BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis
2.1.1
Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis =
pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah proses pemisahan zat zat
tertentu dari darah melalui membrane semipermeabel. (Sumpena, 2010)
pada prinsipnya hemodialisis menempatkan darah berdampingan dengan
cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau
selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu
atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya
air/zat, bahan melalui membrane semipermeabel.
Terapi hemodialisis adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana
terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Sumpena, 2010).
Hemodialisis juga merupakan terapi pengganti ginjal buatan yang
merupakan salah satu tindakan pada manajemen pasien gagal ginjal akut
(GGA), acute on renal failure, intoksikasi obat atau bahan kimia
(dialiyzable drugs), dan gagal ginjal kronik tahap akhir atau end stage
14
Indikasi hemodialisis
Secara ideal, semua pasien dengan LFG < 15 cc / menit dapat mulai
menjalani Hemodialisis. Namun dalam pelaksanaan pedoman yang dapat
dipakai adalah:
1. LFG < 10 cc / menit dengan gejala uremia / malnutrisi.
2. LFG < 5 cc / menit walaupun tanpa gejala
3. Indikasi khusus :
a. Terdapat komplikasi akut (oedema paru, hiperkalemia, asidosis
metabolik).
b. Pada pasien nefropati diabetik dapat dilakukan lebih awal.
c. Hemodialisis dapat mengeluarkan zat-zat toksin dari darah /
intoksikasi. Pada keadaan keracunan obat atau zat toksin yang tidak
terikat albumin darah maka dialisis dapat dilakukan dengan tujuan
mengeluarkan zat toksin tersebut secara cepat.
2.1.3
Mekanisme Hemodialisis
Terdapat dua mekanisme dalam hemodialisis yaitu difusi dan
konveksi. Kedua mekanisme ini terjadi di dalam dializer (ginjal buatan)
yang diatur dan dimonitor oleh mesin hemodialisis melalui proses dialisis
dan ultra filtrasi.
1.
Difusi
Dialisis adalah proses transport zat terlarut melalui mekanisme
difusi. Difusi adalah proses transport spontan dan pasif dari zat terlarut
(solute) dari kompartemen darah yang berkonsentrasi tinggi ke
15
membran.
Konsentrasi zat terlarut (solute) dalam darah dan perbedaan
tekanan (pressure gradient) di antara membran.
Koefisien permeabilitas hidrolik dan sieving coefficient
16
17
2. Dializer disebut juga dengan ginjal buatan atau hollow fiber adalah
tabung yang berisi serabut berongga yang merupakan kompartemen
darah dan dialisat yang dipisahkan oleh membran. Di dalam dializer
inilah terjadi mekanisme difusi dan konveksi.
3. Blood line adalah selang-selang untuk hemodialisis yang berfungsi
untuk mengalirkan darah ke dan dari dializer. Terdiri dari dua untai
yaitu arterial line yang mengalirkan darah ke dializer dan venous line
yang mengalirka darah dari ginjal buatan ke tubuh.
4. Fistula needle adalah jarum yang ditusukkan pada akses vaskular
untuk mengalirkan darah ke ginjal buatan melalui line blood. Terdapat
dua buah jarum yaitu jarum inlet dan outlet.
2.1.5
Durasi Hemodialisis
Durasi hemodialisis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap
hemodialisis dilakukan 4-5 jam dg frekuensi 2 X / minggu. Durasi
tindakan hemodialisis dapat diberikan 3X / minggu dengan durasi 4-5
jam. Idealnya 10-15 jam / minggu. Berdasarkan pengalaman selama ini,
frekuensi 2 X / minggu telah menghasilkan nilai adekuasi yang mencukupi
dan pasien merasa lebih nyaman. Selain itu, dana asuransi kesehatan yang
tersedia juga terbatas dan hanya dapat menanggung hemodialisis dengan
frekuensi rata-rata 2X/minggu selama 4-5 jam dengan memperthatikan
kebutuhan individual. Menurut Konsensus Pernefri (2008), adekuasi
hemodialisis tercapai apabila dilakukan dalam 2 kali / minggu / 8kali /
bulan. Durasi tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
18
19
Tujuan Hemodialisis
Menurut Sumpena (2010) Sebagai terapi pengganti, kegiatan
hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin.
2. Membuang kelebihan air.
3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
2.1.8
20
Komplikasi Hemodialisis
Menurut Sumpena (2010) Komplikasi dalam pelaksanaan atau
intra hemodialisis yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :
1. Hipotensi
2. Mual atau muntah yang mengganggu asupan nutrisi yang berpengaruh
pada status nutrisi pasien
3. Kram otot
4. Sakit kepala, Sakit dada
5. Gatal-gatal
6. Demam dan menggigil serta kejang
Tujuan
Pencapaian adekuasi dialisis diperlukan untuk menilai efektifitas
tindakan HD yang adekuat akan memberikan manfaat yang besar dan
21
Dosis
Hemodialisis yang tidak adekuat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti bersihan Ureum yang tidak optimal, waktu dialisis yang
kurang dan kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium (Septiwi, 2010).
