PERDARAHAN INTRAKRANIAL
et causa PERDARAHAN DEFISIENSI VITAMIN K
oleh:
Gandar Kusuma
pembimibing :
dr. Wasis Rohima, Sp.A, M.Kes
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
: An. C
Umur
: 1 bulan 3 hari
Jenis kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Tn. Suwito
Nama Ibu
: Ny. Chairiyah
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
MRS
: 1 Agustus 2016
: ASI Eksklusif
Kesan
Riwayat imunisasi:
III.
Polio I
: (+)
Hepatitis B 0
: (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Denyut Nadi
Pernapasan
: 38 x/menit
Suhu tubuh
: 37.5 C
Berat badan
: 4100 gram
Panjang badan
: 48 cm
Kesan
: Gizi baik
Anemis
: Ada
Sianosis
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak ada
Pemeriksaan khusus :
Kulit
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Tidak Ada
Sianosis
: Tidak ada
Piting edema
: Tidak ada
Petechie
: Tidak ada
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflek
fisiologis
Reflek
patologis
Tungkai kanan
Luas
2
Hipotoni
Tungkai kiri
L uas
2
Hipotoni
Menurun
Lengan kanan
Luas
2
Hipotoni
Menurun
Lengan kiri
Luas
2
Hipotoni
Menurun
Menurun
-
Fungsi sensorik
: Menurun
: Menurun
: Tidak ada
IV.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 1 Agustus 2016:
V.
Hb
: 9.,7 g/dl
Hematokrit
: 29 vol%
Trombosit
: 204.000 / mm3
Leukosit
: 13.500/mm3
RESUME
Sejak 3 hari SMRS pasien mengalami kejang di seluruh tubuh >15
menit, Kejang tidak disertai oleh demam. Pasien dibawa ke RSUD Arga
Makmur dan mendapatkan perawatan selama 3 hari, namun selama dirawat di
RSUD Arga Makmur, kejang pada pasien tidak mengalami perbaikan.
3 jam SMRS pasien mengalami kejang kembali dan dirujuk ke
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, saat tiba di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
pasien mulai mengalami penurunan kesadaran hingga akhirnya di rawat di
ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Kejang tidak disertai dengan
demam. Muntah disangkal. BAB tidak ada keluhan, BAK tidak ada keluhan.
Orang tua pasien memiliki kebiasaan mengayun-ayun pasien sebelum tidur
menggunakan ayunan kain.
Pasien tidak memiliki riwayat kejang dan perdarahan pada penyakit
dahulu dan keluarga pasien tidak memiliki riwayat sakit kejang maupun
epilepsy serta riwayat perdarahan. Pasien merupakan anak pertama dari ayah
Tn. Suwito berusia 27 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta dan ibu
Ny. Chairiyah berusia 25 tahun, pendidikan SMA, ibu rumah tangga, hidup
dalam status sosial ekonomi sedang.
Pasien lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
di rumah, BBL = 3300 gram, PB = 48 cm, namun setelah lahir tidak disuntikkan
Vit. K. Pasien sudah diberikan imunisasi HB 0 dan Polio 1. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan kesadaran pasien stupor dengan GCS 6, denyut nadi 126 x per
menit, Pernafasan 38x per menit, Suhu 37,50 C, Berat Badan 4100 gram,
DIAGNOSIS KERJA
Penurunan Kesadaran e.c Perdarahan Intrakranial e.c Perdarahan Defisiensi
Vitamin K
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan Kesadaran e.c Infeksi Intrakranial
VII. PENATALAKSANAAN
ASI 8 x 30 cc
Injeksi Vitamin K1
Injeksi Dexametason
3 x 1 mg
Injeksi Ampicilin
3 x 200 mg
Injeksi Cefotaxim
2 x 200 mg
Injeksi Phenytoin
2 x 10 mg
5 mg (IM)
CT Scan Kepala
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad bonam
X.
