Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat :
Tanggal Masuk RS : 27 Maret 2017
Ruangan : IGD

B. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien
Keluhan Utama : Tangan kiri tersiram air panas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang anak perempuan datang ke IGD RS Rafflesia dengan keluhan tangan
kiri tersiram air panas 1 hari SMRS, pasien diantar oleh kedua orang tuanya.
Awalnya pasien sedang bermain di rumah dengan ibunya, tanpa sepenglihatan
ibu nya, tiba-tiba pasien menangis kencang dan terlihat tangan pasien sudah
masuk kedalam panci yang berisi air panas. Kemudian ibu pasien langsung
mencuci tangan nya dengan air mengalir di tempat cucian piring.
Pada saat pasien ke IGD, kondisi tangan kiri pasien terlihat ada sebagian kulit
yang mengelupas dan warna agak lebih gelap, serta terdapat gelembung-
gelembung berisi air, pasien tidak mengeluh ada nya nyeri.
Riwayat sesak, batuk, muntah, demam setelah kejadian disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat alergi disangkal

C. Pemeriksaan Fisis
Primary Survey
A : clear, paten
B : RR= 24x/menit, vesikuler, simetris kiri sama dengan kanan , tipe thoraco
abdominal
C : TD 90/60 mmHg, Nadi 100x/menit, kuat angkat, reguler, CRT <2, akral
dingin (-)
D : GCS (E4MV5), pupil isokor 2,5 cm x 2,5 cm
E : 36,7o C

1
Secondary survey
Status Lokalis
Regio antebrachii dextra::
I: luka bakar (+), hematoma (-), perdarahan aktif (-), jaringan nekrotik (-)
P: nyeri tekan (+)
Regio lumablis dextra:
I: luka bakar (+), hematoma (-), perdarahan aktif (+), jaringan nekrotik (-)
P: nyeri tekan (+)
Regio femoralis dextra:
I: luka bakar (+), hematoma (-), perdarahan aktif (+), jaringan nekrotik (-)
P: nyeri tekan (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
13/05/2014
WBC 13,5 x 10 6-18 x10
RBC 3,72 x 10 6 3,4-5 x 106
HGB 10,0 g/dl 10,6-16,4 g/dl
HCT 30,3 % 32-50
PLT 667 x 103 150-450
IgM salmonella Positif 8 negatif
19/05/2014
WBC 11 x 10 6-18 x10
RBC 3,05 x 10 6 3,4-5 x 106
HGB 8,1 g/dl 10,6-16,4 g/dl
HCT 24,8 % 32-50
PLT 518 x 103 150-450
Albumin 3,2 g/dl 3,5-5,0 g/dl
20/05/2014
WBC 8,9 x 10 6-18 x10
RBC 4,89 x 10 6 3,4-5 x 106
HGB 13,8 g/dl 10,6-16,4 g/dl
HCT 41,9 % 32-50
PLT 419 x 103 150-450

E. Diagnosis
Combustio grade III 22% + post skin graft

2
F. Terapi
IVFD Nacl 0.9% 14 dpm

Vip albumin twice daily

Paracetamol syrup 3 times daily

Cefixime syrup 2 times daily cth

Changing bandages & wound care as shedule

High protein diet

LUKA BAKAR PADA ANAK

I. PENDAHULUAN
Pasien dengan luka bakar merupakan hal yang sulit pada personel
kesehatan. Selain dari cedera serius dan rasa tidak nyaman, terdapat juga
perubahan yang permanen pada penampilan, fungsi dan kebebasan, kehilangan

3
pendapatan dan mempengaruhi masa depan pekerjaan. Semua hal ini menekan
tidak hanya pada pasien, tetapi juga pada keluarga dan orang yang merawat.
Pasien yang ditangani dengan cepat oleh ahli medis lebih cepat sembuh
daripada pasien yang tertunda ditangani. Hal ini penting untuk memberikan
perawatan yang cepat dan tepat agar menjamin kehidupan seseorang, dan juga
masa depannya.

