Anda di halaman 1dari 2

Calon Tenaga Kerja Indonesia Dihimbau Agar Lebih Teliti Dalam Menandatangani

Perjanjian Kontrak Kerja.


Akibat tidak teliti sewaktu penandatanganan Perjanjian Kerja ( PK ) di PJTKI, Siti
Khodijah TKI asal Dusun Pasir Gede, Desa Mekar Tanjung, Kecamatan Curug Kembar,
Sukabumi dan ketujuh temanya kini mengalami nasib yang sangat memilukan. Siti dan
ketujuh temanya bekerja di Ministry of edcation ( Dinas Pendidikan sebagai clining
service ) di Daerah Oula,Tabuk dan menerima gajih hanya sebesar sr 800,sedangkan di
PK tertulis 1400, selain itu mereka dipekerjakan/disewakan lagi sehabis masa keja di
perumahan hanya dibayar sr 7/jam, padahal majikanya menerima sr 50/jam dari orang
yang menggunakan jasa mereka. Yang lebih ironisnya mereka mengalami penyiksaan dari
majikanya empat hari yang lalu, yang lebih parah mengalami siksaan adalah Siti
Khodijah, muka dan sekujur tubuhnya di pukuli dan dicambuk pakai kabel , dan ketujuh
teman siti hanya mengalami gamparan dari sang majikan.
Alasan sang majikan laki-laki melakukan hal tersebut, dikarnakan memergoki siti dan
temanya mempunyai handphone, namun Thubagus Marwan Irawan salah satu Tenaga
kerja Laki-laki ( TKL ) yang juga satu majikan dengan mereka mengatakan bahwa
majikanya yang bernama Abdul Aziz sering berbuat hal tersebut, bahkan dirinya sempat
dilaporkan oleh majikanya dan ditahan kepolisian Arab Saudi dikarnakan orang yang
paling berani melawan ketidakadilan yang dilakukan sang majikan, marwan pun kini
kehilangan kontak dengan mereka dikarnakan Handphone Siti dirampas sang majikan.
Sementara itu Ganjar Hidayat selaku Ketua Aktivis Buruh Migran Indonesia-Saudi
Arabia ( BMI-SA ) yang mendengar kabar tersebut langsung melaporkan ke Yusri Abima
salah satu staf di BNP2TKI ( Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja
Indonesia ). Setelah data-data mereka diperiksa, ternyata PK yang diketahuai oleh
BNP2TKI atas nama perusahaan Muhammad Salawan Al Balawi dan bukan atas nama
Abdul Aziz. "Dalam kasus ini jelas terlihat ada modus pemalsuan PK, untuk meloloskan
CTKI dari pengawasan BNP2TKI, PK tersebut diganti PK asli dengan gaji sr 800
sewaktu mau penerbangan dan PK yang sudah ditandatangani disembunyikan pihak
PJTKI, dan agar PK palsu benar-benar tidak mempunyai kekuatan Hukum, dikolom nama
TKI dihapus memakai tipe x dan ditulis lagi nama TKI nya," terang Ganjar.
"Pada hari minggu ( 20/07 ) Aktivis BMI-SA berencana akan mendatangi KJRI Jeddah
untuk melaporkan kasus ini agar sesegara mungkin pihak KJRI melaporkan perkara ini
kepihak Kepolisian Arab Saudi," sambungnya
Ganjar juga mengingatkan kepada Calon Tenaga Kerja Indonesia ( CTKI ) yang akan
bekerja di luar negri, sebaiknya lebih teliti dalam hal penandatangan Perjanjian Kerja
( PK ), mengingat banyaknya Perusahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ( PJTKI ) yang
sering memanipulasi data, sehingga PK yang kita tandatangan tidak sesuai dengan fakta
sewaktu kita sudah bekerja di negara tujuan. untuk itu CTKI harus tau point-point yang
tertera dikertas PK. Selain itu Ganjar memberikan panduan kepada CTKI dengan
mengutip pasal 54 UU No.13/2003, tentang Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
sekurang kurangnya harus memuat:

a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha


b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
c. jabatan atau jenis pekerjaan
d. tempat pekerjaan
e. besarnya upah dan cara pembayarannya
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para pihak dalam
perjanjian kerja.
Pada dasarnya untuk menyatakan suatu perjanjian kerja dianggap sah atau tidak maka
wajib untuk memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
kecakapan untuk membuat suatu perikatan
suatu pokok persoalan tertentu
suatu sebab yang tidak terlarang

Anda mungkin juga menyukai