Anda di halaman 1dari 17

IDENTITAS

Nama

: An. A

Umur

: 6 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Jl.panglima sukaramai

Masuk RS

: 16 januari 2015

Tanggal diperiksa : 16 januari 2015


Nama ayah

: Tn. H

Umur

: 32 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: buruh

Nama Ibu

: Ny.W

Umur

: 29 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

ANAMNESIS
Dilakukan aloanamnesis terhadap Tn.A di ruang rawat inap fatimah
kamar 423
RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
nafas

: sesak nafas
: pasien mengeluhkan sesak
Semakin lama semakin bertambah
berat.
4 hari yang lalu mengalami panas
badan dan
Pasien juga mengeluhkan batuk
pilek.

3. Riwayat penyakit dahulu


a. Diare
: tidak pernah
b. Campak : tidak pernah
1

4.

5.

6.

7.

8.

c. ISPA
: tidak pernah
d. Parotitis : tidak pernah
e. Hepatitis: tidak pernah
f. Demem tifoid : tidak pernah
g. Malaria : tidak pernah
h. Demam berdarah
: tidak pernah
Riwayat penyelit keluarga
: tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini
sebelumnya
Kesan
: tidak ditemukan riwayat penyekit
keluarga
Riwayat pribadi
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan
: tidak ada masalah selama
kehamilan
Riwayat persalinan
: normal
Riwayat pasca lahir
: normal
Kesan
: riwayat kehamilan dan persalinan
normal
Riwayat makanan
: ASI eksklusif usia 0-5 bulan, susu
formula/
MPASI 5 bulan s/d sekarang
Kesan
: tidak ada alergi makanan
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
Pertumbuhan
: sesuai dengan usia
Perkembanggan psikomotor
: sesuai dengan usia
Mental /intelegensi
: tidak ada kelainan mental
Emosi dan prilaku
: tidak ada gangguan emosional.
Kesan
: tidak ada gangguan pada
pertumbuhan dan
Perkembangan anak.
Imunisasi
:
a. BCG:Diberikan saat usia 0-3 bulan optimal saat usia 2 bulan bila lebih
dari 3 bulan perlu dilakukan uji tuberculin
b. DPT:Diberikan paling cepat saat usia 6 minggu
c. Polio:Diberikan saat usia bayi lahir, saat dipulangkan dan bulan ke 2,
4, 6, 18/24 dan 5 tahun
d. Hep B :Diberikan saat usia 9 bulan
e. Booster:-

9. Sosial ekonomi dan lingkungan


Sosial ekonomi
:pasien merupakan anak kandung
Lingkungan
:tinggal bersama kedua orang tua pasien
2

10.

Anamnesis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

system
System cerebrospinal :tidak dilakukan pemeriksaan
System kardiovaskuler
:tidak dilakukan pemeriksaan
System pernapasan
: terdapat retraksi otot epigastrik,
System gastrointestinal
:tidak dilakukanpemeriksaan
System urogenital
:tidak dilakukan pemeriksaan
System integumentum
:tidak dilakukan pemeriksaan
System musculoskletal
:tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan umum (dilakukan pada tanggal: 16 januari2015 jam: 14.00 WIB)
1) Kesadaran umum
:composmentis
2) Tanda utama
:
a) Nadi
: 88 kali permenit
b) Pernapasan : 36 kali permenit
c) Tekanan darah : tidak dilakukan pengukuran
d) Suhu
: 36,40C
3) Status gizi
a) Berat badan
: 17,5 kg
b) Panjang badan
: tidak dilakukan pengukuran
c) Lingkar kepala
: tidak dilakukan pengukuran
d) Lingkar lengan atas : tidak dilakukan pengukuran
Simpulan
1)
2)
3)
4)
5)

:
Kulit
: tidak ada kelainan kulit
Kelenjar limpa: normal
Otot
: tidak ada kelamahan /gangguan otot
Tulang
:tidak ada kelainan
Sendi
:tidak ada kelainan

B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
Bentuk
: bulat dan simetris
Ubun-ubun : normocephal (normal)
Rambut
: hitam lurus
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Hidung
: pernafasan cuping idung (+)
dan sekret (+)
Telinga
: simetris, bentuk normal
Mulut
: sianosis (-)
3