Banyak konsep dasar perawatan luka bakar darurat pada orang dewasa
juga berlaku pada anak-anak. anak-anak dengan luka bakar harus dinilai dan
diperlakukan dengan cara yang sama dengan menggunakan survei primer dan
sekunder. Seperti pada orang dewasa, survei primer harus dideteksi dan
penanganan langsung kondisi kehidupan dengan benar. Hal ini mengakibatkan
saluran nafas pasien tejamin, dan sirkulasi yang adekuat perlu terus-menerus
dipantau dengan menilai jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh,
berdasarkan pengeluaran urin yang seimbang dengan cairan yang masuk ke
dalam tubuh.
Perbedaan yang signifikan diantara anak dan dewasa, yaitu :
Ukuran dan proporsi tubuh pada anak
Dinamika fluid
Ketebalan Kulit
Perbedaan sosial dan perkembangan emosi anak

II. EPIDEMIOLOGI
Luka bakar adalah bentuk trauma paling umum. Beberapa luka bakar
terjadi murni akibat kecelakaan, tapi kebanyakan disebabkan oleh
ketidakpedulian, kondisi medis yang ada (misalnya tidak sadar), atau oleh
alkohol atau penyalahgunaan obat-obatan.Sekitar 1% dari populasi di Australia
dan New Zealand (220000) menderita luka bakar yang memerlukan perawatan
medis setiap tahun. Selain itu, 10% harus dirawat inap, dan 10% dari yang
dirawat inap mengalami luka bakar yang mengancam nyawa. Lima puluh
persen dari semua luka bakar akan mengalami keterbatasan dalam menjalani
aktivitas sehari-hari.

4
Tujuh puluh persen total luas permukaan tubuh yang terbakar
memerlukan dana sebesar $700000 untuk penanganan akut di rumah sakit,
untuk menggambarkan hal ini harus ditambahkan dana tambahan dari
rehabilitasi, waktu kerja dan kehilangan penghasilan.Pada orang dewasa dan
anak-anak, tempat paling sering terjadi luka bakar adalah di rumah. Pada anak-
anak, lebih dari 80% kecelakaan terjadi di rumah. Tempat paling berbahaya di
rumah adalah dapur dan kamar mandi, kebanyakan kulit terkelupas pada anak-
anak dan orang tua terjadi di kedua tempat itu.

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Gambar 1. Anatomi kulit

Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutis.
1. Epidermis
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
a. Stratum Korneum
Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan
mengandung zat keratin.
b. Stratum Lusidum
Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak
kaki.
c. Stratum Granulosum

5
Stratum ini terdiri dari sel sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir
yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
d. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian,
sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
e. Stratum Basal / Germinativum
Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas
mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan
sel-sel epidermis secara berkesinambungan.
2. Dermis
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan
epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis terdiri dari:
Kelenjar Kulit, yang terdiri dari:
a. Glandula sudorifera (kelenjar keringat): kelenjar ekrin dan kelenjar
apokrin. Kelenjar ekrin terdapat pada hampir seluruh kulit, kecuali
telinga dan bibir. Kelenjar-kelenjar ini membentuk suatu larutan
hipotonik yang jernih dan encer dan mengandung banyak urea dan
laktat. Kelenjar keringat juga membantu memperbaiki suhu tubuh.

6
Kelenjar apokrin terutama ditemuakn di daerah aksila, kulit genital,
sekitar puting susu dan di daerah perianal. Saluran apokrin
mengosongkan sekresinya ke dalam folikel rambut di atas muara
saluran sebasea. Sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang
berguna bagu manusia, tetapi kelenjar ini menimbulkan bau pada
ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh bakteri.
b. Glandula sebasea: merupakan struktur lobular yang terdiri dari sel-sel
yang berisi lemak. Substansi berminyak yang disebut sebum
disalurkan menuju saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran-
saluran pilosebasea folikel-folikel rambut. Kelenjar sebasea banyak
pada wajah, dada, punggung, dan bagian proksimal

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjami
kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang.
Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain
fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu
estetik, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non-verbal antara individu satu
dengan yang lainnya.
Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin
D, dan keratinisasi.
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya
zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan
alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan
sinar ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun
jamur.
Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan
sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi terhadap rangsangan

7
kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap
pelbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit
ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit
menyebabkan ph kulit berkisar pada pH 5 6.5 sehingga merupakan
perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses
keratinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pula yang
larut di lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormone androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion, pada waktu lahir akan dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit
juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman
kulit pada pH 5 6.5
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang

8
terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papilla dermis berperan
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
yang erotic.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan
pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup
baik. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi
biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk secara sempurna, sehingga
terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa
karena lebih banyak mengandung air dan Na.
6. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel
ini berasal dan rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah
10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan
H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrite, disebut pula
sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim
tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite
sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag
(melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit,
melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu
keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal
mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang
dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung

9
terus menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya
dimengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintesis
dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal selama
kira-kira 14 21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadapt infeksi
secara mekanis fisiologis.
8. Fungsi pembentuk vit. D
Fungsi ini dimungkinkan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak
cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih
tetap diperlukan.

Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit
IV. ETIOLOGI
Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan luka bakar
pada pasien anak-anak dan orang dewasa yang masuk ke unit luka bakar di
Australia atau New Zealand dari tahun 2009 sampai 2010.

Air panas 55%


Kontak 21%
Api 13%
Gesekan 8%
Listrik 1%
Kimia 1%
Lainnya 1%
Tabel 1. Penyebab luka bakar pada anak-anak (%)

Api 44%
Air panas 28%
Kontak 13%
Kimia 5%
Gesekan 5%
Listrik 2%
Lainnya 3%
Tabel 2. Penyebab luka bakar pada orang dewasa (%)

10
Penyebab luka bakar pada orang dewasa dan anak-anak berbeda. Api
merupakan penyebab paling sering pada orang dewasa, dan air panas
merupakan penyebab paling sering pada anak-anak. Bila anak-anak bertambah
usia maka penyebab luka bakar sama seperti orang dewasa. Pada orang dewasa,
bentuk traumanya berubah. Pada orang tua khususnya risiko trauma akibat dari
air panas di rumah. Semua kelompok usia mengalami trauma bila kondisi
rumah tangga tidak harmonis. Hal ini khususnya pada anak-anak terutama bayi
dan balita, yang bergantung kepada orang dewasa. Trauma dari
ketidaksengajaan, ketidakpedulian, atau kekerasan (luka bakar merupakan
metode yang sering digunakan dalam kekerasan pada anak di rumah), sering
terjadi dan memerlukan investigasi bila dicurigai

V. PENILAIAN LUKA BAKAR


Ada dua hal penting untuk mengetahui keparahan luka bakar yaitu area dan
kedalaman luka bakar. Faktor mortalitas dari luka bakar adalah :
Usia pasien
Persentase dari Total Body Surface Area (%TBSA)yang terbakar
Semakin luas area permukaan tubuh yang terbakar, semakin hebat tingkat
mortalitas. Penanganan akurat dari area luka bakar memerlukan metode yang
memberi estimasi mudah ukuran luka bakar sebagai persentase dari luas
permukaan tubuh.
Rule of Nines membagi permukaan tubuh menjadi sembilan persen area
atau multipel sembilan persen dengan pengecualian perineum sebagai 1%. Ini
memperbolehkan ekstensi luka bakar yang bisa diestimasi secara akurat.
Sebagai tambahan, untuk perhitungan area luka bakar, ini berguna untuk
menghitung area yang tidak terbakar dan untuk memeriksa jika dijumlahkan
menunjukkan hasil 100%. Metode estimasi luka bakar kecil adalah dengan
menggunakan area permukaan palmar (jari dan telapak tangan) dari tangan
pasien, terhitung sebagai 1% TBSA. Metode ini berguna pada luka bakar yang
kecil dan menyebar yang tidak termasuk dalam Rule of Nines.
Rule of Nines sangat relatif akurat untuk orang dewasa tetapi mungkin
tidak akurat pada anak-anak. Hal ini dikarenakan anak kecil memiliki luas

11
permukaan yang berbeda proporsi dari orang dewasa. Anak-anak memiliki
proporsi pinggul dan kaki yang lebih kecil serta bahu dan kepala yang lebih
besar daripada orang dewasa. Penggunaan Rule of Nines orang dewasa bisa
menyebabkan di bawah atau di atas estimasi ukuran luka bakar anak dan
menyebabkan ketidakakuratan dalam resusitasi cairan intravena.

