Kelompok
:A
Nama
: Aghnia Fatharani
Dhiya Tsuraya Salsabil
Fani Triyatna
Muflih Shabir Widodo
Kelas
: 2C/D3-Teknik kimia
Materi
: Gula dan Alkohol
(151411066)
(151411072)
(151411063)
(15141106)
A. GULA
Tujuan dari proses pengolahan di pabrik adalah untuk mendapatkan produksi gula
setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira sekecil mungkin selama dalam proses.
Untuk mendapatkan atau memproduksi gula jadi (siap dipasarkan) dilakukan beberapa
tahap pengolahan antara lain :
1. Proses pengolahan Awal (Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan )
Pada tahap ini, tebu (cane) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun
kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan
gula (rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, di lihat jumlahnya dengan
ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan.
Dari segi kualitas, tebu (cane) yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan,
antara lain :
Masak, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan gula (rendemen) yang
mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi oleh varietas, sistem tanam, iklim dan
tingkat kemasakan pada saat tebang.
2. Bersih, berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu kotoran berupa
tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang.
3. Segar, berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik hingga di
giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya, kandungan gula dalam tebu
juga semakin menurun.
1.
Setelah tebu ditebang di kebun, kemudian tebu diantar kepabrik secepat mungkin dengan
tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas tebu. Karena bila lewat 24
jam kualitas tebu akan berkurang dikarenakan penguraian sukrosa yang terdapat dalam
tebu oleh mikroorganisme sehingga kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan
terasa asam.
2. Proses Penggilingan
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk mendapatkan nira
sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three roll mill yaitu unit gilingan I
sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll yang diatur sedemikian rupa membentuk
sudut 120, dan pada masing-masing gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
3. Proses Pemurnian
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar (yang
tidak termasuk gula) dalam nira mentah dengan catatan gula reduksi
maupun saccarosa jangan sampai rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang
dimaksud adalah :
Ion ion organik yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa (gula).
Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan.
Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga terikut seperti
tanah dan sisa daun.
4. Proses penguapan (Evaporation)
Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada nira encer
agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan 60 65 % brik. Penguapan ini
dilakukan pada temperatur 65 110 0C . Setiap evaporator dilengkapi dengan separator
atau penyangga (sap vanger) yang berguna untuk menangkap percikan nira yang terbawa
oleh uap.
1.
2.
3.
Proses evaporasi merupakan proses yang melibatkan perpindahan panas dan perpidahan
massa secara simultan. Dalam proses ini sebagian air atau solvent akan diuapkan sehingga
akan diperoleh suatu produk yang kental (konsentrat). Penguapan terjadi karena cairan
akan mendidih dan berlangsung perubahan fasa dari cair manjadi uap. Aplikasi utama dari
proses evaporasi dalam industri pangan yaitu :
1.
2.
3.
Pra konsentrasi sebelum bahan diolah lebih lanjut misalnya sebelum spray drying,
drum drying, kristalisasi.
Mengurangi volume cairan agar biaya penyimpan, trasportasi, dan pengemasan
berkurang.
Meningkatkan konsentrasi solit terlarut dalam bahan makanan sebagai usaha untuk
membantu pengawetan, misalnya dalam pembuatan susu kental manis dan pembuatan
gula kristal.
Proses penguapan (evaporasi) dilakukan dalam kondisi vakum. Tujuan penguapan dalam
keadaan vakum adalah menghindari kerusakan sukrosa akibat suhu yang tinggi,
menghemat penggunaan uap bahan bakar karena memasukkan satu satuan uap dapat
menguapkan air sebanyak 5 kali, menurunkan titik didih nira sehingga tidak terbentuk
karamel hal ini dilakukan agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak. Proses
evaporasi dilakukan beberapa kali dengan menggunakan perbedaan suhu dan tekanan.
Pada evaporasi tahap awal menggunakan suhu tinggi dengan tekanan rendah. Memasuki
tahap evaporasi selanjutnya, suhu bertahap diturunkan dan tekanan bertahap dinaikkan.
5.
Nira kental dari stasiun penguapan yang sudah dipucatkan (dibleaching) masih
mengandung air 35% - 40% lagi. Apabila kadar air lebih besar dari yang semestinya,maka
pembentukan kristal akan lebih lama. Dimana kelebihan kandungan ini akan diuapkan pada
stasiun kristalisasi (dalam pan kristalisasi).
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar kristal gula mudah
dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga didapatkan hasil yang memiliki
kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang
ditentukan dan perlu untuk mengubah saccarosa dalam larutan menjadi kristal agar
pembentukan gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari proses produksi berupa tetes yang
masih sedikit mengandung gula, bahkan diharapkan tidak mengandung gula lagi.
