.

yang

Lapisan
berlubang

disebut

pupil

sebelah

belakang

dan

dengan

(manik)
iris

demikian

menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru,


coklat,

kelabu,

dan

seterusnya.

Khoroid

bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan


tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal guna
membentuk korpus siliare sehingga terletak antara
khoroid

dan

iris.

Korpus

siliare

itu

berisi

serabut

otot

sirkulerndan

letaknya

seperti

Kontraksi

otot sirkuler

juga

serabut-serabut

jari-jari

berkontraksi.

sebuah

lingkaran.

menyebabkan pupil

Semuanya

ini

yang
mata

bersama-sama

membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris,


korpus

siliare,

masing-masing

dan

khoroid.

bagian

Peradangan

berturut-turut

pada

disebut

iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang


secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah
satu

bagian

dari

traktus

ini

mengalami

peradangan, maka penyakitnya akan segera menjalar


kebagian traktus lain disekitarnya.
c) Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri
sejumlah
batang

lapisan
dan

serabut,

kerucut.

yaitu

Semuanya

dari

sel-sel

saraf

termasuk

dalam

konstruksi retina yang merupakan jaringan saraf


halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar
menuju

jaringan saraf

impuls

saraf

yang

dari

merupakan

halus yang

luar
titik

menuju

menghantarkan

diskus

dimana

optikus,

saraf

optik

meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik


buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian
yang paling peka pada retina adalah makula, yang
terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus,
persis berhadapan dengan pusat pupil.
d) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan
bersambung
tembus

dengan

cahaya.

sklera

Kornea

yang

putih

terdiri

dan

atas

dan
tidak

beberapa

lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium berlapis


yang tersambung dengan konjungtiva.
e) Bilik anterior (kamera okuli anterior) Terletak
antara kornea dan iris.
f) Iris
Tirai berwarna didepan

lensa

yang

bersambung

dengan selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok


serabut

otot

tak

sadar

(otot

polos).

Kelompok

yang

satu

mengecilkan

kelompok

yang lain

ukuran

pupil,

melebarkan

sementara

ukuran

pupil

itu sendiri.
g) Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan
celah dalam iris, dimana cahaya dapat masuk untuk
mencapai retina.
h) Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik

bilik

anterior maupun bilik posterior yang diisi dengan


aqueus humor.
i) Aqueus humor
Cairan ini berasal

dari

badan

siliaris

dan

diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut


iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal
sebagai Saluran Schlemm.
j) Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna
dan transparan. Tebalnya 4 mm dan diameternya 9
mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula
(zonula
korpus

zinni)

yang

siliare.

Di

terdapat

humor

terdapat

vitreus

menghubungkannya
sebelah

aqueus

dan

anterior

disebelah

humor.

dengan

Kapsul

lensa

posterior

lensa

adalah

membran semipermiabel yang dapat dilewati air dan


elektrolit.
epitel

Disebelah

subkapular.

depan

Nukleus

terdapat
lensa

selapis

lebih

keras

daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya


usia,

serat-serat

lamelar

sub

epitel

terus

diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi


kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35%
protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada

dalam

jaringan

tubuh

lainnya.

Kandungan

kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan


lainnya.

Asam

askorbat

dan

glutation

terdapat

dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak

ada

serat

nyeri,

dalam lensa.
k) Vitreus humor
Daerah sebelah
lensa

hingga

penuh

albumen

pembuluh

belakang
retina

biji

yang

berwarna

agar-agar.

Berfungsi

kekokohan

pada

darah,

maupun

mata,

diisi

mulai

dengan

keputih-putihan

untuk

mata,

memberi

serta

saraf

dari

cairan
seperti

bentuk

dan

mempertahankan

hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan


sklerotik.
b. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah
saraf sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul
dari

sel-sel

ganglion

dalam

retina

yang

bergabung

untuk membentuk saraf optikus. Saraf ini bergerak ke


belakang secara medial dan melintasi kanalis optikus,
memasuki

rongga

cranium

khiasma

optikum.