Gambar 2. Rule of Nines dewasa

Gambar 3. Persentase palmar

12
Gambar 4. Rule of Nines Anak

Ukuran Dan proporsi tubuh

Pebedaan anak dengan orang dewasa tedapat pada luas permukaan tubuh hingga
jumlah berat badan, dan ukuran relatif tubuh yang berbeda di setiap bagian tubuh
lainnya. Luas perumukaan hingga jumlah berat badan dimaksudkan untuk
memberikan berat badan yang berasal dari :

Penaikan tingkat metabolik


Perbaikan kehilangan evaporasi air
Perbaikan kehilangan panas
Semua itu adalah perawatan relevan yang tinggi untuk luka bakar pada anak, seperti
formula pengganti cairan untuk resusitasi cairan berdasarkan berat lebih baik
daripada luas permukaan. Pada anak, kepala dan leher lebih besar daripada orang
dewasa, dan kaki lebih kecil. Pada anak umur 1 tahun, penambahan ukuran kepala
dan leher 18 % dari total permukaan tubuh sedangkan masing-masing kaki sekitar
14%. Setiap tahun diatas kehidupan pertama, ukuran kepala menurun secara relatif
sekitar 1% dan masing-masing kaki bertambah 0,5% pada perbandingan total luas
permukaan tubuh. Penggunaan modifkasi secara kasar pada Rule of nine dapat dilihat
pada tujuan praktis proporsi dewasa adalah mencapai usia hingga 10 tahun.
Kenyataannya terdapat perubahan jumlah ukuran yang serius pada luka bakar dan
resusitasi cairan. Oleh karena itu, faktor ini tidak terpikirkan.

13
Kedalaman luka bakar

Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka bakar bisa dikelompokkan


dalam 3 klasifikasi utama yaitu superfisial, tengah, dan dalam. Kemudian dibagi lagi
menjadi epidermal, superficial dermal, mid-dermal, deep-dermal atau full-thickness.

Gambar 5. Kedalaman luka bakar

Kedalaman Warna Vesikel Capillary Sensasi Penyembuhan


refill
Epidermal Merah Tidak Ada Ada Ya
Superficial Pink Kecil Ada Nyeri Ya
dermal pucat
Mid dermal Pink Ada Lambat +/- Biasanya
gelap
Deepdermal Merah +/- Tidak ada Tidak ada Tidak
gelap
Full Putih Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak

14
Thickness
Tabel 3. Diagnosis kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar sebanding dengan kuantitas dari pemakaian panas


dan durasi dari aplikasi terebut, dan berbanding terbalik dari faktor kerusakan
jaringan yang resisten. Faktor utamanya adalah ketebalan dari kulit. Kulit pada
anak lebih tipis daripada orang dewasa. Alasan pemberian thermal injury
kemungkinan besar lebih berakibat pada deep dermal atau ketebalan penuh luka
bakar pada anak daripada dewasa.

VI. PENATALAKSANAAN

Gambar 6. Struktur Emergency Management of Severe Burns


Survei primer
A. Stabilisasi jalan napas dengan stabilisasi servikal
B. Pernapasan dan ventilasi
C. Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D. Disabiliti status neurologis
E. Paparan + environmental control

First Aid
Prinsip dari first aid adalah:
Hentikan proses pembakaran
Pada luka bakar api, api sebaiknya dipadamkan dengan cara pasien
berguling di tanah secara aktif atau pasif menggunakan Teknik Hentikan,
Jatuhkan, Tutup wajah dan Berguling. Pakaian yang sudah terbakar
sebaiknya segera dilepaskan. Pada luka bakar melepuh, pakaian yang basah
akibat cairan bertindak sebagai sumber panas dan sebaiknya pakaian segera
dilepaskan untuk menghentikan proses pembakaran. Selain melepaskan

15
pakaian, semua perhiasan dilepaskan. Jika pakaian melekat di permukaan
kulit potong area di sekitarnya dan sisakan pakaian yang melekat.
Dinginkan luka bakar
Permukaan luka bakar sebaiknya didinginkan dengan air dingin mengalir.
Temperatur ideal adalah 150C dan rentang yang berguna antara 80C dan
250C. Pendinginan permukaan menurunkan reaksi inflamasi dan dapat
menghentikan progresi nekrosis pada zona stasis.Teknik aplikasi dengan air
dingin mengalir melalui luka bakar, jika mungkin. Metode seperti
menyemprot atau dilap dengan air pada luka, handuk basah atau hidrogel
tidak efisien seperti air mengalir dan sebaiknya tidak digunakan bila tidak
ada air.
Anak kecil berisiko mengalami hipotermi dan jika hal ini terdeteksi dengan
mengukur suhu atau dengan penilaian klinis yaitu blue shivering child,
aplikasi dari air dingin harus dihentikan. Untuk mengurangi risiko
hipotermia lebih baik jika dinaikkan temperatur melebihi 300C dan
membaluti semua badan anak. Es atau air es sebaiknya tidak digunakan.
Dingin yang ekstrim menyebabkan vasokonstriksi dan secara
eksperimental telah terbukti memperparah trauma jaringan. Hal ini
meningkatkan risiko hipotermia.
Airway
Obstruksi saluran napas bagian atas pada anak sering terjadi. Pembesaran
pada adenoid dan tonsil serta laryngomalacia mungkin muncul pada luka
bakar dan dapat dideteksi dengan adanya sleep apnea seperti mendengkur atau
terbangun pada malam hari, mengantuk sepanjang hari, atau bising napas.
Saluran napas bagian bawah m emiliki diameter yang lebih sempit pada anak
daripada dewasa. Meskipun pembengkakan pada mukosa bronkhial atau
pengumpulan sekret diantara bronkus menyebabkan perbandingan besar
reduksi pada daerah cross-sectional dan percampuran dengan aliran udara.
Jika terjadi obstruksi jalan napas dan intubasi endotrakeal tidak
memungkinkan, jarum besar (14 gauge) melewati membran krikotiroid harus
digunakan sebagai pengganti krikotiroidotomi. Hal ini hanya solusi dan
trakeostomi mungkin diperlukan.

16
Penanganan cairan
a. Perbedaan antara anak dan dewasa
Dinamika caian dan kompartemen ukurn tubuh berbeda pada anak dan
dewsa. Pada anak proporsi tertinggi cairan tubuh adalah extracellular.
Volume darah pada anak adalah 80ml/kg dibandingkan dengan 60-70
ml/kg pada dewasa. Konsentrasi kapasitas tubuler renal pada anak yang
sangat muda dapat menurun dibandingkan dengan dewasa. Itulah alasan
proporsi kehilangan cairan dapat terjadi tiba-tiba pada anak secara tinggi
dan cepat dari pada dewasa. Perbedaan resusitasi cairan diantara
keduanya, pada anak dimulai dengan 10% luka bakar dari 20% pada
dewasa.
b. Taksiran kondisi cairan
Mekanisme kompensasi pada anak termasuk sirkulasi yang baik dalam
memelihara pengurangan cairan wajah. Indikasi yang direkomendasikan
oleh Advanced Pediatric Life Support (APLS) sebagai berikut :
Takikardi (sesuai umur)
Capillary refill > 2 detik (sternum)
Belang-belang atau dingin pucat pada perifer
Disfungsi organ : takipneu, perubahan status mental
c. Pengeluaran urin
Resusitasi yang paling dapat diandalkan adalah output urin. Namun
pengukuran ini lebih sulit pada anak-anak dengan obstruksi mekanik
kateter pada saluran kemih terjadi lebih mudah, penting untuk menjaga
output mendekati 1 ml / kg / jam. mungkin dengan rentang yang dapat
diterima menjadi 0,5-2 ml / kg / jam.
Ketika cairan ekstra yang dibutuhkan, bolus dari 5 sampai 10 ml / kg
dengan aman dapat diberikan cukup cepat. Cairan tambahan juga dapat
diberikan dengan meningkatkan cairan di jam berikutnya untuk 150%
penghitungan volume. Kedua metode mungkin diperlukan jika status
cairan pasien telah habis. Sering diulangi pada periode 15 sampai 30 menit
diperlukan untuk memutuskan apakah bolus ini harus diberikan.
d. Kanul intravena
seperti pada orang dewasa, pilihan pertama rute pemberian adalah
kanulasi perkutan pembuluh darah melalui kulit terbakar. canulation

