Anda di halaman 1dari 40

Transmisi adalah proses penyaluran

energi listrik dari satu tempat ke


tempat lainnya, yang besaran
tegangannya adalah Tegangan Ultra
Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi
(EHV), Tegangan Tinggi (HV),
Tegangan Menengah (MV), dan
Tegangan Rendah (LV).

Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
Berfungsi menyalurkan energi listrik
dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.
Terdiri dari konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang
(tower) melalui isolator-isolator,
dengan sistem tegangan tinggi.
Standar tegangan tinggi yang berlaku
di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV
dan 150 KV.


Beberapa hal yang perlu diketahui:
Transmisi 30 KV dan 70 KV yang
ada di Indonesia, secara berangsur-
angsur mulai ditiadakan (tidak
digunakan).
Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di
Pulau Jawa dan Pulau lainnya di
Indonesia. Sedangkan transmisi 275
KV dikembangkan di Sumatera.
Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.

Klasifikasi tegangan transmisi :
1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI
(SUTET) 200 KV 500 KV
2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
(SUTT) 30 KV 150 KV
3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI
(SKTT) 30 KV 150 KV
4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH
(SUTM) 6 KV 30 KV
5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH
(SKTM) 6 KV 20 KV
6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH
(SUTR) 40 VOLT 1000 VOLT
7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH
(SKTR) 40 VOLT 1000 VOLT


SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 500 KV
1. Pada umumnya digunakan dengan kapasitas di atas 500
MW.
2. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang
kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien.
3. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah:
konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan
tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak,
sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
4. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET
adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada
masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes dari
masyarakat yang menentang pembangunan SUTET,
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu
tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur
SUTET dan lain sebagainya.
5. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km
sampai dengan 500 km.

SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV 150 KV
1. Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.
2. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double
sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4
kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
3. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka
penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua
atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor.
4. Jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km.
5. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh
(drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung
transmisi menjadi rendah.
6. Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi
dihubungkan secara ring system atau interconnection
system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.

SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 150 KV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia
(khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa
pertimbangan :
1. Di tengah kota besar tidak memungkinkan
dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan
tanah untuk tapak tower.
2. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti
timbul protes dari masyarakat, karena padat
bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
3. Pertimbangan keamanan dan estetika.
4. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang
sangat tinggi.

Jenis kabel yang digunakan:
1. Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau
kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).
2. Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang
diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated).

Kelemahan SKTT:
1. Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding
SUTT.
2. Pada saat proses pembangunan memerlukan
koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena
harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah,
PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan,
Kepolisian, dan lain-lain.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut
(Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
1. Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan
(Jawa Madura).
2. Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk
(Jawa Bali).

Beberapa hal yang perlu diketahui:
1. Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
2. Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa
Sumatera.
3. Untuk Jawa Madura, saat ini sedang dibangun SKTT
150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan
Suramadu.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV 30 KV
1. Pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20
KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV
dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan
tegangan operasi 20 KV.
2. Transmisi SUTM adalah jaringan distribusi yang
menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder),
SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi
Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
3. Efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara
15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak
tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman
tidak bisa bekerja secara selektif.
4. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada
(kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi geografis dan
lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi ideal
di atas.
SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6
KV 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki
fungsi yang sama dengan transmisi SUTM.
Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di
dalam tanah.
Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi
SKTM adalah:
1. Kondisi setempat yang tidak memungkinkan
dibangun SUTM.
2. Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW),
karena berada di tengah kota dan pemukiman
padat.
3. Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
1. Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan
lebih rumit, karena harga kabel yang jauh lebih
mahal dibanding penghantar udara dan dalam
pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta
berkoordinasi dengan banyak pihak.
2. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi
SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya
terjadinya kemacetan lalu lintas.
3. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan)
transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu
yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.
4. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM
telah terpasang di wilayah PT. PLN (Persero)
Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 1000 VOLT
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik
pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung
memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di
Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/
380 Volt.