Tanggal
2/08/
2016
3/08/
2016
FOLLOW UP
Pemeriksaan
umum
Kel: kejang (-),
demam (-),
muntah (-),
Sens: Somnolen
N: 126x/m
RR: 36x/m
T: 37,5C
Pemeriksaan fisik
Diagnosis
Tindakan
PK e.c
ICH e.c
PDVK
PK e.c
ICH e.c
PDVK
4/08/
2016
PK e.c
ICH e.c
PDVK
5/08/
2016
PK e.c
ICH e.c
PDVK
06/08/
2016
PK e.c
ICH e.c
PDVK
07/08/
2016
PK e.c
ICH e.c
PDVK
08/08/
2016
PK e.c
ICH e.c
PDVK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Perdarahan intrakranial adalah istilah kolektif yang mencakup berbagai
kondisi yang berbeda ditandai dengan akumulasi ekstravaskuler darah dalam
ruang intrakranial yang berbeda.1
Perdarahan intrakranial adalah keadaan kegawat daruratan medis yang
ditandai dengan kerusakan neurologis awal ataupun kematian. muntah,
perubahan tingkat kesadaran, dan peningkatan tekanan darah pada pasien stroke
akut, dicurigai perdarahan intrakranial.2
Negara-negara di Asia memiliki insiden yang tinggi terhadap kejadian
perdarahan intracerebral dari daerah atau negara lain yang ada di dunia. 3
Penyebab terjadinya perdarahan intracranial adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi : peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan arteri kecil pecah
di dalam otak.
2. Obat-obatan anti koagulan sperti coumadin, warfarin, dan heparin yang
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
11
12
Bentuk
lambat
ini
seringkali
bermanifestasi
sebagai
< 24 Jam
Obat yang
Faktor Risiko
diminum selama
kehamilan
VKDB klasik
1-7 hari
- Intake Vit. K Inadekuat
2 minggu-6 bulan
- Intake Vit. K Inadekuat
pada ASI
pada ASI
<
5%
kelompok
Lokasi
VKDB lambat
Vitamin K
Vitamin K
pada 0.01-1% (tergantung pola 4-10 / 100.000 kelahiran
risiko makan bayi)
tinggi
Cephal Hematom,
13
Intrakranial (30-60%),
Secondary PC
Deficiency
Segala usia
- Obstruktif
Bilier
- Penyakit hati
- Malabsorbsi
- Intake Kurang
Perdarahan
Umbilikus,
Intrakranial,
Sirkumsisi, Intrakranial
Tempat Suntikan,
Intraabdominal,
Pencegahan
Umbilikus, UGT,
GIT, Intratorakal
Penghentian
/ - Vitamin K Profilaksis
Intratorakal.
- Vit. K Profilaksis (IM)
Penyebab
adekuat
adekuat
4. Diagnosis
Diagnosis HDN juga melalui tahapan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboratorium. Anamnesis difokuskan terhadap awitan perdarahan,
lokasi perdarahan, pemberian ASI atau susu formula, riwayat ibu minum
obat-obatan antikoagulan atau antikonvulsan dan anamnesis untuk
menyimpulkan kemungkinan lain.1,10
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan atas keadaan umum dan
lokasifisik perdarahan pada tempat-tempat tertentu seperti saluran cerna
berupa hematemesis atau melena, dari hidung, kulit kepala, atau tali pusat.
Penting untuk diketahui adalah jika ditemukan neonatus dengan keadaan
umum baik tetapi ada perdarahan segar dari mulut atau feses berdarah,
maka harus dibedakan apakah itu darah ibu yang tertelan saat persalinan
ataukah memang perdarahan saluran cerna. Cara membedakannya dengan
melakukan uji Apt, warna merah muda menunjukkan darah bayi,
sedangkan warna kuning kecoklatan menunjukkan darah ibu.1,10
Diagnosis laboratoris dari HDN menunjukkan adanya waktu
pembekuan yang memanjang, penurunan aktivitas faktor II, VII, IX, dan X
tanpa trombositopenia atau kelainan faktor pembekuan lain. Prothrombin
Time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT) memanjang bervariasi,
sedangkan TT normal. Masa perdarahan dan jumlah leukosit normal.