17
perkutan vena perifer melalui kulit terbakar benar-benar diterima
meskipun lebih sulit untuk dicapai.
e. Maintanance cairan
Luas luka bakar dihitung menggunakan Rule of Nines atau grafik tubuh
luka bakar jika ada. Jika memungkinkan, pasien ditimbang atau berat
badannya ditanyakan saat anamnesis. Pada anak syarat signifikan
maintanance berhubungan dengan resusitasi cairan. Data ini digunakan
dalam rumus resusitasi cairan.
Dewasa: 3-4 ml kristaloid x kgBB x persentase luka bakar (%)
Anak: 3-4 ml kristaloid x kgBB x persentase luka bakar (%) ditambah
maintenance dengan 5% Glucosein 0,45% (1/2 normal) saline
100 ml/kg sampai 10 kg
+
50 ml/kg dari 10-20 kg
+
20 ml/kg untuk setiap kg yang lebih dari 20 kg

Volume yang dihitung diestimasi untuk 24 jam pertama. Formasi edema


segera terbentuk setelah trauma:
Setengah dari volume yang dihitung diberikan pada 8 jam pertama dan
setengah sisanya diberikan pada 16 jam kedua.
Cairan maintenance untuk anak diberikan dengan kecepatan konstan
setelah 24 jam

Jika output urine tidak adekuat, diberikan cairan tambahan :


Bolus 5-10 ml/kgBB atau meningkatkan cairan untuk jam berikutnya
sebanyak 150% dari volume yang dihitung

Untuk 24 jam berikutnya setelah luka bakar, cairan koloid dapat


digunakan untuk mengembalikan volume sirkulai menggunakan rumus :
0,5 ml dari 5% albumin x kgBB x %luka bakar

Selain itu, cairan elektrolit harus diberikan untuk kehilangan cairan secara
evaporasidan memerlukan maintenance normal. Muntah merupakan hal
yang sering terjadi dan cairan yang hilang harus diganti. Biasanya
digunakan cairan:

18
Normal saline + Kalium (+ Dextrose untuk anak)
cairan maintanance ini harus mengandung glukosa yang harus
ditambahkan ke volume cairan resusitasi pada semua anak-anak yang
berat badan total hingga 30 kg. penambahan glukosa secara teratur
menyebabkan glikogen menurun pada anak-anak dan kecepatan
terjadinya hipoglikemia dapat terjadi, khususnya yang berhubungan
dengan hipotermia. estimasi glukosa darah secara teratur diperlukan
selama stabilisasi awal dan transportasi.
Penilaian progresif dari luka bakar
Penilaian kedalaman luka bakar tetap sulit pada anak-anak hingga tujuh
sampai sepuluh hari setelah cedera . Namun, luka bakar yang tak
tersembuhkan pada anak pada hari ke 10 harus dianggap membutuhkan
pencangkokan kulit
Aspek emosional
Patologi psikososial yang sudah ada sebelumnya adalah hal umum pada
luka bakar anak maupun orang dewasa, tetapi jenis patologinya berbeda.
Kurangnya keterampilan sosial dan orangtua menyebabkan pemiskinan lebih
lanjut karena orang tua dari keluarga tersebut tidak memiliki teknik
pengasuhan yang baik untuk melindungi anak mereka, sering sendiri terlibat
dalam perilaku pengambilan risiko. Anak-anak remaja dari keluarga tersebut
sering terlibat dalam perilaku mengambil risiko dan sering tanpa pengaruh
orang tua.
Kebutuhan emosional dan sosial anak-anak sangat berbeda dengan orang
dewasa. " Bermain" merupakan bagian penting dari aktivitas sehari-hari anak
dan konotasi bahwa orang dewasa berikan kepada kata tersebut tidak tepat
pada anak-anak. Setelah seorang anak mengalami luka bakar, seluruh keluarga
menderita gangguan emosi terutama yang bersalah dan menyalahkan adalah
ciri yang menonjol . Saudara sering terpengaruh. Semua aspek ini dari luka
bakar anak perlu ditangani akhirnya dan dihargai dari awal

19
20

Anda mungkin juga menyukai