Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel
tubuh.
Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi sisitem
pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam
implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi,
bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik
keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa S1
keperawatan, mampu mengingat kembali (review) mengenai konsep pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan praktek keperawatan yang bisa diimplementasikan pada klien yang mengalami
gangguan oksigenasi

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami :
Pengertian Oksigenasi
Tujuan pemberian oksigenasi
Anatomi sistem pernafasan
Fisiologi sistem pernafasan
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen
Perubahan Fungsi pernapasan

BAB II
KONSEP DASAR


A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih
dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain itu oksigen digunakan oleh
sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam
metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel
tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran
masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

B. Tujuan pemberian oksigenasi
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir (suction)
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan
keadaan hematologi.

C. Anatomi Sistem Pernapasan
1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dankartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan pertambahan usia.

b. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
o Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
o Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring
o Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(Adam's apple)
o Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah
kartilago tiroid)
o Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
o Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu

d. Trakea
o Disebut juga batang tenggorok
o Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

2. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
o Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
o Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
o Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkus segmental
o Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

b. Bronkiolus
o Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
o Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus Terminalis
o Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus respiratori
o Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
o Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas

e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
o Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
o Dan kemudian menjadi alveoli

f. Alveoli
o Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
o Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
o Terdiri atas 3 tipe :
1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan

g. Paru-paru
o Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
o Terletak dalam rongga dada atau toraks
o Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar
o Setiap paru mempunyai apeks dan basis
o Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
o Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
o Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya

h. Pleura
o Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
o Terbagi mejadi 2 :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
o Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan
toraks dengan paru-paru
o Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru

D. Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya
dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding
abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-15
kali per menit.

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan
dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan
darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler dara
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin.
Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
e. Keadaan pembuluh darah

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan
keadaan hematologi.
Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak.
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh
sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan
difusi.

Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk memompa
darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah
keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke
seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk
vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk
dalam ventrikel kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan
kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi
secara sistemik berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida.

Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia dari jaringan ke
paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta
molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu
molekul oksigenasi membentuk oksihemoglobin (HbO
2
). Afinitas atau ikatan Hb dengan
O
2
dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

E. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O
2
seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O
2
yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian
atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O
2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :
1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien dekom
menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner
ke miokardium.

F. Perubahan Fungsi pernapasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O
2
dalam paru-paru agar pernapasan
lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain),
menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.

2. Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan
O
2
tubuh atau untuk mengeluarkan CO
2
dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis
(kolaps paru).

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.

3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O
2
seluler akibat dari defisiensi O
2
yang diinspirasi atau
meningkatkan penggunaan O
2
pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O
2
jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O
2
seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O
2
dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.

Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi,
nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.

G. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari organ-organ
respirasi.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi,
trauma, kanker, degeneratif, dan lain-lain. Gangguan tersebu akan menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan respirasi
dikelompokkan menjadi tiga. Yaitu:

a) Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernafasan antara lain :
a. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan
tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat
pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b. Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-stokes, tetapi
amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang ditemukan pada penyakit
radang selaput otak.
c. Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat sering
melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis metabolik
dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernafasan
a. Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya meningkat diatas
frekuensi pernafasan normal.
b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang jumlahnya
menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
b) Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru
kejaringan.

c) Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab
jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam
kelompok yaitu :
1. Hipoksemia
2. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
3. Overventilasi hipoksia
4. Hipoksia histotoksik

H. Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini, antara lain :
1. Tidak Efektifnya Jalan Napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karna
adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkus, dan
lain lain.
2. Tidak efektifnya Pola Napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu inspirasi dan
ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena kelemahan neuromuskular, adanya
sumbatan ditrakeobronkhinal, kecemasan dan lain lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli
dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit,
dan lain-lain
4. Penurunan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan
oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervolemia, retensi karbon
diogsida.
5. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivirtasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, produksi yang dihasilkan menurun, dan lain-lain
6. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernafas
(sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi
karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya
7. Resiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang. Hal tersebut disebabkan
oleh cardiac output yangmenurun, aliran darah keotak berkurang, gangguan perfusi jaringan otak,
dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan
otak.

I. Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat Spirometri
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi
pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5
liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali
menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa
spirometer atau spirometri, sedang hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml
disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada
saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat
masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses
pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead
space).

Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration
(MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal
dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12
kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil nafas
lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve
volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar
3600 ml.

Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya
paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan
paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200 ml.
Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur,
seks, TB, BB
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan
tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar
monitor spirometri.
7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan
mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis,
jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat
mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang
sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi,
keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah),
kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
e. Thoraks
Inspeksi :
1) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar
dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2)

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit,
diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon
chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest
ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.

Kelainan tulang belakang diantaranya :
a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang.
b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.
c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

3) Pola napas
o eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan
tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
o tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea
yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
o apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

4) Kaji volume pernapasan
o hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang dalam dan panjang
o hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang lambat.

5) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan perut.

6) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea.
- kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan
yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
7) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang dan
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam
posisi duduk atau berdiri

8) Perlu juga dikaji bunyi napas
o stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas
o stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
o wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
o rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi
o ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

9) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
o batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
o non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
o hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

10) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
o takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
o bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah
o hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
o hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

11) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
o anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
o hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang
o hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal
o cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
o clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu
yang lama.

Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan
karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
Bunyi napas yang abnormal
Batuk produktif atau non produktif
Cianosis
Dispnea
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
Immobilisasi
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
Dispnea
Peningkatan kecepatan pernapasan
Napas dangkal atau lambat
Retraksi dada
Pembesaran jari (clubbing finger)
Pernapasan melalui mulut
Penambahan diameter antero-posterior
Cianosis, flail chest, ortopnea
Vomitus
Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial
atau oedema
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
Dispnea,
Abnormal gas darah arteri
Hipoksia
Gelisah
Takikardia
Sianosis
Hipoksemia
Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

Kemungkinan penyebab :
Penumpukan cairan dalam paru
Gangguan pasokan oksigen
Obstruksi saluran pernapasan
Bronkhospasme
Edema paru
Pembedahan paru


C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Inter vensi:
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil danmembantu silia
untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik, ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain mis :
spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2. Pola napas tidak efektif
a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan

3. Gangguan pertukaran gas
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki hipoksemia
jaringan
b. Pantau GDA Pasien
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik
c. Pantau pernapasan
Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan


Beberapa Metode pemenuhan kebutuhan oksigen

1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan
dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi dan postural drainage.

a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.

Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti :
mammae, sternum dan ginjal.

b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding
dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,


Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara
yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara lambat
lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan
inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.

c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural
drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan
kental atau ketika klien menderita demam.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.

Peralatan:
a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol


Prosedur:
1. cuci tangan
2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data
klinis dan chest X-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas area
yang di drainage
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk, lakukan
suction. Tampung sputum di sputum spot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9. Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif

a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips
breathing.

Prosedur:
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan

b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan
hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2. Kateter pengisap lendir
3. Pinset steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5. Kasa steril
6. Kertas tisu

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades
atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O
2
) kedalam tubuh serta menghembuskan
Karbondioksida (CO
2
) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi
yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen
dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada
3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

Anda mungkin juga menyukai