yang
Laring
toraks
dan
permukaan
superior
atas, tengah, dan bawah), terdapat 10 segmen (5 segmen lobus superior, 2 segmen
lobus medialis, 3 segmen lobus inferior).
1.2.2 Bronkus
Terdapat beberapa divisi bronkus dalam setiap lobus paru. Bronkus dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik, dan saraf. Bronkus dibagi
menjadi:
a. Bronkus lobaris (3 pada paru kanan dan 2 pada paru kiri) dibagi menjadi
Bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri) baik untuk
postural drainase dan Bronkus sub segmental, bronkus ini membentuk
percabangan yaitu bronkiolus (mengandung kelenjar sub mukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan
bagian dalam jalan nafas).
b. Bronkus Terminalis tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkus
terminalis kemudian menjadi Bronkus Respiratori yang dianggap menjadi
saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas. Kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli.
1.2.3 Alveoli
Paru terbentuk sekitar 300 juta alveoli, tersusun dalam kluster 15-20 alveoli.
Terdapat tiga jenis sel-sel alveoli. Terdapat 3 jenis sel-sel alveoli:
a. Sel alveolar tipe I
: sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
b. Sel alveolar tipe II
: sel-sel aktif secara metabolik, mensekresi
surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps.
c. Sel alveolar tipe III
: makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang
besar yang memakan benda asing seperti lendir dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting.
otot interkosta internal berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah
luar. Dengan gerakan seperti ini ruang didalam dada meluas, tekanan dalam
alveoli menurun dan udara memasuki paru-paru.
2. Difusi
Difusi adalah gerakan diantara udara dan karbondioksida didalam alveoli dan
darah didalam kepiler sejitarnya. Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan
parsial yang lebih tinggi dari oksigen yang berada dalam darah dan karenanya
udara dapat mengalir dari alveoli masuk ke dalam darah. Karbpondioksida dalam
darah mempunyai tekanan parsial yang lebih tinggi dari pada berada dalam alveoli
karena karbondioksida dapat mengalir dari darah masuk ke dalam alveoli.
3. Transportasi gas dalam darah
Tranportasi gas adalah pengangkutan oksigen dan karbondioksida oelh darah.
Oksigen ditransportasi dalam darah: dalam sel-sel darah merah, oksigen
bergabung dengan hemoglobin. Dalam plasma sebagai oksigen terlarut dalam
plasma.
2. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (fisika atau
kimia). Oksigen O2 merupakan gas tidak bewarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna pada
aktivitas sel (Mubarak W. dan Chayatin. 2005).
Gambaran Grafik
Deskriptif
Keterangan
Wanita
mempunyai
frekuensi pernpasan
lebih tinggi dari pada
pria
Takipnea
Pernapasan
superficial, Penyakit keterbatasan
cepat, irama teratur, atau paru; pleunsy
tidak
Bradipnea
Frekuensi
pernapasan
lambat, lebih dalam dari
pada pernapasan biasa,
irama tertaur
Penghentian nafas
Terlihat pada periode
pernapasan saat henti
nafas
Peningkatan
kedalaman Kerja,
ansietas,
pernpasan
untuk hipoksia
peningkatan frekuensi dan
irama yang teratur
Pernapasan periodek sampai Normal pada siklus
dengan
periode
apnea, tidur
usia
lanjut;
bergantian secara teratur intrakranial,
gagal
dengan
rentetan
siklus jantung kiri.
pernapasan secara bertahap
meningkat,
kemudian
menurun pada frekuensi dan
kedalamanya.
Periode apnea bergantian Meningitis, lesi fossa
secara tidak tertur dengan pisterior
rentetan pernapasn dangkal
pada kedalaman yang sama
Pernapasan
mendesah Asidosis metabolik,
teratur,
dalam
dengan umumnya
terlihat
peningkatan pada frekuensi pada asidosis diabet,
pernapasan.
uremia.
