Disusun Oleh:
Fatimatus Solekhah
20120310152
Diajukan Kepada:
dr. Totok Kristiyono, M. Kes., Sp.An
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
ANESTESI PADA GERIATRI
Disusun Oleh:
Fatimatus Solekhah
20120310152
Disetujui oleh:
Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Anestesi
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
diri/mengganti
diri
dan
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah agar mahasiswa kedokteran
memahami mengenai pemilihan obat dan dosis obat anestesi pada geriatri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Geriatri
Geriatri atau Lanjut Usia adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek
klinis dan penyakit yang berakitan dengan orang tua. Dikatakan pasien geriatri
apabila :
a. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia
b. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
c. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan
pada orang lain b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan
kemasyarakatan karena berbagai sebab
d. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) yang
progresif.
Batasan lanjut usia menurut WHO
1. Middle age (45-59 th)
2. Elderly (60-70 th)
3. Old/lansia (75-90 th)
4. Very Old/sangat tua (>90 th)(1)
2. Perubahan Fisiologis
Menua
kemampuan
adalah
suatu
jaringan
proses
untuk
menghilangnya
memperbaiki
secara
perlahan-lahan
diri/mengganti
diri
dan
ventricular-end diastolik pressure yang relatif besar dengan volume ventrikel kiri
yang sedikit berkurang. Pelebaran atrial adalah predisposisi terjadinya atrial fibrilasi
dan atrial flutter. Pasien beresiko terjadinya congestif heart failure. 1
Terdapat peningkatan tonus vagal dan penurunan sensitivitas reseptor adrenergic
yang memicu penurunan laju jantung. Fibrosis dari sistem konduksi dan
berkurangnya sel sinoatrial node meningkatkan insidensi disritmia, artrial fibrilasi
dan artrial flutter. 1
Terjadi penurunan respon terhadap rangsangan simpatis, dan kemampuan
adaptasi serta autoregulasi menurun. Perubahan pembuluh darah seperti di atas
juga terjadi pada pembuluh koroner dengan derajat yang bervariasi, disertai
penebalan dinding ventrikel. sistem konduksi jantung juga dipengar uhi oleh
proses
penuaan,
sehingga sering
terjadi
LBBB,
perlambatan
konduksi
paru
dan
sistem
pernafasan
elastisitas
jaringan
paru
berkurang,
adalah adanya penurunan protektic laryngeal reflek yang terjadi seiring dengan
penuaan. 1
Sistem Metabolik dan Endokrin
Konsumsi oksigen basal dan maksimal menurun seiring dengan usia. Setelah
mencapai berat maksimal pada usia 60 tahun, kebanyakan pria dan wanita akan
mulai mengalami penurunan berat badan, umumnya hingga mencapai berat kurang
dari berat orang-orang usia muda kebanyakan. Produksi panas menurun, kehilangan
panas meningkat, dan pusat pengaturan suhu di hipotalamus menjadi lebih rendah
dari sebelumnya. Peningkatan resistensi insulin memicu penurunan progresif
kemampuan tubuh untuk mengatur beban glukosa. Respon neuroendokrin terhadap
stres cenderung stabil atau sedikit menurun pada kebanyakan pasien tua yang sehat.
Penuaan berkaitan dengan penurunan respon terhadap agen -adrenergic
(endogenous -blockade). Level norepinefrin yang bersirkulasi dalam darah
mengalami peningkatan pada pasien tua. 6
Sistem Renalis
Pada ginjal jumlah nefron berkurang, sehingga laju filtrasi glomerulus ( LFG)
menurun, dengan akibat mudah terjadi intoksikasi obat. Hal ini disebabkan
karena glomerulus dan tubular di ginjal di gantikan oleh lemak dan jaringan fibrotik.
Respon terhadap hormon diuretik dan hormon aldosteron berkurang Respons
terhadap kekurangan Na juga menurun, sehingga berisiko terjadi dehidrasi.
