Nama
: An. A
Umur
: 6 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Jl.panglima sukaramai
Masuk RS
: 16 januari 2015
: Tn. H
Umur
: 32 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: buruh
Nama Ibu
: Ny.W
Umur
: 29 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
ANAMNESIS
Dilakukan aloanamnesis terhadap Tn.A di ruang rawat inap fatimah
kamar 423
RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
nafas
: sesak nafas
: pasien mengeluhkan sesak
Semakin lama semakin bertambah
berat.
4 hari yang lalu mengalami panas
badan dan
Pasien juga mengeluhkan batuk
pilek.
4.
5.
6.
7.
8.
c. ISPA
: tidak pernah
d. Parotitis : tidak pernah
e. Hepatitis: tidak pernah
f. Demem tifoid : tidak pernah
g. Malaria : tidak pernah
h. Demam berdarah
: tidak pernah
Riwayat penyelit keluarga
: tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini
sebelumnya
Kesan
: tidak ditemukan riwayat penyekit
keluarga
Riwayat pribadi
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan
: tidak ada masalah selama
kehamilan
Riwayat persalinan
: normal
Riwayat pasca lahir
: normal
Kesan
: riwayat kehamilan dan persalinan
normal
Riwayat makanan
: ASI eksklusif usia 0-5 bulan, susu
formula/
MPASI 5 bulan s/d sekarang
Kesan
: tidak ada alergi makanan
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
Pertumbuhan
: sesuai dengan usia
Perkembanggan psikomotor
: sesuai dengan usia
Mental /intelegensi
: tidak ada kelainan mental
Emosi dan prilaku
: tidak ada gangguan emosional.
Kesan
: tidak ada gangguan pada
pertumbuhan dan
Perkembangan anak.
Imunisasi
:
a. BCG:Diberikan saat usia 0-3 bulan optimal saat usia 2 bulan bila lebih
dari 3 bulan perlu dilakukan uji tuberculin
b. DPT:Diberikan paling cepat saat usia 6 minggu
c. Polio:Diberikan saat usia bayi lahir, saat dipulangkan dan bulan ke 2,
4, 6, 18/24 dan 5 tahun
d. Hep B :Diberikan saat usia 9 bulan
e. Booster:-
10.
Anamnesis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
system
System cerebrospinal :tidak dilakukan pemeriksaan
System kardiovaskuler
:tidak dilakukan pemeriksaan
System pernapasan
: terdapat retraksi otot epigastrik,
System gastrointestinal
:tidak dilakukanpemeriksaan
System urogenital
:tidak dilakukan pemeriksaan
System integumentum
:tidak dilakukan pemeriksaan
System musculoskletal
:tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan umum (dilakukan pada tanggal: 16 januari2015 jam: 14.00 WIB)
1) Kesadaran umum
:composmentis
2) Tanda utama
:
a) Nadi
: 88 kali permenit
b) Pernapasan : 36 kali permenit
c) Tekanan darah : tidak dilakukan pengukuran
d) Suhu
: 36,40C
3) Status gizi
a) Berat badan
: 17,5 kg
b) Panjang badan
: tidak dilakukan pengukuran
c) Lingkar kepala
: tidak dilakukan pengukuran
d) Lingkar lengan atas : tidak dilakukan pengukuran
Simpulan
1)
2)
3)
4)
5)
:
Kulit
: tidak ada kelainan kulit
Kelenjar limpa: normal
Otot
: tidak ada kelamahan /gangguan otot
Tulang
:tidak ada kelainan
Sendi
:tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
Bentuk
: bulat dan simetris
Ubun-ubun : normocephal (normal)
Rambut
: hitam lurus
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Hidung
: pernafasan cuping idung (+)
dan sekret (+)
Telinga
: simetris, bentuk normal
Mulut
: sianosis (-)
3
2. Leher
: struktur dan fungsi leher normal,
tidak ada
Pembesaran KGB dan tidak ada
pembesaran
Kelenjar thiroid.
3. Dada
Jantung
: tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-paru : terdapat retraksi dinding dada,
fremitus pada
Saat bernafas.
4. Perut
Inspeki
: bentuk datar
Auskultasi
:bising usus (+) normal
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik,
Perkusi
: timpani disemua kuadran abdomen, ascites (-)
a. Hati : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Limpa : tidak ada kelainan limpa
5. Anogenital
a. Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Genital: tidak dilakukan pemeriksaan
6. Ekstremitas
Akral hangat CRT <2 detik
LABORATORIUM DASAR
Darah
:dilakukan
Hb
: 11, 5 gr/dl
Leukosit
: 13,2 / mm3
Ht
: 36 %
Trombosit
: 316.000/ m3
Urin
Feses
POINT DIAGNOSIS
Empat hari yang lalu mengeluhkan batuk, pilek dan badan panas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak
sakit sedang, terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada,
nadi 88x/menit, pernafasan 36x/menit, suhu 36,4oC. Pemeriksaan
laboratorium di dapatkan Hb 11,5 gr/dl, leukosit 13,2/mm3, Ht 36%,
trombosit 316.000/m3.
DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif
Masalah pasif
: bronkopneumonia
Diagnosis banding
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis
Rencanaterapi:
Tirah baring
Observasi tanda vital
Rencana pengobatan
1. Diberikan dexametason 32,5 mg
2. Diberikan Ceftriaxone 2 x 500 mg
3. Diberikan ampisilin 3500 mg
4. Nebu 3x/hr
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad funsionam
:dubia ad bonam
:dubia ad bonam
:dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia
disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada
bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli1.
2.2 Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
a. Faktor Infeksi:
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus(RSV).
Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa,virus influenza,Adenovirus,
RSV,Cytomegalovirus.
Organisme atipikal: Chlamidiatrachomatis,Pneumocytis.
Pada anak-anak yaitu
virus: Parainfluensa, Influensa Virus,Adenovirus, RSV.
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia.
Bakteri: Pneumokokus,Mycobakterium tuberculosi.
Pada anak besardewasa muda
Organisme atipikal: Mycoplasmapneumonia, C. trachomatis.
Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis.
akibat
disfungsi
menelan
atau
refluks
esophagus
meliputi:
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan.
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia =
CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
- Infeksi
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
- Non infeksi
aspirasi makanan/asam lambung/benda asing/hidrokarbon/subtansi
lipoid,
reaksi
hipersensitivitas,
drug-
dan
radiation-induced
pneumonitis.
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal (mis : mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia)
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya tanda
bahaya (danger sings), yaitu: takipnea dan tarikan dinding dada bagian bawah kearah
dalam(retraksi epigastrik). Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia
pada anak bawah limah tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
klasifikasi
Pneumonia sangat berat
Pneumonia berat
Pneumonia
Bukan pneumonia
dalam
dapat minum
sianosis (-)
takipnue
tarikan dinding dada
dalam (-)
Tarikan dinding dada dalam (-), takipnea (-)
2.4 Patogenesis
Saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkimparu. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan
faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung,
refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig Alokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui
inhalasi atau aspirasi florakomensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu:
a. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatorMediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan sepertihepar, pada stadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
9
Alogaritma Bronkopneumonia
2.5 Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat atau rawat jalan. Hanya sebagian kecil yang berat,
10
Gejala infeksi umum yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah, atau diare ; kadang-kadang
11
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama
inspirasi.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang. Bisa bernada tinggi atau pun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi
yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau
banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari
mekanisme terjadinya).Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka3.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin
dilakukan1,2.
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru.Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
12
2.8 Diagnosis
Dari anamnesa didapatkan gejala non respiratorik dan gejala respiratorik. Dasar
diagnosis tergantung umur, beratnya penyakit dan jenis organisme penyebab. Pada bayi/anak
kecil pemeriksaan auskultasi sering tidak jelas, maka nafas cepat dan retraksi/ tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam dipakai sebagai parameter. Kriteria nafas cepat, yaitu :
-
Nafas cepat
+
+
+
-
Retraksi
+
+
-
Dan dapat juga diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
Panas badan
Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)4.
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas
Diagnosis
Bronkitis
Tuberculosis
dengan bronkodilator
- Riwayat kontak positif dengan pasien
TB dewasa
- Uji tuberculin positif (10 mm, pada
keadaan imunosupresi 5 mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- Demam (2 minggu) tanpa sebab yang
jelas
- Batuk kronis ( 3 minggu)
- Riwayat wheezing berulang, kadang
Asma
2. 10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus :
1.
Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2.
Penatalaksanaan Khusus
14
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan
berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik
awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1.
2.
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin+asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
sefalosporin generasi ke-3
2.11 Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi di dapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energy-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
15
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan memulai asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negative pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya berkerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negative yang lebih besar dibandingkan dengan dampak
oleh factor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri5,6.
2. 12 Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan
bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolah raga dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan depat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain :
vaksinasi pneumokokus
dapat diberikan pada umur 2,4,612-15 bulan. Diberikan 2 kali dengan interval 2
bulan. Pada usia >1 tahun diberikan 1 kali namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali
pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur diatas
1. Marie, R; Griffin, MD; Yuwei, Zhu; Matthew,R; Moore, MD; Cynthia, G; Whitney,
MD; Carlos, G. 2013. U.S. Hospitalizations for Pneumonia.
2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Volume 2. Jakarta : EGC.
3. Price, Sylvia Anderson 2009.Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease
Processes.
4. Rahajoe, Nastini N. 2008. Buku Ajar Respirologi, Edisi I. Jakarta IDAI.
5. WHO. 2009. Buku Saku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
16
6. Zul Dahlan, 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
17