Saraf

lantas

kemudian

penglihatan

menuju

memiliki

pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen


otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung
dengan

sclera,

arakhnoid,

lapisan

banyak

pembuluh

serabut-serabut
dari

traktus
sama.
setiap

itu

lagi

Dengan
serabut

mencapai

dalam

sisi
menuju

khiasma
itu

nervus

seperti

adalah

vakuler

Pada

saat

optikum,

akan

maka

menuju

seberangnya,
traktus

perantara

halus

darah).

serabut-serabut

optikus

separuhnya

tengah

sementara

(mengandung
separuh

lapisan

ke

sementara

optikus

sisi

yang

serabut-serabut

ini,

maka

optikus

dihubungkan

dengan

kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima


rangsangan

berkas-berkas

cahay

pada

retina.

Pusat

visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak


(Pearce, 1997).
Indera penglihatan

menerima

rangsangan

berkas-

berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut


nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang

jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang difokuskan


pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah
oleh kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa
membiaskan

cahaya

dan

memfokuskan

bayangan

pada

retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang


difokuskan.
distorsi,

Gangguan

dislokasi,

lensa
dan

adalah

anomali

kekeruhan,

geometric.

Pasien

yang mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami


kekaburan penglihatan tanpa rasa nyeri.
1) Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di
retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek
nyata.

Bayangan

menghasilkan

yang

sinyal

jatuh

saraf

pada

dalam

retina

mosaik

akan

reseptor,

selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak


untuk

direkonstruksikan

menjadi

bayangan

tiga

dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika


bola

mata

terlalu

panjang

dan

berbentuk

elips,

titik fokus jatuh didepan retina sehingga bayangan


menjadi

kabur.

Untuk

melihat

lebih

jelas

harus

mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu


dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen
sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan
lensa bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk
abnormal

yang

kehilangan

kekenyalan lensa.
2) Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat

ligamentum

tegang,

karena

lensa

lanjut

tertarik

usia

sehingga

bentuknya

lebih

pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus.


Bila

benda

dekat

dengan

berkontraksi

agar

lengkung

benda

jauh,

maka

m.

pipih

supaya

bayangan

mata

maka

otot

akan

meningkat.

Jika

berkontraksi

agar

lensa

siliaris
benda

pada

retina

menjadi

tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi

iris membuat pupil mengecil dan melebar. Jika sinar


terlalu

banyak

maka

pupil

menyempit

agar

sinar

tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam keadaan


gelap

pupil

ditangkap.
melihat

melebar

Dalam

jauh

kemudian

berkontraksi
lapang

hal

agar

agar
melihat

banyak

benda,

melihat

terjadi

penglihatan.

sinar

jika

dekat
lensa

mata

maka

pupil

ke

dalam

peningkatan

Akomodasi

yang

diatur

oleh

mekanisme umpan balik negatif secara otomatis.


3) Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls

ini

berjalan ke belakang melalui nervus optikus. Pada


persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain
bersatu dengan serabut yang berasal dari retina.
Otak

menggunakan

visual

sebagai

informasi

untuk

dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian


korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
Gambar

yang

ada

pada

retina

di

traktus

optikus

disampaikan secara tepat ke korteks jika seseorang


kehilangan

lapang

pandang

sebagian

besar

dapat

dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung


jawab atas lapang pandang.
3. Perubahan Sistem Penglihatan
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan)
akibat penuaan :
Perubahan

Normal

b.d Penuaan
Penurunan

yang

kemampuan

Implikasi Klinis
Kesukaran

dalam

membaca

akomodasi.
huruf-huruf yang kecil
Kontriksi pupil sinilis Penyempitan lapang pandang
Peningkatan
kekeruhan Sensitivitas terhadap cahaya
lensa dengan perubahan Penurunan
warna
menguning.

menjadi

malam

hari

kedalamam

penglihatan
dengan

pada

persepsi

Perubahan sistem indera Penglihatan pada penuaan :


Perubahan Morfologis
Penurunan
jaringan

sekitar mata
Penurunan
elastisitas

tonus jaringan
Penurunan
kekeuatan

Perubahan Fisiologis
lemak Penurunan penglihatan
jarak dekat
dan Penurunan
koordinasi

gerak bola mata


otot Distorsi bayangan
Pandangaan biru-merah
mata
Compromised
night
Penurunan ketaaman kornea
Degenerasi
pada
sclera,
vision
Penurunan
ketajaman
pupil dan iris