Fase ekpirasi tak efektif, Penyakit
paru
panjang dengan pernapasan obstruksi
dangkal,
peningkatan
pernafasan
Apnea
Hiperpnea
Cheynestoke
Pernapasan
atakic
(Penps,
Biots)
Pernapasan
Khussmaul
Obstruksi
Pernapasan
3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2015) yaitu ansietas, cedera medula spinalis, nyeri,
hiperventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, obstruksi jalan nafas,
gangguan muskolo skelektal, gangguan neurologis, imaturasi neurologis,
Aliran (lpm)
1-6 lpm
Konsentrasi
24-44%
Kanul Nasal
1-6 lpm
24-44%
Sungkup Muka
Sederhana
5-8 lpm
40-60%
Sungkup muka
Rebreathing
8-12 lpm
60-80%
Sungkup Muka
Non Rebrithing
8-12 lpm
90%
Bahaya
Iritasi lambung, pengeringan
mukosa hidung, kemungkinan
distensi lambung, epistaksis.
Iritasi lambung, pengeringan
mukosa hidung, kemungkinan
distensi lambung, epistaksis.
Apsirasi
bila
muntah,
penumpukan CO2, Empisema
subcutan kedalam jaringan mata
pada aliran O2 tinggi apabila
sungkup muka dipasang terlalu
ketat
Aspirasi bila muntah, empisema
subkutan kedalam jaringan mata
pada aliran )2 tinggi dan nekrose
apabila dipasang terlalu ketat.
Aspirasi bila muntah, empisema
subkutan kedalam jaringan mata
pada aliran )2 tinggi dan nekrose
apabila dipasang terlalu ketat.
Aliran (lpm)
4-14 lpm
Konsentrasi
30-55%
100%
Bahaya
Terjadi aspirasi bila muntah dan
nekrosis karena pemasangan
sungkup yang teralalu ketat.
Terjadi aspirasi bila muntah dan
nekrosis karena pemasangan
sungkup yang teralalu ketat.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
7.1 Diagnosa Keperawatan
7.1.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
yang berlebih yang ditandai dengan batuk yang tidak efektif, perubahan
pola nafas, sputum dalam jumlah yang banyak, terdapat suara rpnchi, dan
7.1.2
7.1.3
7.1.4
yang
ditandai
dengan
gelisah,
dispnea,
otot
peningkatan
7.1.5
7.1.6
kondisi
ketergantungan
c. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat kebersihan diri.
d. Berikan peralatan kesehatan pribadi.
D. Keletihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan terjadi
peningkatan kapasitas kerja fisik
Kriteria Hasil:
a. Kelelahan (5)
b. Kelesuan (5)
c. Kehilangan selera makan (5)
d. Kegiatan sehari-hari (5)
Intervensi keperawatan:
1. Terapi aktivitas
a. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisispasi melalui
aktivitas spesifik
b. Bantu klien dalam memilih aktivitas
c. Bantu klien untuk memperoleh transportasi untuk aktivitas jika
diperlukan
d. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Manajemen asma
a. Bantu klien untuk mengenal tanda dan gejala sesak napas
b. Auskultasi suara napas
c. Anjurkan klien untuk menghindari pemicu sesak napas
E. Penurunan Curah Jantung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan status
cardiovaskuler meningkat.
Kriteria Hasil:
1. PAO2 (5)
2. PaO2 (5)
3. Tekanan darah sistol (5)
4. Tekanan darah diastol (5)
5. Tekanan nadi (5)
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda vital:
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan
cepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulechek, dkk. 2013. NIC dan NOC. United Kingdom: Elsevier
2. Herdman, dkk. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi
2015-2017. Jakarta: EGC.
3. Manurung, dkk. 2009. Gangguan Sistem Pernapasan Akibat Infeksi. Jakarta:
CV Trans Info Media.
4. Mubarak dan Chayanti. 2008. Buki Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
5. Saryono dan Widiawati A. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: Nuha medika.