2. Leher
: struktur dan fungsi leher normal,
tidak ada
Pembesaran KGB dan tidak ada
pembesaran
Kelenjar thiroid.
3. Dada
Jantung
: tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-paru : terdapat retraksi dinding dada,
fremitus pada
Saat bernafas.
4. Perut
Inspeki
: bentuk datar
Auskultasi
:bising usus (+) normal
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik,
Perkusi
: timpani disemua kuadran abdomen, ascites (-)
a. Hati : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Limpa : tidak ada kelainan limpa
5. Anogenital
a. Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Genital: tidak dilakukan pemeriksaan
6. Ekstremitas
Akral hangat CRT <2 detik
LABORATORIUM DASAR
Darah

:dilakukan

Hb

: 11, 5 gr/dl

Leukosit

: 13,2 / mm3

Ht

: 36 %

Trombosit

: 316.000/ m3

Urin

:tidak dilakukan pemeriksaan

Feses

: tidak dilakukan pemeriksaan

POINT DIAGNOSIS

An. A umur 6 tahun datang ke RS.Zainab bersama kedua orang tuanya


dengan keluhan sesak nafas, semakin lama semakin bertambah berat.
4

Empat hari yang lalu mengeluhkan batuk, pilek dan badan panas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak
sakit sedang, terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada,
nadi 88x/menit, pernafasan 36x/menit, suhu 36,4oC. Pemeriksaan
laboratorium di dapatkan Hb 11,5 gr/dl, leukosit 13,2/mm3, Ht 36%,
trombosit 316.000/m3.
DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif

: sesak, batuk, pilek, dan panas badan

Masalah pasif

: tidak ditemukan masalah pasif pada pasien

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis

: bronkopneumonia

Diagnosis banding

: bronkitis, TB paru, asma

RENCANA PENGELOLAAN
Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis
Rencanaterapi:
Tirah baring
Observasi tanda vital
Rencana pengobatan
1. Diberikan dexametason 32,5 mg
2. Diberikan Ceftriaxone 2 x 500 mg
3. Diberikan ampisilin 3500 mg
4. Nebu 3x/hr
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad funsionam

:dubia ad bonam
:dubia ad bonam
:dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia
disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada
bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli1.
2.2 Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
a. Faktor Infeksi:
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus(RSV).
Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa,virus influenza,Adenovirus,

RSV,Cytomegalovirus.
Organisme atipikal: Chlamidiatrachomatis,Pneumocytis.
Pada anak-anak yaitu
virus: Parainfluensa, Influensa Virus,Adenovirus, RSV.
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia.
Bakteri: Pneumokokus,Mycobakterium tuberculosi.
Pada anak besardewasa muda
Organisme atipikal: Mycoplasmapneumonia, C. trachomatis.
Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis.

b. Faktor Non Infeksi


Terjadi

akibat

disfungsi

menelan

atau

refluks

esophagus

meliputi:

Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan


muntah. Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal,
atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi.Jenis
minyak binatang yang mengandung asam lemak2.
2.3 Klasifikasi4

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan.
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia =
CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
- Infeksi
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
- Non infeksi
aspirasi makanan/asam lambung/benda asing/hidrokarbon/subtansi
lipoid,

reaksi

hipersensitivitas,

drug-

dan

radiation-induced

pneumonitis.
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal (mis : mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia)
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya tanda
bahaya (danger sings), yaitu: takipnea dan tarikan dinding dada bagian bawah kearah
dalam(retraksi epigastrik). Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia
pada anak bawah limah tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
klasifikasi
Pneumonia sangat berat

Anak usia < 2 bulan


Hipo/hipermatremi
Kesadaran turun
Kurang mau minum
Kejang
Wheezing
Stidor

Pneumonia berat

Tarikan dinding dada

Anak usia 2 bulan -5 tahun


Kesadaran turun
Tidak mau minum
Kejang
Stidor
Sianosis sentral
Gizi buruk

tarikan dinding dada


8

Pneumonia

Bukan pneumonia

dalam yang tampak


Takipnea

dalam
dapat minum
sianosis (-)

takipnue
tarikan dinding dada
dalam (-)
Tarikan dinding dada dalam (-), takipnea (-)

2.4 Patogenesis
Saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkimparu. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan
faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung,
refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig Alokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui
inhalasi atau aspirasi florakomensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu:
a. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatorMediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan sepertihepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
9

c. Stadium III (3-8 hari berikutnya)


Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
direabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut jugastadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula3.