Peningkatan frekuensi proses

terjadinya penyakit
Peningkatan
densitas

rigiditas lensa
Perlambatan proses informasi

mengenali

warna

hijau, biru dan ungu


dan Kesulitan
mengenali
benda yang bergerak

dari system saraf pusat

4. Etiologi
Ada berbagai

faktor

yang

menyebabkan

penglihatan

(ketunanetraan)

seperti

mata

penyakit

menyerang

atau

yang

kelainan

kelainan
struktur

cornea,

lensa,

retina, saraf mata dan lain sebagainya. Di samping itu


kelainan penglihatan juga dapat diperoleh karena faktor
keturunan misalnya perkawinan antar saudara dekat dapat
meningkatkan kemungkinan diturunkannya kondisi kelainan
penglihatan. Salah satu penyebab gangguan penglihatan
pada lansia adalah katarak
Katarak adalah kelainan

mata

yang

terjadi

pada

lensa di mana cairan dalam lensa menjadi keruh. Karena


cairan dalam lensa keruh, lensa mata kelihatan putih
dan cahaya tidak dapat menmbusnya. Orang yang mengidap
katarak melihat seperti melalui kaca jendela yang kotor
karena keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke
retina. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan
yang utama baik pada anak-anak maupun orang tua.

5. Jenis Gannguan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan


a. Perubahan sistem lakrimalis
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos.
Kegagalan fungsi pompa pada system kanalis lakrimalis
disebabkan
punctum

oleh

atau

menimbulkan
kanalis

karena

kelemahan

malposisi

keluhan

dacryostenosis
diman

palpebra

epifora.

lakrimalis
dikatakan

sumbatan

akan
system

sebenarnya

dijumpai

bahwa

eversi

sehingga

Namun

yang

sering

palpebra,

pada

atau

usia

lanjut,

dacryostenosis

akuisita

tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding


pria.

Adapun

sumbatan
namun

patogenesia

ductus

diduga

yang

nasolakrimalis

oleh

karena

pasti
masih

terjadi

terjadinya

belum

proses

jaringan

mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.


Setelah
usia
40
tahun
khususnya
wanita
menopause

sekresi

basal

kelenjar

jelas,

lakrimal

pasca
secara

progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan


sumbatan pada duktus nasolakrimalis tak menunjukkan
gejala

epifora

sedikit.

Akan

oleh

karena

tetapi

volume

bilamana

air

matanya

sumbatan

sistim

lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering


yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda
asing atau seperti ada pasir, mata tersa leleh dan
kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang
didapatkan
menebal
erosi

diantaranya

kadang
dan

konjungtiva

hiperaemi,

filamen.

pada

Periksa

bulbi
kornea

yang

kusam

dan

didapatkan

perlu

dilakukan

adalah Schirmer, Rose Bengal, Tear film break up


time
b. Perubahan refraksi
Pada orang muda, hipermetrop

dapat

diatasi

dengan

kontraksi muskulus silisris. Dengan bertambahnya usia


hipermetrop

laten

hilangnya

cadangan

sclerosis

nucleus

menjadi

lebih

akomodasi.
pada

lensa,

manifest

Namun

karena

bila

terjadi

hipermetrop

menjadi

berkurang

atau

terjadi

miopisasi

karena

proses

kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.


Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20
tahun

dengan

astigmat with

the

rule 75,5%

dan

astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun


didapatkan

keadaan

dan against

the

mempengaruhi
yang

astigmat with
rule 35%.

perubahan

mengkerut

oleh

antara

perubahan

melihat

dimana

seseorang

dekat

elastisitas

akan

dipengaruhi

lensa

dan

lain

yang
kornea

hidrasi

kornea, proses penuaan pada kornea.


Penurunan
daya
akomodasi
dengan
presbiopia

rule 37,2%

Factor-faktor

astigmat

karena

the

manifestasi

kesulitan

oleh

perubahan

pada

untuk

berkurangnya
pada

muskulus

silisris oleh karena proses penuaan.


c. Produksi humor aqueous
Pada mata sehat dengan
diperkirkan

produksi

liter/menit.
produksi

pemeriksaan
H.Aqueous

Beberapa

factor

H.Aqueous.