Radius operasi SUTR dibatasi oleh:
1. Susut tegangan yang disyaratkan.
2. Luas penghantar jaringan.
3. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
4. Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
5. Susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan 10 %,
dengan radius pelayanan berkisar 350 meter.

SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).

SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 1000
VOLT
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi
yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar
adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah.

Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:
1. Sistem transmisi tegangan menengah yang ada,
misalnya karena menggunakan transmisi SKTM.
2. Faktor estetika.

Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang
di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang
padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika.

Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR
memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Biaya investasi mahal.
2. Pada saat pembangunan sering
menimbulkan masalah.
3. Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih
sulit dan memerlukan waktu relatif lama
untuk perbaikannya .


SALURAN TRANSMISI

Saluran Transmisi berdasarkan pemasangan:
1. Saluran udara (overhead lines);
2. Saluran kabel tanah (underground cable)

Saluran transmisi berdasarkan arus listrik :
1. Saluran transmisi AC
2. Saluran transmisi DC

Saluran udara (overhead lines)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui
kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara
atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi
udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan,
mudah dalam mengetahui letak gangguan, mudah dalam
perbaikan, dan lainnya. Namun juga memiliki kerugian,
antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca
sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata
lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung
singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir,
dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi
estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran
transmisi bukan pilihan yang ideal untuk suatu saluran
transmisi didalam kota.
Saluran kabel tanah (underground cable)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi
listrik melalui kabel yang dipendam didalam
tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini
adalah yang favorite untuk pemasangan di
dalam kota, karena berada didalam tanah, maka
tidak mengganggu keindahan kota dan juga
tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi
cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik
kekurangan. Seperti: mahalnya biaya investasi
dan sulitnya menentukan titik gangguan dan
perbaikannya.

Saluran transmisi AC
Didalam system AC, penaikan dan penurunan
tegangannya sangat mudah dilakukan dengan
bantuan transformator dan juga memiliki 2 sistem,
sistem fasa tunggal dan sistem fasa tiga sehingga
saluran transmisi AC memiliki keuntungan lainnya,
antara lain:
1. daya yang disalurkan lebih besar
2. mempunyai medan magnet putar
selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan
diatas, saluran transmisi AC juga memilik kerugian,
yaitu: tidak stabil, isolasi yang rumit dan mahal
(mahal disini dalam artian untuk menyediakan
suatu isolasi yang memang aman dan kuat).

Saluran transmisi DC
Dalam saluran transmisi DC, daya guna atau efesiensinya
tinggi karena mempunyai factor daya = 1, tidak memiliki
masalah terhadap stabilitas terhadap system, sehingga
dimungkinkan untuk penyaluran jarak jauh dan memiliki
isolasi yang lebih sederhana.

Berhubungan dengan keuntungan dan kerugiannya,
dewasa ini saluran transmisi di dunia sebagian besar
menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi DC
baru dapat dianggap ekonomis jika jarak saluran
udaranya antara 400 km sampai 600 km, atau untuk
saluran bawah tanah dengan panjang 50 km. Hal itu
disebabkan karena biaya peralatan pengubah dari AC ke
DC dan sebaliknya (converter & inverter) masih sangat
mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan
tetap menjadi primadona dari saluran transmisi.
Tegangan Transmisi
Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna
penyaluran akan naik oleh karena rugi-rugi transmisi
turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun,
penaikan tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi
dan biaya peralatan juga biaya gardu induk.
Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan
dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah
rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya
peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-
tegangan yang sekarang ada dan yang akan di
rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari
segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan
tegangan transmisi merupakan bagian dari perancangan
system tenaga listrik secara keseluruhan.
Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk
memperbesar daya hantar dari saluran transmisi yang
berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk
memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada
saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi
tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi,
dengan demikian biaya peralatan juga akan tinggi.
Tegangan transmisi di Indonesia adalah sbb : (30) - 70 - 150
220 275 380 500 (KV).
Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk
daerah yang tegangan distribusi primer 20 kV tidak
dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas,
disesuaikan dengan rekomendasi dari International
Electrotechnical Commission (IEC).
Komponen Utama Saluran Transmisi Udara