Langkah-langkah proses pengkristalan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Menarik Hampa
Pembuatan Bibit
Memperbesar Kristal
Menurunkan Masakan (masakankan tua)
Palung Pendingin ( D-Cristalizer)
Proses Pemisahan Masakan
6. Proses Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun ini adalah untuk memisahkan kristal gula dengan larutan
(stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja dengan gaya centrifugal
yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik (sumbu) putaran, dan menempel pada
dinding putaran yang telah dilengkapi dengan sarungan yang menyebabkan kristal gula
tertahan pada dinding putaran dan larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan
menembus lubang-lubang saringan, sehingga terpisah larutan (stroop) tersebut
dari gulanya.
Proses pemutaran di pabrik Gula sei semayang terdiri dari 2 bagian yaitu
1. High Grade Centrifugal 1600 rpm terdiri dari 9 unit putaran yaitu 5 berfungsi untuk
memutar masakan gula A dan B sedangkan yang 4 untuk memutar gula produk.
2.
Low Grade Centrifugal terdiri dari 12 putaran yaitu 9 untuk memutar masakan D (gula
D1) dan 3 untuk memutar gula D2. Putaran bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang
menggunakan full automatic discontinu. Gaya sentrifugal akan menyebabkan masakan
terlempar menjahui titik putaran, dimana sistem putaran dilengkapi dengan media
saringan, saringan ini akan menahan kristal dan larutan akan terpisah dari kristalnya.
7. Proses Pengeringan dan pendinginan
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang berasal dari stasiun
putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan dengan penyemprotan uap
panas dengan suhu 70OC, kemudian didinginkan kembali karena gula tidak tahan pada
temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang
disebabkan oleh microorganisme, agar gula tahan lama selama proses penyimpanan
sebelum disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan
disaring pada saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS (Super High
Sugar) diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk
menarik logam (besi) yang melekat pada kristal gula dengan menggunakan alat includit
fan. Dari
alat
pengering
ini,
gula
produksi
diangkut
dengan
elevator
menuju
saringan vibrating screen, kadar moisture 0.05% dengan duhu 30-50 c. Kristal gula yang
diturunkan dari putaran SHS (Super High Sugar) melalui grasshoper conveyor menuju jacob
evaporator. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer dan cooler untuk dikeringkan karena
gula hasil putaran hasil SHS (Super High Sugar) masih basah, selain itu menghindari
kerusakan gula oleh jamur agar bisa disimpan lebih lama. Pengeringan dilakukan dengan
cara penghembusan udara panas dengan temperatur 75oC. Kemudian gula tersebut
diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua macam ukuran yang berbeda
8. Proses Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikat didalamnya masuk kedalam sugar bin. Sugar
bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan menimbang gula drngan berat 50kg
kedalam karung secara otomatis. Kemudian karung gula dijahit dan diangkut dengan
menggunakan conveyor untuk disimpan digudang penyimpanan dan siap untuk dipasarkan.
B. ALKOHOL
Definisi
b) Secara fermentasi
Bahan baku
Substansi Sakharin
Sebagai media untuk produksi alkohol secara komersial di industri fermentasi alkohol.
DiIndonesiadipakai molase merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula
tebu atau gula bit yang masih mengandung gula dan asam-asam organik dan juga memiliki
Kandungan sukrosa cukup tinggi. Di Indonesia dikenal dengan nama tetes tebu.
Mikroba Fermentasi
Dalam proses fermentasi etanol digunakan ragi. Ragi ini dapat merubah glukosa menjadi
etanol dan gas CO2. contoh ragi yang biasa digunakan Saccharomyces anamensis,
Schizosacharomyces pompe dan Saccharomyces cerevisiae. Masing-masing mempunyai
kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda Syarat-syarat yang diperlukan dalam
pemilihan ragi untuk fermentasi adalah :
- Cepat berkembang biak
- Tahan terhadap alcohol konsentrasi tinggi
- Tahan terhadap suhu tinggi
- Mempunyai sifat yang stabil
- Cepat beradaptasi terhadap media fermentasi
Tahapan fermentasi
1. Pengolahan Tetes
Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi yangoptimumkan
untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu disesuaikan dalam pengolahan
ini adalah pH, konsentrasi gula dan pemakaian nutrisi.Tetes yan dihadapkan dari pabrik gula
biasanya masih terlalu paket (850 Brix),oleh karena itu perlu diadakan pengenceran lebih
dahulu untuk mendapatkankadar gula yang optimum (120 Brix untuk pembibitan dan 240 Brix
padafermentasi).Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam H2SO4 hingga dicapai pH
4 5.Meskipun tetes cukup mengandung zat sumber nitrogen namun sepertiammonium
sulfat atau ammonium fosfat
2. Tahap Penimbangan Tetes
Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang
tertentu, dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup berupa katup buangan yang
dioperasikan secara manual. Dan juga panel on-off pompa tetes yang yang diatur secara
otomatis. Cara kerjanya dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpan
tetes untuk setiap harinya.
3. Tahap Pencampuran Tetes.
Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan kapasitas
tertentu yang dilengkapi pancaran uap air panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk
dan pemanas tetes. Cara kerjanya yaitu pertamatama air panas bersuhu 70o C dimasukkan
ke dalam tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah
ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga tetes dan air
tercampur dengan baik. Pencampuran dianggap selesai dengan indikasi kepekatan
mencapai 90o brix dan dipanskan dengan uap air panas (steam) sampai suhunya mencapai
90o C. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan,
sedangkan pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah untuk sterilisasi larutan tetes.
Setelah semua tercampur dengan baik ditambahkan asam sulfat (H2SO4) teknis dengan
kepekatan 96,5 % sampai pH mencapai 4,5 - 5. Pemberian asam sulfat (H2SO4) ini
bertujuan untuk mengendapkan garamgaram mineral di dalam tetes dan untuk memecah disakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi monosakarida berupa senyawa d-glukosa dan dfruktosa.
4. Tahap pengendapan
Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipa decanter.
Pada tahap ini larutan tetes dengan kepekatan 40o brix dari tangki pencampur ditampung
dalam tangki ini dan diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes
(sludge), terutama endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak
yang terjadi pada mash column (kolom destilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes
dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan heat exchanger (HE). Heat
exchanger ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30oC sebagai syarat operasi
fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran dan sebagian
cairan tetes dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge).
5. Tahap Separator
Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes.Sisa cairan tetes sebanyak 5% volume dari tangki
pengendap tetes yang berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki
pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge hingga mencapai
volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan hingga waktu tertentu untuk selanjutnya
dipompa kembali ke tangki mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi
bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa harus
membuang sebagian yang tersisa.
6. Tahap Fermentasi
Tahap pembiakan ragi
Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa
aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk
mengembangbiakkan ragi jenis saccharomyces cereviseae dengan menggunakan media
tetes.
reaksi yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian urea serta reaksi pertumbuhan yeast.
Asumsi pada reaksi hidrolisa adalah konversi yang terjadi 95%. Persamaan reaksi hidrolisa
sebagai berikut: C12H22O11 +H2O
2C6H12O6
Persamaan reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea adalah:
(NH2)2CO + H2O
2NH3 + H2O
Persamaan reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:
C6H12O6 + 3.198O2 + 0.316NH3
1.929CH1.703N0.171O0.459 +4.098CO2+
4.813H2O (Hr 298 = -855.7055 kcal/kg)
Tahap ferementasi
Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa
aliran
air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada 30-32o C.
Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alcohol dengan kadar 8,5 9 % atau lebih.
Tahap fermentasi ini berlangsung selama 24 jam hingga kadar alkohol mencapai 8,5 - 9%
dan kekentalan 6,5 - 7o brix. Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi, larutan hasil
fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan
mash) dengan ragi (yeast cream)
. Persamaan reaksi hidrolisa yaitu:
C12H22O11 +H2O
2C6H12O6
Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi etanol
dan air. Persamaan reaksinya adalah:
C6H12O6
2 C2H5OH + 2CO2
Pada main fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk samping. Hasil
samping dalam persen berat (%gula) adalah sebagai berikut:
Asam asetat = 0,65%
Fusel Oil = 0,85%
Asetaldehid = 0,05%
(Prescot hal 128)
Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter yaitu:
C6H12O6
C3H8O3 + CH3CHO + 2 CO2
C6H12O6 + H2O
2 C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2 (Hr 298 = 324.3860 kcal/kg)
Komponen pada fusel oil meliputi:
Propanol = 12,5 %
Isobutyl alcohol = 15 %
Amyl alcohol = 30 %
Isoamyl alcohol = 32,5 %
Etanol = 10 %
7. Tahap Distilasi
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer)dan sebab itu
perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat.Beer mengandung 8 10%
alkohol.Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuranetanol
air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbedanyata suhu didihnya,
distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikandan juga merupakan cara
pemisahan yang secara thermal adalah efisien.Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada
1000C dan etanol mendidih padasekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang
memungkinkan pemisahancampuran etanol air.