Fluorofotometer

2.4 + 0,06

micro

berpengaruh

pada

dengan

pemeriksaan

fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya


usia terjadi penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06
mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidak
sebanyak

yang

diperkirakan,

oleh

karena

dengan

bertambahnya usia sebenarnya produksi H.Aqueous lebih


stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau
volume COA.
d. Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran
seluruh
juga

jaringan

disebut

dengan

pada :
1) M.orbicular
Perubahan
pada
perubahan

kelopak

mata.

perubahan

Perubahan

involusional

m.orbicularis

kedudukan

ini

palpebra

bisa

yang

terjadi

menyebabkan

yaitu

terjadi

entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang


terjadi pada usia lanjut disebut entropion/ekropion

senilis/

involusional.

Adapun

proses

terjadinya

mirip, namun yang membedakan adalah perubahan pada


m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus
tersebut relative stabil.
Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi,
konjungtiva

tarsalis

menjadi

terpapar

(ekspose),

ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan


menebal

sehingga

secara

mekanik

ektropionnya.
2) Retractor palpebra inferior
Kekendoran
retractor
mengakibatkan
kearah

tepi

luar

bawah

kurang

memperberat

palpebra
tarsus

sehingga

entropion.
3) Tartus
Bilamana tartus

akan

inferior

rotasi/

memperberat

kaku

oleh

berputar

terjadinya

karena

proses

atropi akan menyebabkan tepi atas lebih melengkung


ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
4) Tendo kantus medial/lateral
Perubahan
involusional pada
usia lanjut
mengenai

tendon

kartus

medial/

lateral

juga

sehingga

secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.


Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga
diperberat

dengan

keadaan

dimana

bola

mata

pada

usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi


lemak orbita. Akibatnya kekencangan palpebra secara
horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses
involusional

tersebut

menyebabkan

margo

palpebra

menjadi inverse atau eversi tergantung perubahanperubahan

yang

terjadi

pada

m.orbikularis

oculi,

retractor palpebra inferior dan tarsus.


5) Aponeurosis muskulus levator palpebra
Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator
palpebra

mengalami

penipisan,
akuisita.

disinsersi

akibatnya
Meskipun

dan

terjadi
terjadi

terjadi

blefaroptosis
perubahan

pada

aponeurosis m.levator palpebra namun m.levatornya


sendiri

relative

stabil

sepanjang

usia.

Bial

blefaroptosis tersebut mengganggu penglihatan atau

secara kosmetik menjadi keluhan bias diatasi dengan


tindakan operasi.
6) Kulit
Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi
dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan
kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan.
Keadaan ini biasanya diperberat dengan terjadinya
peregangan

septum

preaponeurotik

orbita

ke

dan

arterior.

migrasi

Keadaan

lemak

ini

bisa

terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan


disebut sebagai dermatokalis.
6. Komplikasi
Penglihatan merupakan salah satu
yang

sangat

penting

bagi

manusia

saluran

selain

informasi

pendengaran,

pengecap, pembau, dan perabaan. Pengalaman manusia kirakira

80

persen

dibentuk

berdasarkan

informasi

dari

penglihatan. Di bandingkan dengan indera yang lain indera


penglihatan
saat

mempunyai

seseorang

jangkauan

melihat

sebuah

yang

lebih

mobil

maka

luas.
ada

Pada

banyak

informasi yang sekaligus diperoleh seperti misalnya warna


mobil, ukuran mobil, bentuk mobel, dan lain-lain termasuk
detail

bagian-bagiannya.

Informasi

semacam

itu

tidak

mudah diperoleh dengan indera selain penglihatan.


Kehilangan
indera
penglihatan
berarti
kehilangan
saluran

informasi

kelainan

visual.

penglihatan

akan

Sebagai

akibatnya

kekuarangan

atau

penyandang
kehilangan

informasi yang bersifat visual. Seseorang yang kehilangan


atau mengalami kelainan penglihatan, sebagai kompensasi,
harus berupaya untuk meningkatkan indera lain yang masih
berfungsi.
Seberapa

jauh

dampak

kehilangan

atau

kelainan

penglihatan terhadap kemampuan seseorang tergantung pada


banyak faktor misalnya kapan (sebelum atau sesudah lahir,
masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan,
berat ringannya kelainan, jenis kelainan dan lain-lain.
Seseorang

yang

kehilangan

penglihatan

sebelum

lahir

sering sampai usia lima tahun pengalaman visualnya sangat


sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan yang

kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih


dewasa
lebih

biasanya
baik

masih

tetapi

memiliki

memiliki

pengalaman

dampak

visual

yang

lebih

yang
buruk

terhadap penerimaan diri.