1. MENARA TRANSMISI
2. ISOLATOR.
3. KAWAT PENGHANTAR (KONDUKTOR)
4. KAWAT TANAH.


MENARA TRANSMISI
Menara atau tiang transmisi adalah suatu
bangunan penopang saluran transmisi yang bisa
berupa menara baja, tiang baja, tiang beton
bertulang dan tiang kayu.
Menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
1. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang
kayu, umumnya digunakan untuk saluran-
saluran transmisi dengan tegangan kerja yang
relatif rendah (dibawah 70 kV).
2. Menara baja, digunakan untuk saluran
transmisi yang tegangan kerjanya tinggi (SUTT)
dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).

Menara baja itu sendiri diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya, menjadi:
1. menara dukung.
2. menara sudut.
3. menara ujung.
4. menara percabangan.
5. menara transposisi.

ISOLATOR.
Jenis isolator yang digunakan pada saluran
transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator
diklasifikasikan menjadi:
isolator jenis pasak.
isolator jenis pos-saluran.
isolator gantung.
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran
digunakan pada saluran transmisi dengan
tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33
kV), sedangkan isolator gantung dapat digandeng
menjadi rentengan/rangkaian isolator yang
jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

KAWAT PENGHANTAR (KONDUKTOR)
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada
saluran transmisi adalah:
tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
aluminium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang
lebih tinggi, tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk
besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dan lebih
mahal dari aluminium. oleh karena itu dewasa ini kawat
penghantar aluminium telah mulai menggantikan
kedudukan kawat penghantar tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat
aluminium, digunakan campuran
aluminum (aluminium alloy). Untuk
saluran-saluran transmisi tegangan
tinggi, dimana jarak antara menara/tiang
berjauhan, mencapai ratusan meter,
maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi, untuk itu digunakan kawat
penghantar ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis,
dengan lambang sebagai berikut :
1. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat
penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium.
2. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat
penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran
aluminium.
3. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu
kawat penghantar aluminium berinti kawat baja.
4. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu
kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan
logam campuran.
KAWAT TANAH.
Kawat tanah atau "ground wires" juga
disebut kawat pelindung (shield wires),
gunanya untuk melindungi kawat-kawat
penghantar atau kawat-kawat fasa
terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah
itu dipasang diatas kawat fasa, sebagai
kawat tanah umumnya digunakan kawat
baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi
tidak jarang digunakan ACSR.

Konduktor dan Kawat Tanah

Konduktor adalah media untuk tempat
mengalirkan arus listrik dari Pembangkit listrik ke
Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang
terentang lewat tower-tower. Konduktor pada
tower tension dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension dipegang oleh
suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut
dipasang rencengan isolator yang terhubung ke
tower.
Sedangkan Kawat Tanah atau Earth wire (kawat
petir / kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat
ini dipasang di atas kawat fasa dengan sudut
perlindungan yang sekecil mungkin, karena
dianggap petir menyambar dari atas kawat.
I. Bahan konduktor
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran
energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut :
1) konduktivitas tinggi.
2) kekuatan tarik mekanikal tinggi
3) titik berat
4) biaya rendah
5) tidak mudah patah

Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan
penghantar yang baik karena memiliki konduktivitas
tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun
karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga
rawan pencurian. Aluminium harganya lebih rendah dan
lebih ringan namun konduktivitas dan kekuatan
mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan
ACSR (Almunium Conductorn Steel Reinforced). Bagian
dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai
konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih
menyukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah
dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada
SUTT/SUTETI. Untuk daerah yang udaranya
mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis
ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi dengan
almunium.
Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas
(stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai
kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.
II. Urutan fasa
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator
berupa tiga fasa, setiap fasa mempunyai sudut
pergerseran fasa 120. Pada SUTT dikenal fasa
R; S dan T yang urutan fasanya selalu R diatas, S
ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET
urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain
panjang, karakter SUTET banyak dipengaruhi
oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun
konfigurasi yang tidak selalu vertikal. Guna
keseimbangan impendansi penyaluran maka
setiap 100 km dilakukan transposisi letak kawat
fasa.

