Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan

11/07/2009 Hanif Guntoro 3 komentar

Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi saja. Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over head line). Namun sebenarnya,
transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya
adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah
(MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan
tinggi.
Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan).
Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV
dikembangkan di Sumatera.
Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.
Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari :
Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi.
Menggunakan kabel udara untuktegangan tingg dan tegangan ekstra tinggi.
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV 500 KV
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien.
Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi,
memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan
biaya yang besar.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada
masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET,
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur
SUTET dan lain sebagainya.
Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.

2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV 150 KV


Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4
kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau
empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung
transmisi menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection system.
Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV 150 KV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak
tower.
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan banyak
gedung-gedung tinggi.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan:
Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi.
Pertimbangan pemasangan di lapangan.
Kelemahan SKTT:
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan
banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas
Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya
untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV,

yaitu:
Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura).
Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali).
Beberapa hal yang perlu diketahui:
Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa Sumatera.
Untuk Jawa Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan
Suramadu.
4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV 30 KV
Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun secara berangsur-angsur
tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.
Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu
Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/
Konsumen).
Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara 15
km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman
tidak bisa bekerja secara selektif.
Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi geografis
dan lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.
5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar
adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:
Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman padat.
Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel yang jauh lebih mahal dibanding
penghantar udara dan dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak
pihak.
Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya terjadinya
kemacetan lalu lintas.
Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama
jika dibandingkan SUTM.
Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI
Jakarta & Tangerang.

6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT 1000 VOLT


Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang
langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR
saat ini adalah 220/ 380 Volt.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:
Susut tegangan yang disyaratkan.
Luas penghantar jaringan.
Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan 10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC).
7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT 1000 VOLT
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar
adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang
bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:
Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena menggunakan transmisi SKTM.
Faktor estetika.
Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang
padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika.
Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:
Biaya investasi mahal.
Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama untuk perbaikannya.
Semoga bermanfaat,*** HaGe *** http://dunia-listrik.blogspot.com

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari Generator
Station/
Pembangkit
Listrik
sampai
distribution
station
hingga
sampai
pada
konsumer
pengguna
listrik.
Tenaga
listrik
di
transmisikan
oleh
suatu
bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik.
Berdasarkan sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri:
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV
Pada
umumnya
saluran
transmisi
di
Indonesia
digunakan
pada
pembangkit
dengan
kapastas
500
kV.
Dimana
tujuannya
adalah
agar
drop
tegangan
dari
penampang
kawat
dapat
direduksi
secara
maksimal,
sehingga
diperoleh
operasional
yang
efektif
dan
efisien.
Akan
tetapi
terdapat
permasalahan
mendasar
dalam
pembangunan
SUTET
ialah
konstruksi
tiang
(tower)
yang
besar
dan
tinggi,
memerlukan
tanah
yang
luas,
memerlukan
isolator
yang
banyak,
sehingga
memerlukan
biaya
besar.
Masalah
lain
yang
timbul
dalam
pembangunan
SUTET
adalah
masalah
sosial,
yang
akhirnya
berdampak
pada
masalah pembiayaan.

2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV


Pada
saluran
transmisi
ini
memiliki
tegangan
operasi
antara
30kV
sampai
150kV.
Konfigurasi
jaringan
pada
umumnya
single
atau
doble
sirkuit,
dimana
1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar
netralnya
diganti
oleh
tanah
sebagai
saluran
kembali.
Apabila
kapasitas
daya
yang
disalurkan
besar,
maka
penghantar
pada
masing-masing
phasa
terdiri
dari
dua
atau
empat
kawat
(Double
atau
Qudrapole)
dan
Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari.

3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV


Saluran
kabel
bawah
tanah
(underground
cable),
saluran
transmisi
yang
menyalurkan
energi
listrik
melalui
kabel
yang
dipendam
didalam
tanah.
Kategori
saluran
seperti
ini
adalah
favorit
untuk
pemasangan
didalam
kota,
karena
berada
didalam
tanah
maka
tidak
mengganggu
keindahan
kota
dan
juga
tidak
mudah
terjadi
gangguan
akibat
kondisi
cuaca
atau
kondisi
alam.
Namun
tetap
memiliki
kekurangan,
antara
lain
mahal
dalam
instalasi
dan
investasi
serta
sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya.
Saluran
transmisi
ini
menggunakan
kabel
bawah
tanah,
dengan
alasan
beberapa
pertimbangan
:
a.
ditengah
kota
besar
tidak
memungkinkan
dipasang
SUTT,
karena
sangat
sulit
mendapatkan
tanah
untuk
tapak
tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c.
Pertimbangan
keamanan
dan
estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan
kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar
alumunium,
terdiri
dari
berbagai
jenis,
dengan
lambang
sebagai
berikut
:
1.
AAC
(All-Alumunium
Conductor),
yaitu
kawat
penghantar
yang
seluruhnya

terbuat
dari
2.
AAAC
(All-Alumunium-Alloy
Conductor),
yaitu
kawat
seluruhnya
terbuat
dari
campuran
3.
ACSR
(Alumunium
Conductor,
Steel-Reinforced),
yaitu
alumunium
berinti
kawat
4.
ACAR
(Alumunium
Conductor,
Alloy-Reinforced),
yaitu
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
Transmisi.
Panjang
Transmisi
500
kV
sistem
Tahun
2010
bertambah
menjadi
5.052
kms.
12.370 kms, sedangkan Transmisi 70 kV menjadi 3.608 kms.

http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=454

tenaga
Transmisi

alumunium.
penghantar
yang
alumunium.
kawat
penghantar
baja.
kawat
penghantar

listrik
150

Jawa
Bali
kV
menjadi

Anda mungkin juga menyukai