a. Dampak terhadap Kognisi
Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain
dan

obyekobyek

yang

diorganisasikannya

secara

selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek


tergantung pada bagaimana orang dan obyek tersebut
tampak dalam dunia kognitifnya ,dan citra atau peta
dunia setiap orang itu bersifat individual. Setiap
orang

mempunyai

citra

dunianya

masingmasing

karena

citra tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh


factor-faktor

berikut:

(1)

Lingkungan

fisik

dan

sosisalnya, (2) struktur fisiologisnya, (3) keinginan


dan

tujuannya,

dan

(4)

pengalaman-pengalaman

masa

lalunya.
Dari keempat faktor yang menentukan kognisi individu
tunanetra

menyandang

kelainan

dalam

struktur

fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan fungsi


indera penglihatan dengan indera-indera lainnya untuk
mempersepsi
tidak

lingkungannya.

pernah

mempunyai

Banyak

pengalaman

di

antara

visual,

mereka

sehingga

konsepsi orang awas mereka tentang dunia ini sejauh


tertentu

mungkin

berbeda

dari

konsepsi

pada umumnya.
b. Dampak terhadap Keterampilaan Sosial
Orang tua memainkan peranan yang
perkembangan
terhadap

sosial

anaknya

anak.

yang

penting

Perlakuan

tunanetra

orang

dalam

orang

sangat

awas

tua

ditentukan

oleh sikapnya terhadap ketunanetraan itu, dan emosi


merupakan satu komponen dari sikap di samping dua
komponen
tindakan.

lainnya

yaitu

Ketunanetraan

kognisi
yang

dan

terjadi

kecenderungan
pada

seorang

anak selalu menimbulkan masalah emosional pada orang


tuanya. Ayah dan ibunya akan merasa kecewa, sedih,
malu

dan

berbagai

bentuk

emosi

lainnya.

Mereka

mungkin akan merasa bersalah atau saling menyalahkan,

mungkin

akan

diliputi

oleh

rasa

marah

yang

dapat

meledak dalam berbagai cara, dan dalam kasus yang


ekstrem

bahkan

dapat

mengakibatkan

perceraian.

Persoalan seperti ini terjadi pada banyak keluarga


yang mempunyai anak cacat.
Pada umumnya orang tua akan
akibat

kehilangan

anaknya

mengalami

yang

normal

masa
itu

duka
dalam

tiga tahap; tahap penolakan, tahap penyesalan, dan


akhirnya tahap penerimaan, meskipun untuk orang tua
tertentu penerimaan itu mungkin akan tercapai setelah
bertahun-tahun.
proses

yang

penyandang

Proses

umum

semua

dukacita

terjadi

jenis

pada

ini

merupakan

orang

tua

Sikap

orang

kecacatan.

anak
tua

tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan di antara


mereka (ayah dan ibu) dan hubungan mereka dengan anak
itu,

dan

hubungan

tersebut

pada

gilirannya

akan

mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak.


c. Dampak terhadap Bahasa
Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan
penglihatan

tidak

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa,


dan

secara

terdapat
Mereka

umum

mereka

defisiensi

mengacu

berkesimpulan

dalam

pada

bahasa

banyak

studi

bahwa

anak
yang

tidak

tunanetra.
menunjukkan

bahwa siswa-siswa tunanetra tidak berbeda dari siswasiswa yang awas dalam hasil tes intelegensi verbal.
Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai studi yang
membandingkan
menemukan

belajar

tunanetra

perbedaan

perkembangan
berperan

anak-anak
bahasa.

daripada
bahasa,

dalam
Karena

persepsi
maka

dan

awas

aspekaspek

persepsi
visual

tidaklah

auditif
sebagai

mengherankan

tidak
utama
lebih
media
bila

berbagai studi telah menemukan bahwa anak tunanetra


relatif
Banyak

tidak
anak

terhambat
tunanetra

dalam
bahkan

fungsi
lebih

bahasanya.
termotivasi

daripada anak awas untuk menggunakan bahasa karena

bahasa merupakan saluran utama komunikasinya dengan


orang lain.
Secara konseptual
anak

awas,

sama

karena

bagi

makna

anak

tunanetra

kakat-kata

maupun

dipelajarinya

melalui konteksnya dan penggunaannya di dalam bahasa.