Alogaritma Bronkopneumonia
2.5 Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat atau rawat jalan. Hanya sebagian kecil yang berat,
10

mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan


dirumah sakit. Beberapa fakor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomic dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala
klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan proedur
diagnostic invasive, etiologi noninfeksi yang relatife lebih sering, dan factor pathogenesis.
Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan factor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu di pertimbangkan dalam tatalaksana
pneumonia3.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringanya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

Gejala infeksi umum yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah, atau diare ; kadang-kadang

ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.


Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, merintih, dan sianosis.

2.6 Pemeriksaan Fisik


Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia
ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi
dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea;
dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah
negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi
bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter
dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang
interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin
positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya
akan adanya sumbatan jalan nafas.

11

Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama
inspirasi.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang. Bisa bernada tinggi atau pun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi
yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau
banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari
mekanisme terjadinya).Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka3.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin
dilakukan1,2.
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru.Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.

12

c. C- reactive protein (CRP)


Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan antara factor
infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis dari pada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan untuk evaluasi
respons terhdap terapi antibiotic.

2.8 Diagnosis
Dari anamnesa didapatkan gejala non respiratorik dan gejala respiratorik. Dasar
diagnosis tergantung umur, beratnya penyakit dan jenis organisme penyebab. Pada bayi/anak
kecil pemeriksaan auskultasi sering tidak jelas, maka nafas cepat dan retraksi/ tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam dipakai sebagai parameter. Kriteria nafas cepat, yaitu :
-

Umur < 2 bulan = 60x/menit


2 bulan 12 bulan = 50x/menit
12 bln 5 th = 40x/menit
5 tahun = 30x/menit
klasifikasi
< 2 bln pneumonia berat
Bukan pneumonia
2 bln- 5 thn pneumonia berat
Pneumonia
Bukan pneumonia

Nafas cepat
+
+
+
-

Retraksi
+
+
-

Dan dapat juga diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
Panas badan
Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)4.

2.9 Diagnosis Banding


13

Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas
Diagnosis
Bronkitis

Gejala klinis yang ditemukan


- Episode pertama wheezing pada anak
umur <2 tahun
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat
dijumpai kurang atau tidak ada respon

Tuberculosis

dengan bronkodilator
- Riwayat kontak positif dengan pasien
TB dewasa
- Uji tuberculin positif (10 mm, pada
keadaan imunosupresi 5 mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- Demam (2 minggu) tanpa sebab yang
jelas
- Batuk kronis ( 3 minggu)
- Riwayat wheezing berulang, kadang

Asma

tidak berhubungan dengan batuk dan


pilek
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang berespon baik
terhadap bronkodilator

2. 10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus :
1.

Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2.

Penatalaksanaan Khusus

14

a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan
berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik
awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1.

Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :


a.
b.
c.
d.

2.

ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin+asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
sefalosporin generasi ke-3

Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)


a.
b.
c.
d.
e.

beta laktam amoksisillin


amoksisillin-asam klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)


a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat,
minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga3.

2.11 Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi di dapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energy-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.

15

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan memulai asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negative pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya berkerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negative yang lebih besar dibandingkan dengan dampak
oleh factor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri5,6.
2. 12 Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan
bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolah raga dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan depat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain :

vaksinasi pneumokokus
dapat diberikan pada umur 2,4,612-15 bulan. Diberikan 2 kali dengan interval 2
bulan. Pada usia >1 tahun diberikan 1 kali namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali
pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur diatas

2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali.


Vaksinasi H.influenzae
Diberikan pada usia 2,4,6, dan 15-18 bulan
Vaksinasi varisela
Yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat diberikan setelah
umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada

umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.


Vaksinasi influenza
Diberikan pada umur >6 bulan setiap tahun.Untuk imunisasi primer anak 6 bulan- <9
tahun diberikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.
Daftar Pustaka

1. Marie, R; Griffin, MD; Yuwei, Zhu; Matthew,R; Moore, MD; Cynthia, G; Whitney,
MD; Carlos, G. 2013. U.S. Hospitalizations for Pneumonia.
2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Volume 2. Jakarta : EGC.
3. Price, Sylvia Anderson 2009.Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease
Processes.
4. Rahajoe, Nastini N. 2008. Buku Ajar Respirologi, Edisi I. Jakarta IDAI.
5. WHO. 2009. Buku Saku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
16

6. Zul Dahlan, 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

17

Anda mungkin juga menyukai