Kebanyakan kasus disertai anemia normokrom normositer. Perdarahan
intrakranial dapat dilihat jelas dengan pemeriksaan USG kepala, CT scan,
atau MRI. Pemeriksaan ini selain untuk diagnostik, juga digunakan untuk
14
Academy
Pediatric
(AAP)
tahun
2003
15
diberikan
kepada
neonatus
karena
dilaporkan
dapat
16
17
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki berumur 1 bulan datang dengan keluhan utama
Kejang 3 jam SMRS. Sejak 3 hari SMRS pasien mengalami kejang di seluruh
tubuh >15 menit, Kejang tidak disertai oleh demam. Pasien dibawa ke RSUD
Arga Makmur dan mendapatkan perawatan selama 3 hari, namun selama
dirawat di RSUD Arga Makmur, kejang pada pasien tidak mengalami
perbaikan.
3 jam SMRS pasien mengalami kejang kembali dan dirujuk ke
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, saat tiba di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
pasien mulai mengalami penurunan kesadaran hingga akhirnya di rawat di
ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Kejang tidak disertai dengan
demam. Muntah disangkal. BAB tidak ada keluhan, BAK tidak ada keluhan.
Orang tua pasien memiliki kebiasaan mengayun-ayun pasien sebelum tidur
menggunakan ayunan kain. Orang tua pasien memiliki kebiasaan mengayunayun pasien sebelum tidur menggunakan ayunan kain. Dari analisis diatas
timbulnya kejang bukan karena terjadinya peningkatan suhu tubuh secara
drastis yang dapat menyebabkan aliran listrik di sistem saraf menjadi terganggu
karena kejang pada pasien tidak disertai oleh demam, namun jika melihat
kebiasaan orang tua pasien mengayun-ayunkan pasien (Baby Shaking
Syndrome) sebelum tidur dapat menyebabkan masalah pada bagian intrakranial
berupa perdarahan.
Pasien tidak memiliki riwayat kejang pada penyakit dahulu dan
keluarga pasien tidak memiliki riwayat sakit kejang maupun epilepsi. Pasien
merupakan anak pertama dari ayah Tn. Suwito berusia 27 tahun, pendidikan
SMP, pekerjaan wiraswasta dan ibu Ny. Chairiyah berusia 25 tahun, pendidikan
SMA, ibu rumah tangga, hidup dalam status sosial ekonomi sedang.
Pasien lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
di rumah, BBL = 3300 gram, PB = 48 cm, namun setelah lahir tidak
18
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Pietrangelo ann. Intracerebral Hemorrhage. 2012. www.healthline.com
diakses pada 4 agustus 2016
2. Snell RS, Sugiharto L. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta; EGC.
2011.
3. Frank G, Goel A. Intracranial Haemorrhage. http://radiopedia.org/ diakses
pada 5 agustus 2016
4. Joseph PB, Harold PA, et.all. Guidelines for the Management of Spontaneous
Intracerebral
Hemorrhage.
AHA
Scientific
Statement.
https://stroke.ahajournals.org diakses pada 4 agustus 2016
5. Liebeskind
DS.
Lutsep,
HL.
Intracranial
Hemorrhage.
https://emedicine.medscape.com/ diakses pada 4 agustus 2016
6. Barbara E. Gould, Ruthanna Dyer. Pathophysiology for The Health
Professions. Thromb Haemost 2010; 81: 254-610.
7. Sudoyo Aru, Setyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata, Setiati Siti. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. FKUI. Jakarta, 2006.
8. A. V. Hoffbrand, J. E. Pettit, P.A.H. Moss. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
EGC. Jakarta. 2005: 250-251.
9. Behrman Richard, Kliegman Robert, Arvin Ann. Nelson. Ilmu Kesehatan
Anak Jilid II. Edisi 15. EGC. Jakarta. 2000.
10. Respati H, Reniarti L, Susanah S. Hemorrhagic Disease of the Newborn.
Dalam: Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M,
Eds. Buku Ajar Hematologi-onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
2005 : 182-96.
11. Guyton, Arthur C., John E. Hall. Guyton & Hall: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. EGC. Jakarta. 2007.
22