Kemampuan mengeluar kan garam dan air berkurang, dapat terjadi over load
cairan dan juga menyebabkan kadar hiponatremia. Ambang rangsang glukosuria
meninggi, sehingga glukosa urin tidak dapat dipercaya. Produksi kreatinin menurun
karena berkurangnya massa otot, sehingga meskipun kreatinin serum normal, tetapi
LFG telah menurun. Perubahan-perubahan di atas menurunkan kemampuan
cadangan ginjal, sehingga manula tidak dapat mentoleransi kekurangan cairan
dan kelebihan beban zat terlarut. Pasien-pasien ini lebih mudah mengalami
peningkatan kadar kalium dalam dar ahnya, apalagi bila diberikan larutan
garam kalium secara intravena. Kemampuan untuk mengekskresi obat menurun
dan pasien manula ini lebih mudah jatuh ke dalam asidosis metabolik.
Kemungkinan trerjadi gagal ginjal juga meningkat.7
kompleksitas pohon dendrit, dan jumlah sinaps juga berkurang. Terdapat juga
penurunan fungsi neurotransmiter. Sintesis dari beberapa neurotransmiter seperti
domapin, dan jumlah dari reseptor mereka berkurang. Serotonic, adrenergic, dan aminobutyric acid (GABA) binding site juga berkurang. Sedangkan jumlah astrosit
dan sel microglial bertambah. Degenerasi sel saraf perifer mengakibatkan kecepatan
konduksi yang memanjang dan atropi otot skeletal. Konsentrasi alveolar minimum
dari anestetika juga menurun dengan bertambahnya usia.1
Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan manula lebih mudah dipengaruhi
oleh efek samping obat terhadap sistem saraf. Pasien tua sering memerlukan
lebih banyak waktu untuk sembuh total dari efek CNS yang diakibatkan oleh
anastesi umum. Umumnya mereka mengalami kebingungan atau disorientasi
preoperatif. Banyak pasien tua mengalami berbagai derajat dari acute confusional
state, delirium atau cognitive disfungsi postoperatif. Etiologi dari cognitif disfungsi
postoperatif (POCD) biasanya multifaktorial, termasuk efek samping obat, nyeri,
demensia, hipotermia dan gangguan metabolik. Pasien tua juga biasanya sensitif
terhadap agen kolinergic yang bekerja sentral, seperti scopolamin dan atropin. 1
Sistem Musculoskeletal
Massa otot berkurang, neuromuscular junction juga menipis. Kulit mengalami atropi
seiring dengan usia, dan mudah mengalami trauma akibat pemasangan selotape,
electrocautery pad, dan electrocardiography electroda. Vena rapuh dan mudah pecah
akibat pada pemasangan infus intravena. Sendi artritis mudah terganggu oleh
perubahan posisi. Penyakit degeneratif servikal tulang belakang dapat membatasi
ekstensi leher sehingga membuat intubasi menjadi sulit.1
3. Evaluasi Preoperatif
Terdapat dua prinsip yang harus diingat pada saat melakukan evaluasi preoperatif pasien geriatri :
1. Pasien harus selalu dianggap mempunyai risiko tinggi menderita penyakit yang
berhubungan dengan penuaan. Penyakit- penyakit biasa pada pasien dengan usia
lanjut
mempunyai
dan
dan
prosedur
pembedahan yang akan dilakukan, dan bukan hanya berdasarkan atas usia pasien
saja.4
Walaupun
masih
terdapat
banyak
pertanyaan,
bukti-bukti
yang
ada
4. Farmakologi Klinis
Faktor-faktor yang mempengaruhi respons farmakologi pasien berusia lanjut
meliputi :
1. Ikatan protein plasma.
Protein pengikat plasma yang utama untuk obat-obat yang bersifat asam adalah
albumin dan untuk obat-obat dasar adalah 1-acid glikoprotein. Kadar sirkulasi
albumin akan
menurun
sejalan
dengan
usia,
sedangkan
kadar
1-acid
3. Metabolisme obat
Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, gangguan hepar dan klirens ginjal
dapat
yang
concentration =
MAC)
lanjut.
Perubahan
ini
berhubungan
dengan
pada
peningkatan
morphine-6- glucuronide
mempunyai sifat analgetik. Klirens morfin akan menurun pada pasien berusia
lanjut.
usia berhubungan
dan
pasien usia lanjut, dan dosis yang diperlukan adalah satu setengah kali bolus.
Akibat volume kompar temen pusat, VI, dan penurunan klirens pada usia lanjut,
maka diperlukan kurang lebih sepertiga jumlah infus.3,7
Pelumpuh Otot
Umumnya, usia tidak mempengaruhi farmakodinamik pelumpuh otot. Durasi
kerja mungkin akan memanjang, bila obat tersebut tergantung pada metabolisme
ginjal atau hati. Diperkirakan terjadi penurunan pancuronium pada pasien berusia
lanjut, karena ketergantungan pancuronium terhadap eksresi ginjal. Perubahan
klirens pancuronium pada usia lanjut masih kontroversial. Atracurium bergantung
pada sebagian kecil metabolisme hati dan ekskresi, dan waktu paruh eliminasinya
akan memanjang pada pasien usia lanjut. Tidak terjadi perubahan klirens dengan
bertambahnya usia, yang menunjukkan adanya jalur eliminasi alternatif (hidrolisis
eter dan eliminasi Hoffmann) penting pada pasien berusia lanjut. Klirens
vecuronium plasma lebih rendah pada pasien berusia lanjut. Durasi memanjang
yang berhubungan dengan usia terhadap kerja vecuronium menggambarkan
penurunan reversi ginjal atau hepar.3,7
Anastesi neuraksial dan blok saraf perifer
Persentase obat anestesia tidak berdampak terhadap durasi blokade motorik
dengan
pemberian
anestesi
bupivacaine.
Waktu
onset
akan
menurun,
bagaimanapun juga penyebaran anestesi akan lebih baik dengan pemberian cairan
bupivacaine hiperbarik. Dampak usia terhadap durasi anestesia epidural tidak
terlihat pada pemberian bupivacaine 0,5% .Waktu onset akan memendek, dan
kedalaman blok anestesia akan bertambah besar. Terlihat klirens plasma lokal
anestesi yang menurun pada pasien berusia lanjut. Hal ini dapat menjadi faktor
yang mengurangi penambahan dosis dan jumlah infus selama pemberian dosis
berulang dan teknik infus berkesinambungan.3,7
5. Teknik Anastesi
Keuntungan Obat-obat Spesifik pada Pasien Usia Lanjut
post operatif
pendapat
dibandingkan
menitikberatkan
dengan penatalaksanaan
opioid
dngan
anestesi.
kerja
singkat
mungkin
lebih
seperti remifentanil.
baik
Dengan
Beberapa
komplikasi
pulmoner
penelitian
dan
menunjukkan
blok
residual
adanya peningkatan
postoperatif
insidens
pada pasien
yang
sugammadex
sebagai
obat
reversal
untuk
rocuronium akan
3. Anestesi regional tidak memerlukan instrumen alat bantu nafas dan pasien dapat
mempertahankan jalan nafas dan fungsi parunya sendiri.
Data menunjukkan bahwa pasien berusia lanjut lebih rentan terhadap episode
hipoksia selama dalam ruang pemulihan. Pasien dengan anestesi regional
mempunyai risiko hipoksemia yang lebih rendah. Komplikasi paru yang terjadi
pada anestesi regional juga lebih sedikit.3
6. Pertimbangan Postoperatif
Masalah-masalah Umum pada Unit Perawatan Post Anastesi
Penanganan masalah paru pre dan post operatif merupakan hal yang penting. Pada
pasien bedah umum berusia 65 tahun ke atas, insidens morbiditas post
operatif adalah 17% atelektasis, 12% bronkitis akut, 10%
pneumonia, 6%
gagal jantung atau infark miokard (atau keduanya), 7% delirium, dan 1% tandatanda neurologis fokal baru. Pada prosedur dengan risiko yang lebih tinggi, seperti
bedah vaskuler, insidens komplikasi pulmoner
berhasil
diidentifikasi,
terjadinya perkembangan
dan
pneumonia
risiko
yang
ada
post-operatif. Pasien
berusia lanjut mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami aspirasi sekunder
terhadap penurunan progresif pada diskriminasi sensorik laringofaringeal yang
terjadi dengan penambahan usia. 2,6
Selain itu disfungsi proses menelan juga merupakan predisposisi aspirasi pada
pasien berusia lanjut. Setelah operasi jantung, disfungsi menelan ter jadi pada 4%
pasien dan lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut. Disfungsi menelan setelah
pembedahan jantung berhubungan erat dengan penggunaan echocardiography
transesofageal intraoperatif dan menyebabkan 90%
pneumonia.2,6
Penanganan Nyeri Akut Post Operatif
Penelitian klinis dan eksperimen mendukung adanya penur unan persepsi sakit
sejalan dengan bertambahnya usia. Tetapi, tetap belum jelas apakah perubahan
yang terjadi disebabkaan karena proses penuaan atau akibat dari efek penuaan
lainnya, seperti adanya penyakit comorbid (penyerta). Masalah yang lebih besar
terjadi pada pasien dengan gangguan kognitif. Bukti-bukti menunjukkan evaluasi
nyeri, terutama pada individu dengan gangguan kognitif, sulit dilakukan. Prinsip
dasar dari evaluasi nyeri pada pasien berusia lanjut sama dengan pada kelompok usia
lainnya. Skala nyeri verbal merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan
metode non verbal pada pasien usia lanjut.2,6
Penuaan mengganggu fungsi organ dan farmakokinetik. Kombinasi pemeriksaan
nyeri dan dosis obat merupakan tantangan dalam penanganan nyeri postoperatif
pada pasien berusia lanjut. Beberapa prinsip umum harus diingat saat menangani
pasien usia lanjut yang rentan :
1. Penting untuk mencoba membandingkan berbagai jenis analgetik, seperti
analgetik yang diberikan intravena, dan blok saraf regional, untuk meningkatkan
analgesia dan menurunkan toksisitas narkotik. Prinsip ini terutama pada pasien
berusia lanjut yang rentan, dengan toleransi yang buruk terhadap nar kotik
sistemik.
kognitif
seperti,
perhatian,
memori,
dan
biasanya
dan
kecepatan
lebih dar i 65 tahun adalah 26% pada minggu pertama dan 10%
pada bulan
inflamasi
sistemik
(bypass
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi pada geriatri atau pasien tua berbeda dengan anastesi pada dewasa muda
pada umumnya. Penurunan faal tubuh dan perubahan degeneratif yang mempengaruhi
banyak sistem organ membuat respon pasien tua terhadap agen-agen anestesi menjadi
berbeda.
Perubahan fisiologis seperti
1. Sistem kardiovaskular
Elastisitas pembuluh darah berkurang
Compliance arteri menurun & menyebabkan tekanan darah sistolik
meningkat
Tekanan darah diastolik tidak mengalami perubahan bahkan bisa menurun
CO menurun
Tonus vagal meningkat
2.
Sistem respirasi
Aliran darah serebral dan massa otak menurun sebanding dengan kehilangan
jaringan saraf. Autoregulasi aliran darah serebral tetap terjaga.
Aktifitas fisik tampaknya mempunyai pengaruh yang positif terhadap terjaganya
fungsi kognitif.
Degenerasi sel saraf perifer menyebabkan kecepatan konduksi memanjang dan
atrofi otot skelet.
Penuaan dihubungkan dengan peningkatan ambang rangsang hampir semua
rangsang sensoris misalnya, raba, sensasi suhu, proprioseptif, pende-ngaran dan
penglihatan.
7. Sistem muskuloskeletal
Massa otot berkurang. Pada tingkat mikroskopik, neuromuskuler junction
menebal.
Sendi yang mengalami arthritis dapat mengganggu pemberian posisi (misalnya,
litotomi) atau anestesi regional (misalnya, blok subarakhnoid).
Dalam menatalaksana anestesia untuk manula harus diingat perubahan fisiologis
yang terjadi secara normal, serta perubahan respon terhadap obat. Dengan demikian batas
keamanan (margin of error) lebih sempit daripada orang yang lebih muda. Disamping itu
harus diingat kemungkinan penyakit yang diderita oleh manula serta obat-obat yang
dipakai para anestesia, yang dapat berinteraksi dengan anestetika.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo B. Geriatri Ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal 3-4; 56-66.
2. Allison B., Forest Sheppard. Geriatric Anesthesia. In : World Journal of
Anesthesiology. USA: Departemen of Anesthesiology National Naval Medical
Centre; 2009;4:323-336.
3. Shafer SL. The Pharmacology of Anesthetic Drugs In Elderly Patient. Journal of
Anesthesiology. England: Departemen of Anesthesiology; 2000;18:1-29.
4. Miller R. Millers Anesthesia 2 Ed. 7. 71:2261-73
5. http://www.unmc.edu/media/intmed/geriatrics/lectures/anesthesia_for_the_elderly.
htm
6. http://id.scribd.com/doc/82710494/Anestesi-Geriatri
7. http://id.scribd.com/doc/100309957/Anastesi-Geriatri-docx