III. Penampang dan jumlah konduktor
Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan
dengan kapasitas daya yang akan disalurkan,
sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat
berkas disesuaikan dengan tegangan operasinya. Jika
kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi
transmisi akan besar. Pada tegangan yang tinggi
(SUTET) penampang kawat , jumlah kawat maupun
jarak antara kawat berkas mempengaruhi besarnya
corona yang ditengarai dengan bunyi desis atau
berisik.
IV. Jarak antar kawat fasa
Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3
meter, SUTT= 6 meter dan SUTET=12 meter. Hal ini
karena menghindari terjadinya efek ayunan yang
dapat menimbulkan flash over antar fasa.


V. Perlengkapan kawat penghantar
Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah:
Spacer, vibration damper. Untuk keperluan perbaikan
dipasang repair sleeve maupun armor rod. Sambungan
kawat disebut mid span joint.

Repair Sleeve, Repair sleeve adalah selongsong
almunium yang terbelah menjadi dua bagian dan dapat
ditangkapkan pada kawat penghantar, berfungsi untuk
memperbaiki konduktifitas kawat yang rantas, Cara
pemasangannya dipress dengan hydraulic tekanan tinggi

Bola Pengaman, adalah rambu peringatan terhadap lalu
lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada
pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat transmisi.
Bola pengaman dipasang pada ground wire pada setiap
jarak 50m hingga 75 meter sekitar lapangan/bandar
udara.
Lampu Aviasi, adalah rambu peringatan berupa lampu
terhadap lalu lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda
kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat
transmisi. Jenis lampu aviasi adalah sebagai berikut.
Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply
dari Jaringan tegangan rendah
Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar
dengan sistem induksi dari kawat npenghantar

Arching Horn, adalah peralatan yang dipasang pada sisi
Cold (tower) dari rencengan isolator. Fungsi arcing horn:
Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara
sisi Cold dan Hot (kawat penghantar)
Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong
tegangan lebih bila terjadi: sambaran petir; switching;
gangguan, sehingga dapat mengamankan peralatan
yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo).
Media semacam arcing horn yang terpasang pada
sisi Hot (kawat penghantar) adalah:
Guarding ring : berbentuk oval, mempunyai
peran ganda yaitu sebagai arcing horn maupun
pendistribusi tegangan pada beberapa isolator
sisi hot. Umumnya dipasang di setiap tower
tension maupun suspension sepanjang transmisi.
Arcing ring : berbentuk lingkaran, mempunyai
peran ganda yaitu sebagai arcing horn maupun
pendistribusi tegangan pada beberapa isolator
sisi hot. Umumnya hanya terpasang di tower
dead end dan gantry GI
VI. Kawat Tanah
Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah)
adalah media untuk melindungi kawat fasa dari
sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa
dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin,
karena dianggap petir menyambar dari atas kawat.
Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat
mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan.
Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension dipegang oleh
suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat
jumper yang menghubungkannya pada tower agar arus
petir dapat dibuang ke tanah lewat tower. Untuk
keperluan perbaikan mutu pentanahan maka dari kawat
jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju ketanah yang
kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.
VII. Bahan Kawat Tanah
Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis,
maupun sudah dilapisi dengan almunium. Pada SUTET yang
dibangun mulai tahun 1990an, didalam ground wire
difungsikan fibre optic untuk keperluan telemetri, tele proteksi
maupun telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic
Ground Wire), sehingga mempunyai beberapa fungsi.

VIII. Jumlah dan posisi Kawat Tanah
Jumlah Kawat Tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat
fasa, namun umumnya di setiap tower dipasang dua buah.
Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua penghantar
akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga
kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara ground wire
dengan kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antar kawat
fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat mencapai
120% dari jarak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai