umur
individu
yang
terkena
(Tambayong,
2007).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan
mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (Dahlan, 2009).
Menurut Price (2005) hipertensi adalah peningkatan sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi atau di masyarakat lebih
dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan
darah (Mansjoer, 2000). Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil
kesimpulan yaitu hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Kategori
Di bawah 90 mmHg
Di bawah 60 mmHg
90 120 mmHg
60 80 mmHg
Pre Hipertensi
120-140 mmHg
80-90 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)
Hipotensi
rendah)
(darah
Normal
3. Etiologi
Hipertensi
berdasarkan
penyebabnya
dapat
dibedakan
hipertensi
primer
belum
diketahui
dengan
pasti
data
statistik
terbukti
bahwa
seseorang
akan
memiliki
tekanan
perifer.
Namun
ada
beberapa
faktor
yang
dengan
level
insulin
yang
tinggi
yang
hipertensi
pada
orang
dengan
lanjut
usia
adalah
5. Tanda Gejala
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing/migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur
7. Mata berkunang kunang
8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10.
Suhu tubuh rendah
Menurut Rokhaeni (2009), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a. mengeluh sakit kepala, pusing;
b. lemas, kelelahan;
c. sesak nafas;
d. gelisah;
e. mual muntah;
f.
epistaksis;
g. kesadaran menurun.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur;
b. gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Karyadi (2010), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a
lemas, kelelahan;
sesak nafas;
mual muntah;
kesadaran menurun.
Gejala berat/ kronis yaitu nyeri dada dan pandangan kabur (akibat kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal).
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1
Daun salam selain untuk bumbu penyedap makanan alami sering juga digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit mulai dari diabetes, gastritis, asam urat, diare, dan
juga menurunkan kolesterol dalam tubuh serta juga untuk mengatasi hipertensi. Hal ini
dikarenakan di dalam daun salam terdapat kandungan zat kimia seperti falvonoid, tanin,
minyak atsiri, sitral, dan eugenol. Kandungan flavonoid dan tanin yang cukup tinggi pada
daun salam sangatlah penting untuk menurunkan tekanan darah. Flavonoid ini berperan
sebagai ntioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan melepakan atom
hidrogen dari gugus hidroksilnya. Sehingga daun salam segar dapat mengahalangi reaksi
oksidasi
adalah sistem saraf simpatis, sedangkan saat rileks yang bekerja adalah sistem saraf para
simpatis yang bisa berdampak menurunkan tekanan darah.
Selain itu teknik relaksasi progresif ini dapat digunakan untuk mengatasi salah satu
penyebab hipertensi yaitu stress dimana stress akan menimbulkan peningkatan aktivitas
saraf simpatis yang bisa meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Stress berkepanjangan dan emosi tidak stabil, dapat mengakibatkan dan memicu tekanan
darah menetap tinggi. Sehingga teknik reaksasi progresif ini dapat membantu dalam
menurunkan tekanan darah.
4) Senam anti Stroke
Salah satu potensial komplikasi utama dari hipertensi adalah terjadinya Stroke
(pecahnya pembuluh darah di otak). Untuk meminimalisir resiko terjadinya stroke maka
dapat dilakukan senam anti stroke. Senam anti stroke ini adalah senam yang dilakukan
sebagai suatu upaya mencegah terjadinya penyakit stroke. Tujuannya adalah untuk
mencegah stroke dan menyegarkan atau membugarkan tubuh kembali. Salah satu cara
untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan
yang mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan
melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama
hipertensi.
Aktivitas olahraga seperti senam dapat meningkatkan jumlah darah yang dipompa
setiap menitnya oleh jantung khususnya ventrikel kiri. Degan peningkatan jumlah darah
yang dipompa berarti jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat.
Seluruh sel, jaringan, dan sistem dalam tubuh membutuhkan zat-zat gizi dan oksigen
untuk pertumbuhan fungsinya. Pada saat olahraga terjadi beberapa perubahan dalam
sistem kardiovaskuler yaitu peningkatan kecepatan denyut vaskuler, peningkatan aliran
balik vena, peningkatan volume sekuncup, curah jantung meningkat, aliran darah ke otot
rangka aktif dan otot jantung meningkat, aliran darah ke otak meningkat, dan aliran darah
ke kulit meningkat, resistensi perifer total menurun, dan tekanan darah arteri rata-rata
meningkat (sedang). Perbedaan yang cukup mencolok antara kelompok yang beraktivitas
dan tidak beraktivitas adalah pada sistem transpor oksigen dan jumlah darah yang
dipompa. Sistem transport oksigen dan jumlah darah yang dipompa pada kelompok yang
beraktivitas akan lebih banyak dibandingkan dengan anggota yang tidak beraktivitas. Hal
ini juga akan meningkatkan kemampuan jantung dalam mengkompensasi dengan proses
penuaan sehingga resiko dari hipertensi akibat proses penuaan dapa dikurangi ataupun
dicegah.