Sebagaimana halnya dengan semua anak, anak tunanetra
belajar kata-kata yang didengarnya meskipun kata-kata
itu tidak terkait dengan pengalaman nyata dan tak ada
makna

baginya.

Kalaupun

anak

tunanetra

mengalami

hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal itu bukan


semata-mata

akibat

melainkan

terkait

memperlakukannya.

langsung

dari

dengan

ketunanetraannya

cara

Ketunanetraan

orang

tidak

lain

menghambat

pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah


bahasa.
d. Dampak terhadap Orientasi dan Mobilitas
Mungkin
kemampuan
yang
paling
terpengaruh

oleh

ketunanetraan untuk berhasil dalam penyesuaian social


individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas yaitu
ketrampilan untuk bergerak secara leluasa di dalam
lingkungannya.

Ketrampilan

mobilitas

ini

sangat

terkait dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan


untuk

memahami

hubungan

lokasi

antara

satu

obyek

dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill dan


Ponder,1976).
Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah
merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh individu
tunanetra

untuk

memmproses

informasi

tentang

lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequncial


mode)

yang

menggambarkan

titk-titik

di

dalam

lingkungan sebagai rute yang berurutan, atau dengan


metode

peta

topografis

kognitif

tentang

yang

hubungan

memberikan
secara

gambaran

umum

antara

berbagai titik di dalam lingkungan (Dodds et al dalam


Hallahan dan Kaufman,1991).
Metode peta kognitif lebih
cara

tersebut

baik

dalam

menawarkan

menavigasi

direkomendasikan

fleksibilitas

lingkungan.

yang

Bayangkan

karena
lebih
tiga

titik

yang

berurutan

A,

B,

dan

C.

Memproses

informasi tentang orientasi lingkungan dengan metode


urutan

membatasi

gerakan

individu

sedemikian

rupa

sehingga dia dapat bergerak dari A ke C hanya melalui


B. Tetapi individu yang memiliki peta kognitif dapat
pergi dari titik A langsung ke titik C tanpa memlalui
B. Akan tetapi, metode konseptualisasi ruang apapun ,
metode urutan ataupun metode peta kognitif- individu
tunanetra tetap berkekurangan dalam bidang mobilitas
dibandingkan

dengan

sebayanya

yang

awas.

Mereka

kurang mapu atau tidak mampu sama sekali menggunakan


visual metaphor (Hallahan dan Kauffman, 1991:310)
Di samping itu, para palancong tunanetra harus lebih
bergantung
tentang
yang

pada

ingatan

lingkungannya

awas

(Holfield

untuk

memperoleh

dibandingkan
&

Fouke

gambaran

dengan

dalam

individu

Hallahan

dan

Kauffman,1991)
Untuk membentuk mobilitas itu, alat bantu yang umum
dipergunakan
adalah

oleh

tongkat,

orang

sedangkan

tuna

netra

di

di

banyak

Indonesia

negara

barat

penggunaan anjing penuntun (guide dog) juga populer.


Dan

penggunaan

orientasi
terus

dan

alat

elektronik

mobilitas

dikembangkan.

individu

Agar

anak

tuna

untuk

membantu

tunanetra
netra

masih

memiliki

rasa percaya diri untuk bergerak secara leluasa di


dalam lingkungannya dala bersosialisasi, mereka harus
memperoleh latihan orientasi dan mobilitas. Program
latihan

orientasi

dan

mobilitas

tersebut

harus

mencakup sejumlah komponen, termasuk kebugaran fisik,


koordinasi
latihan

motor,

untuk

postur,

keleluasaan

mengembangkan

gerak,

dan

fungsi

indera

indera

YANG

PERLU

DIKAJI

yang masih berfungsi.


C. MASALAH

KEPERAWATAN

DAN

DATA

SELANJUTNYA
1. Masalah Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: penglihatan

b. Defisit perawatan diri


c. Kurang Pengetahuan
d. Resiko jatuh
e. Resiko cidera
2. Data Yang Pelu Dikaji
Pengkajian
adalah
tahap

awal

dari

proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis


dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi

dan

mengidentifikasi

status

kesehatan

klien (Nursalam, 2001)


Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat
Gejala
:
Perubahan
aktivitas
biasanya/
hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala :
Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
Sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan

bertahap penglihatan perifer


Kesulitan memfokus kerja dengan

ruang gelap (katarak).