Untuk mencapai adekuasi dialisis, besarnya dosis yg diberikan harus
memperhatikan hal-hal berikut (Pernefri, 2003 ; Daugirdas, 2007) :
1. Time of Dialisis (TD)
Adalah lama waktu pelaksanaan dialisis yang idealnya 12-15
jam/minggu. Bila hemodialisis dilakukan 2x/minggu maka lama
waktu tiap dialisis adalah 5-6 jam, sedangkan bila 3x/minggu adalah
4-5 jam (Pernefri, 2003)
2. Interdialytic Time
Adalah waktu interval / frekwensi pelaksanaan hemodialisis yang
berkisar antara 2-3x/minggu. Idealnya hemodialisis dilakukan
3x/minggu dengan durasi 4-5 jam/sesiakan tetapi di Indonesia
dilakukan 2x/minggu dengan durasi 4-5 jam, dengan pertimbangan
bahwa PT. ASKES hanya mampu menanggung biaya hemodialisis
2x/minggu (Gatot, 2003).
3. Quick of Blood (QB)
22
23
Penghitungan
Hemodialisis dinilai adekuat bila mencapai hasil yang sesuai dosis
yang direncanakan. Untuk itu sebelum dialisis dilaksanakan harus dibuat
suatu program dialisis / resep untuk merencanakan dosis hemodialisis dan
selanjutnya dibandingkan dengan hasil hemodialisis yang dilakukan untuk
melihat keadekuatannya. Adekuasi dialisis diukur secara kuantitatif
dengan menghitung Kt/V yang merupakan ratio dari bersihan urea dan
waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh
pasien (Eknoyan et al., 2000 ; Cronon & Henrich, 2010 ; Jindal & Chan,
2006). Konsensus Dialisis Pernefri (2003) menyatakan bahwa di Indonesia
adekuasi dialisis dapat dicapai dengan jumlah dosis hemodialisis 10-15
jam/minggu. Pasien yang menjalani dialisis 3x/minggu diberi target Kt/V
1, 2 sedangkan pasien yang 2x/minggu diberi target Kt/V 1, 8. K/DOQI
(2006) merekomendasikan bahwa Kt/V untuk setiap pelaksanaan
hemodialisis adalah minimal 1, 2 dengan target adekuasi 1, 4.
URR (ureum ratio rate) adalah rasio ureum sebelum dan sesudah
hemodialisis. Target ideal URR adalah 65% (60 80 %).
24
25
Tujuan
Tujuan dari pengkajian status nutrisi adalah :
1. Menyediakan data untuk mendesain rencana asuhan nutrisi yang akan
mencegah dan atau mengurangi malnutrisi.
2. Menciptakan data patokan awal untuk mengevaluasi keberhasilan
asuhan Nutrisi.
3. Mengidentifikasi individu-individu yang kurang terawat atau berada
pada resiko terjadinya penurunan status nutrisis / malnutrisi.
2.4.3
Pengukuran
Menggunakan Skala Malnutrition Inflamation Score (MIS). MIS
merupakan suatu penilaian komprehensif dari status nutrisi, merupakan
26
Riwayat Nutrisi
Pemeriksaan fisik
IMT
Parameter laboratorium
Interpretasi MIS :
1. > 6 = Malnutrisi
2. < 6 = Tanpa Malnutrisi
Format MIS :
: .............................
A.
1.
27
lelah
Keadaan kurang sehat termasuk lama menjalani Dialisis
0
1
2
Menjalani Dialisis < 1 th
Telah menjalani
Telah menjalani
dan merasa sehat
Dialisis 1-4
Dialisis > 4 th
th/kurang sehat
/kurang sehat
tingkat ringan
tingkat sedang
(tanpa MCC)
(termasuk MCC)
3
Berat, kondisi tidak
sehat multiple
(2/lebih MMC)
B.
6
C.
8
3
IMT < 16 kg/m
D.
PARAMETER LABORATORIUM
Kadar Serum Albumin
0
1
2
3
Albumin 4, 0 g/dL
Albumin 3, 5 3, 9
Albumin 3, 0 3, 4
Albumin < 3 g/dL
g/dL
g/dL
10
Kadar Serum TIBC ( Kapasitas daya ikat besi total)
0
1
2
3
TIBC 250 mg/dL
TIBC 200 249
TIBC 150 199
TIBC < 150 mg/dL
mg/dL
mg/dL
Total Skor = Penjumlahan dari 10 komponen diatas ( 0 - 30 )
Total Score :
MMC (Major Comorbid Conditions / Kondisi kurang sehat Utama) termasuk CHF gr III/IV, pengidap
AIDS, CAD berat, COPD sedang sampai berat, gejala sisa neurologis utama dan metastase
keganasan / sedang menjalani khemoterapi.
Kenaikan Kadar Serum Transferin yang disarankan : >200 mg/dl (0), 170-199 mg/dl (1), 140169 mg/dl (2), <140 mg/dl (3)
9
2.4.4
Asupan Nutrisi
1. Asupan Energi
Energi merupakan asupan utama yang sangat diperlukan oleh
tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan
protein, vitamin dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif.
Untuk beberapa fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi
dipengaruhi oleh BMR, kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan
aktivitas (Arisman, 2007).
28
ginjal
kronik
yang
menjalani
hemodialisa
adalah
35
diperlukan
untuk
membentuk
enzim
pencernaan
dan
29