5) Massase kaki
Masase kaki adalah sentuhan yang dilakukan pada kaki dengan sadar dan digunakan
untuk meningkatkan kesehatan. Massase kaki bertujuan untuk menimbulkan relaksasi
yang dalam, memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi, memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ
internal, membantu memperbaiki mobilitas, dan menurunkan tekanan darah. Menurut
Aslani, 2003 dalam USU tanpa tahun, melakukan masase pada otot-otot besar pada kaki
dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah
varises. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot
ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar
aliran darah ke jantung. Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang
akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem
keseimbangan dan membantu relaksasi yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Menurut Dalimartha, 2008, dalam Herliawati, 2011, masase adalah salah satu bentuk
terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada penderita hipertensi. Teknik masase
pada daerah-daerah tertentu pada tubuh dapat menghilangkan sumbatan pada pembuluh
darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Menurut asumsi
peneliti, pada seseorang dengan hipertensi dapat terjadi penyumbatan ataupun
penyempitan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan sirkulasi darah ke seluruh
tubuh tidak lancar. Hal tersebut menyebabkan tubuh berespon secara fisiologis guna
memenuhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh dengan cara meningkatkan aliran darah.
Teknik massase berdampak terhadap lancarnya sirkulasi aliran darah, menyeimbangkan
aliran energi di dalam tubuh serta mengendurkan ketegangan otot. Meskipun massase
tidak akan berdampak banyak pada penderita hipertensi berat, namun beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa masase dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi ringan dan sedang (Dalimartha,2008; Sutanto, 2010 dalam Herliawati, 2011).
Vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dapat menghambat sirkulasi darah dan
meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi. Salah satu gerakan
dalam massase, yaitu effleurage yang dilakukan pada daerah kaki dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan efeknya memperlancar aliran darah balik dari
daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah
(Turner,W.A.,2005 dalam Herliawati, 2011).
6) Diet
Secara garis besar ada beberapa macam diet untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu diet rendah garam, diet rendah lemah / kolesterol,
diet tinggi serat, dan diet rendah kalori bila berat badan meningkat. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal.
a. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang mengandung potassium /Kalium 2-4 gram perhari dapat membantu
penurunan tekanan darah, Potasium umumnya banyak terdapat di buah-buahan dan
sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi
pasien hipertensi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu
parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu,
makanan yang mengandung unsur omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu
penurunan tekanan darah (hipertensi). Selain itu kandungan gizi yang dapat membantu
mengontrol tekanan darah meliputi kalium (buah dan sayuran berwarna terang), mineral
seperti magnesium dan kalsium (kacang-kacangan mentah, biji-bijian, dan produk susu
rendah lemak), vitamin C, asam lemak omega-3 ( ikan salmon), dan serat.
b. Makanan Yang Harus Dihindari/Dibatasi
Beberapa makanan yang harus dihindari yaitu makanan yang berkadar lemak jenuh
tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, dan lain-lain), makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang), bumbu-bumbu (kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), alkohol dan makanan yang
mengandung alkohol (durian, tape) dan makanan cepat saji (sosis, hamburger, fried
chicken, pizza, dan lain-lain).
Pada pasien hipertensi juga dialkukan diet pembatasan garan atau Diet Rendah
Garam. Diet rendah garam dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan keadaan
penyakit. Pola ini disarankan oleh Departemen Kesehatan RI.
a.
Diet Rendah Garam Tingkat 1 Diet
Hipertensi Berat
Konsumsi Natrium = 200 mg 400 mg/hari setara dengan gr 1 gr garam dapur
beryodium/hari.
b.
c.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien hipertensi yang tidak dilakukan
penatalaksanaan dengan baik adalah :
a. Stroke
dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri
otak yag mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard
dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran
darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksi jantung, dan peningkatan risiki pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus
ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai
pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di sleuruh susunan saraf
pusat. Neoron-neoron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang
dapat terjadi pada wanita pre eklamasi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir
kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan
9. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah hipertensi adalah sebagai
berikut (Soenanto, 2009):
a. Menerapkan gaya hidup sehat, mengurangi atau membatasi makanan yang
mengandung lemak kolesterol tinggi, makanan berminyak, santan, goreng-gorengan.
Mengonsumsi makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
b. Ciptakan suasana damai, santai, rileks di dalam hati, pikiran dalam setiap keadaan dan
tindakan
c. Mengendalikan stress, emosi, ketegangan saraf, tergesa-gesa dalam berpikir dan
bertindak
d. Menghindari produk tembakau (rokok), alkohol
e. Membatasi konsumsi kafein
f. Rajin melakukan olahraga secara teratur, sesuai dengan kemampuan tubuh,
meningkatkan aktivitas fisik
g. Mengukur tekanan darah secara rutin
h. Diet rendah garam
i. Menurunkan berat badan klien jika terjadi kegemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Bulechek, G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth Edition. United
States of America: Elsevier Mosby.
Corwin, E. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Dahlan, Z. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Gunawan, L. 2010. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Herdman, T. H. 2014. Nanda International Nursing Diagnoses: Definition & Classification,
2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell.
Karyadi. 2010. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT
Intisari Mediatama.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.
Moorhead, S., dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. United
States of America: Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Rokhaeni H. 2009. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Bidang Diklat RS.
Soenanto, Hardi. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Tambayong, J. 2007. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Utami, M.S. 2007. Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan
Berbicara di Muka Umum. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.