Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme Kerja Senjata

Mekanisme kerja senjata, baik senjata angina atau senjata api pada prinsipnya sama; yaitu
memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektik/peluru
keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.
Pada senjata angina, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memampatkan udara atau
dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya tetap. Sedangkan pada
senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap
berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari 1
gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2,CO, Hidrogen Sulfida, dan Methane) antara 200-900mL
dengan suhu yang sangat panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angina sebetulnya untuk melepaskan udara yang tekanan nya
telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang pada senjata api untuk membuat pin atau
pemukul penggalak melakukan tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak
(primer) guna membakar mesiu.
Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki gaya kinetik itu sesudah
meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti misalnya berat massa,
bentuk, dan diameternya, gravitasi serta tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari
gravitasi itu, maka arah anak peluru/proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh dari
moncong, pengaruh gravitasi semakin dominan sehingga bentuk kurvanya semakin tampak
nyata.
Mengenai daya tembusnya, baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi oleh kecepatan
(velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, serta resistensi jaringan.
Mekanisme Terjadinya Luka
Jika anak peluru mengenai tubuh, maka kelainan yang terjadi merupakan resultante dari
banyak faktor. Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru, bagian tubuh sebelah dalam
serta pada bagian tempat keluarnya anak peluru bentuk kelainannya tidak sama karena faktorfaktor yang mempengaruhinya berbeda.
A. Bagian Tubuh Tempat Masuknya Anak Peluru
Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Gaya kinetik anak peluru/ proyektil

Suhu panas anak peluru/ proyektil

Semburan api

Ledakan gas dari mesiu (pada jarak tempel)

Percikan mesiu yang tak terbakar

Bentuk dari luka tembak masuk masih tergantung lagi dengan jaraknya, yaitu:

Jarak kontak (tempel)


Ciri-cirinya:
a. Bentuknya seperti bintang (cruciform) sebagai akibat ledakan gas, terutama
jika dibawah kulit terdapat tulang.
b. Sering terdapat memar berbentuk sirkuler disekitarnya segai akibat hentakan
balik dari moncong senjata.
c. Terdapat jelaga atau derivate dari gas CO pada jaringan tepi luka.
d. Terdapat tattoo disekitarnya akibat sisa mesiu yang tidak terbakar.

Jarak dekat (1 inci-2 kaki)


Ciri-cirinya:
a. Bentuk luka bulat
b. Bagian tengah berupa lubang
c. Bagian tepinya dikelilingi cincin lecet akibat kurang elastisnya kulit dibanding
jaringan dibawahnya.
d. Diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru
e. Terdapat tattoo
f. Rambut disekitarnya terbakar

Jarak jauh (lebih 2 kaki)


Ciri-cirinya:
a. Bentuk bulat
b. Bagian tengah berupa lubang
c. Bagian tepinya dikelilingi oleh cincin lecet
d. Diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluruu
e. Tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu

B. Bagian Tubuh Sebelah Dalam


Kelainan yang terjadi disini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Gaya kinetic anak peluru atau proyektil

Penyebaran gaya kinetic ke jaringan sekitarnya

Gerakan giroskopik anak peluru

Faktor-faktor tersebut diatas menyebabkan terjadinya kavitas (rongga) pada lintasan anak
peluru, yang besarnya melebihi ukuran anak peluru. Lintasan anak peluru yang melewati tulang
akan meninggalkan bekas lintasan yang bentuknya seperti corong yang arahnya menunjukkan
arah jalannya anak peluru.
C. Bagian Tubuh Tempat Keluarnya Anak Peluru
Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Gaya kinetic anak peluru

PErubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang

Perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang

Serpihan tulang yang kemudian berfungsi sebagai anak peluru sekunder (secondary
missiles)

Akibat faktor-faktor tersebut maka biasanya luka tembak keluar lebih besar dari diameter
anak pelurunya, tetapi pada tembakan oleh senjata modern yang kecepatannya sangat tinggi
mempunyai ukuran luka tembak keluarnya lebih kurang sama dengan ukuran anak pelurunya.
Seringkali luka tembak keluar hanya berupa robekan kulit saja.
Ciri-ciri dari luka tembak di tempat keluarnya anak peluru atau proyektil adalah sebagai
berikut:

Bentuknya bulat, kadang-kadang tak teratur

KAdang-kadang hanya berupa robekan kulit.

Ukuran nya biasanya lebih besar dari diameter anak pelurunya tetapi kadang-kadang
sama besar.

Tidak ditemui produk-produk dari ledakan mesiu.

LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API


Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Anak peluru untuk senjata api berlaras pendek jenis revolver umumnya terbuat dari timah hitam
yang kadang-kadang berselaput plastic, sedangkan anak peluru untuk senjata api berlaras pendek

jenis pistol dan senjata api berlaras panjang umumnya terbuat dari timah hitam sebagai inti yang
dibalut dengan tembaga, kuningan atau nikel sebagai mantel.
Garis tengah anak peluru senapan biasanya berukuran 7-9mm dengan panjang 25-39mm dan
berat 9-14 gram. Anak peluru yang digunakan pada senapan mesin umumnya lebih kecil dan
lebih ringan 5,56 mm dan 3,5 gram.
Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada pelbagai faktor:
a. Besar dan bentuk anak peluru
b. Balistik (kecepatan, energy kinetic, stabilitas anak peluru)
c. Kerapuhan anak peluru
d. Kepadatan jaringan sasaran
e. Vulnerabilitas jaringan sasaran
Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang gambaran nya tidak
hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan
yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan
laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada
luka tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang
juga menekan sasaran. Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi luka tembak masuk jarak
jauh, luka tembak masuk jarak dekat, luka tembak masuk jarak sangat dekat dan luka tembak
tempel.
Senapan angina yang mendorong anak peluru menggunakan udara atau gas CO2 bertekanan
tinggi dapat memberikan kecepatan anak peluru saat tinggal laras sebesar 194 m perdetik,
sehingga bila ini mengenai mata, dapat menembus atap orbita dan masuk ke dalam rongga
tengkorak.

Luka Tembak Akibat Senjata Angin


Luka fatal akibat proyektil yang berasal dari senjata angina merupakan hal yang tidak
wajar karena penetrasinya sering kali minimal; lokasi yang biasa terkena adalah tungkai, bokong,
dan terkadang tubuh. Luka akibat senjata angina ini bervariasi mulai dari trauma superficial pada
kulit, jaringan subkutis dan otot, hingga luka yang yang lebih serius meliputi wajah, leher dan
mata.
Kematian dapat saja terjadi pada luka akibat senjata angina bila mengenai bayi dan anak
karena tulang tengkoraknya masih tipis.
Senjata bertenaga angina dapat berupa senjata tangan (pistol) atau senjata laras panjang
(senapan/ bedil). Pada senjata angina, tekanan yang tinggi dapat dihasilkan dengan memompa,

mekanisme kokang hingga penuh, atau dengan melepaskan udara yang terkompresi dari silinder.
Tekanan tersebut membuat proyektil keluar dari laras. Target pada pistol angin biasanya 10
meter. Akurasi menurun jelas pada jarak lebih dari ini dan menjadi tidak efektif pada jarak 50
meter. Luka yang terbentuk pada kulit ditandai dengan adanya lubang sesuai diameter peluru.
Dapat terlihat abrasi pada tepi lubang. Sedikit perubahan warna pada batas dapat terlihat karena
debu timah dan oli yang terakumulasi pada laras.

Anda mungkin juga menyukai