Penglihatan
berawan/kabur,

cahaya/pelangi sekitar sinar


Kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma

dekat/merasa

tampak

di

lingkaran

akut).
Tanda :

Tampak

kecoklatan

atau

putih

(katarak)
Pupil menyepit dan merah/mata keras dengan kornea

berawan (glaukoma darurat)


Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Ketidak
nyamanan
ringan/mata

susu

pada

berair

pupil

(glaukoma

kronis)
Nyeri tiba tiba/berat menetap atau tekanan pada

dan sekitar mata, sakit kepala


e. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
Riwayat
keluarga
glaukoma,
sistem vaskuler.

(glaukoma akut).
diabetes,

gangguan

Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh


peningkatan

tekanan

vena),

ketidakseimbangan

endokrin, diabetes (glaukoma).


D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi

sensori:

penglihatan

berhubungan

dengan gangguan penerimaan sensori dari organ penerima,


2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik
3. Kurang

Pengetahuan

berhubungan

informasi mengenai penyakit


4. Resiko jatuh berhubungan dengan
pandang yang ditandai dengan
5. Resiko cidera berhubungan dengan
pandang yang di tandai dengan

dengan

kurangnya

keterbatasan
keterbatasan

lapang
lapang

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

A. NO
DX
E. 1

B. DIANGOSA
KEPERAWATAN

DAN C. TUJUAN (NOC)

KOLABORASI
F. Gangguan
persepsi H. NOC :
I. Vision
sensori:
penglihatan
berhubungan
gangguan
penerimaan
dari
G.

dengan

D. INTERVENSI (NIC)
L. NIC
compensation M. Pencapaian

behavior
Kriteria hasil:

J.

kaca

Memakai

Penglihatan

mata

lensa dengan benar


sensori Memakai huruf braile
organ Memakai penyinaran/

Kaji

penurunan penglihatan
Ajak pasien ntuk menentukan

atau

dan

cahaya

yang sesuai

penerima,

Komunikasi:

reaksi

belajar

yang lain
Deskripsikan

pasien
Jangan

K.

pasien

melihat

denga

lingkungan

memindahkan

ruangan

pasien

di

sesua

tanpa

informasi pada pasien


Bacakan surat atau koran at

lainnya
Sediakan huruf braile
Informasikan
letak

bend

yang sering diperlukan pasie


N. Manajemen Lingkungan

Ciptakan lingkungan yang am

pasien
Pindahkan

dari lingkungan pasien


Pasang side rail
Sediakan tempat tidur yang r
Tempatkan benda +benda pada

benda-benda

be

yang dapat dijangkau pasien


P. 2

Q. Defisit
diri
dengan
R.

fisik

O.
perawatan S. NOC :
W. NIC :
berhubungan T. Self care : Activity of X. Self Care assistance : ADLs
kelemahan

Daily Living (ADLs)


U. Kriteria Hasil :
Klien

terbebas

badan
Menyatakan
terhadap

dari

bau

kenyamanan
kemampuan

diri,

untuk

bantuan

kemempuan

klien

perawatan diri yang mandiri


Monitor
kebutuhan
klien
alat-alat

melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan
V.

Monitor

bantu

untuk

keb

berpakaian,

toileting dan makan.


Sediakan
bantuan
sampai

mampu secara utuh untuk me


self-care.
Dorong
klien

untuk

me

aktivitas sehari-hari yang

sesuai kemampuan yang dimili


Dorong
untuk
melakukan

mandiri, tapi beri bantuan

klien tidak mampu melakukann


Ajarkan
klien/
keluarga
mendorong

kemandirian,

F. DAFTAR PUSTAKA
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.

Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan


perawatannya.Jakarta:salemba medika
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan asuhan
keperawatan.Jakarta:salemba medika
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stockslager, Jaime L . 2008.
Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Stanley M, Patricia GB.2006.
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti SS, Budi
Lansia. Jakarta: EGC

Utomo.

Asuhan

Buku
2003.

Ajar

Keperawatan
Keperawatan

Fisioterapi

pada

Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut


dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai